Anda di halaman 1dari 7

ISSN : 2527-5917, Vol.5 No 1..

WEBINAR PENDIDIKAN FISIKA 2020


“Optimalisasi Pendidikan dalam Rekontruksi Pembelajaran Berbasis Sains dan Teknologi di Era
New Normal” 14 NOVEMBER 2020

EKSPLORASI KONSEP FISIKA PADA TARI DHADAK MERAK REOG PONOROGO

Nur Iva Wulansari, Setyo Admoko


Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya
Jl. Ketintang, Surabaya 60231
E-mail: nur.17030184093@mhs.unesa.ac.id

ABSTRAK

Indonesia terkenal akan ragam budayanya, dan tanpa disadari dari setiap budaya memiliki
daya tarik yang berbeda. Didalam budaya sendiri terdapat ilmu sains yang belum banyak
diketahui oleh orang, selain itu kearifan lokal dari beberapa daerah yang berbeda dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam bidang sains. Selama ini pembelajaran sains
terutama pada bidang fisika yang ada di sekolah sebagian masih mengacu hanya pada buku
pegangan guru dan siswa, dimana buku pegangan memuat produk sains berupa fakta, konsep,
prinsip, teori dan hukum serta penerapannya dalam kontek kehidupan sehari-hari. Namun,
dalam banyak buku seringkali memuat konteks kehidupan sehari-hari yang terkait dengan
budaya barat yang tidak dikenali dengan baik oleh anak Indonesia khususnya mereka yang
berada di daerah tertentu yang masih mengandalkan alam sebagai media belajar. Berdasarkan
permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengamati penerapan fisika yang ada
dalam budaya nasional Indonesia. Dimana pada penelitian ini peneliti bermaksud
mengidentifikasi kajian konsep kesetimbangan dan momen gaya pada teknik gerakan
dhadakan merak dalam tari Reog Ponorogo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dengan menggunakan studi dokumentasi, sasaran penelitian adalah Tari Dhadak Merak dan
pengumpulan data dengan metode observasi. Menurut hasil penelitian, didapatkan kajian
konsep fisika terutama pada materi kesetimbangan dan momen gaya dalam Tarian Dhadak
Merak.

Kata Kunci: etnosains, fisika, tari dhadak merak

15
ISSN : 2527-5917, Vol.5 No 1..
WEBINAR PENDIDIKAN FISIKA 2020
“Optimalisasi Pendidikan dalam Rekontruksi Pembelajaran Berbasis Sains dan Teknologi di Era
New Normal” 14 NOVEMBER 2020

PENDAHULUAN pengetahuan yang sudah dimilikinya untuk


diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang Inovasi pendidikan adalah salah satu
suatu tingkah laku alam dengan berbagai bentuk perubahan, ide atau gagasan yang merupakan suatu
gejalanya. Untuk memahami diperlukan pemikiran cemerlang untuk bisa diterapkan dalam
pembelajaran fisika dengan penguasaan konsep bidang pendidikan untuk memecahkan suatu
dasar. Fisika tidak cukup untuk hanya dibaca, permasalahan yang ada di lingkungan sekitar
dikarenakan fisika tidak sekedar hafalan saja. Maka masyarakat.
dari itu, belajar fisika perlu untuk dipahami dan Cara pandang yang sempit akan menghasilkan
dipraktikkan agar mampu menyelesaikan pengetahuan yang sempit juga, dimana cara pandang
permasalahan. Pembelajaran fisika termasuk salah dan penerjamahan budaya masyarakat yang hanya
satu mata pelajaran yang sangat berpengaruh dalam menggunakan satu sisi, dalam hal ini hanya sains asli
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saja. Maka, tidak dapat meningkatkan pola pikir.
(Setiawan, 2012). Pembelajaran sains berbasis kearifan lokal
Secara umum, masalah yang sedang dihadapi atau yang biasa disebut Etnosains merupakan
oleh pembelajaran fisika hampir sama dengan kegiatan pembelajaran yang mentransformasikan
matematika, dimana sebagian konsep dan prinsip antara sains asli dengan kepercayaan masyarakat
yang digunakan untuk pemecahan suatu masalah. yang masih mengandung mitos atau kepercayaan
Oleh karena itu, kebanyakan siswa kurang minat turun menurun (Novitasari, Agustina, Sukesti, Nazri,
terhadap pelajaran fisika dan menjadikan persepsi & Handhika, 2017) dan menerapkannya dalam
bahwa pelajaran fisika itu pelajaran yang sulit dan konsep sains ilmiah.
membosankan. Secara tidak langsung persepsi Salah satu pembelajaran yang memiliki ranah
negatif yang mempengaruhi hasil belajar yang kurang etnosains dan cabang ilmu yang mempelajari tentang
bagus atau dapat dikatakan cenderung rendah. Selain fenomena alam adalah fisika.
itu, terdapat beberapa faktor pembelajaran fisika yang Belajar merupakan kewajiban setiap manusia
lebih fokus pada aspek matematika yang hanya yang sedang menjalani pendidikan. Bukan hanya
sedikit menekankan pada konsep dan tidak dikaitkan untuk manusia yang sedang menjalani pendidikan
dengan budaya lokal daerah masing-masing. saja, melainkan belajar sudah menjadi persoalan
Berdasarkan data PISA 2018, Indonesia setiap manusia. Hampir semua yang ada di dunia ini
mendapat peringkat 72 dari 77 negara untuk dpaat berkembang dengan belajar, seperti contohya
kompetensi membaca, untuk nilai matematika berada pengzetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran
diperingkat 72 dari 78 negara dan nilai sains berada dan sikap apabila tidak dibentuk dan dikembangkan
diperingkat 70 dari 78 negara. Nilai ini cenderung dengan baik akan menjadi sia-sia, maka dari itu kita
stagnan dalam 10-15 tahun terakhir. semua perlu mengasah semua itu dengan cara belajar.
Perlu dipahami bahwa pembelajaran fisika Belajar bisa terjadi bukan hanya di sekolah,
adalah proses untuk memahami pengetahuan secara melainkan bisa terjadi juga di luar sekolah, yaitu
kontekstual. Hal ini memerlukan pendekatan sains melalui lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat
secara ilmiah untuk meningkatkan dan sekitar rumah, dan pergaulan di tengah masyarakat.
mengembangkan pengetahuan siswa. Peningkatan Pembelajaran berbasis budaya dapat
pengetahuan konsep pada siswa dapat dilihat melalui diciptakan melalui lingkungan belajar dan
keterampilan proses sains. pengalaman belajar. Salah satunya adalah untuk
Pada kenyataannya untuk saat ini, menekankan belajar dengan budaya. Selain budaya,
pembelajaran fisika masih belum mampu membuat proses pembelajaran juga menekankan pemberian
siswa untuk aktif dan terlibat langsung dalam pengalaman langsung kepada siswa untuk tujuan
kegiatan pembelajaran. pengembangan kompetensi diri agar memahami alam
Menurut Umbara (2006), pembelajaran sekitar secara ilmiah. Pembelajaran ini akan lebih
kontekstual termasuk dalam konsep belajar dan bermakna dalam kehidupan masyarakat apabila guru
proses guru mengajar di dalam kelas dengan mampu merancang atau mengembangkan
mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi pembelajaran dengan suasana yang lebih efektif dan
lingkungan sekitar siswa dan mampu mendorong menarik.
siswa agar dapat memiliki hubungan antara

16
ISSN : 2527-5917, Vol.5 No 1..
WEBINAR PENDIDIKAN FISIKA 2020
“Optimalisasi Pendidikan dalam Rekontruksi Pembelajaran Berbasis Sains dan Teknologi di Era
New Normal” 14 NOVEMBER 2020

Secara umum, kearifan lokal muncul dari singa barong dimana pemain membawa topeng yang
adanya proses internalisasi yang panjang dan berbentuk kepala singa dengan mahkota dari bulu
berlangsung turun-temurun sebagai akibat dari merak dan memperlihatkan keperkasaannya dalam
inetraksi antar manusia dengan lingkungannya. mengangkat dhadak merak seberat kurang lebih 50-
Proses evolusi nilai yang berlangsung cukup panjang 60 kilogram dengan hanya menggunakan kekuatan
ini berujung pada terbentuknya sistem nilai yang gigi dalam mengangkat topeng tersebut selama
terkristalisasi dalam bentuk hukum adat, pertunjukkan berlangsung. Diketahui bahwa
kepercayaan, dan budaya setempat (Wikantiyoso & kemampuan yang diperoleh oleh pemain saat
Tutuko, 2009). mengangkat topeng adalah dengan latihan yang berat
Salah satu daerah yang budayanya masih dan tanpa dipungkiri dan dipercayai juga diperoleh
kental adalah Jawa. Akan tetapi, upaya penggalian dengan latihan spiritual dengan puasa dan bertapa.
kebudayaan dalam bidang pendidikan masih sangat Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyadari
sedikit sekali dilakukan, hal ini dapat mengakibatkan perlunya mengidentifikasi tari reog ponorogo
kurangnya pengetahuan peserta didik sebagai khususnya dhadakan merak sebagai budaya lokal
generasi penerus bangsa akan kebudayaan tradisional masyarakat Jawa Timur kedalam pembelajaran fisika.
mereka. Dan diangkat sebagai topik penelitian yang
Menurut Sarwanto (2014), sampai sekarang diintegrasikan dalam konsep kesetimbangan dan gaya
kebudayan Jawa masih belum banyak digali potensi yang bertujuan untuk mengembangkan fisika berbasis
sains aslinya, baik pada content maupun context budaya lokal di sekolah dan berkembang dalam
pedagoginya. Upaya menggali sains asli Jawa masyarakat.
tersebut penting dilakukan, untuk menghindari
hilangnya budaya asli Jawa dan menghindari METODE PENELITIAN
terjadinya bentrokan dan konflik budaya. Salah satu
Jenis penelitian yang digunakan adalah
etnosains yang berkembang dimasyarakat adalah tari
penelitian deskriptif kualitatif yaitu dengan
dhadakan merak yang ada di Reog Ponorogo.
menggunakan studi dokumentasi.
Menurut Hartono (1980) seni pertunjukan
Tahap penelitian yang dilakukan yaitu:
reog merupakan tradisi yang masih sangat hidup di
pengumpulan informasi tentang budaya ponorogo,
lingkungan masyarakat dengan tujuan untuk
memilih informasi yang relevan dengan pembelajaran
mempererat tali silaturahmi atar masyarkat di
fisika, menganalisis besaran-besaran fisika dalam tari
Ponorogo. Selain itu, pertunjukkan reog Ponorogo
dhadak merak, lalu perumusan hasil kajian. Sasaran
juga digunakan sebagai ajang penggerak massa
untuk penelitian ini adalah tari dhadak merak pada
dengan jumlah yang cukup besar.
reog ponorogo.
Menurut KH. Mujab Tohir, nama reog
Metode pengumpulan data yang dilakukan
awalnya adalah “Barongan”. Dimana kesenian itu ada
dalam penelitian ini menggunakan metode observasi.
karena Ki Ageng Kutu Suryongalam dari Bali. Oleh
Metode observasi ini digunakan untuk mendapatkan
karena itu reog ini hampir sama dengan Barongan
informasi mengenai tari reog dan menganalisis
yang merupakan kesenian asal Bali, sedangkan reog
gerakan gerakan yang terdapat dalam tari dhadak
sendiri sebenarnya bukan dari barong asli. Oleh
merak.
karena itu, disebut sebagai Barongan. Pemain pada
Selain itu, metode analisis data yang
reog sendiri ada dua orang yang membawa dhadak
digunakan terdapat dua metode, yaitu: analisis
merak atau barongan yang biasanya ada di depan satu
informasi dari studi literatur, dan analisis observasi
dan di belakang satu. Lalu pemain barongan pada
berupa video latihan untuk dikaji konsep fisika.
reog adalah pemain dengan kepala singa dengan
dihiasi oleh bulu merak dan selalu diikuti pembarong HASIL DAN PEMBAHASAN
di belakangnya yang seolah-olah menjadi kaki dari
singa tersebut. Indonesia adalah negara yang memiliki
Barongan (dhadak merak) sendiri merupakan banyak budaya, seperti budaya orang jawa yang
peralatan tari yang dominan dalam Reog Ponorogo. terkenal dengan kesopanan atau dalam bahasa jawa
Bagian dari barongan sendiri terdapat kepala harimau adalah unggah-ungguh, budaya sunda yang terkenal
yang terbuat dari kayu, bambu, rotan yang ditutup akan kelembutannya, dan masih banyak budaya
dengan kulit harimau gembong asli, lalu terdapat lainnya yang tersebar di wilayah Indonesia.

17
ISSN : 2527-5917, Vol.5 No 1..
WEBINAR PENDIDIKAN FISIKA 2020
“Optimalisasi Pendidikan dalam Rekontruksi Pembelajaran Berbasis Sains dan Teknologi di Era
New Normal” 14 NOVEMBER 2020

Lalu, apakah yang dimaksud dengan budaya? budaya, kemudian menerjemahkannya dalam
Istilah budaya berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu pengetahuan sains (Sudarmin, Febu, Nuswowati, &
buddhayah yang termasuk dalam bentuk jamak dari Sumarni, 2017). Penerapan pembelajaran semacam
kata buddhi. Dimana kata buddi sendiri sering ini berpotensi mengembangkan cara pembelajaran
diucapkan dalam bahasa Indonesia yaitu budi, yang yang secara umum masih berpusat pada guru (teacher
memiliki arti hal-hal yang berkaitan dengan akal centered learning) menjadi student centered learning.
manusia. Sementara itu, istilah budaya jika diambil Dengan demikian mampu meningkatkan apresiasi
dari bahasa Inggris culture berasal dari bahasa Latin siswa terhadap budaya dan menciptakan suasana
cultura dari kata dasar colere yang memiliki arti pembelajaran yang kontekstual dan penuh makna
mengolah atau mengerjakan (to cultivate). (Atmojo, 2012). Etnosains mendorong siswa dalam
Menurut Santrock (2014), budaya mengacu mengenal dan mempelajari ilmu pengetahuan alam
pada pola perilaku, keyakinan, dan semua hasil lain melalui pemanfaatan lingkungan sekitarnya (Novia,
dari sekelompok orang tertentu yang diwariskan dari Nurjannah, & Kamaluddin, 2015).
generasi ke generasi. Hasil disini adalah produk atau Pembelajaran berbasis budaya ini ternyata
hasil dari interaksi antara kelompok orang dan mampu membuat siswa tidak hanya menerima atau
lingkungan mereka selama bertahun-tahun. menerima informasi yang disampaikan saja.
Menurut Koentjaraningrat (1984) Melainkan, siswa juga mampu menciptakan makna,
kebudayaauin terdapat tiga wujud, yaitu kebudayaan pemahaman dan mengembangkan pengetahuan yang
yang kompleks dari beberapa ide, kompleks pada sudah diperolehnya. Selain itu, dalam proses
suatu aktifitas yang merupakan tingkah manusia pembelajaran ini tidak hanya mampu mentransfer
dalam masyarakat dan kebudayaan sebagai hasil budaya dalam perwujudannya, tetapi dengan budaya
karya dari manusia yang berbentuk benda. dapat menjadikan siswa mampu membuat makna,
menembus batas imajinasinya dalam mancapai
Kearifan lokal pemahaman yang mendalam dan ternyata siswa
Budaya sebagai wujud kearifan lokal mampu menjadi lebih kreatif dalam mata pelajaran
merupakan identitas bagi suatu daerah. Secara umum yang dipelajari.
local wisdom (kearifan setempat) dapat dimaknai Hasil kajian dari tari dhadak merak Reog
sebagai sesuatu yang dilakukan dan diikuti oleh Ponorogo menunjukkan adanya nilai kearifan lokal
anggota masyarakatnya (Prasetyo, 2013). Hampir dan potensi etnosains yang dapat diterapkan sebagai
tiap-tiap wilayah mempunyai budaya yang khas referensi pembelajaran sains.
dengan keunikan masing-masing. Budaya seni tradisional yaitu kesenian Reog
Pengembangan kearifan lokal yang relevan yang populer di Jawa Timur. Sekitar 17 daerah di
dan kontekstual memiliki arti penting bagi Jawa Timur terdapat seni pertunjukkan Reog seperti
berkembangnya suatu bangsa. Terutama jika dilihat kota Surabaya, Mojokerto, Jombang, Kediri,
dari sudut pandang ketahanan budaya karena Magetan, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Trenggalek,
mempunyai arti penting bagi identitas daerah itu Sidoarjo, Tulungagung dan Kabupaten Ponorogo
sendiri. yang merupakan tempat berkembangnya seni
Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah pertunjukan Reog (Trisakti, 2012).
dengan etnosains, karena etnosains berhubungan Meskipun seni Reog terdapat diberbagai
dengan pengetahuan yang berasal dari budaya yang daerah di Jawa Timur, namun seni Reog ini sudah
dapat berperan sebagai dasar membangun realitas menjadi ikon khas Kabupaten Ponorogo.
yang mengedepankan hubungan budaya dengan Reog Ponorogo merupakan seni pertunjukan
pengetahuan ilmiah mutakhir (Abonyi, Achimugu, & tradisional yang mempunyai latar belakang beragam.
Njoku, 2014). Kesenian ini telah menjadi bagian hidup dari
Rahayu & Sudarmin (2015) dan Fasasi (2017) masyarakat yang menyimbolkan sekaligus menjadi
berpendapat bahwa etnosains adalah pengetahuan representasi dari aktivitas keseharian masyarakat.
yang berasal dari norma dan kepercayaan masyarakat Tidak adanya kebakuan jenis gerakan
lokal tertentu yang mempengaruhi interpretasi dan menyebabkan keberagaman antara daerah yang satu
pemahaman terhadap alam. dengan daerah lainnya. Menyikapi hal ini, untuk
Pembelajaran sains berpendekatan etnosains menghindari adanya perbedaan yang signifikan telah
mengaitkan pembelajaran dengan budaya budaya dilakukan standarisasi gerakan dan piranti dalam seni
melalui penggalian pandangan asli siswa terhadap

18
ISSN : 2527-5917, Vol.5 No 1..
WEBINAR PENDIDIKAN FISIKA 2020
“Optimalisasi Pendidikan dalam Rekontruksi Pembelajaran Berbasis Sains dan Teknologi di Era
New Normal” 14 NOVEMBER 2020

reog agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan


penafsiran ganda. Selain itu, juga untuk menciptakan
keseragaman dalam pelestarian seni pertunjukan
tersebut.
Hasil analisis peneliti dari kajian berbagai
literatur menunjukkan, dalam gerakan tari dhadakan
merak pada saat pertujukkan seorang pemain
memanggul kepala singa atau dhadak merak dengan
berat sekitar 50-60 kg yang hanya menggunakan gigi.
Hal tersebut dapat dilakukan karna latihan fisik yang
cukup lama dan dilakukan oleh pemain yang
profesional.
Gambar 2. Posisi kaki saat berdiri untuk
Konsep fisika yang ada saat dhadak merak
menghasilkan daerah stabil
masih pada posisi berbaring bersiap untuk berdiri dan Posisi kaki sebagai penopang, dan keadaan
saat berdiri adalah Hukum Newton I, yaitu:
tubuh pada penempatan titik berat yang sempurna
harus menjadi fokus pemain tari Dhadak Merak.
Lalu pada saat sudah memanggul dan
bergeraknya dhadak merak adalah adanya konsep
Hukum Newton II, yaitu:

Dimana dari Hukum Newton II ini dapat


diturunkan menjadi:

N
𝑭 𝒔𝒊𝒏 𝜶
Gambar 1. Posisi dhadak merak berdiri W
Karena untuk menopang dhadak merak
menganut konsep mengangkat beban berat, 𝑭 𝑭 𝒄𝒐𝒔 𝜶

dibutuhkan posisi yang tepat dengan usaha yang


dibutuhkan juga cukup besar. Hal ini juga Gambar 3. Posisi bergerak dhadak merak
dipengaruhi oleh gaya otot yang mengakibatkan z
energi yang berkurang karena diperlukan usaha yang
besar dengan mempertimbangkan agar saat berdiri
dhadak merak seimbang.
N F

𝐹 𝑠𝑖𝑛 𝛼 𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐹 sin 𝛼 𝑘𝑖𝑟𝑖


y

𝐹 cos 𝛼 𝑘𝑖𝑟𝑖

x W

19
ISSN : 2527-5917, Vol.5 No 1..
WEBINAR PENDIDIKAN FISIKA 2020
“Optimalisasi Pendidikan dalam Rekontruksi Pembelajaran Berbasis Sains dan Teknologi di Era
New Normal” 14 NOVEMBER 2020

merak terdapat kajian konsep gaya berat, torsi, usaha


dan energi. Disetiap pergerakan yang dilakukan oleh
penari dhadakan merak dapat dikaji dengan ilmu
fisika. Namun, secara garis besar konsep fisika yang
ada di dhadakan merak adalah adanya gaya berat
yang dipegang oleh otot dan kesetimbangan dari
kuda-kuda pemain dhadak merak untuk
mempertahankan titik beratnya tetap pada posisi.
Apabila gerakan yang dilakukan pemain
semakin cepat, maka energi pemain akan banyak
terkuras karena usaha yang dilakukan cukup besar.
Dimana konsep tersebut dapat berkembang
dimasyarakat tanpa disadari. Hal ini disebut dengan
sains asli masyarakat, melalui pembelajaran fisika
Diagram gerak dhadak merak
dapat membantu masyarakat agar dapat
Karena pergerakan dhadak merak juga membenarkan sains asli dari masyarakat dimana hal
berputar tidak hanya berdiam diri dengan menahan yang berawal dari coba-coba menjadi ilmu yang
beban berat, maka menganut konsep torsi, yaitu: sesungguhnya.
Saran
Dimana atau biasanya adalah lengan
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian
momen. Nilai gaya-gaya dan torsi yang bekerja
ini adalah sebagai berikut:
berdasarkan diagram gerak adalah:
1. Dalam melakukan penelitian ini, sebaiknya
mencari referensi yang lebih banyak untuk
membantu menganalisis kajian konsep yang ada.
2. Untuk selanjutnya, dapat dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan menggunakan kajian konsep
Pemain memfokuskan pusat massa tubuh yang lain.
dibagian tengah dengan kedua kaki sebagai penopang
berat badan. Dada dicondongkan kedepan, tulang DAFTAR PUSTAKA
belikat ditarik ke belakang untuk membuat kesan
tegap dan optimis. Sikap ini dapat disebut gaya Abonyi, S. O,. Achimugu, L., & Njoku, M. I. 2014.
perlawanan dari gaya. Innovations in Science and Technology
Education: A Case for Ethnoscience Based
Saat sedang bergerak, pemain dhadak merak
Science Classroom. International Journal of
juga harus kuat posisi kuda-kudanya, hal ini Scientific & Engineering Research, 5(1).
merupakana salah satu trik untuk mengumpulkan
tenaga pada paha sehinga kaki menjadi lebih kuat. Atmojo, S. 2012. Profil Keterampilan Proses Sains
Dikatakan seimbang apabila dhadakan merak dan Apresiasi Siswa terhadap Profesi
dalam keadaan stabil, yaitu: Pengrajin Tempe dalam Pembelajaran IPA
Berpendakatan Etnosains. Jurnal Pendiidkan
, dan
IPA Indonesia, 1(2), 115-122.
Selain dengan latihan fisik dan kuda-kuda
yang kuat, dipercayai bahwa terdapat satu faktor lain Novia, Nurjannah, & Kamaluddin. (2015). Penalaran
yang membuat pemain dapat melakukan gerakan Kausal dan Analogi Berbasis Etnosains dalam
berputar hanya menggunakan kekuakatan gigi untuk Memecahkan Masalah Fisika. Prosiding
menahan dhadak merak, yaitu kekuatan dari latihan Simposium Nasional Inovasi dan
spiritual dengan berpuasa dan bertapa. Pembelajaran Sains, (hal. 445-448). Bandung.

PENUTUP Prasetyo, Z. K. (2013). Pembelajaran Sains Berbasis


Kearifan Lokal. Seminar Nasional Fisika dan
Kesimpulan Pendidikan Fisika, 4, hal. 2332. Surakarta.

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas,


dapat disimpulkan bahwa dalam tari reog dhadakan

20
ISSN : 2527-5917, Vol.5 No 1..
WEBINAR PENDIDIKAN FISIKA 2020
“Optimalisasi Pendidikan dalam Rekontruksi Pembelajaran Berbasis Sains dan Teknologi di Era
New Normal” 14 NOVEMBER 2020

Santrock, John W. 2014. Psikologi Pendidikan:


Educational Psychology Edisi 5 Buku 1.
Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.

Setiawan, A., & Hamidah, I. 2012. “Pembelajaran


Berbasis Virtual Laboratory untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep pada
Materi Listrik Dinamis”. Proceeding of The
4th International Conference on Teacher
Education; Join Conference UPI & UPSI
Bandung, Indonesia, 8-10 November 2010.
Hal. 688-692.

OECD. 2020. Science performance (PISA)


(indicator). doi: 10.1787/91952204-en
(Accessed on 10 November 2020)

Trisakti. (2012). Pemetaan Seni Pertunjukan


Tradisional Jawa Timur sebagai Strategi
Pelestarian Seni Budaya Tradisional. Laporan
Penelitian Strategis Nasional, Universitas
Negeri Surabaya, Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat

21

Anda mungkin juga menyukai