ABSTRAK
Indonesia terkenal akan ragam budayanya, dan tanpa disadari dari setiap budaya memiliki
daya tarik yang berbeda. Didalam budaya sendiri terdapat ilmu sains yang belum banyak
diketahui oleh orang, selain itu kearifan lokal dari beberapa daerah yang berbeda dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam bidang sains. Selama ini pembelajaran sains
terutama pada bidang fisika yang ada di sekolah sebagian masih mengacu hanya pada buku
pegangan guru dan siswa, dimana buku pegangan memuat produk sains berupa fakta, konsep,
prinsip, teori dan hukum serta penerapannya dalam kontek kehidupan sehari-hari. Namun,
dalam banyak buku seringkali memuat konteks kehidupan sehari-hari yang terkait dengan
budaya barat yang tidak dikenali dengan baik oleh anak Indonesia khususnya mereka yang
berada di daerah tertentu yang masih mengandalkan alam sebagai media belajar. Berdasarkan
permasalahan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengamati penerapan fisika yang ada
dalam budaya nasional Indonesia. Dimana pada penelitian ini peneliti bermaksud
mengidentifikasi kajian konsep kesetimbangan dan momen gaya pada teknik gerakan
dhadakan merak dalam tari Reog Ponorogo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dengan menggunakan studi dokumentasi, sasaran penelitian adalah Tari Dhadak Merak dan
pengumpulan data dengan metode observasi. Menurut hasil penelitian, didapatkan kajian
konsep fisika terutama pada materi kesetimbangan dan momen gaya dalam Tarian Dhadak
Merak.
15
ISSN : 2527-5917, Vol.5 No 1..
WEBINAR PENDIDIKAN FISIKA 2020
“Optimalisasi Pendidikan dalam Rekontruksi Pembelajaran Berbasis Sains dan Teknologi di Era
New Normal” 14 NOVEMBER 2020
16
ISSN : 2527-5917, Vol.5 No 1..
WEBINAR PENDIDIKAN FISIKA 2020
“Optimalisasi Pendidikan dalam Rekontruksi Pembelajaran Berbasis Sains dan Teknologi di Era
New Normal” 14 NOVEMBER 2020
Secara umum, kearifan lokal muncul dari singa barong dimana pemain membawa topeng yang
adanya proses internalisasi yang panjang dan berbentuk kepala singa dengan mahkota dari bulu
berlangsung turun-temurun sebagai akibat dari merak dan memperlihatkan keperkasaannya dalam
inetraksi antar manusia dengan lingkungannya. mengangkat dhadak merak seberat kurang lebih 50-
Proses evolusi nilai yang berlangsung cukup panjang 60 kilogram dengan hanya menggunakan kekuatan
ini berujung pada terbentuknya sistem nilai yang gigi dalam mengangkat topeng tersebut selama
terkristalisasi dalam bentuk hukum adat, pertunjukkan berlangsung. Diketahui bahwa
kepercayaan, dan budaya setempat (Wikantiyoso & kemampuan yang diperoleh oleh pemain saat
Tutuko, 2009). mengangkat topeng adalah dengan latihan yang berat
Salah satu daerah yang budayanya masih dan tanpa dipungkiri dan dipercayai juga diperoleh
kental adalah Jawa. Akan tetapi, upaya penggalian dengan latihan spiritual dengan puasa dan bertapa.
kebudayaan dalam bidang pendidikan masih sangat Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyadari
sedikit sekali dilakukan, hal ini dapat mengakibatkan perlunya mengidentifikasi tari reog ponorogo
kurangnya pengetahuan peserta didik sebagai khususnya dhadakan merak sebagai budaya lokal
generasi penerus bangsa akan kebudayaan tradisional masyarakat Jawa Timur kedalam pembelajaran fisika.
mereka. Dan diangkat sebagai topik penelitian yang
Menurut Sarwanto (2014), sampai sekarang diintegrasikan dalam konsep kesetimbangan dan gaya
kebudayan Jawa masih belum banyak digali potensi yang bertujuan untuk mengembangkan fisika berbasis
sains aslinya, baik pada content maupun context budaya lokal di sekolah dan berkembang dalam
pedagoginya. Upaya menggali sains asli Jawa masyarakat.
tersebut penting dilakukan, untuk menghindari
hilangnya budaya asli Jawa dan menghindari METODE PENELITIAN
terjadinya bentrokan dan konflik budaya. Salah satu
Jenis penelitian yang digunakan adalah
etnosains yang berkembang dimasyarakat adalah tari
penelitian deskriptif kualitatif yaitu dengan
dhadakan merak yang ada di Reog Ponorogo.
menggunakan studi dokumentasi.
Menurut Hartono (1980) seni pertunjukan
Tahap penelitian yang dilakukan yaitu:
reog merupakan tradisi yang masih sangat hidup di
pengumpulan informasi tentang budaya ponorogo,
lingkungan masyarakat dengan tujuan untuk
memilih informasi yang relevan dengan pembelajaran
mempererat tali silaturahmi atar masyarkat di
fisika, menganalisis besaran-besaran fisika dalam tari
Ponorogo. Selain itu, pertunjukkan reog Ponorogo
dhadak merak, lalu perumusan hasil kajian. Sasaran
juga digunakan sebagai ajang penggerak massa
untuk penelitian ini adalah tari dhadak merak pada
dengan jumlah yang cukup besar.
reog ponorogo.
Menurut KH. Mujab Tohir, nama reog
Metode pengumpulan data yang dilakukan
awalnya adalah “Barongan”. Dimana kesenian itu ada
dalam penelitian ini menggunakan metode observasi.
karena Ki Ageng Kutu Suryongalam dari Bali. Oleh
Metode observasi ini digunakan untuk mendapatkan
karena itu reog ini hampir sama dengan Barongan
informasi mengenai tari reog dan menganalisis
yang merupakan kesenian asal Bali, sedangkan reog
gerakan gerakan yang terdapat dalam tari dhadak
sendiri sebenarnya bukan dari barong asli. Oleh
merak.
karena itu, disebut sebagai Barongan. Pemain pada
Selain itu, metode analisis data yang
reog sendiri ada dua orang yang membawa dhadak
digunakan terdapat dua metode, yaitu: analisis
merak atau barongan yang biasanya ada di depan satu
informasi dari studi literatur, dan analisis observasi
dan di belakang satu. Lalu pemain barongan pada
berupa video latihan untuk dikaji konsep fisika.
reog adalah pemain dengan kepala singa dengan
dihiasi oleh bulu merak dan selalu diikuti pembarong HASIL DAN PEMBAHASAN
di belakangnya yang seolah-olah menjadi kaki dari
singa tersebut. Indonesia adalah negara yang memiliki
Barongan (dhadak merak) sendiri merupakan banyak budaya, seperti budaya orang jawa yang
peralatan tari yang dominan dalam Reog Ponorogo. terkenal dengan kesopanan atau dalam bahasa jawa
Bagian dari barongan sendiri terdapat kepala harimau adalah unggah-ungguh, budaya sunda yang terkenal
yang terbuat dari kayu, bambu, rotan yang ditutup akan kelembutannya, dan masih banyak budaya
dengan kulit harimau gembong asli, lalu terdapat lainnya yang tersebar di wilayah Indonesia.
17
ISSN : 2527-5917, Vol.5 No 1..
WEBINAR PENDIDIKAN FISIKA 2020
“Optimalisasi Pendidikan dalam Rekontruksi Pembelajaran Berbasis Sains dan Teknologi di Era
New Normal” 14 NOVEMBER 2020
Lalu, apakah yang dimaksud dengan budaya? budaya, kemudian menerjemahkannya dalam
Istilah budaya berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu pengetahuan sains (Sudarmin, Febu, Nuswowati, &
buddhayah yang termasuk dalam bentuk jamak dari Sumarni, 2017). Penerapan pembelajaran semacam
kata buddhi. Dimana kata buddi sendiri sering ini berpotensi mengembangkan cara pembelajaran
diucapkan dalam bahasa Indonesia yaitu budi, yang yang secara umum masih berpusat pada guru (teacher
memiliki arti hal-hal yang berkaitan dengan akal centered learning) menjadi student centered learning.
manusia. Sementara itu, istilah budaya jika diambil Dengan demikian mampu meningkatkan apresiasi
dari bahasa Inggris culture berasal dari bahasa Latin siswa terhadap budaya dan menciptakan suasana
cultura dari kata dasar colere yang memiliki arti pembelajaran yang kontekstual dan penuh makna
mengolah atau mengerjakan (to cultivate). (Atmojo, 2012). Etnosains mendorong siswa dalam
Menurut Santrock (2014), budaya mengacu mengenal dan mempelajari ilmu pengetahuan alam
pada pola perilaku, keyakinan, dan semua hasil lain melalui pemanfaatan lingkungan sekitarnya (Novia,
dari sekelompok orang tertentu yang diwariskan dari Nurjannah, & Kamaluddin, 2015).
generasi ke generasi. Hasil disini adalah produk atau Pembelajaran berbasis budaya ini ternyata
hasil dari interaksi antara kelompok orang dan mampu membuat siswa tidak hanya menerima atau
lingkungan mereka selama bertahun-tahun. menerima informasi yang disampaikan saja.
Menurut Koentjaraningrat (1984) Melainkan, siswa juga mampu menciptakan makna,
kebudayaauin terdapat tiga wujud, yaitu kebudayaan pemahaman dan mengembangkan pengetahuan yang
yang kompleks dari beberapa ide, kompleks pada sudah diperolehnya. Selain itu, dalam proses
suatu aktifitas yang merupakan tingkah manusia pembelajaran ini tidak hanya mampu mentransfer
dalam masyarakat dan kebudayaan sebagai hasil budaya dalam perwujudannya, tetapi dengan budaya
karya dari manusia yang berbentuk benda. dapat menjadikan siswa mampu membuat makna,
menembus batas imajinasinya dalam mancapai
Kearifan lokal pemahaman yang mendalam dan ternyata siswa
Budaya sebagai wujud kearifan lokal mampu menjadi lebih kreatif dalam mata pelajaran
merupakan identitas bagi suatu daerah. Secara umum yang dipelajari.
local wisdom (kearifan setempat) dapat dimaknai Hasil kajian dari tari dhadak merak Reog
sebagai sesuatu yang dilakukan dan diikuti oleh Ponorogo menunjukkan adanya nilai kearifan lokal
anggota masyarakatnya (Prasetyo, 2013). Hampir dan potensi etnosains yang dapat diterapkan sebagai
tiap-tiap wilayah mempunyai budaya yang khas referensi pembelajaran sains.
dengan keunikan masing-masing. Budaya seni tradisional yaitu kesenian Reog
Pengembangan kearifan lokal yang relevan yang populer di Jawa Timur. Sekitar 17 daerah di
dan kontekstual memiliki arti penting bagi Jawa Timur terdapat seni pertunjukkan Reog seperti
berkembangnya suatu bangsa. Terutama jika dilihat kota Surabaya, Mojokerto, Jombang, Kediri,
dari sudut pandang ketahanan budaya karena Magetan, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Trenggalek,
mempunyai arti penting bagi identitas daerah itu Sidoarjo, Tulungagung dan Kabupaten Ponorogo
sendiri. yang merupakan tempat berkembangnya seni
Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah pertunjukan Reog (Trisakti, 2012).
dengan etnosains, karena etnosains berhubungan Meskipun seni Reog terdapat diberbagai
dengan pengetahuan yang berasal dari budaya yang daerah di Jawa Timur, namun seni Reog ini sudah
dapat berperan sebagai dasar membangun realitas menjadi ikon khas Kabupaten Ponorogo.
yang mengedepankan hubungan budaya dengan Reog Ponorogo merupakan seni pertunjukan
pengetahuan ilmiah mutakhir (Abonyi, Achimugu, & tradisional yang mempunyai latar belakang beragam.
Njoku, 2014). Kesenian ini telah menjadi bagian hidup dari
Rahayu & Sudarmin (2015) dan Fasasi (2017) masyarakat yang menyimbolkan sekaligus menjadi
berpendapat bahwa etnosains adalah pengetahuan representasi dari aktivitas keseharian masyarakat.
yang berasal dari norma dan kepercayaan masyarakat Tidak adanya kebakuan jenis gerakan
lokal tertentu yang mempengaruhi interpretasi dan menyebabkan keberagaman antara daerah yang satu
pemahaman terhadap alam. dengan daerah lainnya. Menyikapi hal ini, untuk
Pembelajaran sains berpendekatan etnosains menghindari adanya perbedaan yang signifikan telah
mengaitkan pembelajaran dengan budaya budaya dilakukan standarisasi gerakan dan piranti dalam seni
melalui penggalian pandangan asli siswa terhadap
18
ISSN : 2527-5917, Vol.5 No 1..
WEBINAR PENDIDIKAN FISIKA 2020
“Optimalisasi Pendidikan dalam Rekontruksi Pembelajaran Berbasis Sains dan Teknologi di Era
New Normal” 14 NOVEMBER 2020
N
𝑭 𝒔𝒊𝒏 𝜶
Gambar 1. Posisi dhadak merak berdiri W
Karena untuk menopang dhadak merak
menganut konsep mengangkat beban berat, 𝑭 𝑭 𝒄𝒐𝒔 𝜶
𝐹 cos 𝛼 𝑘𝑖𝑟𝑖
x W
19
ISSN : 2527-5917, Vol.5 No 1..
WEBINAR PENDIDIKAN FISIKA 2020
“Optimalisasi Pendidikan dalam Rekontruksi Pembelajaran Berbasis Sains dan Teknologi di Era
New Normal” 14 NOVEMBER 2020
20
ISSN : 2527-5917, Vol.5 No 1..
WEBINAR PENDIDIKAN FISIKA 2020
“Optimalisasi Pendidikan dalam Rekontruksi Pembelajaran Berbasis Sains dan Teknologi di Era
New Normal” 14 NOVEMBER 2020
21