Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 6. No.

01 (2017) Hal 5-13

http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPKIMIA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU


BERPENDEKATAN ETNOSAINS
Oleh: Setyo Eko Atmojo
Universitas PGRI Yogyakarta

Article history Abstract


Submission : 2018-02-24 Tujuan penelitian ini adalah mengambangkan perangkat pembelajaran
Revised : 2018-02-28 IPA terpadu berpendekatan Etnosains untuk meningkatkan aktivitas
Accepted : 2018-03-02 dan hasil belajar kognitif siswa. Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan (Research and Development). Pengembangan
Keyword: perangkat pembelajaran IPA terpadu berpendekatan etnosains terdiri
IPA terpadu, etnosains, dari pengembangan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, bahan
aktivitas siswa, hasil belajar ajar, Lembar Kerja Siswa (LKS), Lembar Diskusi Siswa (LDS) dan
alat evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran IPA
terpadu berpendekatan etnosains terbukti efektif mampu memperbaiki
kualitas pembelajaran pada aspek aktivitas dan hasil belajar kognitif
siswa.

Pendahuluan memandang mata pelajaran di sekolah memiliki


Pembelajaran selama ini cenderung tempat yang lebih tinggi (social prestige), dari
hanya mengutamakan pengembangan aspek pada tradisi budaya lokal yang dipandang tidak
intelektual dengan buku teks pegangan guru berarti dan rendah (discreditation) (Sardjiyo &
menjadi sumber belajar utama (Lestari, A. W. Pannen, P. 2005).
2012). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Saat ini banyak masyarakat
merupakan mata pelajaran yang mempelajari Kedungtuban yang berprofesi sebagai pembuat
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. tempe. Profesi sebagai pengrajin tempe dapat
Pelajaran IPA di SD memuat materi tentang dinyatakan sebagai bagian dari budaya, karena
pengetahuanpengetahuan alam yang dekat menurut UNESCO (2002) budaya merupakan
dengan kehidupan siswa SD. Siswa diharapkan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
dapat mengenal dan mengetahui pengetahuan bersama oleh sebuah kelompok orang dan
pengetahuan alam tersebut dalam kehidupan diwariskan dari generasi ke generasi. Akan
sehari-harinya (Rosyidah, A. N., Sudarmin, S. tetapi cara hidup atau budaya masyarakat ini
S., & Siadi, K. K. 2013). IPA merupakan kurang mendapat apresiasi positif dikalangan
pembelajaran yang penting karena ilmunya siswa. Kurangnya apresiasi siswa terhadap
dapat diterapkan secara langsung dalam profesi tersebut dikarenakan selama ini siswa
masyarakat. belum mengetahui bahwa dalam proses
Berdasarkan observasi yang dilakukan pembuatan tempe tersebut juga menggunakan
peneliti pada awal tahun 2017 kenyataan prinsip-prinsip sains.
tersebut merupakan gambaran umum yang Pembelajaran berpendekatan etnosains
terjadi di Kedungtuban Kabupaten Blora karena dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya
proses pendidikan formal cenderung dipandang sebagai bagian yang fundamental (mendasar
sebagai proses pembelajaran yang terpisah dari dan penting) bagi pendidikan sebagai ekspresi
proses akulturasi dan konteks suatu komunitas dan komunikasi suatu gagasan dan
budaya. Di samping itu, banyak orang yang perkembangan pengetahuan (Joseph,2010).

*Corresponding Author: 5
Nama : Setyo Eko Atmojo
Lembaga : FKIP Universitas PGRI Yogyakarta, Indonesia
Email :setyoekoatmojo@yahoo.co.id
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 5 No 2 (2017) 1-12

Pembelajaran berbasis etnosains yang tidak centered menjadi student centered,


memisahkan antara sains budaya dan kearifan menciptakan pembelajaran kontekstual dan
lokal juga masyarakat dapat digunakan sebagai bermakna. Pembelajaran yang menggunakan
suatu pendekatan pembelajaran guna konsep budaya sebagai sumber belajar, dapat
meningkatkan minat dan motivasi siswa meningkatkan kemampuan siswa dalam
terhadap sains (Rahayu, W. E., & Sudarmin, S. menggunakan pengetahuan sains (Indrawati,
2015). M., & Qosyim, A. 2017). Pembelajaran IPA
Dalam penelitian ini variabel yang berpendekatan etnosains ini mengaitkan
akan diamati adalah aktivitas, hasil belajar pembelajaran IPA dengan budaya yang
siswa dan keterlaksanaan perangkat berkembang di masyarakat. Tahapan kegiatan
pembelajaran hasil pengembangan. pembelajaran IPA berpendekatan etnosains ini
Berdasarkan pada penelitian terdahulu yang akan menuntut siswa aktif, sehingga setelah
dilakukan oleh (Sudarmin, Subekti, Niken dan belajar siswa akan memiliki aktivitas yang lebih
Fibonacci, Anita. 2014) menyatakan bahwa baik, hal tersebut akan berdampak pada
selama ini siswa belum mengetahui bahwa tercapainya kompetensi dan hasil belajar IPA
dalam proses pembuatan tempe tersebut siswa yang memuaskan. Berikut ini disajikan
menggunakan prinsip-prinsip sains. skema kerangka berpikir secara sistematis pada
Pembelajaran IPA berpendekatan etnosains Gambar 1.
diyakini dapat mengubah pembelajaran teacher

1. Berkembang profesi pengrajin tempe dalam masyarakat


2. Siswa kurang menghargai tempe sebagai produk budaya
3. Siswa kurang menghargai masyarakat yang memiliki profesi sebagai pengrajin
tempe
4. Pembelajaran IPA belum kontekstual dan masih beerpusat pada guru
5. Keterampilan proses sains siswa jarang dilatih sehingga kurang berkembang
6. Pengalaman belajar kurang menarik dan bermakna

Proses Belajar Mengajar IPA

Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA Terpadu


sebelumnya Berpendekatan Etnosains

Teacher Centered Learning Student Centered Learning

Pembelajaran kontekstual dan bermakna


Pembelajaran kurang kontekstual dan
kurang bermakna

Belum mengaitkan dengan budaya yang Mengaitkan budaya yang ada di


ada di lingkungan masyarakat lingkungan masyarakat

Kompetensi Dasar belum tercapai Kompetensi Dasar tercapai

Hasil belajar IPA kurang memuaskan Hasil belajar IPA memuaskan

Gambar 1. Kerangka berpikir


6
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 6. No. 01 (2017) Hal 5-13

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian (RPP), Bahan Ajar, Lembar Kerja Siswa (LKS),
pengembangan (research and development). Lembar Diskusi Siswa (LDS) dan Alat
Produk yang dikembangkan adalah perangkat Evaluasi.
pembelajaran IPA terpadu berpendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan
etnosains untuk meningkatkan aktivitas dan research and development (penelitian dan
hasil belajar siswa yang diikuti dengan pengembangan) yang dikemukakan oleh (Borg
pengujian mengenai keefektifan perangkat and Gall, 2003). Implementasi langkah
pembelajaran tersebut. Komponen perangkat penelitian yang dikemukakan Borg and Gall
pembelajaran yang dikembangkan adalah dalam penelitian ini dimodifikasi menjadi tiga
Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tahap sebagai berikut.

DEFINE

Survei Lapangan tentang budaya


yang berkembang dan apresiasi siswa
StudiPustaka terhadap profesi pengrajin tempe

DESIGN
Perencanaanpen Pemilihanp Deskripsihasiltem
gembanganprod
endekatan uan
uk

DEVELOP

Pengembangan
PenyusunanInstr Validasi
umentValidasiPr Draf 1
DesainProduk desain
oduk

Analisisdan UjiCobaTer AnalisisdanRevis


Draf 2 iDesain
Revisi batas

UjiCobaL Analisis Produk


Draf 3 uas dan Revisi Teruji

Gambar 2. Desain Penelitian dan Pengembangan

7
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 5 No 2 (2017) 1-12

Variabel yang diukur atau diamati aktivitas dan hasil belajar siswa. Adapun
dalam penelitian ini adalah kevalidan, jenis, teknik, dan instrumen
keefektifan dan keterlaksanaan perangkat pengumpulan data dapat dilihat pada
pembelajaran IPA yang dikembangkan. Tabel 1 berikut ini:
Aspek keefektifan yang akan diamati
Tabel 1. Jenis, Teknik, dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik Instrumen pengumpulan
No Jenis data Teknik analisis data
pengumpulan data data
1 Validitas Angket validasi Lembar validasi Deskriptif persentase
perangkat
2 Keterlaksanaan Angket Lembar angket Deskriptif persentase
perangkat keterlaksanaan keterlaksanaan
pembelajaran pembelajaran untuk pembelajaran
siswa.
Wawancara peneliti Pedoman wawancara Deskriptif
dengan guru
3 Hasil belajar Tes Lembar soal tes untuk t-test sampel releted uji
kognitif siswa fihak kanan
N- gain
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap
yaitu tahap pengembangan dan tahap
implementasi. Tahap pengembangan
pembelajaran berpendekatan etnosains dengan
Hasil Penelitian Dan Pembahasan karakteristik sebagai berikut:
EKSPLORASI
KEGIATAN AWAL (Observasi dari Perspektif Sains)
1. Identifikasi budaya-budaya apa saja yang 1. Guru membagi siswa kedalam kelompok
berkembang di masyarakat kelompok (4-5 siswa) untuk melakukan
2. Menentukan salah satu budaya yang observasi proses yang terdapat pada budaya
mengandung konsep IPA, selanjutnya tersebut dari perspektif sains asli dan ilmiah
membahas proses yang terjadi dalam 2. Guru memfasilitasi siswa dalam melakukan
pembelajaran IPA di kelas observasi
3. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan 3. Guru meminta siswa untuk membuat laporan
tujuan pembelajaran hasil observasi
4. Siswa melaporkan hasil observasi dalam bentuk
tertulis

KONFIRMASI
1. Guru memfasilitasi siswa untuk
berkomentar, bertanya, mengklarifikasi ELABORASI
materi pembelajaran serta melakukan 1. Siswa mempresentasikan laporan hasil observasi
refleksi didepan kelas dan siswa lain diberi kesempatan
untuk menyanggah, bertanya dan memberi
2. Guru memberikan konfirmasi terhadap
komentar
hasil observasi siswa 2. Guru mengajukan pertanyaan untuk mengecek
3. Observer melakukan penilaian selama pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
proses pembelajaran berlangsung dan keterkaitannya terhadap budaya membuat
tempe.

KEGIATAN AKHIR
1. Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran
2. Guru memberikan tes akhir pembelajaran

Gambar 3. Karakteristik Pengembangan Pembelajaran Berpendekatan Etnosains

8
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 6. No. 01 (2017) Hal 5-13

Setelah dilakukan pengembangan perangkat perencanaan pembelajaran IPA berpendekatan


pembelajaran diperoleh desain model etnosains.
1. Fokus Budaya:
Budaya yang berkembang dimasyarakat
2. Tujuan Pembelajaran :
Memfasilitasi siswa menguasai materi pelajaran IPA sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang hendak
dicapai sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
3. Materi Pembelajaran :
Budaya yang berkembang dimasyarakat dihubungkan dengan materi pelajaran IPA sesuai dengan kompetensi dasar
dan indikator yang hendak dicapai siswa sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
4. Kegiatan Pembelajaran :
Kegiatan pembelajaran berpendekatan etnosains terdiri dari tiga tahap utama, yaitu :
a. Pendahuluan, yang merupakan tahapan apersepsi guna menggali pengetahuan awal siswa tentang budaya
dimasyarakat yang kemudian dikaitkan dengan materi IPA, kemudian membahas proses yang terjadi
menggunakan konsep konsep IPA.
b. Inti, yang merupakan tahapan yang menekankan tugas bermakna, interaksi aktif, dan aplikasi kontekstual
melalui langkah eksplorasi, diskusi dan pendalaman konsep, serta pengembangan dan aplikasi.
c. Penutup, yang merupakan tahapan penyimpulan.
5. Sumber, Alat dan Media :
Sumber, alat dan media pembelajaran yang mendukung pencapaian kompetensi dasar dan indikator sebagai upaya
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
6. Penilaian :
Penilaian proses dan hasil.

Gambar 4. Model Perencanaan Pembelajaran IPA Berpendekatan Etnosains

Untuk mengetahui pemahaman tempe menjawab pertanyaan sesuai dengan


masyarakat tentang proses pembuatan tempe kemampuan dan pola pikir mereka sehingga
maka dilakukan wawancara kepada masyarakat diperoleh perbandingan antara sains mayarakat
pengrajin tempe mengenai proses -proses yang dengan sains ilmiah mengenai proses
terjadi dalam pembuatan tempe. Pengrajin pembuatan tempe.

Tabel 2. Perbandingan Sains Mayarakat dengan Sains Ilmiah Pada Proses Pembuatan Tempe
Tahapan Sains Masyarakat Sains Ilmiah*
Perebusan biji kedelai Membersihkan kedelai Sebagai proses hidrasi yaitu agar biji kedelai
menyerap air sebanyak mungkin.
Melunakkan biji kedelai supaya menyerap
asam pada tahap perendaman.
Pengupasan kulit biji Menghilangkan kulit biji Agar miselium fungi dapat menembus biji
kedelai kedelai kedelai selama proses fermentasi.
Perendaman biji Melarutkan kulit biji kedelai Hidrasi biji kedelai dan membiarkan
kedelai terjadinya fermentasi asam laktat agar
diperoleh keasaman yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan fungi.
Fermentasi asam laktat dan pengasaman
bermanfaat meningkatkan nilai gizi dan
menghilangkan bakteri beracun.
Proses pencucian akhir Menghilangkan semua kotoran Menghilangkan kotoran yang dibentuk oleh
bakteri asam laktat dan agar biji kedelai tidak
terlalu asam.
Inokulasi Pemberian ragi untuk Inokulum dapat berupa kapang yang tumbuh
fermentasi dan dikeringkan pada daun waru atau daun
jati (disebut usar; digunakan secara
tradisional), spora kapang tempe dalam
medium tepung (terigu, beras, atau tapioka;
banyak dijual di pasaran), dan kultur
Rhizopus oligosporus murni (umum
digunakan oleh pembuat tempe di luar
Indonesia)
Pemberian lubang Agar jamur dapat tumbuh Sebagai tempat masuknya udara karena
9
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 5 No 2 (2017) 1-12

pada bungkus tempe dengan baik, bungkus harus di kapang tempe membutuhkan oksigen untuk
dan menempatkan lubangi tumbuh.
dalam wadah untuk
fermentasi
Biji-biji kedelai yang Menyatukan biji kedelai kapang tumbuh pada permukaan dan
sudah dibungkus menjadi tempe, berlangsung menembus biji-biji kedelai, menyatukannya
dibiarkan mengalami kurang lebih tiga hari dua menjadi tempe. Fermentasi dapat dilakukan
proses fermentasi. malam pada suhu 20–37°C selama 18–36 jam.
Waktu fermentasi yang lebih singkat
biasanya untuk tempe yang menggunakan
banyak inokulum dan suhu yang lebih tinggi,
sementara proses tradisional menggunakan
laru (merupakan sejenis ragi yang
digunakan dalam pembuatan tempe. Laru
berisi spora jamur (kapang) Rhizopus
oligosporus yang juga dikenal sebagai
jamur tempe) dari daun biasanya
membutuhkan waktu fermentasi sampai 36
jam.
NB : *) diadaptasi dari Shurtleff, W.,Aoyagi, A. (2001)

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa IPA berpendekatan etnosains agar siswa dapat
masyarakat telah mengetahui proses pembuatan menjelaskan proses pembuatan tempe secara
tempe dan dapat menjelaskan proses yang ilmiah menggunakan konsep IPA yang
terjadi dalam pembuatan tempe sesuai dengan diperoleh disekolah.
pengetahuan yang dimilikinya selama ini Tahap kedua adalah implementasi dari
(etnosains). Walaupun masyarakat sudah dapat perangkat pembelajaran yang telah
menjelaskan proses yang terjadi dalam dikembangkan. Uraian tahap kedua adalah
pembuatan tempe sesuai pengetahuannya sebagai berikut:
selama ini akan tetapi penjelasan masyarakat Hasil implementasi perangkat
tersebut belum sesuai dengan penjelasan pembelajaran IPA berpendekatan etnosains
tentang proses pembuatan tempe secara ilmiah berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa
(sains ilmiah). Berdasarkan hal tersebut maka yang dapat dilihat pada Tabel 3.
perlu dikembangkan perangkat pembelajaran

Tabel 3. Hasil Perhitungan Peningkatan Hasil Belajar Siswa


Kelas Pre Test Post Test Gain N gain Kriteria

Uji Terbatas 50,23 70,02 49,77 0,39 Sedang

Eksperimen 1 52,56 71,74 47,44 0,40 Sedang

Eksperimen 2 54,76 74,03 45,24 0,43 Sedang

Kontrol 1 49,80 62,00 50,20 0,24 Rendah

Kontrol 2 51,50 64,40 48,50 0,26 Rendah

Untuk mengetahui apakah perangkat pembelajaran kepada siswa serta melakukan


pembelajaran IPA terpadu berpendekatan wawancara kepada dua orang guru IPA di SMP
etnosains dapat diimplementasikan dalam Bhakti Kedungtuban. Hasil perhitungan angket
pembelajaran disebarkan angket keterlaksanaan keterlaksanaan pembelajaran yang diberikan
pada siswa dapat dilihat pada Tabel 4.

10
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 6. No. 01 (2017) Hal 5-13

Tabel 4. Hasil perhitungan angket keterlaksanaan pembelajaran


No Skor Kriteria Uji Terbatas Eksperimen 1 Eksperimen 2
% % %
1 17-20 Sangat baik 25 25,00 11 32,35 12 35,30
2 13-16 Baik 18 56,25 18 52,95 20 58,82
3 9-12 Kurang Baik 6 18,75 5 14,70 2 5,88
4 5-8 Tidak Baik 0 0 0 0 0 0
Jumlah 32 100 34 100 34 100
siswa.
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat Guru tidak menemui kendala yang berarti
diartikan bahwa perangkat pembelajaran IPA dalam menerapkan perangkat pembelajaran
berpendekatan etnosains tepat diterapkan dikelas, kendala justru muncul dari siswa
dikelas karena >80% siswa memberikan karena belum terbiasa dengan pembelajaran
tanggapan positif terhadap pembelajaran IPA seperti ini. Kendala dari siswa hanya terjadi
berpendekatan etnosains. Sementara itu dari pada awal kegiatan pembelajaran selanjutnya
hasil wawancara peneliti kepada guru mata guru mengungkapkan behwa siswa yang semula
pelajaran IPA yang ada di sekolah tersebut bingung sudah dapat mengikuti pembelajaran
perangkat pembelajaran berpendekatan dengan baik, sehingga pembelajaran menjadi
etnosains sesuai dengan kompetensi (tujuan) menarik dan siswa aktif dalam pembelajaran.
yang akan dicapai dan karakteristik siswa, Hasil observasi aktivitas siswa dalam
runtut, mudah untuk di terapkan dalam pembelajaran IPA berpendekatan etnosains
pembelajaran, praktis untuk digunakan, serta dapat dilihat pada Tabel 5.
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

Tabel 5. Hasil Perhitungan Persentase Tiap Aspek Keaktifan


Uji Terbatas Eksperimen 1 Eksperimen 2
No Aspek keaktifan
% % %
Mendengarkan ide/pendapat dari
1 21 65,63 24 70,59 23 67,65
kelompok.
Memberikan ide/pendapat kepada
2 22 68,75 23 67,65 25 73,53
kelompok.
Menanyakan kepada anggota kelompok
3 jika ada permasalahan yang tidak 14 43,75 14 41,18 17 50,00
dimengerti.
Memberikan tanggapan terhadap
4 15 46,88 18 52,94 21 61,76
pertanyaan dari kelompok lain.
Memberikan pertanyaan yang sesuai
5 dengan hasil presentasi diskusi kelompok 13 40,63 13 38,24 17 50,00
lain
Terlibat pada saat memperbaiki hasil
6 32 100 34 100 34 100
presentasi.
7 Menanggapi pertanyaan dari guru. 20 62,50 22 64,71 18 52,94
8 Menulis penjelasan guru 32 100 34 100 34 100
9 Mendengarkan penjelasan guru 32 100 34 100 34 100
Membaca buku, LKS atau yang relevan
10 24 75,00 26 76,47 25 73,53
dengan pelajaran
mengembangkan perangkat pembelajaran telah
Dalam mengembangkan perangkat
pembelajaran ini, peneliti menggunakan Four D di modifikasi pada kegiatan yang terkandung
model yang terdiri atas empat tahap yaitu dalam setiap langkah dan fase Four-D, bukan
pendefinisian (define), perancangan (design), sekadar mengubah dari empat tahap menjadi
pengembangan (develop), namun tahap tiga tahap tetapi juga dikarenakan keterbatasan
penyebaran (disseminate) tidak dilakukan. waktu dan biaya penelitian. Akan tetapi
Tahap disseminate tidak dilakukan karena perubahan model ini tidak mempengaruhi
model pengembangan yang digunakan dalam proses dan kekhasan kegiatan dalam langkah-
11
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 5 No 2 (2017) 1-12

langkah penelitian yang dilakukan peneliti antusias terhadap pembelajaran karena siswa
(Rochmad, 2011). merasa pembelajaran IPA berpendekatan
Pendekatan etnosains merupakan strategi etnosains lebih menyenangkan dibandingkan
penciptaan lingkungan belajar dan perancangan dengan pembelajaran konvensional. Disamping
pengalaman belajar yang mengintegrasikan itu juga pada pembelajaran konvensional guru
budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran memegang peranan yang dominan sedangkan
IPA (Sardjiyo, 2005). Dalam penelitian ini siswa cenderung bersikap pasif.
pendekatan etnosains diimplementasikan dalam Peningkatan hasil belajar siswa tersebut
pembelajaran IPA dengan cara memasukkan dikarenakan adanya keterlibatan siswa selama
budaya, khususnya profesi pengrajin tempe proses pembelajaran. Hal tersebut sesuai
yang berkembang di masyarakat ke dalam dengan pendapat Darsono (2004) yang
pembelajaran IPA, kemudian membahas menyatakan bahwa salah satu prinsip belajar
proses-proses yang terjadi pada pembuatan adalah mengalami sendiri, artinya siswa yang
tempe tersebut dengan menggunakan konsep- melakukan dengan sendiri akan memperoleh
konsep IPA.Hasil belajar merupakan perubahan hasil belajar yang optimal. Dalam pembelajaran
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah menggunakan perangkat pembelajaran
mengalami aktivitas belajar. Revisi Taksonomi berpendekatan etnosains siswa terlibat aktif
Bloom ( Anderson L W dan Krathwohl D R. dalam pembelajaran sehingga memiliki
2001) mengungkapkan tiga tujuan pengajaran pemahaman yang lebih baik dari siswa yang
yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar belajar secara konvensional. Siswa yang aktif
yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam dalam kegiatan pembelajaran akan memiliki
penelitian ini hasil belajar kognitif diukur pemahaman dan hasil belajar yang lebih baik
menggunakan tes, hasil belajar afektif diketahui dari siswa yang hanya mendengarkan
dengan melihat apresisi siswa terhadap profesi penjelasan guru dan pasif selama kegiatan
pengrajin tempe, dan hasil belajar psikomotorik pembelajaran berlangsung (Temiz-Mehmet, &
diketahui dengan melihat keterampilan proses Mustafa.2006).Berdasarkan hasil observasi
sains siswa. Pembelajaran efektif yang diketahui bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan
dimaksud dalam penelitian pengembangan ini pembelajaran berdampak positif terhadap hasil
berkenaan dengan penilaian terhadap kualitas belajar siswa, sehingga semakin tinggi aktivitas
perangkat pembelajaran yang dikembangkan. siswa dalam pembelajaran semakin tinggi pula
(Nieveen, 1999) menyatakan bahwa suatu hasil belajar yang dicapai. Terjadinya
material dikatakan berkualitas jika memenuhi peningkatan aktivitas dan hasil belajar kognitif
aspek validitas (validity). Dalam penelitian ini serta aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA
perangkat pembelajaran hasil pengembangan berpendekatan etnosains menunjukkan bahwa
telah dinyatakn valid oleh ahli dengan tingkat perangkat pembelajaran yang telah
kevalidan sebesar 4,12 yang berarti valid dan dikembangkan terlaksana dengan baik jika
dapat digunakan untuk uji coba terbatas dan uji diterapkan di kelas.
coba luas guna menguji efektivitasnya.
Keefektivan perangkat pembelajran hasil Simpulan dan Saran
pengembangan ini dilihat dari dua hal yaitu Pembelajaran IPA yang selama ini
aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. berlangsung di SMP Bhakti Kedungtuban Blora
Implementasi perangkat pembelajaran IPA cenderung tidak kontekstual dan guru kurang
berpendekatan etnosains berpengaruh terhadap memanfaatkan budaya yang berkembang.
hasil belajar siswa. Hasil penelitian Perangkat pembelajaran berupa silabus, rencana
menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar pelaksanaan pembelajaran, bahan ajar, LKS,
antara siswa yang mendapatkan pembelajaran LDS dan alat evaluasi dikembangkan sesuai
dengan pendekatan etnosains dengan siswa karakteristik pembelajaran etnosains dengan
yang mendapatkan pembelajaran secara kegiatan berupa pengamatan, diskusi, presentasi
konvensional. Dimana siswa yang mendapatkan dan praktikum pembuatan tempe. Proses
pembelajaran dengan pendekatan etnosains pengembangan produk melalui tiga tahapan,
(kelas eksperimen) memiliki hasil belajar yang yaitu tahap pertama pendifinisian meliputi studi
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pustaka dan survei budaya serta apresiasi siswa.
mendapatkan pembelajaran konvensional (kelas Tahap kedua perancangan meliputi pemilihan
kontrol). Hal ini disebabkan dalam pendekatan dan perencanan pengembangan
pembelajaran IPA dengan menggunakan produk. Tahap ketiga yaitu pengembangan
pendekatan etnosains siswa lebih tertarik dan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
12
Jurnal Pendidikan Sains (JPS) Vol 6. No. 01 (2017) Hal 5-13

penyusunan perangkat pembelajaran Standards. Washington: National


berpendekatan etnosains, validasi oleh tim, Academy Press.
revisi, uji terbatas pada kelas VIIA dan uji coba Nieveen, N. (1999). “Prototype to reach
luas pada kelas VIIB dan VIIC. Perangkat product quality. Dlm. van den
pembelajaran hasil pengembangan dinyatakan Akker, J.,Branch, R.M., Gustafson,
efektif karena terbukti mampu meningkatkan K., Nieveen, N., & Plomp, T.
aktivitas dan hasil belajar siswa. (pnyt.)”. Design approaches and
tools in educational and training.
Daftar Pustaka Dordrecht: Kluwer Academic
Anderson L W dan Krathwohl D R. (2001). Publisher.
“Revisi Taksonomi Bloom Ranah Rahayu, W. E., & Sudarmin, S. (2015).
Kognitif”. (online), Pengembangan modul IPA terpadu
(http://kamriantiramli.wordpress.c berbasis etnosains tema energi
om/2017/04/21/; diakses 29 dalam kehidupan untuk
Desember 2017). menanamkan jiwa konservasi
Borg, W. R. & Gall, M. D. (2003). siswa. Unnes Science Education
Educational research: an Journal, 4(2).
introduction (7th ed.). New Rochmad. (2011). Model Pengembangan
York: Longman, Inc. Perangkat Pembelajaran
Darsono, M. (2004). Belajardan pembelajaran. Matematika. Jurusan Matematika
Semarang: IKIP Semarang. FMIPA UNNES.
Davut, H.(2008). The examination of the basic Rosyidah, A. N., Sudarmin, S. S., & Siadi, K.
skill levels of the Students’ in K. (2013). Pengembangan Modul
accordance with the perceptions of IPA Berbasis Etnosains Zat Aditif
teachers, parents and students. dalam Bahan Makanan untuk
International Journal of Kelas VIII SMP Negeri 1
Instruction, 1(2), 39-56. Pegandon Kendal. Unnes Science
Hake. R.R.(2005).Will the no child left behind Education Journal, 2(1).
actpromote direct instruction of Sardjiyo & Pannen, P. (2005). Pembelajaran
science?.AmericanJournal of Berbasis Budaya: Model Inovasi
Physics, 50(1),1-23. Pembelajaran dan Implementasi
Hobri. (2009). Metode penelitian Kurikulum Berbasis Kompetensi.
pengembangan (developmental Jurnal pendidikan, 6(2), 83-98.
research)(aplikasi pada penelitian Shurtleff, W.; Aoyagi, A. (2001), The Book of
pendidikan matematika). Jember: Tempeh (Edisi ke-2nd), Berkeley:
FKIP Universitas Jember Press. Ten Speed Press.
Indrawati, M., & Qosyim, A. (2017). Sudarmin, Subekti, Niken dan Fibonacci,
Keefektifan Lembar Kerja Siswa Anita. (2014). “Model
(LKS) Berbasis Etnosains pada Pembelajaran Kimia berbasis
Materi Bioteknologi untuk Etnosains (MPKBE) untuk
Melatihkan Keterampilan Proses Mengembangkan Literasi Sains
Sains Siswa Kelas IX. E-Journal Siswa”. Prosiding Semnas Pensa
UNESA, 5(02). VI “Peran Literasi Sains”. Hal:83-
Joseph, M.R. (2010). Ethnoscience and 90.
Problems of Method in the Social Temiz-Mehmet, & Mustafa. (2006).
Scientific Study of Religion. Development and validation of a
Oxfordjournals. 39/3 : 241-249. multiple format test of science
Lestari, A. W. (2012). Pengembangan process skills. International
Perangkat Pembelajaran IPA SMP Education Journal. 7(7), 1007-
Berbasis Kooperatif Tipe STAD 1027.
pada Tema Fotosintesis di SMP UNESCO. (2002). Universal Declaration on
Giki-3 Surabaya. Jurnal Cultural Diversity.Issued.
Pendidikan Sains Unesa, 1(1), 1-8. International Mother Language
National Research Council (NRC). (1996). Day. Retrieved: 2018-01-23
National Science Education

13

Anda mungkin juga menyukai