Anda di halaman 1dari 15

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SUHU DAN KALOR

DENGAN METODE EKSPERIMEN SISWA KELAS V


SDN 2 SIDOMULYO KECAMATAN SEMAKA
KABUPATEN TANGGAMUS

Nanda Amirza1*, Prasetyo Wulandari, Afwa Raufi


1
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FKIP, Universitas Terbuka

E-mail: nandaamirza@gmail.com

ABSTRAK

Pembelajaran Suhu dan Kalor dalam Pelajaran IPA Kelas V SDN 2 Sidomulyo Kecamatan Semaka
Kabupaten Tanggamus sangat monoton karena menggunakan metode ceramah. Hal tersebut
menyebabkan Siswa asik ribut ketika guru sedang menerangkan pelajaran, pasif saat diberikan tugas
kelompok, tidak merespon saat diberikan pertanyaan lisan, sering keluar masuk kelas. Tujuan
Penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar Siswa pada Pembelajaran Suhu dan Kalor dalam
Pelajaran IPA dengan Menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua
siklus pada Pembelajaran Suhu dan Kalor dalam Mata Pelajaran IPA. Hasil Penelitian menunjukan
hasil yang meningkat dari 64.28% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Penggunaan Metode
Eksperimen mampu meningkat hasil belajar Siswa Kelas V SDN 2 Sidomulyo Kecamatan Semaka
Kabupaten Tanggamus

Kata Kunci : Hasil Belajar,Suhu dan Klor, Metode Eksperimen

Pendahuluan
Tujuan Pendidikan adalah meningkatkan mutu sumber daya manusia. Sebab itu,peran
guru sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pengajaran siswa. Guru mempunyai
peranan sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Tidak hanya keterampilan teoretis
yang dibutuhkan guru, tetapi juga keterampilan praktis. Keduanya sangat penting bagi guru
karena ia belajar tidak hanya menjelaskan materi tetapi juga berusaha membuat topik yang
disajikan menjadi kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan mudah dipahami.
oleh Siswa, dan Siswa mencapai ketuntasan dalam belajarnya.Pembelajaran di kelas di
laksanakan berdasarkan rencana pembelajaran yang dikembangkan guru. Guru memegang
peranan penting pada saat proses pembelajaran. Guru harus membuat suasana kelas yang
efektif dan menyenangkan agar Siswa dapat tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran.
Unsur penting tujuan pengajaran adalah untuk mendorong dan membimbing siswa untuk
belajar. Belajar dapat dimotivasi dan diarahkan dalam sejumlah cara yang mengarah pada
tujuan lain. Namun terlepas dari mata pelajarannya (kutipan, IPS, matematika, dll), mengajar
pada hakekatnya tidak lebih dari membantu siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan,
dan idealisme serta nilai-nilai yang mengarah pada perubahan perilaku dan pertumbuhan
siswa. Dalam hal ini, untuk meningkatkan belajar siswa secara optimal, antara lain mengatur
disiplin kelas dan mengatur pembelajaran. Pembelajaran bukan hanya berpusat pada guru
tetapi juga harus berpusat kepada Siswa.
Peran guru sangat penting dalam penggunaan metode saat pembelajaran mempengaruhi
pada hasil belajar Siswa yang dicapai. Kurangnya sarana dan prasarana serta kemampuan guru
dalam mengemas, mendemonstrasikan, dan mendesain materi membuat metode yang
disampaikan kurang sesuai. Menurut Fakhrurrazi (2018) Pada hakikatnya pembelajaran yang
efektif merupakan adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus pada output yg ingin
dicapai Siswa, tetapi bagaimana proses belajar mengajar yang efektif sanggup menaruh
penerangan yang baik, dan mutu serta bisa menaruh perubahan prilaku Siswa dan menerapkannya
pada kehidupan mereka.
Berdasarkan Informasi yang dikumpulkan oleh peneliti dari Siswa, Penyebabnya adalah
Penggunaan metode yang sangat monoton, yaitu hanya menggunakan metode ceramah. Dengan
keadaan yang demikian, maka Siswa kurang tertarik dalam mengikuti pelajaran tersebut. Hal
tersebut dapat dilihat pada saat proses pembelajaran berlangsung sebagian Siswa asik ribut ketika
guru sedang menerangkan pelajaran, pasif saat diberikan tugas kelompok, tidak merespon saat
diberikan pertanyaan lisan, sering keluar masuk kelas dan ketika diberikan tes tertulis hasilnya
dibawah KKM khususnya pada muatan Pembelajaran IPA Suhu Dan Kalor. Ada banyak metode
yang dapat meningkatkan hasil belajar salah satunya adalah metode eksperimen. Menurut
Mulyasa (2012) menjelaskan, yang harus disiapkan oleh guru dengan menggunakan metode
eksperimen adalah sebagai berikut: a) menentukan tujuan tes. (b) Menyiapkan alat atau bahan
yang digunakan. c. Siapkan tempat pengujian. (d) Mempertimbangkan jumlah siswa sesuai
dengan alat atau bahan yang tersedia. (e) memperhatikan keselamatan dan kesehatan untuk
menghindari hal-hal yang berbahaya. f) Patuhi aturan, terutama saat merawat alat atau bahan
yang digunakan. (g) menjelaskan kepada siswa apa yang harus diwaspadai dan tindakan apa yang
harus dilakukan siswa, termasuk yang dilarang
Menurut Juita. R (2019) Metode Eksperimen adalah cara mengajari Siswa untuk
melakukan percobaan suatu masalah,dan mengamati tahapannya serta mencatat hasil eksperimen,
kemudian hasil observasi dipresentasikan di depan kelas dan diamati oleh guru. Menurut Narep
(2019), metode eksperimen (percobaan) adalah suatu penyajian dimana siswa diajarkan untuk
melakukan percobaan sendiri dengan mengalami masalah yang diteliti dan membuktikannya
sendiri. Menurut Sutikno (2014), metode eksperimen juga diartikan sebagai salah satu tahapan
belajar mengajar dan memungkinkan siswa untuk melaksanakan dan menyaksikan tahapan dan
hasil percobaan itu sendiri. yang dilakukan. Menurut Okpatrioka, O., & Nusantari, A. (2022)
Metode eksperimen suatu cara memperlihatkan secara langsung objek atau cara untuk
melakukan sesuatu atau mempertunjukan tahapannya
Kerangka Dasar Teori

Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan atau pengetahuan siswa yang dimiliki setelah menerima
pembelajaran Sudjana (2016).
Hasil belajar merupakan berupa perilaku, nilai, pemahaman, sikap, apresiasi dan keterampilan
siswa (Widayanti, 2014).
Hasil belajar bisa dijadikan tolak ukur buat mengevaluasi output pembelajaran Sebagai tolak
ukuran keberhasilan proses pembelajaran, output belajar mencerminkan output proses
pembelajaran, untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami pelajaran Kpolovie, Joe, &
Okoto, (2014).
Hasil belajar juga merupakan hasil mengenai apa yang didapat oleh siswa dalam proses
pembelajaran Andriani, R., & Rasto, R. (2019)
hasil belajar merupakan kemampuan atau keterampilan yang didapat siswa saat proses
pembelajaran Molstad & Karseth, 2016
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Hasil Belajar adalah perubahan perilaku Siswa
setelah mendapatkan proses belajar dimana prilaku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang
dicapai oleh Siswa secara sempurna yang dapat diamati dan diukur.

Pengertian IPA di SD
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) asal dari istilah ilmu alam. Nature berarti alam, sedangkan science
berarti ilmu pengetahuan. Menurut Sujana (2013), IPA atau ilmu pengetahuan merupakan ilmu
yg mempelajari alam semesta dan isinya daninsiden-insiden yg terjadi pada dalamnya dan
dikembangkan sang para ahli menurut proses ilmiah.
Ahmad Susanto (2013) mengungkapkan bahwa sains atau sains merupakan bisnis insan buat tahu
alam semesta melalui pengamatan yg sempurna target & memakai metode dan dijelaskan melalui
penalaran buat hingga pada suatu kesimpulan.Definisi mengenai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
sudah banyak dikemukakan.
Karakteristik Pembelajaran IPA
Disiplin ilmu memiliki karakteristik seperti ilmu-ilmu lainnya. Selain fitur umum, setiap profesi
juga memiliki fitur/karakteristik khusus. Ciri umum sains adalah bahwa sains adalah seperangkat
fakta dan aturan yang menentukan hubungan antara satu hal dan hal lainnya. Fakta-fakta ini
diatur secara sistematis dan diungkapkan dalam bahasa yang tepat dan ditentukan sehingga
mudah ditemukan dan dipahami untuk komunikasi.
Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.
a. IPA mempunyai nilai ilmiah, artinya IPA dapat dibuktikan kebenarannya oleh siapa saja
yang menggunakan metode dan prosedur ilmiah, seperti yang dilakukan oleh penemunya
di masa lalu.
Contoh: Nilai ilmiah dari "perubahan kimiawi" lilin yang menyala. Artinya suatu benda
yang telah mengalami perubahan kimia mengarah pada kenyataan bahwa benda hasil
perubahan tersebut tidak dapat dikembalikan sifat-sifat bendanya sebelum diubah atau
dikembalikan sifat aslinya.
b. IPA adalah kumpulan informasi yang terorganisir secara sistematis, yang penggunaannya
biasanya terbatas pada fenomena alam.
c. IPA adalah pengetahuan teoretis. Teori ilmiah diperoleh atau dirangkai dengan cara yang
unik atau khusus, yaitu dengan melakukan pengamatan, percobaan, kesimpulan,
pengembangan teori, percobaan, pengamatan, dan lain-lain, menggabungkan satu cara
dengan yang lain.
d. IPA merupakan rangkaian konsep yang saling terkait. Dengan peta konsep yang dibuat
sebagai hasil percobaan dan pengamatan yang berguna dalam percobaan dan pengamatan
selanjutnya
e. IPA mempunyai empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap.
Produk bisa berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan mekanisme buat
memecahkan perkara melalui metode ilmiah melibatkan pengamatan, perumusan hipotesis,
rancangan eksperimen, eksperimen atau studi, konfirmasi hipotesis melalui eksperimen;
mengevaluasi, mengukur, dan menarik kesimpulan.
Aplikasi adalah penerapan metode atau penelitian dan konsep lmiah pada kehidupan sehari-hari.
Sikap adalah rasa ingin memahami mengenai objek, kenyataan alam, makhluk hayati dan
interaksi karena dampak yg menyebabkan kasus baru yang dapat diselesaikan dengan tindakan
yang tepat.
Tujuan Pembelajaran IPA
Adapun tujuan Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa:
1. Menumbuhkan rasa ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Mengumbuhkan keterampilan untuk belajar tentang lingkungan, cara memecahkan
masalah, dan cara mengambil keputusan.
3. Menumbuhkan pengetahuan konsep ilmiah yang bermanfaat untuk diterapkan di
kehidupan.
4. Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Mentransfer pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang studi lain.
6. Turut serta dalam perlindungan, pemeliharaan dan pelestarian lingkungan alam.

Suhu dan Kalor


Suhu merupakan besaran yang menyatakan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Suhu
memperlihatkan tenaga setiap partikel yang menyusun suatu benda.Suhu yang tinggi
mengindikasikan bahwa benda tadi relatif panas, sedangkan suhu yang rendah mengindikasikan
bahwa benda tadi relatif dingin. Suhu eksklusif bisa diukur menggunakan termometer. Satuan
suhu merupakan Celcius, Reamur, Fahrenheit, Kelvin.
Kalor merupakan suatu bentuk tenaga yang berpindah lantaran adanya perbedaan suhu. Kalor
berpindah berdasarkan suhu yang lebih tinggi ke suhu yang lebih rendah. Kalor tidak berarti
benda wajib panas, lantaran kalor bisa dilepaskan atau dipindahkan ke benda. Misalnya benda
membeku lantaran melepaskan kalor, benda melebur lantaran mendapat kalor. Panas bisa
mengganti keadaan materi, panas tidak bisa diukur secara eksklusif, tetapi bisa dihitung. Kalor
ditentukan jenis benda, bentuk benda, massa benda,
Metode Eksperimen
Menurut Juita. R (2019) Metode Eksperimen adalah Suatu metode pengajaran dimana siswa
melakukan percobaan terhadap sesuatu, mengamati prosesnya dan mencatat hasil percobaannya,
setelah itu hasil pengamatannya diberikan kepada kelas dan dievaluasi oleh guru..
Menurut Sutikno (2014) Metode eksperimen dapat diartikan sebagai proses belajar mengajar dan
melibatkan siswa dalam mengalami dan menyaksikan proses dan hasil ujian itu sendiri.
Menurut Okpatrioka, O., & Nusantari, A. (2022) Metode eksperimen/metode latihan/metode
eksperimen adalah cara menyajikan atau memperlihatkan secara langsung suatu objek, atau cara
melakukan sesuatu atau mendemonstrasikan suatu proses.
Eksperimen bisa dilakukan secara berkelompok atau individu padalaboratorium atau pada pada
kelas atau pada luar kelas. Perlu diperhatikan bahwa setiap aktivitas percobaan wajib dilakukan
secara sistematis dan sistematis yaitu wajib diawali menggunakan perencanaan, persiapan,
aplikasi dan penilaian output. Deeper Siswa wajib menulis laporan lalu mempresentasikannya
pada sahabat lainnya. Berdasarkan laporan tersebut, kita bisa melihat sejauh mana keterampilan
berpikir siswa, keterampilan menjelaskan, keterampilan argumentasi dan kemampuan menarik
konklusi menurut output tes sudah diterapkan.. joule. Achirul (2013)
Karakteristik
Menurut Sri Anitah (2014 ) implementasi pembelajaran eksperimen menuntut penggunaan alat
bantu yang sebenarnya lantaran pembelajaran ini merupakan sesuatu objek. Oleh karenanya,
pada tahapannya selalu mengutamakan kegiatan siswa sebagai akibatnya kiprah pengajar
cenderung lebih banyak menjadi pembimbing & fasilitator.
Untuk mendukung keberhasilan eksperimen semuanya perlu dipersiapkan secara maksimal.
selain itu, buat mendukung efektivitas & efisiensi eksperimen dibutuhkan adanya panduan
pembelajaran buat siswa. Mulai berdasarkan awal pembelajaran siswa telah memahami topik
eksperimen secara jelas. Demikian juga pada akhir aktivitas eksperimen siswa memperoleh
kemampuan – kemampuan perilaku ilmiah.
Tujuan
Metode Eksperimen bertujuan agar:
a. siswa dapat memperoleh fakta, informasi atau informasi yang diterima
b. Siswa mengetahui bagaimana merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan dan
melaporkan percobaannya
c. Seorang siswa dapat menggunakan pemikiran logis induktif untuk menarik
kesimpulan berdasarkan fakta, informasi, atau pengetahuan yang dikumpulkan;
d. Siswa dapat berpikir sistematis, disiplin, hidup teratur dan benar.

Langkah-langkah Metode Eksperimen


Menurut Hamdayana(2016) tahap metode eksprimen yaitu :

1. Eksperimen pertama, pembelajaran dimulai dengan percobaan dipraktikkan guru.


Latihan ini mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran yang telah
dipelajari.
2. Observasi adalah kegiatan siswa pada saat guru memberikan tes.
3. Verifikasi, operasi Oni untuk membuktikan klaim asli dirumuskan dan dilaksanakan
sebagai upaya tim. Siswa diharapkan merumuskan hasil tes dan menarik kesimpulan
lebih lanjut untuk mengumpulkan hasil.
4. Konsep, fungsi memberikan contoh konkrit berdasarkan teori dan eksperimen dalam
kehidupan sehari-hari.

Menurut Roestiyah (2012) Beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum mulai menerapkan
metode eksperimen sebagai berikut:

1. Tujuan percobaan harus dijelaskan kepada siswa, siswa harus paham masalah yang akan
didemonstrasikan melalui percobaan.
2. Jelaskan terhadap siswa alat dan bahan yang akan dipakai dalam ujian yang harus
dikuasai dengan ketat, urutan ujian, hal-hal yang harus diperhatikan Selama ujian, guru
memantau ujian siswa.
3. Setelah ujian, guru menyusun hasil penelitian siswa, mendiskusikannya di kelas dan
mengevaluasinya dengan ujian.

Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen


Menurut Tabrani (2012) kelebihan dan kekurangan Metode eksprimen sebagai berikut :

Kelebihan
Manfaat memperkenalkan metode pengajaran pengalaman dapat dicapai jika kondisi
pembelajaran diciptakan secara efektif, dan di antara manfaat tersebut :
a. Dengan bantuan eksperimen, Siswa dilatih untuk menggunakan metode ilmiah
untuk menyelesaikan semua masalah, sehingga mereka tidak mudah percaya pada
sesuatu yang belum pasti kebenarannya..
b. Mereka berpikir dan bertindak lebih aktif, yang sangat diinginkan dalam kegiatan
belajar mengajar modern dimana Siswa lebih aktif terlibat dalam belajar mandiri di
bawah bimbingan guru.
c. Setelah menyelesaikan proses percobaan, Siswa tidak hanya mendapatkan
pengetahuan tapi mendapatkan pengalaman praktis dan keterampilan dalam
menggunakan alat percobaan..
d. Melalui percobaan, para Siswa membuktikan bahwa teori itu benar, sehingga
mereka mengubah sikap takhayul mereka, yaitu peristiwa yang diluar nalar.

Kelemahan

Kelemahan metode eksperimen diantaranya:


a. Membutuhkan peralatan percobaan yang lengkap
b. Dapat memperlambat pembelajaran dalam jangka yang panjang
c. Hal ini menyebabkan kesuliltan bagi guru dan Siswa jika mereka tidak memiliki
pengalaman penelitian
d. Kegagalan atau pun kesalahan dalam bereksperimen akan mengarah keseimpulan
yang salah.

Metode Penelitian

Penelitian yang di pakai adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan dalam dua
siklus . setiap siklus terdiri dari beberapa tahap, yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan
dan Refleksi Majid (2014). Tahap Perencanaan, yaitu Menentukan kelas yang akan dijadikan
penelitian, Membuat pelajaran yang sesuai dengan urutan materi pelajaran pada silabus
pembelajaran, Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengarah pada Kurikulum
2013 yang sesuai dengan materi yang sudah dibuat, Menyusun kertas Kerja Siswa (LKS),
Membuat instrument (angket dan tes akhir), Membuat blangko APKG/Observasi. Tahap
Pelaksanaan Kegiatan Awal ( 10 menit ), Kegiatan Inti ( 50 menit ), Penutup ( 10 menit ). Tahap
Pengamatan.adalah Saat. Merefleksi hasil belajar dengan menerapkan Metode Eksperimen dan
Menganalisis temuan masalah dan hasil akhir penelitian. Subjek Penelitian adalah 14 Siswa SDN
2 Sidomulyo. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas V SDN 2 Sidomulyo Kecamatan Semaka
Kabupaten Tanggamus.
Data yang dikumpulkan adalah merupakan analisis kualitatif terhadap data yang diperoleh
dilakukan observasi langsung terhadap hasil belajar Siswa. proses pembelajaran menggunakan
lembar observasi aktivitas Siswa. Data aktivitas diperoleh berdasarkan perilaku yang sesuai dan
relevan terkait dengan kegiatan pembelajaran. Analisis Kuantitatif Analisis data kuantitatif
digunakan untuk menggambarkan dinamika kualitas belajar Siswa yang berbeda-beda. Peneliti
menjumlahkan nilai Siswa dan membaginya jumlah Siswa, sehingga meroleh rata-rata. Rata-rata
ini diperoleh dengan rumus:

 Perolehan
Nilai Siswa = X 100
 maksimal

Hasil Penelitian

Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus 1


a. Dalam siklus II kegiatan dilakukan melalaui empat tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi, dimana kegiatan dijelaskan sebagai berikut:
b. Perencanaan
Pada tahap ini,peneliti melaksanakan bebarapa kegiatan sebagai berikut :
1) Menetapkan materi pelajaran
2) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran;
3) Menilai lembar kerja Siswa (LKS);
4) Mengisi instrumen penilaian
c. Tahap melakukan pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus I pada hari kamis tanggal 27
Oktober 2022 dikelas V pada SDN 2 Sidomulyo Kecamatan Semaka muatan
pembelajaran IPA Materi Suhu dan Kalor Waktu pelaksanaan RPP adalah 2 x 35
menit. Untuk mengetahui daya serap Siswa di akhir pembelajaran Siswa diberi
evaluasi.
d. Tahap Pengamatan
Pengamatan terhadap kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang didapat
sebagai berikut : Siswa asik ribut ketika guru sedang menerangkan pelajaran, pasif
saat diberikan tugas kelompok, tidak merespon saat diberikan pertanyaan lisan, sering
keluar masuk kelas. Hanya ada beberapa Siswa yang aktif dan itupun memang Siswa
yang tergolong berprestasi dikelas tersebut. Pada hasil pembelajaran didapat hasil
evaluasi yang rendah. Data Hasil Belajar pada Siklus I dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
1) Hasil belajar Siswa

tabel 1
data hasil belajar Siswa siklus I

No Nama Siswa KKM Nilai Ket


1 AHMAD AZKIYA 65 80 Tuntas
2 AL FARIZI 65 90 Tuntas
3 BINTANG RIZKI 65 70 Tuntas
DIWANGGA
4 FAHRI ARDIANSYAH FAIZ 65 70 Tuntas
5 FAQIH ARDIANSYAH FAIZ 65 40 Tidak Tuntas
6 FIRMAN ARDIANSYAH 65 50 Tidak Tuntas
7 FRANSISKA FASHA 65 60 Tidak Tuntas
ANINDITA VS
8 HAFIDZ JATI PRATAMA 65 70 Tuntas
9 IRFAN RADITIA PRATAMA 65 90 Tuntas
10 MUHAMAD ARKA 65 80 Tuntas
WIRATAMA
11 MUHAMMAD FAISAL 65 50 Tidak Tuntas
12 NAYLA MUAZARO ULFA 65 70 Tuntas
13 ROHMAN HIDAYAT 65 40 Tidak Tuntas
14 VELA SAPRIMA 65 60 Tidak Tuntas
Jumlah 920
Rata-rata 66

Tabel diatas menujukan bahwa hanya ada 9 atau 64,28 % Siswa yang tuntas. dan
Siswa belum tuntas mencapai 5 Siswa atau 35,72%.
tabel 2 frekuensi nilai
SIKLUS I
NO NILAI KET
F %
1 40 2 14,29% Tidak Tuntas
2 50 2 14,29% Tidak Tuntas
3 60 2 14,29% Tidak Tuntas
4 70 4 28,57% Tuntas
5 80 2 14,29% Tuntas
6 90 2 14,29% Tuntas
Jumlah Siswa 14 100%

Dari Tabel 12 dapat diketahui frekuensi nilai Siswa dalam proses pembelajaran IPA
Materi Suhu dan Kalor kelas V pada siklus I sebagai berikut : nilai 40 ada 2 Siswa
(14,29%), nilai 50 ada 2 Siswa (14,29%), nilai 60 ada 2 Siswa (14,29%),nilai 70 ada 4
Siswa (28,57%), nilai 80 ada 2 Siswa (14,29%), dan nilai 90 ada 2 Siswa (14,29%)
Dari tabel 2 diatas dapat ditunjukan dengan grafik sebagai berikut :

Grafik Hasil Belajar Peserta Didik


Siklus I
30
25
20
15
10
5
0
40 50 60 70 80 90

Gambar 1 : Grafik nilai hasil belajar Siswa siklus I


e. Refleksi
Dari hasil refleksi pada siklus 1 pada hasil belajar Siswa ketuntasan dalam belajar atau
yang mencapai KKM yang ditentukan diperoleh dari 14 Siswa hanya 64,28% diatas kkm
dan 35,72 % dibawah kkm. Dengan demikian hasil belajar Siswa pada pembelajaran
siklus 1 harus diperbaiki pada siklus 2 karena untuk mencapai hasil belajar Siswa yang
lebih baik
Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Dalam siklus II kegiatan dilakukan melalaui empat tahapan yaitu perencanaan
pelaksanaan, observasi, dan refleksi, dimana kegiatan dijelaskan sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap ini,peneliti melaksanakan bebarapa kegiatan sebagai berikut :
1) Menetapkan pelajaran
2) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran;
3) Menilai lembar kerja Siswa (LKS);
4) Mengisi instrumen penilaian

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II pada hari kamis tanggal 7
November dikelas V pada SDN 2 Sidomulyo Kecamatan Semaka muatan
pembelajaran IPA Materi Suhu dan Kalor dengan Kompetensi Dasar dan Indikator
pencapaian kompetensi. Waktu pelaksanaan RPP adalah 2 x 35 menit. Untuk
mengetahui daya serap Siswa di akhir pembelajaran Siswa diberi evaluasi. Pada siklus
yang kedua ini materi sama, namun ada beberapa hal yang diperbaiki. Diantaranya
alat penilaian dan media pembelajarannya.

c. Hasil Pengamatan.
Pengamatan terhadap kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang dilakukan
didapat sebagai berikut : Siswa asik ribut ketika guru sedang menerangkan pelajaran,
pasif saat diberikan tugas kelompok, tidak merespon saat diberikan pertanyaan lisan,
sering keluar masuk kelas. ada beberapa Siswa yang aktif dan itupun memang Siswa
yang tergolong berprestasi dikelas tersebut. Pada hasil pembelajaran didapat hasil
evaluasi yang rendah. Data Hasil Belajar Siklus II dapat ditunjukkan pada tabel
berikut :
1) Hasil belajar
tabel 3
data hasil belajar Siswa siklus II

No Nama Siswa KKM Nilai Ket


1 AHMAD AZKIYA 65 90 Tuntas
2 AL FARIZI 65 100 Tuntas
3 BINTANG RIZKI DIWANGGA 65 80 Tuntas
4 FAHRI ARDIANSYAH FAIZ 65 80 Tuntas
5 FAQIH ARDIANSYAH FAIZ 65 80 Tuntas
6 FIRMAN ARDIANSYAH 65 70 Tuntas
7 FRANSISKA FASHA ANINDITA 65 80 Tuntas
VS
8 HAFIDZ JATI PRATAMA 65 80 Tuntas
9 IRFAN RADITIA PRATAMA 65 100 Tuntas
10 MUHAMAD ARKA WIRATAMA 65 90 Tuntas
11 MUHAMMAD FAISAL 65 70 Tuntas
12 NAYLA MUAZARO ULFA 65 80 Tuntas
13 ROHMAN HIDAYAT 65 70 Tuntas
14 VELA SAPRIMA 65 80 Tuntas
Jumlah 1150
Rata-rata 82

Dari tabel diatas dilihat bahwa Siswa mencapai ketuntasan dalam belajar atau yang
mencapai KKM ditentukan sebanyak 14 atau 100 % Siswa.

Tabel 4 frekuensi nilai


SIKLUS II
NO NILAI KET
F %
1 70 3 21,43% Tuntas
2 80 7 50,00% Tuntas
3 90 2 14,29% Tuntas
4 100 2 14,29% Tuntas
Jumlah Siswa 14 100%

Dari Tabel 4 dapat diketahui frekuensi nilai Siswa dalam proses muatan pembelajaran
Suhu dan Kalor kelas V pada siklus II sebagai berikut : nilai 70 ada 3 Siswa
(21,43%), nilai 80 ada 7 Siswa (50,00%),nilai 90 ada 2 Siswa (14,29%), dan nilai
100 ada 2 Siswa (14,29%) .
Dari tabel diatas dapat dibuat grafik sebagai berikut :

Grafik Hasil Belajar Peserta Didik


Siklus II

14% 22% 70

14% 80
90
50% 100

Gambar 2 : Grafik nilai hasil belajar Siswa siklus II


f. Refleksi
Dari hasil pengamatan siklus II pada aktivitas belajar Siswa 14 atau 100% telah aktif
diperoleh 100% Siswa yang aktif dan 0% Siswa yang tidak aktif. Untuk hasil belajar
Siswa ketuntasan dalam belajar atau yang mencapai KKM yang ditentukan dari 14 atau
100 % Siswa mencapai KKM. Dengan demikian hasil belajar Siswa tidak perlu
dilakukan penilaian pada siklus berikutnya
Pembahasan
Penggunaan metode eksperimen untuk pembelajaran suhu dan kalor pada pelajaran IPA
pada Siswa kelas V SDN 2 Sidomulyo pada siklus I masih ada Siswa belum tuntas dari 14 Siswa
hanya 9 Siswa yang tuntas dan 5 Siswa yang belum tuntas. Karena guru tidak mengoptimalkan
pembelajaran sehingga membuat Beberapa siswa masih belum aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran pada siklus pertama dievaluasi sedemikian rupa sehingga hasil belajar siswa
meningkat pula pada siklus kedua ini. Karena pada periode II, guru lebih sering mendorong
siswa untuk memuji dan menguatkan siswa yang kurang aktif. sehingga berdasarkan hasil
perbaikan yang telah dilakukan semua Siswa kelas V SDN 2 Sidomulyo tuntas dalam
pembelajaran suhu dan kalor, Hasil penelitian siklus I dan siklus II diperoleh sebagai berikut:

tabel 5 hasil belajar siswa

No Kategori Siklus I Siklus II


1 40 2 0
2 50 2 0
3 60 2 0
4 70 4 3
5 80 2 7
6 90 2 2
7 100 0 2
Hasil belajar siswa pada siklus I 64,28% meningkat di siklus II menjadi 100%. Dari data tabel
diatas dapat dibuatkan grafiknya sebagai berikut :
100%

100

80
64,28%

60 Hasil belajar siklus I

40 Hasil belajar siklus II

20
0

Siklkus I Siklus 2

Kesimpulan
Berdasarkan perbaikan pembelajaran disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode
eksperimen pada materi suhu dan kalor pada Siswa kelas V SDN 2 Sidomulyo mampu
meningkatkan hasil belajar Siswa Berdasarkan perbaikan pembelajaran tersebut, maka d, 1.
Dalam pembelajaran, guru hendaknya dapat memilih metode pembelajaran yang tepat sesuai
dengan mata pelajaran yang diberikan, sehingga siswa tidak bosan dalam belajar. Ini adalah
metode eksperimental. 2. Guru harus melibatkan siswa secara aktif di dalam kelas supaya siswa
merasa diperhatikan sehingga mendorong perilaku yang baik. 3. Guru menggunakan sarana
pembelajaran yang sempurna, yang merupakan faktor penunjang yang sangat penting. Sekolah
memiliki tugas untuk melengkapi dan meningkatkan media belajar yang dibutuhkan guru dan
siswa. 4 Guru harus mengetahui bagaimana memanfaatkan lingkungan belajar untuk mendukung
proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Achirul Salam, Rachmadi, A. Suyitno (2013). Buku IPA Kelas 5 SD. Jakarta :
Yudisthira

Ahmad, Susanto. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Anitah W, Sri dkk. 2014. Strategi Pembelajaran di SD. Tangerang Selatan :


Universitas Terbuka.

Abdul Majid. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja

Andriani, R., & Rasto, R. (2019). Motivasi belajar sebagai determinan hasil
belajar Siswa Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran
(JPManper), 4(1), 80-86.

A. Tabrani Rusyan, dkk. 2012. Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja
Karya.

Fakhrurrazi, F. (2018). Hakikat pembelajaran yang efektif. At-Tafkir, 11(1), 85-99.

Hamdayana, Jumanta. 2016. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Juita, R. (2019). Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa
Kelas IV SDN 02 Kota Mukomuko. IJIS Edu: Indonesian Journal of Integrated Science
Education, 1(1), 43-50.

Kpolovie, P. J., Joe, A. I., & Okoto, T. (2014). Academic achievement


prediction: Role of interest in learning and attitude towards school.
International Journal of Humanities Social Sciences and Education (IJHSSE),
1(11), 73-100.

Molstad, C. E., & Karseth, B. (2016). National curricula in Norway and


Finland: The role of learning outcomes. European Educational Research
Journal, 15(3), 329 344.

Mulyasa. 2012. Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif


dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Narep, N. (2019). Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil
Belajar Ipa Materi Suhu Dan Kalor Pada Siswa Kelas V SD. Paedagoria: Jurnal
Kajian, Penelitian dan Pengembangan Kependidikan, 10(1), 80-87.

Okpatrioka, O., & Nusantari, A. (2022). Penerapan Metode Eksperimen Pada Mata Pelajaran
IPA Materi Sifat Cahaya Sekolah Dasar. Educenter: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 1(3), 174-183.

Roestiyah. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Sutikno, S.M (2014) Belajar dan Pembeljaran Upaya Kreatif dalam Mewujudkan
Pembelajaran yang berhasil. Lombok: Holistika.

Sudjana, Nana. (2016). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT


Remaja Rosda Karya

Sujana, A. (2013). Pendidikan IPA. Bandung: Rizqi Press.

Widayanti, L. (2014). Peningkatan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa


dengan Metode Problem Based Learning pada Siswa Kelas VIIA MTs
Negeri Donomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal
Fisika Indonesia, 17(49).

Anda mungkin juga menyukai