Oleh :
NOVA NOVIANTI
NIM. 856763932
PROGRAM STUDI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UPBJJ- UNIVERSITAS TERBUKA PALEMBANG
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta
melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur,
dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.
Pendidikan IPA di sekolah dasar bertujan agar siswa menguasai pengetahuan,
fakta, konsep, prinsip, proses penemuan, serta memiliki sikap ilmiah yang
akan bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari alam sekitar. Pendidikan IPA
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mencari tahu dan
berbuat sehingga mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
ilmiah.
Trianto (2015:7) menjelaskan bahwa ada tiga kemampuan dalam IPA,
yaitu : (1) Kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati. (2) Kemampuan
untuk memprediksi apa yang belum diamati dan kemampuan untuk menguji
tindak lanjut hasil eksperimen serta. (3) Dikembangkannya sikap ilmiah.
Kegiatan pengembangan IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam
mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,
menyempurnakan jawaban tentang apa, mengapa, dan bagaimana. Dan
tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara
sistematis yang diterapkan dalam lingkungan dan teknologi.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan observasi awal yang saya lakukan menunjukan bahwa hasil
belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 14 Parittiga masih tergolong rendah.
Pembelajaran IPA masih diampu oleh guru dengan menggunakan metode
ceramah. Metode ini tidak dapat membangkitkan aktivitas dan semangat belajar
siswa. Hal ini terlihat dari perilaku siswa yang kebanyakan hanya mendengar dan
mencatat serta mengerjakan tugas pelajaran yang diberikan guru. Siswa tidak mau
bertanya apalagi mengemukakan pendapat mengenai materi yang disampaikan
sehingga hasil belajar yang maksimal dalam pelajaran IPA belum mencapai hasil
yang maksimal.
Proses belajar mengajar dikatakan belum berhasil apabila siswa belum
dapat menguasai materi pelajaran mencapai 70 % keatas. Tingkat penguasaan
materi pelajaran diukur dengan menggunakan nilai atau angka. Hasil yang
diperoleh dari mata pelajaran IPA dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
70 dari 20 siswa yang menguasai materi tentang perubahan wujud benda hanya 9
siswa yang tuntas yang nilainya ≥ 70 atau sekitar 45% sedangkan sebanyak 11
siswa atau sekitar 55% masih belum mencapai nilai KKM (tuntas) yang nilainya ≤
70.
2. Analisis Masalah
Dalam pembelajaran, kurangnya keterampilan guru dalam menggunakan
metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, yang mana siswa hanya
mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru melalui metode ceramah.
Sehingga siswa merasa bosan dan jenuh terlihat dari 20 siswa, ada sebagian orang
siswa yang tidak memperhatikan pada saat guru menjelaskan sehingga kurang
mendapat materi yang disampaikan oleh guru. Siswa kelas V SD Negeri 14
Parittiga juga memiliki kemampuan yang heterogen ada yang pintar dan ada yang
kurang pintar. Hal ini dapat dilihat dari cara belajar siswa dan nilai tugas yang
diberikan oleh guru. Dari masalah tersebut diperlukan metode pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif dan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan siswa.
Keberhasilan seorang pendidik akan terjamin bila para siswa-siswinya
mengerti pada materi yang diajarkan melalui proses belajar mengajar yang tepat.
Dalam proses belajar mengajar guru harus mampu menggunakan metode dan
memberikan kesempatan yang lebih kepada siswa, saling berinteraksi antara satu
sama lain ,sehingga membuat proses pembelajaran semakin menyenangkan.
Dalam mengajarkan IPA, sebaiknya siswa lebih aktif untuk belajar sendiri dan
mencari tahu bagian-bagian yang di tugaskan kepada mereka. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran
lebih dipentingkan daripada hasil.
Metode eksperimen merupakan strategi yang cocok diterapkan dalam
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa-siswi SD Negeri 14 Parittiga
dalam proses belajar IPA sehingga dapat memberikan motivasi belajar kepada
siswa juga memudahkan untuk penyampaian terkait dengan mata pelajaran IPA.
Jika sekiranya diperlukan media atau alat peraga yang dapat membantu siswa
dalam memahami materi IPA, maka seyogyanya guru menyiapkan media atau alat
peraga yang diperlukan. Dengan adanya media atau alat peraga siswa akan lebih
tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini
adalah untuk mengetahui peningkatan Hasil Belajar IPA Materi Perubahan wujud
benda Menggunakan Metode Eksperimen di Kelas V SD Negeri 14 Parittiga.
C. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar tujuan penelitian di atas, dapat dirumuskan manfaat
penelitian, yaitu:
1. Bagi Siswa
Bagi siswa, kontribusi manfaat yang diharapkan dapat diberikan
dari hasil tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan
berlandaskan kaidah PTK ini adalah:
a. Meningkatkan pemahaman siswa tentang materi pokok perubahan
wujud benda.
b. Meningkatkan semangat dan minat siswa dalam belajar IPA.
c. Mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa.
2. Bagi Guru
Secara lebih khusus, kontribusi manfaat yang diharapkan dapat
diberikan dari hasil tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan
dengan berlandaskan kaidah PTK ini adalah:
a. Meningkatkan profesionalisme dalam pembelajaran.
b. Sebagai bahan pertimbangan guru memilih metode yang tepat untuk
membantu menyampaikan materi pembelajaran.
c. Mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan guru dalam
pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
Hasil tindakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dengan
berlandaskan kaidah PTK ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang positif terhadap kemajuan sekolah, yang antara lain tercermin pada:
a. Sebagai masukan dalam upaya perbaikan pembelajaran sehingga
dapat menunjang tercapainya target kurikulum dan daya serap siswa
seperti yang diharapkan.
b. Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan mutu pendidikan.
c. Dapat meningkatkan prestasi sekolah.
d. Proses belajar mengajar menjadi lebih menarik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Benyamin S. Bloom
dalam Rifa’i (2009: 86) menyampaikan tiga taksonomi yang disebut
dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah
afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotoric
domain).
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan,
dan kemahiran intelektual. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap,
minat, dan nilai. Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik
seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi
syaraf. Ranah psikomotorik ini sering kali tumpang tindih dengan ranah
kognitif dan afektif. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku seseorang dalam
berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang
terjadi setelah mengalami proses belajar. Aspek kognitif yang berkaitan
dengan pengetahuan intelektual, aspek afektif yang berkaitan dengan
minat, dan aspek psikomotorik yang berkaitan dengan kemampuan fisik.
Jadi dapat kita simpulkan bahwa segala perilaku yang dimiliki peserta
didik sebagai akibat dari proses belajar yang ditempuhnya bisa diartikan
sebagai hasil belajar. Perubahan mencakup aspek tingkah laku secara
menyeluruh baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketuntasan
siswa terhadap proses pembelajaran dilihat dari hasil belajar yang
didapatkan guru dengan melakukan evaluasi pembelajaran.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar siswa adalah
lingkungan yang mencakup lingkungan sosial dan non sosial.
Lingkungan sosial adalah para guru, dan teman-teman sekelas,
dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Para guru yang selalu
menunjukkan sikap dan prilaku yang simpatik dan memperlihatkan
suri teladan yang baik dan rajin kuhususnya dalam hal belajar
misalnya rajin membaca dan diskusi dapat menjadi daya dorong
yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Termasuk dalam lingkungan sosial siswa tersebut adalah
masyarakat dan tetangga juga temen-temen sepermainan disekitar
tempat tinggal, lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi
kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan praktik-praktik yang
dlakukan orang tua terhadap anaknya akan mempengaruhi tingkat
belajar meereka. Sedangkan lingkungan non sosial adalah gedung
sekolah dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu
belajar yang digunakan siswa. Faktor ini dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
C. Pembelajaran IPA
1. Pengertian Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berhubungan
dengan gejala-gejala alam yang sistematis, tersusun secara teratur,
berlaku secara umum, berupa kumpulan hasil observasi dan eksperimen.
Sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip- prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu pelajaran yang ada di SD.
Mata pelajaran IPA memiliki spesifikasi tersendiri. Pokok-pokok materi
yang disampaikan berupa prinsip-prinsip, konsep-konsep, fakta-fakta
yang berkenaan dengan lingkungan dan gejala alam yang kadang terlalu
rumit dan komplek bagi siswa SD.
D. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Dari segi bahasa metode berasal dari bahasa Inggris yaitu method,
dan dari bahasa Yunani yaitu methodos. Methodos berasal dari kata meta
yang berarti sesudah atau melampaui, dan hodos berarti cara atau jalan.
Secara istilah, metode yaitu suatu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Djamarah dan Aswan Zain (2010:46), metode adalah
suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Sedangkan menurut Sutikno (2014:33), metode adalah suatu
cara atau prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu..
Selain itu, metode juga bisa dipahami sebgai cara kerja yang teratur dan
bersistem untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan dengan mudah dan
sistematis. Berdasarkan berbagai pendapat yang menjelaskan definisi
tentang metode, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode adalah
suatu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
telah disusun untuk mencapai tujuan yang optimal.
Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru
dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik, bila tidak menguasai satupun metode mengajar
yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.
Karena peranan guru bukan semata–mata memberikan informasi,
melainkan juga mengarahkan dan memberikan fasilitas belajar agar
proses belajar lebih memadai.
Sedangkan pembelajaran disini mengandung arti setiap kegiatan
yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu
kemampuan dan atau nilai yang baru. Pembelajaran merupakan proses
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai
pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditari kesimpulan
bahwa metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh
seorang guru pada kegiatan pembelajaran guna mengantarkan murid
untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Sehingga hal ini juga mengandung pengertian bahwa metode
pembelajaran dalam mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang guru dalam kegiatan
pembelajaran guna mengantarkan murid untuk mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran pada mata pelajaran IPA yang telah ditetapkan disekolah
atau madrasah.
A. Subjek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
bertempat di SD Negeri 14 Parittiga Kecamatan Parittiga Kabupaten
Bangka Barat.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas V (Lima) dengan jumlah
siswa laki-laki 11 dan perempuan 9 tahun pelajaran 2021/2022.
3. Tema Penelitian
Tema Penelitian adalah mata pelajaran yang sedang berlangsung atau
yang sedang di teliti. Tema yang di teliti adalah Tema 7 Materi
Perubahan wujud Benda.
4. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 02
Mei 2022 dan 09 Mei 2022, semester genap tahun pelajaran 2021/2022.
c. Pengamatan
Pada tahap ini dilaksanakan proses tes tertulis berupa
menjawab LKS (lembar kerja siswa) terhadap pelaksanaan
eksperimen dengan menggunakan lembar kerja siswa yang telah
dibuat dan mengadakan penilaian untuk mengetahui kemampuan
berpikir siswa.
Kegiatan ini meliputi pelaksanaan terhadap perencanaan
pembelajaran, dan pelaksanaan tindakan. Kegiatan guru dan siswa
dalam proses pembelajaran ini diamati dengan menggunakan
instrument yang telah dipersiapkan sebelumnya. Untuk selanjutnya
data hasil observasi tersebut dijadikan dasar untuk menyusun
perencanaan tindakan berikutnya.
d. Refleksi
Pengkajian data pada tahap refleksi melibatkan observasi
sehingga diharapkan evaluasi dan refleksi akan lebih efektif, hasil
dan refleksi ini digunakan sebagai diskusi balikan untuk
merencanakan dan mengadakan perbaikan pada pelaksanaan
tindakan berikutnya. Berdasarkan hasil tindakan yang disertai
observasi dan refleksi dapat diketahui kelemahan dan kekurangan
kegiatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk menentukan
tindakan perbaikan pada siklus II.
2. Siklus II
Pada siklus II ini juga prosedur pelaksanaan disusun sama dengan
siklus I yang terdiri dari :
a. Perencanaan
Perencanaan tindakan siklus II ini disusun berdasarkan
refleksi hasil lembar kerja siswa pada pembelajaran siklus I.
Perencanaan tindakan ini dipusatkan kepada sesuatu yang belum
dapat terlaksana dengan baik pada tindakan siklus I.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas yang
sama sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan
hasil refleksi siklus I.
c. Pengamatan
Kegiatan ini meliputi pengamatan terhadap perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan tindakan siklus II, dan peningkatan hasil
belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan di kelas V pada siklus II, guru melakukan refleksi
terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung. Dari hasil
refleksi dan diskusi dengan supervisor 2 menganalisis pelaksanaan
pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen untuk
membuat kesimpulan dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas
V SD Negeri 14 Parittiga terhadap pembelajaran IPA Tahun
Pelajaran 2021/202022.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Siklus
1. Siklus 1
a. Kegiatan pengembangan
Kegiatan yang dapat meningkatkatkan hasil belajar anak dengan
menggunakan metode eksperimen.
b. Langkah-langkah Perbaikan
1. Guru melaksanakan pembelajaran dengan memberi salam dan mengajak siswa
berdoa bersama.
2. Guru dan siswa menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia raya”
3. Guru melakukan apersepsi
Guru memberikan motivasi berupa tepuk semangat.Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan literasi (peserta didik
membaca buku tematik tema 7 sub tema 2 halaman 65 materi tentang
perubahan wujud benda)
Guru memberi siswa contoh dalam kehidupan yang berkaitan dengan
perubahan wujud benda dari benda padat ke benda cair dan dari benda cair
ke benda padat..
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa tentang materi
perubahan wujud benda dari benda padat ke benda cair dan dari benda cair
ke benda padat.
Guru menyampaikan topik yang akan dipelajari yaitu ”perubahan wujud
benda dari benda padat ke benda cair dan dari benda cair ke benda padat.”
Guru mengaitkan topik perubahan wujud benda dengan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari.
1. Data Siklus I
Dari hasil penelitian sebelumnya tindakan terdapat 14siswa yang belum
mencapai ketuntasan belajar 85% dari jumlah siswa keseluruhan kelas berjumlah
24 siswa. Untuk mencapai ketuntasan tersebut, peneliti melakukan pembelajaran
dengan menerapkan demonstrasi pada materi penjumlahan pecahan biasa. Untuk
melihat hasil belajar siswa setelah satu pokok bahasan diberikan latihan soal.
Dari hasil yang dicapai dari penelitian Siklus 1 diperoleh hasil pada tabel berikut :
2. Data Siklus II
Setelah pelaksanaan pada siklus I terjadi peningkatan hasil belajar
walaupun belum mencapai target minimal 85% maka siklus II ini merupakan
tindak lanjut dari siklus I. Diharapkan pada siklus ini target hasil belajar minimal
akan tercapai.
Hasil belajar pada siklus II dapat dilihat dan tersaji pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II
Kategori
Nilai Frekuensi Presentasi (%)
Ketuntasan
Belajar
< 70 1 4 Kurang
70 - 79 10 42 Cukup
80 - 89 8 33 Baik
90 - 100 5 21 Sangat Baik
Jumlah 24 100
Dari tabel 4.3 terlihat bahwa jumlah siswa yang sudah tuntas belajar atau
memperoleh nilai 70 ke atas sebanyak 23 siswa atau sebesar 96%, dengan rincian
sebesar 20% atau 5 orang siswa kategori tuntas sangat baik, 33% atau 8 siswa
tuntas dengan baik serta 42% atau 10 siswa tuntas cukup baik. Jumlah siswa tidak
tuntas berkurang signifikan menjadi hanya 1 orang atau 4% dari keseluruhan 24
siswa.
Pada tabel dan grafik 4.4 dapat diketahui dari rekap siklus mulai dari pra
siklus sampai siklus II terjadi peningkatan perolehan nilai siswa maupun
persentase ketuntasan KKM siswa. Bisa dikatakan bahwa peneliti telah
melakukan perbaikan pembelajaran dengan metode dan media yang tepat
walaupun masih ada 1 siswa yang masih mendapatkan nilai di bawah KKM.
Secara keseluruhan sudah tercapai target (di atas 85%). Maka peneliti
berkesimpulan tidak perlu lagi merencanakan perbaikan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik pada tindakan siklus I, hasil belajar yang diharapkan dari penelitian
tindakan kelas belum tercapai. Hal ini terlihat dari tingkat persentase ketuntasan
belajar siswa yang masih berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yaitu 58 %.
Pada siklus I siswa yang memperoleh nilai di atas KKM hanya berjumlah
10 siswa dari total 24 siswa. Bila dibandingkan pra siklus terjadi peningkatan
walaupun tidak terlalu signifikan hanya sebesar 16% atau 4 siswa. Hal ini bisa
dikarenakan penggunaan media pembelajaran yang kurang maksimal dan guru
belum melibatkan siswa keseluruhan secara aktif. Maka peneliti merasa perlu
mencari jalan keluar yang tepat guna terlaksanya perbaikan pembelajaran pada
siklus berikutnya dalam hal ini siklus II.
Upaya yang dilakukan oleh peneliti diantaranya adalah berupa upaya
refleksi diri agar dapat mengetahui kekurangan, kelemahan dan kendala pada saat
siklus I atau tindakan pertama. Memanfaatkan lembar evaluasi, peneliti merefleksi
diri dengan cara identifikasi kekurangan dan hal-hal yang membuat siswa merasa
terhambat selama proses pembelajaran.
Hasil dari identifikasi (refleksi diri) masalah pada siklus I tersebut
terangkum dalam beberapa hal sebagai berikut :
1. Guru belum maksimal dalam menciptakan kondisi kelas yang menarik dan
menyenangkan bagi siswa dimana hal tersebut belum tampak pada motivasi
siswa dalam proses pembelajaran.
2. Siswa belum terlibat langsung dalam proses pembelajaran mungkin disebabkan
suasana kelas yang belum memberikan kesan menyenangkan bagi siswa
tersebut.
3. Perhatian guru masih terfokus pada siswa tertentu yaitu hanaya kepada
sebagian siswa yang aktif saja sehingga membuat siswa yang lain tidak
termotivasi.
4. Penggunaan media kartu pecahan belum dipahami secara menyeluruh oleh para
siswa.
5. Materi pelajaran tentang penjumlahan pecahan biasa belum sepenuhnya
dikuasai siswa sehingga perlu ditekankan lagi dengan media kartu pecahan
secara maksimal.
6. Metode demonstrasi harus memperhatikan jumlah dan posisi tempat duduk
siswa sehingga semua siswa dapat melihat dan mencontohkan demonstrasi
tersebut.
Menurut Soedjadi dalam Muhsetyo (2019 : 1.2), keabstrakan matematika
karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip. Ciri
keabstrakan matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana menyebabkan
matematika tidak mudah untuk dipelajari dan pada akhirnya banyak siswa yang
kurang tertarik terhadap matematika. Ini berarti perlu ada jembatan yang dapat
menghubungkan keilmuan matematika tetap terjaga dan matematika dapat lebih
mudah dipahami. Sebagai pengetahuan matematika mempunyai ciri khusus antara
lain, abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis dan logis.
Oleh sebab itu, guru harus lebih menekankan pada pemahaman faktual
siswa yang terwujud dalam kombinasi apik antara metode pembelajaran dan
media yang digunakan. Penekanan tersebut lebih mengarah kepada pada
kemampuan berpikir. Hal ini sejalan dengan dengan pendapat Bruner dalam
Muhsetyo (2019 : 1.6) yang menyatakan pentingnya tekanan pada kemampuan
berpikir peserta didik dalam berpikir intuitif dan analitik akan mencerdaskan
peserta didik membuat prediksi dan terampil dalam menemukan pola
hubungan/keterkaitan.
Pada refleksi diri pada siklus II, peneliti menambah keefektifitas
penggunaan media kartu pecahan untuk menentukan dan menjumlahkan bilangan
pecahan biasa. Sebagaimana diketahui fungsi dari media pembelajaran adalah
sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan
lingkungan belajar yang diatur dan dikondisikan oleh guru. Hal yang harus
diperhatikan juga dalam media pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, jenis
tugas dan respon dari siswa ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.
Setelah guru menggunakan kartu pecahan sebagai media belajar hasil
belajar siswa mengalami perbaikan serta mendapat tanggapan yang bagus dari
siswa.
Metode demonstrasi siswa mencontoh dan menirukan demonstrasi atau
peragaan yang dilakukan oleh guru. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II
lebih menarik dan memotivasi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa pun lebih
paham dan mengerti dalam menjumlahkan pecahan biasa terlihat dari peningkatan
nilai yang diperoleh diakhir pembelajaran siklus II tersebut dibandingkan pada
siklus sebelumnya.
Peneliti menilai hasil belajar siswa meningkat signifikan setelah
dilaksanakannya pembelajaran siklus II ini. Ini berarti penggunaan metode
demonstrasi dengan media kartu pecahan telah membuat pembelajaran
berlangsung menarik dan menyenangkan serta membuat siswa lebih termotivasi.
Perolehan nilai siswa pada siklus II telah melampaui target 85% yaitu
sebesar 96%. Persentase ini diperoleh dari jumlah siswa yang berhasil
memperolehnilai di atas KKM adalah berjumlah 23 siswa dari jumlah siswa
keseluruhan sebanyak 24 siswa. Ini berarti peningkatan setelah diadakannya
tindakan siklus II ini sebesar 5 siswa yang berhasil melampaui target atau sebesar
21%. Angka ini merupakan peningkatan terbesar jika dibandingkan siklus
sebelumnya. Senada dengan nilai rata-rata kelas dari sebelumnya belum mencapai
KKM setelah siklus II ini nilai rata-rata kelas berada di atas angka 70.
Hal ini membuktikan metode demonstrasi mampu meningkatkan hasil
belajar siswa kelas V di SD Negeri 7 Parittiga. Hal yang sama disampaikan oleh
Anitah, et.al. (2019 : 5.26), bahwa kelebihan metode demonstrasi diantaranya
dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa, dapat melakukan pekerjaan secara
sistematis dan lebih mudah dalam melakukan perbandingan dari beberapa objek
pembelajaran. Begitu pula penggunaan kartu pecahan membuat siswa lebih
mudah dalam menerapkan metode demonstrasi itu sendiri.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN SERTA TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dalam dua
siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 14 Parittiga pada mata
pelajaran IPA materi Perubahan Wujud Benda. Adapun proses peningkatan
pembelajaran secara rinci disimpulkan sebagai berikut:
1. Perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan
metode eksperimen akan membuat siswa dapat menguasai materi dengan
baik, suasana belajar menjadi lebih aktif, kreatif dan menyenangkan
2. Keterampilan belajar siswa dalam tanya jawab selama proses
pembelajaran menggunakan metode eksperimen dapat muncul dan
menunjukkan peningkatan.
Arifin, Mulyati, et, all, (2005). Setrategi Belajar mengajar Kimia Malang:
Universitas Negri Malang
Sudjana, Nana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.