Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran di Indonesia banyak menawarkan berbagai macam model

pembelajaran yang dapat digunakan oleh para guru. Seperti, model pembelajaran

Kooperatif Jigsaw, Numbered Head Together (NHT), Role Playing dan lain

sebagainya. Sehingga guru harus memahami konsep pembelajaran yang merujuk

pada proses dan dapat tercapai tujuan dari pembelajaran tersebut. Guru harus

kreatif dalam mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang sesuai dengan

kondisi nyata ditempat kerja masing-masing.

“Model pembelajaran yang digunakan guru sangat mempengaruhi tercapainya


sasaran belajar, oleh sebab itu guru perlu memilih model yang tepat dari
sekian banyak model pembelajaran berdasarkan materi dan sasaran yang akan
dicapai. Setiap siswa memiliki cara berpikir tersendiri dalam menyikapi
sebuah pembelajaran, hal ini menujukkan bahwa pemahaman guru terhadap
model pembelajaran yang akan digunakan tidak dapat diabaikan.”1

“Salah satu prinsip yang penting dalam pendidikan saat ini adalah pembelajaran
yang melibatkan peserta didik secara aktif sehingga proses pembelajaran tidak
berpusat lagi kepada guru. Tetapi pada kenyataannya saat ini masih banyak
proses pembelajaran yang berpusat pada guru.”2

Peserta didik hanya menerima apa yang disampaikan guru tetapi tidak benar-

benar memahaminya. Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan pembelajaran yang

masih kurang efektif, yang mana guru secara terus-menerus menyampaikan materi

1
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika
Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm. 57
2
Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), hlm.34
2

pembelajaran tanpa memberikan kesempatan lebih kepada siswa untuk berbicara

atau lebih aktif lagi dalam sebuah pembelajaran. Oleh karena itu, siswa hanya

cenderung menulis dan mendengarkan saja.

Pentingnya pendidikan bagi manusia disebabkan karena kedudukan posisi

manusia dalam ajaran Islam adalah sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling

mulia dan sempurna melebihi makhluk-makhluk lain ciptaan-Nya. Hal ini

sebagaimana terungkap dalam firman Allah SWT, Q.S: Al Isra’ [17]: 70:

‫ت َوفَض َّْلنَاهُ ْم َعلَى‬


ِ ‫َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِي آ َد َم َو َح َم ْلنَاهُ ْم فِي ْالبَرِّ َو ْالبَحْ ِر َو َرزَ ْقنَاهُم ِّمنَ الطَّيِّبَا‬

ِ ‫ير ِّم َّم ْن خَ لَ ْقنَا تَ ْف‬


ً‫ضيال‬ ٍ ِ‫َكث‬
”Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.3

Guru dapat menerapkan berbagai model, pendekatan, metode, teknik

pembelajaran, salah satunya dengan siswa belajar kelompok masing-masing

kelompok beranggotakan 4-5 orang, dan memberikan masalah yang berkaitan

dengan kehidupan nyata peserta didik sehingga muncul pembelajaran aktif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan. Dengan pembelajaran yang mengimplementasikan

berbagai hal tersebut, diharapkan berdampak dalam meningkatkan kemampuan

kognitif siswa.

3
Al-Quran dan Terjemahannya, Al Isra’[17]:70 (Jakarta: Departemen Agama RI, 2014)
3

“Berkaitan hal tersebut, dapat menggunakan salah satu model pembelajaran


berbasis masalah Problem Based Learning (PBL)”4. Model pembelajaran ini
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik
untuk belajar. “Dengan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran,
peserta didik dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam
berbagai pengalaman belajar sehingga membuat peserta didik menjadi lebih
aktif, kritis, dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran.”5

“Model PBL dikembangkan berdasarkan konsep-konsep yang dicetuskan oleh


Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah belajar penemuan atau discovery
learning. Konsep tersebut memberikan dukungan teoritis terhadap
pengembangan model PBL yang berorientasi pada kecakapan memproses
informasi.”6

“Menurut Tan PBL merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang


diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata,
kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas
yang ada.”7

Pendapat di atas diperjelas oleh Ibrahim dan Nur bahwa “PBL merupakan
suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir
tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia
nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar.” 8 Seperti yang telah
diungkapkan oleh pakar PBL Barrows “PBL merupakan sebuah model
pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat
digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan
pengetahuan (knowledge) baru.”9

4
“Model Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran inovatif berpusat pada siswa (student
centered) membantu siswa mengembangkan kemampuan kognitif seperti berpikir kreatif, memecahkan
masalah dan kemampuan komunikasi.”
5
Hafizah Awang dan Ishaka Ramly, Crative Thingking Skill Approach Trough Problem Based
Learning: Pedagogi and Practice in the Engineering Classroom, International Journal of Human and
social 3:1 (2008), h. 18
6
Rusman, Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua),
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 49.
7
Ibid., hlm, 50.
8
Ibid., hlm, 51.
9
Ibid., hlm, 51.
4

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan PBL adalah

suatu model pembelajaran yang berorientasi pada pemecahan masalah yang

diintegrasikan dengan kehidupan nyata. Dalam PBL diharapkan siswa dapat

membentuk pengetahuan atau konsep baru dari informasi yang didapatnya,

sehingga dapat meningkatkan kognitif siswa,

Berdasarkan hasil pengamatan terdahulu pada tahun ajaran 2017/2018 di MA

Nurul Wahid Al-Wahyuni, pembelajaran pada mata pelajaran Fiqh masih berpusat

pada guru, guru lebih banyak menjelaskan dari pada memberi kesempatan kepada

siswa untuk lebih aktiv di kelas, hal ini membuat siswa menjadi pasif dalam

belajar, artinya siswa cenderung hanya menulis dan mendengarkan saja.

“Model mengajar yang kurang menarik dapat menyebabkan siswa menjadi


pasif, sehingga siswa tidak ada aktifitas. Siswa menjadi tidak mendengarkan
penjelasan dari guru. Siswa cenderung mencari kesibukan lain bahkan siswa
akan cenderung malas belajar yang disebabkan pembelajaran kurang
menarik dari guru.”10

Dalam pembelajaran guru masih menggunakan model pembelajaran yang

konvensional. Guru lebih dominan pada waktu pembelajaran, sementara siswa

hanya dipandang sebagai objek dan menjadi pasif. Pada saat siswa pasif, siswa

mengalami proses tanpa ada rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa ada daya

tarik terhadap hasil belajar siswa.

“Faktor penyebab dari tidak efektifnya sebuah pembelajaran diantaranya


kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan dalam mengajar,
pengambilan model pembelajaran yang tidak tepat dapat menjadi penyebab
kesulitan belajar (kurangnya aktifitas). Hal ini dikarenakan guru kurang

10
Hasil Observasi di MA Nurul Wahid Al-Wahyuni pada tanggal 19 Desember 2019
5

menguasai materi, lebih-lebih kurang persiapan, sehingga cara menerangkan


kurang jelas, sukar dimengerti oleh murid- muridnya. Faktor dari siswa
diantaranya siswa menjadi bosan dan siswa juga cenderung malu atau
kurang percaya diri dalam mengeluarkan ide dan gagasannya.”11

Pendidikan akan berhasil dengan baik jika peserta didik mengetahui

bagaimana seharusnya mereka belajar. Guru juga harus mengetahui serta

mempraktikkan model pembelajaran yang sesuai dan telah teruji kebenarannya.

Oleh karena itu upaya meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik dan

sekaligus meningkatkan prestasi belajar siswa, maka diperlukan adanya perubahan

model pembelajaran untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam penyelesaian

masalah-masalah.

Dengan demikian dalam pembelajaran di MA Nurul Wahid Al-Wahyuni

membutuhkan model pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik mampu

menyelesaikan masalah-masalah. Model pembelajaran yang dianggap sesuai dan

efektif dalam pembelajaran adalah model pembelajaran seperti model

Pembelajaran Berbasis Masalah.

Dalam hal ini semua mata pelajaran di MA Nurul Wahid Al-Wahyuni

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Namun fokus

penelitian yang dilakukan oleh peneliti hanya pada materi Fiqh saja, karena pada

mata pelajaran Fiqih banyak materi yang memang harus siswa pahami dan mampu

mempraktekkannya.

11
Syah Muhibbin, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raya Grafindo Perkasa, 2005), hlm.37
6

Pada mata pelajaran Fiqh di MA Nurul Wahid Al-Wahyuni, siswa masih

banyak yang tidak bisa mempraktekkan materi yang telah mereka pelajari. Oleh

karena itu, untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam mempraktekkan materi

yang dipelajari, maka diperlukan model pembelajaran yang efektif dan efisien,

yakni model Problem Based Learning (PBL).

Dalam wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti kepada guru mata
pelajaran Fiqh Bapak Sirajul Munir, S,Ag. mengatakan bahwa, “model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sangat membantu peserta didik
dalam meningkatkan cara berpikir kritis, kreatif dan terampil. Model PBL ini
juga membantu dalam meningkatkatkan kemampuan kognitif siswa, karena
model pembelajaran PBL ini berpusat kepada siswa, sehingga siswa selalu
aktiv dalam sebuah pembelajaran.”12

Berdasarkan latar belakang di atas, akan dilakukan penelitian dengan judul

“Implementasi Model Problem Based Learning (PBL) dalam Meningkatkan

Kemampuan Kognitif Siswa pada Mata Pelajaran Fiqh di MA Nurul Wahid

Al-Wahyuni Sumberan Besuk Probolinggo”.

B. Identifikasi Masalah

1. Rendahnya kemampuan kognitif siwa pada mata pelajaran Fiqh di MA. Nurul

Wahid Al-Wahyuni.

2. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan dalam mengajar.

3. Kesulitan siswa dalam mempraktekkan materi yang dipelajari.

Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Fiqh, Bapak Sirajul Munir, S,Ag. di MA. Nurul wahid
12

Al-Wahyuni
7

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana implementasi Model Problem Based Learning dalam meningkatkan

kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran Fiqh?

2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam Implementasi Model

Problem Based Learning dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada

mata pelajaran Fiqh?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan langkah Model Problem Based Learning (PBL) dalam

meningkatkan kemampuan kognitif siswa MA Nurul Wahi Al-Wahyuni.

2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam Implementasi

Model Problem Based Learning dalam meningkatkan kemampuan kognitif

siswa pada mata pelajaran Fiqh.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam dunia pendidikan

khususnya bidang pendidikan Fiqih. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh ialah

sebagai berikut.

1. Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi atau khazanah ilmu

pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya yang terkait dengan


8

penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

2. Praktis

a) Bagi siswa

 Diharapkan lebih tertarik belajar karena materi pelajaran dikaitkan

dengan keadaan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

 Diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir dan keterampilan

memecahkan masalah melalui interaksi antara siswa.

b) Bagi guru

Adapun bagi tenaga pendidik (guru) mata pelajaran Fiqih hasil

penelitian ini dapat mengetahui kemampuan kognitif siswa.

c) Bagi sekolah

Dapat memberikan manfaat dalam upaya meningkatkan proses

pembelajaran sehingga lebih mewujudkan efektifitas sumber daya dan

efesiensi waktu khususnya mata pelajaran Fiqih.

d) Bagi peneliti

Hasil penelitian ini akan menjadi pelajaran dan pengalaman bagi

peneliti untuk menyelesaikan tugas skripsi guna mempersiapkan diri

menjadi pendidik yang lebih baik dan professional.

e) Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan refrensi untuk

melakukan penelitian yang berbeda, misal: metode, strategi, atau model


9

pembelajaran yang lain.

F. Definisi Konsep

Supaya memperoleh kesamaan pemahaman mengenai konsep yang termuat

dalam tema skripsi ini maka penulis perlu menegaskan istilah yang menjadi kata

kunci dalam tema ini baik secara konseptual maupun secara operasional.

1. Model Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran inovatif berpusat

pada siswa (student centered) membantu siswa mengembangkan kemampuan

kognitif seperti berpikir kreatif, memecahkan masalah dan kemampuan

komunikasi.13

2. Kognitif merupakan kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan

intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan

memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungakan dan

menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari

untuk memecahkan masalah tersebut.

G. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Anis Khoerun Nisa (2015) yang berjudul

“Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk

Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Peserta didik pada Mata Pelajaran

13
Hafizah Awang dan Ishaka Ramly, Crative Thingking Skill Approach Trough Problem Based
Learning: Pedagogi and Practice in the Engineering Classroom, International Journal of Human and
social 3:1 (2008), h. 18
10

Pemrograman Dekstop Kelas XI RPL SMK Ma’arif Wonosari”. Hasil penelitian

menunjukkan adanya peningkatan keaktifan dan hasil belajar peserta didik yang

ditunjukkan dengan keaktifan peserta didik pada siklus I sebesar 67.97% dan

siklus II sebesar 77.97%. Hasil belajar pengetahuan peserta didik ratarata kelas

pada siklus I sebesar 72.50 dan siklus II sebesar 77.81, sedangkan hasil belajar

keterampilan peserta didik rata-rata kelas pada siklus I sebesar 74.38 dan siklus

II sebesar 88.13. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa

model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan keaktifan dan

hasil belajar kelas XI RPL SMK Ma’arif Wonosari.

2. penelitian yang dilaksanakan oleh Rohmah Ivantri, mahasiswa Program Studi

S1 PGMI STAIN Tulungagung, dengan judul “Implementasi Model

Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

Matematika Pokok Bahasan Penjumlahan Bilangan Pecahan Siswa Kelas IV-B

MI Negeri Jeli Karangrejo Tulungagung”. Dari penelitian yang telah

dilaksanakan, dengan tujuan penelitian tersebut antara lain untuk: (1)

menjelaskan Implementasi model pembelajaran berbasis masalah pada mata

pelajaran matematika pokok bahasan penjumlahan bilangan pecahan siswa

kelas IV-B di MI Negeri Jeli Karangrejo Tulungagung Tahun ajaran 2012/2013.

(2) mendeskripsikan peningkatan prestasi belajar siswa dengan Implementasi

model pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran matematika pokok

bahasan penjumlahan bilangan pecahan siswa kelas IV-B di MI Negeri Jeli

Karangrejo Tulungagung Tahun ajaran 2012/2013. Metode pengumpulan data


11

yang digunakan dalam penelitian ini adalah: tes, observasi, wawancara, catatan

lapangan dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: prestasi siswa

mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II, yaitu pada saat pre test

presentasenya 21,05%, kemudian meningkat pada hasil post test siklus I

presentase ketuntasan belajar menjadi 56,52%, kemudian meningkat lagi pada

hasil post test siklus II, presentase ketuntasan belajar menjadi 82,61%.

3. penelitian yang telah dilaksanakan oleh Rendi Syaifudin Zuhri, mahasiswa

Program Studi SI PGMI STAIN Tulungagung, dengan judul “Meningkatkan

Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Melalui Pendekatan

Kontekstual Berbasis Masalah Pada Siswa Kelas IV Di MI Al Ghozali

Panjerejo Rejotangan Tulungagung Tahun Ajaran 2011/2012”. Dari penelitian

yang telah dilaksanakan, tujuan penelitian tersebut antara lain: (1) untuk

mengetahui pendekatan kontekstual berbasis masalah siswa kelas IV MI

AlGhozali Panjerejo Rejotangan Tulungagung. (2) untuk mengetahui

peningkatan prestasi belajar IPS dengan melalui pendekatan kontekstual

berbasis masalah siswa kelas IV MI Al-Ghozali Panjerejo Rejotangan

Tulungagung. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah: pre test, post test, observasi, dan catatan lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: prestasi belajar mengalami peningkatan,

yaitu pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh 78,68%, meningkat dari

sebelum diberi tindakan hanya 75,54%, sedangkan pada siklus II nilai ratarata
12

yang diperoleh adalah 91,59%.dari sebelum diberi tindakan hanya 75,54%,

sedangkan pada siklus II nilai ratarata yang diperoleh adalah 91,59%.

4. penelitian yang dilakukan oleh Nita Agustina Nur Laila Eka Erfina, mahasiswa

Program Studi S1 PGMI STAIN Tulungagung, dengan judul “Implementasi

Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan

Prestasi Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran IPA MI Assafi’iyah Pikatan

Wonodadi Blitar 2010/2011”. Dari penelitian yang telah dilaksanakan, dengan

tujuan penelitian tersebut antara lain untuk mengetahui peningkatan prestasi

belajar IPA setelah diterapkannya metode Pembelajaran Kontekstual Berbasis

Masalah Siswa kelas V MI Assyafi’iyah pada mata pelajaran IPA Tahun

pelajaran 2010/2011. Metode pengumpulan data yang digunakan pada

penelitian ini adalah: tes, observasi, wawancara, dan catatan lapangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: prestasi belajar siswa mengalami

peningkatan dari siklus I sampai dengan siklus III, yaitu: siklus I (55%), siklus

II (72,5%), dan siklus III (80,45%).

Anda mungkin juga menyukai