IN
GG
I ILM
U
K
E
S
EH
A
S EK O L
AT A N
Volume 11 nomor 2 (Desember 2020) | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
DOI: http://dx.doi.org/10.30633/jkms.v11i1.777
*Email : anggabhaim@gmail.com
ABSTRAK
Berdasarkan data Evaluasi Standar Pelayanan Minimal (SPM) Ruang Bedah RSUD Dr. M.
Zein Painan didapatkan jumlah pasien yang dilakukan tindakan pembedahan pada tahun 2016
sebanyak 200 tindakan, pada tahun 2017 meningkat menjadi 223 tindakan dan pada tahun
2018 dari bulan Januari sampai dengan bulan September sudah tercatat sebanyak 300
tindakan pembedahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan teknik
distraksi dan relaksasi terhadap intensitas nyeri selama perawatan luka operasi. Penelitian ini
dilakukandi Ruang Bedah RSUD M. Zein Painan. Jenis penelitian kuantitatif dengan metode
Quasy Experiment meggunakan pendekatan two group pre-test and posttestt design. Populasi
pada penelitian ini adalah semua pasien post operasi soft tissue tumor di Ruang Bedah RSUD
M. Zein Painan. Jumlah sampel sebanyak 10 orang diambil dengan teknik purposive
sampling (5 orang sampel distraksi dan 5 orang sampel relaksasi). Analisa pada penelitian ini
yaitu analisa univariat dan bivariat dengan uji T-Test. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
rata-rata intensitas nyeri sebelum diberikan teknik distraksi adalah 5,60, sesudah diberikan
teknik distraksi adalah 2,80. Rata-rata intensitas nyeri sebelum diberikan teknik relaksasi
adalah 5,60 sesudah diberikan teknik relaksasi adalah 4,20. Hasil uji hipotesis didapatkan
nilai P Value 0,000 < 0,05, artinya ada perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian ini dapat
disimpulkan ada perbedaan tingkat nyeri pada kelompok distraksi dan kelompok relaksasi.
Hal ini diharapkan menjadi pertimbangan oleh pihak manajemen Rumah sakit untuk
membuatkan panduan/standar prosedur operasional termasuk peraturan untuk menjaga
ketenangan selama pasien dilakukan kombinasi distraksi dan teknik relaksasi serta
menyediakan fasilitas/ruangan khusus yang diperlukan untuk intervensi.
Kata Kunci : Luka, Operasi, Nyeri, Distraksi, Relaksasi
ABSTRACT
Based on the evaluation data of Minimum Service Standards (SPM) Surgery Room Dr. M.
Zein Painan found that the number of patients undergoing surgery in 2016 was 200
procedures, in 2017 it increased to 223 procedures and in 2018 from January to September
there were 300 surgeries recorded. This study aims to determine the comparison of
distraction and relaxation techniques to pain intensity during surgical wound care. This
research was conducted in the Surgical Room of RSUD M. Zein Painan. This type of
quantitative research with the Quasy Experiment method uses a two group pre-test and
S
EH
A
S EK O L
AT A N
Volume 11 nomor 2 (Desember 2020) | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
DOI: http://dx.doi.org/10.30633/jkms.v11i1.777
posttestt design approach. The population in this study were all postoperative soft tissue
tumor patients in the Surgical Room at RSUD M. Zein Painan. The number of samples was 10
people taken by purposive sampling technique (5 samples of distraction and 5 people of
relaxation samples). The analysis in this research is univariate and bivariate analysis with
the T-Test. Based on the research results, the average pain intensity before being given the
distraction technique was 5.60, after being given the distraction technique was 2.80. The
average pain intensity before being given relaxation techniques was 5.60 after being given
relaxation techniques was 4.20. Hypothesis test results obtained P value 0.000 <0.05,
meaning that there is a significant difference. The results of this study can be concluded that
there are differences in the level of pain in the distraction group and the relaxation group.
This is expected to be a consideration by the hospital management to make guidelines /
standard operating procedures including regulations to maintain calm during a combination
of distraction and relaxation techniques as well as providing special facilities / rooms needed
for intervention.
Keywords: Wounds, Operation, Pain, Distraction, Relaxation
S
EH
A
S EK O L
AT A N
Volume 11 nomor 2 (Desember 2020) | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
DOI: http://dx.doi.org/10.30633/jkms.v11i1.777
operasi pada tahun 2017 tercatat resiko yang sangat rendah. Tindakan
sebanyak 890 kasus dari 1468 kasus. tersebut diperlukan untuk
Nyeri merupakan salah satu mempersingkat episode nyeri yang
keluhan tersering pada pasien setelah berlangsung hanya beberapa detik atau
mengalami suatu tindakan perawatan menit. Tindakan non farmakologis dapat
luka (Smeltzer and Bare, 2012). Nyeri dilakukan dengan menggunakan teknik
pasca bedah termasuk masalah keluhan relaksasi dan distraksi. Teknik relaksasi
pasien tersering di Rumah Sakit. dapat digunakan saat individu dalam
Sebanyak 77% pasien pasca bedah (pada kondisi sehat atau sakit dan merupakan
hari ke 2) mendapat pengobatan anti upaya pencegahan untuk membantu
nyeri yang tidak adekuat dengan 71% tubuh segar kembali dengan
pasien masih mengalami nyeri setelah meminimalkan rasa nyeri (Potter &
diberi obat dan 80%nya mendiskripsikan Perry, 2015).
masih mengalami nyeri sedang hingga Menurut Zen Zainul, dengan
berat (Agung, 2013). proses relaksasi atau pengenduran,
Nyeri yang dirasakan pasien post penyegaran kembali (Refreshing)
bedah merupakan pengalaman yang organ-organ tubuh akan sesekali
bersifat subjektif atau tidak dapat mengalami fase istirahat. Berdasarkan
dirasakan oleh orang lain (Potter & pengertian di atas, maka dapat
Perry, 2015). Nyeri sangat mengganggu disimpulkan bahwa teknik relaksasi
dan menyulitkan lebih banyak orang adalah salah satu bentuk terapi yang
dibanding suatu penyakit manapun. berupa pemberian intruksi kepada
Pasien yang merasakan nyeri akan seseorang dalam bentuk
merasa menderita atau tertekan dan gerakan-gerakan yang tersusun secara
mencari upaya untuk mengurangi nyeri sistematis untuk merilekskan pikiran dan
yang dirasakannya (Enda, 2011). Salah anggota tubuh seperti otot-otot dan
satu tindakan yang dilakukan oleh mengembalikan kondisi dari keadaan
perawat akan melakukan intervensi tegang keadaan rileks, normal dan
nyeri atau menghilangkan nyeri untuk terkontrol, mulai darigerakan tangan
mengembalikan pasien dalam keadaan sampai kepada gerakan kaki (Zainul,
nyaman (Potter&Perry, 2015). Zen, 2007).
Upaya yang dapat dilakukan Distraksi adalah megalihkan
untuk mengatasi nyeri yaitudengan perhatian pasien pada sesuatu selain
manajemen nyeri yang di bagi dalam pada nyeri dapat menjadi strategi yang
dua tindakan, yaitu tindakan sangat berhasil dan mungkin merupakan
farmakologi dan non farmakologi. mekanisme terhadap teknik kognitif
Tindakan farmakologi merupakan efektif lainnya. Distraksi diduga dapat
tindakan kolaborasi antara perawat menurunkan persepsi nyeri dengan
dengan dokter, yang menekankan pada menstimulasi sistem kontrol desenden,
pemberian obat analgesik. yang mengakibatkan lebih sedikit
Penatalaksanaan nyeri dengan tindakan stimuli nyeri yang ditransmisikan ke
non farmakologi merupakan metode otak (Smeltzer and Bare, 2012).
yang lebih sederhana, murah, praktis, Teknik relaksasi yang digunakan
dan tanpa efek yang merugikan (Potter dalam mengatasi nyeri yaitu dengan
& Perry, 2015). nafas dalam. Keuntungan dari teknik
Metode pereda nyeri non relaksasi nafas dalam antara lain dapat
farmakologis biasanya mempunyai dilakukan setiap saaat di mana saja dan
S
EH
A
S EK O L
AT A N
Volume 11 nomor 2 (Desember 2020) | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
DOI: http://dx.doi.org/10.30633/jkms.v11i1.777
S
EH
A
S EK O L
AT A N
Volume 11 nomor 2 (Desember 2020) | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
DOI: http://dx.doi.org/10.30633/jkms.v11i1.777
berat pada hari pertama post operasi, 5 operasi sebelum dan sesudah pemberian
orang dengan skala nyeri sedang pada teknik distraksi dan relaksasi dengan
hari kedua post operasi, dan 2 orang cara observasi dan intervensi. Data yang
pada skala nyeri ringan hari ketiga post mendukung penelitian ini adalah
operasi. berskala nominal. Setelah dilakukan uji
Berdasarkan uraian diatas maka normalitas didapatkan nilai p>0,05 yang
penelitimelakukan penelitian tentang menunjukkan bahwa data berdistribusi
perbandingan teknik distraksi dan normal dan uji hipotesis yang digunakan
relaksasi terhadap intensitas nyeri adalah uji parametric yaitu uji
perawatan luka operasi di Ruang Bedah. independen t-test.
S
EH
A
S EK O L
AT A N
Volume 11 nomor 2 (Desember 2020) | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
DOI: http://dx.doi.org/10.30633/jkms.v11i1.777
S
EH
A
S EK O L
AT A N
Volume 11 nomor 2 (Desember 2020) | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
DOI: http://dx.doi.org/10.30633/jkms.v11i1.777
Stimulasi yang menyenangkan dari luar bahwa intensitas nyeri pasien fraktur
juga dapat merangsang sekresi endorfin, sebelum relaksasi adalah 4,90 dengan
sehingga stimulasi nyeri yang dirasakan intensitas terendah adalah 3 dan tertinggi
oleh klien menjadi berkurang. adalah 7.
Menurut asumsi peneliti bahwa Teknik relaksasi yang
responden pada penelitian ini nyeri yang digunakan dalam mengatasi nyeri yaitu
dialami setiap responden berbeda-beda dengan nafas dalam. Keuntungan dari
mulai dari sebelum operasi peneliti teknik relaksasi nafas dalam antara lain
mengkaji respon nyeri pasien dengan dapat dilakukan setiap saat di mana saja
pengalaman nyeri yang berbeda. Setelah dan kapan saja, caranya sangat mudah
dilakukan teknik distraksi relaksasi dan dapat dilakukan secara mandiri oleh
pasien diambil skala nyeri dan hasilnya pasien tanpa suatu media.
kebanyakan dari mereka menyatakan Teknik relaksasi nafas dalam
nyeri berkurang, tetapi ada juga dari merupakan salah satu tindakan yang
responden menyatakan nyeri masih dapat menstimualsi tubuh untuk
menetap. Dalam penelitian ini mengeluarkan opioid endogen yaitu
pengurangan nyeri dilakukan dengan endorphin dan enfekalin yang memiliki
cara distraksi. sifat seperti morfin dengan efek
Hal ini sejalan dengan teori analgetik.Teknik relaksasi nafas dalam
menurut Hartanti (2015) distraksi adalah dipercaya dapat menurunkan intensitas
metode untuk mengalihkan perhatian nyeri melalui mekanisme yaitu dengan
pasien pada hal-hal yang lain sehingga merelaksasikan otot-otot skelet yang
pasien akan lupa terhadap yang dialami, mengalami spasme yang disebabkan
salah satunya dengan cara oleh peningkatan prostaglandin sehingga
mendengarkan musik. Musik merupakan terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan
salah satu teknik distraksi yang akan meningkatkan aliran darah ke
dapatmenjadikan nyaman dan tenang, daerah yang mengalami spasme dan
memiliki tempo 60-80beats per menit iskemik. Pernyataan lain menyatakan
dan sangat tepat digunakan karena bahwa penurunan nyeri oleh teknik
selaras dengan detak jantung manusia relaksasi nafas dalam disebabkan ketika
yaitu musik klasik. seseorang melakukan relaksasi nafas
dalam untuk mengendalikan nyeri yang
2. Rerata Intensitas Nyeri Pada dirasakan, maka tubuh akan
Kelompok Relaksasi meningkatkan komponen saraf
Berdasarkan hasil penelitian parasimpatik secara stimulan, maka ini
didapatkan bahwa rata-rata intensitas menyebabkan terjadinya penurunan
nyeri pada kelompok relaksasi adalah kadar hormon kortisol dan adrenalin
4,20 dengan intensitas terendah adalah 3 dalam tubuh yang mempengaruhi
dan intensitas tertinggi adalah 5. tingkat stress seseorang sehingga dapat
Hasil penelitian ini sejalan meningkatkan konsentrasi dan membuat
dengan penelitian sebelumnya yang klien merasa tenang untuk mengatur
dilakukan oleh Ervatamia (2017) ritme pernafasan menjadi teratur
tentang perbandingan efektifitas teknik (Smeltzer & Bare, 2012).
relaksasi dan teknik distraksi terhadap Menurut asumsi peneliti bahwa
penurunan intensitas nyeri pada pasien responden mengalami perubahan skala
fraktur di ruangan bedah RSUD Prof. dr. nyeri setelah dilakukan relaksasi karena
W. Z. Johannes Kupang, menemukan responden merasa otot-otot tubuh
S
EH
A
S EK O L
AT A N
Volume 11 nomor 2 (Desember 2020) | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
DOI: http://dx.doi.org/10.30633/jkms.v11i1.777
menjadi rileks dan nyaman apalagi lebih merasakan akibat trauma langsung
setelah nafas dalam nyeri semakin (langsung terbentur dengan benda keras)
berkurang. Dengan demikian dapat akan lebih nyeri. Gaya koping
disimpulkan bahwa dengan teknik masing-masing responden dalam
relaksasi, nyeri pasien pasien post mempersepsikan nyeri juga
operasi dapat berkurang. Pemberian mempengaruhi nyeri yang dialami
distraksi relaksasi diberikan tidak hanya responden.
sekali tetapi berkali-kali hingga Semakin responden
responden merasa nyeri berkurang. menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan sekitar, maka relaksasi
B. Analisis Bivariat dibandingkan teknik distraksi dalam
Perbandingan Teknik Distraksi dan menurunkan intensitas nyeri pada pasien
Relaksasi Terhadap Intensitas Nyeri dikarenakan pada kelompok distraksi,
Selama Perawatan Luka Operasi tindakan bertujuan untuk mengalihkan
Berdasarkan hasil uji perhatian responden ke hal lain sehingga
independent t test dalam tabel 4.7, nilai menurunkan kewaspadaan terhadap
p (sig (2-tailed)) = 0,000 lebih kecil dari nyeri. Namun, keefektifan teknik
nilai α (0,05), maka Ha diterima yang distraksi (mendengarkan musik)
artinya ada perbedaan tingkat nyeri tergantung pada kemampuan responden
pasien sesudah tindakan distraksi dan untuk menerima input sensori selain
relaksasi. Namun, penurunan rata-rata nyeri, dalam hal ini apakah responden
nyeri dari kedua kelompok diketahui menikmati musik yang didengarkan,
bahwa distraksi 2,80 dan relaksasi 4,20 ataukah responden tidak menikmati atau
sehingga teknik distraksi lebih efektif tidak menyukai music tersebut.
dalam menurunkan nyeri (2,80 < 4,20 = Pada kelompok relaksasi (napas
1,4) dibandingkan dengan teknik dalam), responden melakukan periode
relaksasi. menarik dan menghembuskan napas
Hasil penelitian ini sejalan secara teratur sesuai instruksi peneliti
dengan penelitian yang dilakukan oleh dan dapat memberikan perasaan rileks
Ervatamia (2017) tentang perbandingan atau nyaman yang pada akhirnya akan
efektifitas teknik relaksasi dan teknik meningkatkan toleransi persepsi
distraksi terhadap penurunan intensitas responden dalam menurunkan rasa nyeri
nyeri pada pasien fraktur di ruangan yang dialami. Jika seseorang mampu
bedah RSUD Prof. dr. W. Z. Johannes nyeri karena kesulitan saat
Kupang, menemukan bahwa ada menggerakkan tubuh.
perbedaan rata-rata antara intensitas Menurut asumsi peneliti,
nyeri pasien fraktur sebelum dan adanya perbedaan rata-rata setelah
sesudah dilakukan tindakan relaksasi dilakukan teknik relaksasi dan teknik
dan distraksi. distraksi, dan lebih efektifnya teknik
Tidak homogennya penyebab, distraksi karena meningkatkan
lokasi dan jenis fraktur yang dialami toleransinya terhadap nyeri, maka
responden pun mempengaruhi intensitas seseorang akan mampu beradaptasi
nyeri yang dirasakan responden. Luka dengan nyeri, dan juga akan memiliki
operasi yang dialami responden pertahanan diri yang baik pula.
dibandingkan dengan trauma tidak Penurunan nyeri setelah teknik relaksasi
langsung. Responden yang mengalami dan distraksi juga dipengaruhi oleh
luka operasi pada area ekstremitas akan beberapa faktor, seperti jenis kelamin,
S
EH
A
S EK O L
AT A N
Volume 11 nomor 2 (Desember 2020) | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
DOI: http://dx.doi.org/10.30633/jkms.v11i1.777
S
EH
A
S EK O L
AT A N
Volume 11 nomor 2 (Desember 2020) | https://jurnal.syedzasaintika.ac.id
DOI: http://dx.doi.org/10.30633/jkms.v11i1.777