Anda di halaman 1dari 8

RELEKSASI GENGGAM JARI TERHAAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI

POST SECTIO CAESAREA DIRUANG MELATI 2A RSUD DR SOEKARDJO


TASIKMALAYA
KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai


Gelar Ners :

RESTI YANTI
221FK09017

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS


ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Persalinan Menurut Arda D dan Hartaty (2021) merupakan proses


yang terjadi dimulai dari terbukanya leher rahim hingga proses keluarnya
bayi, serta plasenta melalui jalan lahir (rahim). Persalinan dibagi dalam
tiga jenis yaitu : persalinan normal, persalinan buatan, dan persalinan
anjuran/induksi. Persalinan adalah proses persalinan yang melalui vagina
(pervaginam). Persalinan anjuran atau induksi terjadi setelah pemecahan
ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin, sedangkan persalinan
buatan adalah persalinan dengan bantuan tenaga dari luar misalnya
dengan forceps atau Sectio Caesarea (SC). Tindakan SC dilakukan untuk
mencegah kematian janin maupun ibu yang dikarenakan bahaya atau akan
terjadi komplikasi apabila ibu melahirkan secara pervaginam. Sectio
caesarea (SC) atau biasa disebut operasi sesar merupakan salah satu
tindakan persalinan untuk mengeluarkan bayi melalui sayatan pada
abdomen/ laparotomi dan uterus/ histerotomi. Meskipun memiliki risiko
komplikasi, terkadang SC merupakan cara terbaik untuk menjaga
keselamatan ibu dan melahirkan janin dengan selamat (Darmawan
Josephine, (2022) https://www.alomedika.com/tindakan- medis/obstetrik-
daginekologi/sectio-caesarea, diperoleh tanggal 04 Februari 2023).
Operasi Sectio Caesarea (SC) Menurut World Health Organization
(WHO), menyatakan standar dilakukan operasi SC sekitar 5-15%. Data
WHO dalam Global Survey on Maternal and Perinatal Health
menunjukkan sebesar 46,1% dari seluruh kelahiran dilakukan melalui SC
(World Health Organization, 2019). Berdasarkan data RISKESDAS tahun
2018, jumlah persalinan dengan metode SC di Indonesia sebesar 17,6%.
Indikasi dilakukannya persalinan secara SC disebabkan oleh beberapa
komplikasi dengan persentase sebesar 23,2% diantaranya posisi janin
melintang/sunsang (3,1%), perdarahan (2,4%,) kejang (0,2%), ketuban
pecah dini 2 (5,6%), partus lama (4,3%), lilitan tali pusat (2,9%), plasenta
previa (0,7%), plasenta tertinggal (0,8%), hipertensi (2,7%), dan lainnya
(4,6%) (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Menurut data SKDI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia)
tahun 2017, menyatakan angka kejadian persalinan di Indonesia dengan
metode SC sebanyak 17% dari total jumlah kelahiran di fasilitas
kesehatan. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan angka persalinan
melalui metode SC (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Prevalensi tindakan SC pada persalinan sebesar 17,6 %, tertinggi di
wilayah DKI Jakarta 31,3% dan terendah di Papua 6,7%. Sedangkan di
Jawa Barat persalinan dengan tindakan SC yaitu 15,48%. Persentase ibu
yang melahirkan secara SC karena posisi janin melintang 3,57%,
perdarahan 2,85%, kejang 0,17%, ketuban pecah dini 6,31%, partus lama
4,08%, lilitan tali pusat 3,35%, plasenta previa 0,84%, plasenta tertinggal
0,96%, hipertensi 4,63%, dan lainnya 4,63% (Riset Kesehatan Dasar,
2018). Berdasarkan buku medical record ruangan terdapat angka Post
Sectio Caesarea di Ruang Melati 2A RSUD dr. Soekardjo sejumlah 258
pada bulan Juli sampai Desember pada tahun (2022).

Tindakan SC menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan


dengan adanya luka tersebut, akan merangsang nyeri yang disebabkan
jaringan luka mengeluarkan prostaglandin dan leukotriens yang
merangsang susunan saraf pusat, serta adanya plasma darah yang akan
mengeluarkan plasma extravasation sehingga terjadi edema dan
mengeluarkan bradidikin yang merangsang susunan saraf pusat, kemudian
diteruskan ke spinal cord untuk mengeluarkan impuls nyeri. Nyeri akan
menimbulkan berbagai masalah, baik masalah fisik maupun psikologis.
Masalah-masalah tersebut saling berkaitan Apabila masalah-masalah
tersebut tidak segera diatasi akan menimbulkan masalah yang kompleks
(Abasi, 2017).
Salah satu untuk menangani masalah yang timbul setelah
post SC tersebut dengan memberikan manajemen nyeri non farmakologi.
Manajemen nyeri non farmakologis yang dapat dilakukan sebanyak yang
terpenting meningkatkan kenyamanan pasien diantaranya terapi music,
teknik meditasi, pijat reflex, obat herbal, hipnotis, terapi sentuh, message
dan teknik relaksasi. Salah satu teknik relaksasi yaitu genggam jari yang
dapat memberikan efek untuk mengurangi rasa nyeri sambil menarik
nafas dalam dapat memberikan keteangan pikiran, mengontrol emosi,
melancarkan aliran dalam darah, serta memberikan pengontrolan diri pada
individu ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri (Dolang Wiwin
Mariene, Pattipeilohy Diana Valencia 2018).

Genggam jari menurut hasil penelitian (Tyas Ayuning Dina dan


Sadanoer Maulina Ira (2019) menunjukan bahwa ada penurunan intensitas
nyeri sebelum dilakukan tindakan dengan sesudah tindakan yang tadinya
intensitas nyeri sedang 4 (1-10) menjadi ringan 3 (1-10). Hal ini
disebabkan karena pengaruh dalam teknik relaksasi genggam jari yang
mengakibatkan pintu gerbang tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat
dan berkurang dengan tingkat nyeri sebelum diberikan intervensi rata rata
nyeri berat dan setelah diberikan intervensi rata rata nyeri sedang.
Demikian pula penelitian Yulyana Nispi, Liansyi Yunia dan Savitri
Wewet (2020), menunjukan bahwa adanya penurunan intensitas nyeri
sebelum diberikan intervensi sebelum diberi teknik relaksasi genggam jari
rata rata 3,05 dan rata rata sesudah diberi teknik relaksasi genggam jari
0,77. Hal ini disebabkan karena teknik relaksasi genggam jari ada
pengaruh untuk menurunkan intensitas nyeri post SC.
Hasil penelitian Laila Ani, Novita Yessi, Sartika Yan, Susanti Ari
(2021) mengemukakan sebelum dilakukan intervensi didapatkan 6,05 dan
setelah dilakukan intervensi 1,50 diperoleh hasil (p value 0,000) 𝛼 <0,05
yaitu ada pengaruh teknik relaksasi genggam jari terhadao intensitas nyeri
pada pasien post SC. Hasil penelitian Wijayanti Endah, Ts Furry Riezky,
B Supriyadi (2022) mengemukakan sebelum dilakukan teknik relaksasi
genggam jari yaitu sebanyak 21 responden (65,6%). Setelah dilakukan
teknik relaksasi genggam jari berubah menjadi sebagian besar responden
mengalami nyeri ringan yaitu sebanyak 19 responden (59,4%) (p value =
0,000) ≤ 𝛼 = 0,5 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signitifikan antara intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan
intervensi teknik relaksasi genggam jari karena pendampingan yang
diberikan membuat ibu lebih bisa meluapkan rasa emosional yang
dirasakan, ibu mempunyai teman untuk bercerita tentang keluahanya,
sehingga nyeri yang dirasakan ibu berkurang, ibu menjadi lebih semangat
dan berusaha untuk lebih cepat sembuh.
Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa teknik relaksasi genggam jari dapat
menurunkan intensitas nyeri pada ibu post SC karena teknik relaksasi ini dapat
mengendalikan dan mengembalikan emosi yang akan membuat tubuh menjadi rileks.
Perlakuan relaksasi genggam jari akan menghasilkan impuls yang dikirim melalui serabut
saraf aferen nosiseptor – non nosiseptor. Serabut saraf non nosiseptor mengakibatkan
“pintu gerbang” tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat dan berkurang (Brinks, 2019).
Data yang diperoleh melalui medical record ruangan terdapat angkat
Post Sectio Caesarea di Ruang Melati 2A RSUD dr Soekardjo sejumlah 258
pada bulan Juli sampai Desember pada tahun 2022. Dampak yang terjadi
setelah post SC, pasien akan mengalami nyeri pada luka operasi, pasien jadi
tidak berani bergerak karena takut dan nyeri sehingga pasien tidak mau untuk
beraktivias secara mandiri.
Peran perawat dalam menangani nyeri post SC sangatlah penting
sebagai salah satu pemenuhan bio psiko sosial spiritual terutama tindakan
secara mandiri yaitu manajemen nyeri non farmakologi dengan genggam jari.
Hasil penelitian pun telah banyak dilakukan dan terbukti efektif untuk
menurunkan intensitas nyeri, oleh karena itu peneliti tertarik untuk
menerapkan teknik relaksasi genggam jari untuk menurunkan intensitas nyeri
pada ibu post SC dengan pendekatan asuhan keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
Nyeri post SC merupakan keluhan utama yang sering dirasakan pasien sebagai akibat
terputusnya kontinuitas jaringan, sehingga pasien tidak dapat melakukan aktivitas. Salah
satu untuk mengatasi masalah tersebut, dengan menerapkan manajemen non farmakologi
yaitu teknik relaksasi genggam jari. Hasil penelitian yang terkait dengan teknik relaksasi
genggam jari sudah banyak dan efektif untuk menurunkan intensitas nyeri, namun
penerapan langsung dalam asuhan keperawatan terutama diruang postpartum RSUD
Soekardjo Kota Tasikmalaya belum banyak sehingga rumusan masalah ini bagaimana
penerapan teknik relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri post sectio caesarea di
Ruang melati 2A RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
1.3 Tujuan

1. Mampu melaksanakan proses keperawatan pada Ny A P1A0 Post SC hari kedua di


Ruang Melati 2A RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya

2. Mampu menerapkan Teknik releksasi genggam jari pada Ny A P1A0 Post SC hari
ke dua di Ruang Melati 2A RSUD dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya

3. Mampu menganalisis Teknik releksasi genggam jari pada Ny A P1A0 Post SC


hari ke dua di Ruang Melati 2A dr.Soekardjo Kota Tasikmalaya

1.4 Manfaat

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan keperawatan


Maternitas terutama terapi Teknik Relaksasi Genggam Jari sebagai salah satu
alternative non farmakologis untuk mengatasi nyeri post SC.

2. Bagi RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya

Untuk meningkatkan pelayanan keperawatan maternitas, dapat dijadikan salah satu


sumber dalam penerapan terapi Teknik releksasi genggam jari sebagai salah satu
untuk mengatasi nyeri post Sc non farmakologis selain non farmakologis lainnya
yang seing dilakukan perawat.

3. Bagi ruang Melati 2A

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada diruang Melati 2A
dalam Upaya meningkatkan pelayanan keperawatan maternitas, khususnya pada
kasus post Sc.

4. Bagi profesi keperawatan

Sebagai bahan referensi dalam mengatasi nyeri post Sc non farmakologis selain
terapi non farmakologis lainnya.

5. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana Kota Tasikmalaya

Sebagai referensi untuk menerapkan teknik releksasi genggam jari sebagai salah
satu alternatif penanganan nyeri non farmakologis pada pasien post Sc dalam
melakukan perawatan klien baik dirumah sakit maupun dimasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai