Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pendidikan adalah proses pembentukan sikap dan tingkah laku manusia

baik secara individu maupun kelompok menuju pendewasaan mereka, melalui

pengajaran dan latihan serta mengarahkan mereka agar mendapatkan pengetahuan

dan pengertian.1 Dengan pendidikan, seseorang dari yang awalnya tidak

mengetahui apa-apa menjadi mengetahui segalanya dengan adanya pendidikan

tersebut. Pendidikan sendiri bertujuan untuk mengembangkan potensi yang

dimiliki peserta didik agar bermanfaat bagi diri sendiri, orang lain dan tentunya

bagi bangsa dan negara.

Dalam pendidikan ada hal utama yang harus diupayakan oleh seseorang

untuk mengubah diri peserta didik yang dari awal tidak mengetahui apa-apa

menjadi seseorang yang mengetahui segalanya dengan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Dalam pendidikan itu sendiri sangat diperlukan tenaga kependidikan

yang biasanya disebut guru.

Guru dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz dalam bahasa Arab, yang

bertugas memberikan ilmu dalam mejelis taklim. Artinya, guru adalah `seseorang

yang memberikan ilmu. Guru juga merupakan pekerjaan yang memerlukan

keahlian khusus.2 Karena tidak mudah mendidik dan menyampaikan sesuatu hal

1
Abd. Aziz, Orientasi Sistem Pendidikan Agama di Sekolah. (Yogyakarta: Teras. 2010), hlm. 1
2
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi Guru
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2013), hlm. 23

1
2

kepada seseorang atau peserta didik yang memang dari awalnya tidak mengetahui

apa-apa.

Guru merupakan tombak pertama didalam menentukan arah pendidikan

setelah orang tua karena guru merupakan pengganti orang tua saat disekolah. Oleh

karena itu, guru harus memberikan proses pengajaran yang secara optimal kepada

siswa.

Guru harus kreatif melaksanakan proses belajar mengajar, baik pada

proses pemilihan bahan ajar, metode, maupun alat yang digunakan sebagai bahan

penunjang pembelajaran.3 Dalam proses belajar mengajar, seorang guru dituntut

untuk kreatif dan memberikan sebuah pengajaran dengan menggunakan metode-

metode yang tepat dalam mengajar serta yang menyenangkan terhadap siswa agar

tidak bosan dalam belajar. Selain cara mengajar yang menyenangkan, guru juga

harus menciptakan susasana belajar yang bervariasi dengan menggunakan

berbagai macam model atau cara dalam mengajar sebagai salah satu upaya agar

siswa tidak bosan dengan model atau cara mengajar seorang guru yang monoton

atau dalam artian guru yang hanya menerapkan satu model pembelajaran saja.

Seiring dengan berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi

semakin canggih dan otomatis pola pikir masyarakat tentang teknologi dan ilmu

pengetahuan berkembang dalam berbagai macam aspek. Sehingga perlu adanya

inovasi dalam pendidikan, metode dalam mengajar yang mana tidak seperti pada

zaman dahulu lagi yang bisa dikatakan ketinggalan zaman atau metode mengajar

tradisional yang dalam melakukan pembelajaran hanya dengan metode ceramah.

3
D. Deni Koswara dan Halimah, Bagaimana Menjadi Guru Kreatif (Bandung: PT Pribumi Mekar,
2008), hlm. 44.
3

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, maka

terciptalah model, metode atau strategi dalam pembelajaran yang mana tujuannya

yaitu tidak lain untuk memudahkan seorang guru dalam mengajar karena disana

sudah terkonsep langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam kegiatan

pembelajaran. Selain itu, juga bertujuan agar peserta didik tidak merasa bosan

dalam belajar karena seorang guru yang hanya menerapkan cara mengajar yang

tradisional yaitu dengan metode ceramah.

Pembelajaran penemuan ini berhubungan dengan ide Piaget, yang pernah

mengatakan bahwa setiap kali Anda member tahu murid, maka murid tidak

belajar. Pendidik John Dewey dan psikolog kognitif Jerome Bruner

mempromosikan konsep pembelajaran penemuan dengan mendorong guru untuk

member murid kesempatan belajar sendiri.4 Pembelajaran penemuan (discovery

learning) muncul dari keinginan untuk memberi rasa senang kepada siswa dalam

menemukan sesuatu oleh mereka sendiri, dengan mengikuti jejak para ilmuwan.5

Perkembangan atau perubahan pendidikan adalah hal yang seharusnya terjadi

seiring dengan perubahan budaya pendidikan. Pendidikan yang mampu

mendukung pembangunan pada masa mendatang adalah pendidikan yang mampu

mengembangkan potensi anak didik serta mampu menerapkan konsep yang telah

dipelajari di sekolah untuk menghadapi problema yang mungkin akan dihadapi

dalam kehidupan di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

Discovery learning yakni proses pembelajaran yang berfokus pada

penemuan masalah dimana siswa berperan aktif dalam pembelajaran yang berasal

dari pengelaman-pengalaman nyata siswa. Penggunaan discovery learning


4
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 490.
5
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi Guru
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2013), hlm. 241.
4

ditujukan untuk mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif,

serta mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented.

Discovery learning mengubah modus expository peserta didik yang hanya

menerima informasi dari guru ke modus discovery di mana siswa menemukan

informasi sendiri.6

Perbedaan model pembelajaran discovery learning dengan yang lain

yaitu discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau

prinsip yang sebelumnya tidak diketahui, masalah yang dihadapkan pada siswa

merupakan hasil rekayasa guru7 serta materi yang disampaikan tidak dalam bentuk

final.

Pelaksanaan model pembelajaran discovery learning menuntut aktivitas

belajar yang bersifat individual atau dalam kelompok-kelompok kecil.8 Dalam

pembelajaran discovery learning terdapat beberapa langkah-langkah atau

prosedur, yaitu pemberian rangsangan, identifikasi masalah, pengumpulan data,

pemrosesan data, pembuktian dan menarik kesimpulan.9

Dalam penerapannya, terdapat beberapa masalah yang akan dijumpai

oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran discovery learning. Masalah

pertama, karena kemampuan dan kecepatan belajar siswa tidak sama. Masalah

lain adalah kemungkinan bentuk kerjasama, dalam kelas besar tidak mungkin

semua anak dapat bekerjasama. Kerjasama hanya akan dilakukan oleh anak-anak

yang aktif, yang lain mungkin hanya akan menanti atau menonton. 10 Oleh karena

6
E. Mulyasa, Revolusi dan Inovasi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), hlm.
127.
7
Ibid.
8
Abd. Aziz, Orientasi Sistem Pendidikan Agama di Sekolah (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 71
9
E. Mulyasa, Revolusi dan Inovasi Pembelajaran, hlm. 128
10
Ibid.
5

itu, penerapan model pembelajaran discovery learning disini lebih menekankan

pada keaktifan peserta didik dalam menemukan masalah yang mana masalah

tersebut akan menjadi sumber pembelajaran bagi diri peserta didik.

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan suatu pelajaran yang

penting. Karena pembelajaran pendidikan agama Islam yang selama ini

berlangsung agaknya terasa kurang terkait atau kurang perhatian terhadap

persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif

menjadi makna dan nilai yang perlu diinternasionalkan dalam diri peserta didik

untuk bergerak, berbuat dan berperilaku secara kongkrit-agamis dalam kehidupan

praksis sehari-hari.11

Berdasarkan pengamatan awal peneliti pada tanggal 14 januari 2019 di

SMA al-Islamiyah Teja Barat Pamekasan sudah menerapkan metode-metode

belajar mengajar yang bervariasi dan tentunya tidak membuat peserta didik

merasa bosan serta tidak senang dengan pelajaran yang sedang berlangsung.

Pendidik disana sudah menerapkan berbagai macam model dan strategi

pembelaran yang bervariasi. Akan tetapi tetap pada beberapa materi dan mata

pelajaran yang lain juga diterapkan metode mengajar menggunakan metode

ceramah. Meskipun SMA al-Islamiyah sekolah swasta akan tetapi dengan guru-

guru yang professional yang membimbing dan mengayomi siswa dengan penuh

ketelatenan serta kerja kerasnya. Lembaga ini meskipun merupakan sekolah

swasta akan tetapi tingkat kepedulian pengelolaannya cukup tinggi, metode-

metode yang diterapkan serta penggunaan kurikulum 2013 menandakan

bahwasanya sekolah ini tidak kalah dengan sekolah umum yang lainnya.

11
Siswanto, Pendidikan Islam Kontekstual (Surabaya: Pena Salsabila, 2013), hlm. 21.
6

SMA Al-Islamiyah Teja Barat Pamekasan adalah sebagai objek

penelitian, selain karena SMA Al-Islamiyah tersebut merupakan sokolah swasta

juga karena di sekolah tersebut sudah menggunakan kurikulum 2013 dan jarak

dari tempat tinggal peneliti ke SMA Al-Islamiyah tersebut dekat sehingga

memudahkan peneliti untuk lebih sering dan agar lebih dengan guru serta siswa

disekolah ini. Dari latar belakang tersebut, peneliti berkeinginan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery

Learning Pada Pembelajaran PAI di SMA Al- Islamiyah Teja Barat Pamekasan”.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana langkah-langkah penerapan model pembelajaran discovery

learning pembelajaran PAI di SMA al-Islamiyah Teja Barat Pamekasan?

2. Apa faktor pengambat dalam menerapkan model pembelajaran discovery

learning pada pembelajaran PAI di SMA al-Islamiyah Teja Barat

Pamekasan?

3. Apa faktor pendukung dalam menerapkan model pembelajaran discovery

learning pada pembelajaran PAI di SMA al-Islamiyah Teja Barat

Pamekasan?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran discovery learning di

bidang mata pelajaran PAI di SMA al-Islamiyah Teja Barat Pamekasan.


7

2. Mendeskripsikan faktor penghambat dalam menerapkan model pembelajaran

discovery learning di bidang mata pelajaran PAI di SMA al-Islamiyah Teja

Barat Pamekasan.

3. Mendeskripsikan faktor pendukung dalam menerapkan model pembelajaran

discovery learning di bidang mata pelajaran PAI di SMA al-Islamiyah Teja

Barat Pamekasan.

D. Kegunaan Peneletian

Dengan tercapainya tujuan sebagaimana yang telah disebutkan, maka

hasil penelitian ini duharapkan bisa digunakan.

1. Bagi kepala SMA al-Islamiyah Teja Barat Pamekasan

Penelitian ini berguna untuk membina serta membimbing kepada staff guru

dalam menerapkan berbagai macam strategi dalam mengajar dan kepada

semua siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran.

2. Bagi guru di SMA al-Islamiyah Teja Barat Pamekasan

Dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru untuk selalu memberikan

evaluasi dan motivasi kepada siswanya serta penelitian ini diharapkan

menjadi bahan acuan dalam mengembangkan kualitas mengajar dan

diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan

pembelajaran.

3. Bagi siswa SMA al-Islamiyah Teja Barat Pamekasan

Hasil penelitian ini berguna untuk siswa, yaitu untuk menjadikan siswa lebih

aktif dalam kelas serta mengajarkan siswa untuk belajar mandiri dan tidak

bergantung kepada guru.


8

4. Bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura

Penelitian ini memungkinkan untuk menjadi salah satu sumber kajian bagi

kalangan mahasiswa, baik sebagai bahan pengajuan materi perkuliahan serta

dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penambah tulisan ilmiah serta

dapat dijadikan perbandingan bagi mahasiswa dalam penulisan karya ilmiah

selanjutnya dan khususnya bagi mahasiswa jurusan tarbiyah dapat menjadi

salah satu sumber pustaka dalam perkuliahan maupun untuk kepentingan

lainnya yang pokok kajiannya mungkin terdapat kesamaan.

5. Bagi peneliti

Bagi peneliti, hasil penelitian ini akan selamanya menjadi pengalaman yang

baik dan terindah yang tidak mungkin terlupakan, selain memberikan

pengalaman juga memberikan pengetahuan tentang hal penelitian serta dapat

memperluas khazanah keilmuan peneliti.

E. Definisi Istilah

Definisi istilah ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah penafsiran

pembaca terhadap hasil laporan penelitian ini, disamping itu agar terjadi

keseragaman pemahaman serta memudahkan pembaca dalam memahami judul.

Adapun istilah yang perlu diberikan batasan masalah dalam judul penelitian ini

sebagai berikut :

1. Model pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk

mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, maka

hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan

mudah dilupakan oleh siswa. Dengan belajar penemuan (discovery learning),


9

siswa juga belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem

yang dihadapi. Dalam model pembelajaran discovery learning terdapat

beberapa kelemahan dan kelebihan dalam penerapannya.

2. Pendidikan Agama Islam adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan

kepada peserta didik yang beragama Islam dalam kerangka mengembangkan

keberagamaan Islam mereka. Pendidikan Agama Islam merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari kurikulum suatu sekolah sehingga merupakan alat untuk

mencapai salah satu aspek tujuan sekolah yang bersangkutan.

Langkah pembelajaran discovery learning pada pembelajaran pendidikan

agama Islam menciptakan pembelajaran PAI dengan penuh kemandirian siswa,

namun terdapat beberapa faktor penghambat dan faktor pendukung pada

penerapannya di dalam pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai