PEGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI IMPLEMENTASI
MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
Written by
Aulia Zahro Muharomah, Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK Penulisan artikel ini untuk mengetahui peningkatan kreativitas
anak melalui implementasi model pembelajaran inkuiri di sekolah. penulis menggunakan teknik kajian literatur dari beberapa jurnal yang telah di tulis sebelumnya. Dalam penulisan jurnal Peningkatan Kreativitas Melalui Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran Sains, Penelitian tersebut melibatkan 10 anak-anak, kelompok TK B sebagai responden. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan, model yang dikembangkan oleh Kemmis & Taggart dan berhasil dalam dua siklus. Skor data kreativitas anak dikumpulkan melalui performence penilaian awal dan penilaian setiap akhir siklus. Skor data peningkatan kreativitas anak dianalisis menggunakan statistik deskriptif. hasil menunjukkan bahwa: (1) kreativitas gambar antara siklus telah meningkat, yang merupakan nilai rata-rata pra tindakan (x1 = 48,10), siklus pertama (x2 = 50,00) dan siklus kedua atau pasca-tindakan (x3 = 53,60), dan (2) kreativitas bermain dengan tanah liat antar siklus meningkat, yang merupakan skor everage pada pra-tindakan (x4 = 45,00) siklus pertama. (Dwirahmah, 2013) KATA KUNCI Kreativitas, anak usia dini, pembelajaran inkuiri PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang kreatif hanya dapat diciptakan lewat lembaga pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Kedua lembaga ini secara simultan memproses row input untuk dapat lebih cerdas sebagaimana yang diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat, "mencerdaskan kehidupan bangsa". Pada usia awal perkembangan anak memiliki kreatifitas yang tinggi, terkadang apa yang ada di pikiran anak belum tentu orang dewasa bisa memahami itu karena anak memilki kreativitas dan imajinasi yang tinggi. Sedang Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik yang benar-benar merupakan hal baru atau sesuatu ide baru yang diperoleh dengan cara menghubungkan beberapa hal yang sudah ada dan menjadikannya suatu hal baru. Kreativitas Torrance (dalam Ali & Asrori, 2006: 41) mendefinisikan kreativitas sebagai proses kemampuan memahami kesenjangan- kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru, dan mengkomunikasikan hasil- hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis- hipotesis yang telah dirumuskan.(Muharwati, 2014). Kebanyakan definisi kreativitas berfokus pada salah satu dari empat P ini atau kombinasinya. Keempat P ini saling berkaitan: pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif, dan dengan dukungan dan dorongan (press) dari lingkungan, menghasilkan produk kreatif. Guilford (dalam Sternberg, 1999) mengemukakan beberapa faktor penting yang merupakan aspek dari kemampuan berpikir kreatif, yaitu: a. Kelancaran berpikir (fluency of thinking) Kemampuan untuk menghasilkan banyak ide yang keluar dari pemikiran secara cepat. Dalam kelancaran berpikir yang perlu ditetapkan adalah kuantitas bukan kualitas. b. Keluwesan berpikir (flexibility) Kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda dan mampu menggunakan bermacam- macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang kreatif adalah orang yang luwes berpikir. c. Elaborasi pikiran (elaboration) Kemampuan mengembangkan gagasan dan menambahkan atau merinci detil-detil dari suatu objek gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. d. Keaslian berpikir (originality) Kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau kemampuan untuk mencetuskan gagasan asli. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek dari kemampuan berpikir kreatif adalah kelancaran, fleksibilitas, elaborasi, dan keaslian berpikir. Pendidikan Anak Usia Dini Menurut Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Pengertian Metode Inkuiri Kata inkuiri sering juga dinamakan heuriskin yang berasal dari bahasa yunani, yang memiliki arti saya menemukan. Metode inkuiri berkaitan dengan aktivitas pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu sehingga siswa akan menjadi pemikir kreatif yang mampu memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2006) bahwa “Metode inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan”. Sementara itu menurut Sagala (2004) yang mendefenisikan metode inkuiri sebagai berikut: Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. TEORI YANG Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama metode pembelajaran DIGUNAKAN inkuiri yang menurut Sanjaya (2012: 197) adalah strategi pembelajaran inkuiri yang meliputi: Strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang ditanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, strategi pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses Tanya jawab antara guru dan siswa. Oleh sebab itu, kemampuan guru dalam menggunakan tekhnik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya mnguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara optimal, namun sebaliknya siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran. METODE Artikel ini menggunakan metode studi literatur dari beberapa PENELITIAN jurnal yaitu : Develope the Creative Thinking Skills of Elementary School Students Using the Inquiry Model for Natural Sciences Subject. Putri, M. A. (2018). Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Inpres Bajawali Kecamatan Lariang Kabupaten Mamuju Utara. In Jurnal Kreatif Tadulako Online Oleh Umami, R., Pasaribu, M., & Rede, A. (2012). Students’ Responsibility and Scientific Creativity through Creative Responsibility Based Learning. Suyidno, S., Susilowati, E., Arifuddin, M., Misbah, M., Sunarti, T., & Dwikoranto, D. (2019). Increasing Enhancement of student’s critical thinking skill through science context-based inquiry learning. Pursitasari, I. D., Suhardi, E., Putra, A. P., & Rachman, I. (2020). Peningkatan Kreativitas Melalui Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran Sains. Dwirahmah, E. (2013). Mengembangkan Kreatifitas Siswa melalui Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Inquiri. Hartanto. (2011). Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Dalam Pendidikan Jasmani. Tite, J. (2009). Hubungan Sense Of Humor Dengan Kreativitas Pada Siswa Kelas XI MA Negeri Tlogo-Blitar. Muharwati, T. I. (2014).
Dari beberapa jurnal tersebut, jenis penelitian yang digunakan
adalah mixed method. Penelitian mixed method merupakan metode penelitian yang menggabungkan metode kualitatif dan kuantitatif agar memperoleh data yang lebih valid atau teruji kebenarannya. Dalam penelitian ini menggunakan metode mixed method model sequential exploratory. Metode mixed method model sequential exploratory adalah metode penelitian kombinasi yang menggabungkan dua metode yaitu metode penelitian kualitatif dan kuantitatif secara berurutan, di mana pada tahap pertama penelitian menggunakan metode kualitatif dan pada tahap kedua menggunakan metode kuantitatif (Sugiyono, 2014) HASIL DAN Peningkatan Kreativitas dilakukan dengan melalui berbagai upaya PEMBAHASAN yang mendukung munculnya kreativitas. Selain itu hal yang utama bagi anak adalah kesempatan melakukannya. Dengan mengacu pada teori “4P”, yaitu pribadi, pendorong, proses, produk maka faktor utama yang dikondisikan adalah pendorong dan proses serta memberikan apresiasi setiap produk yang dihasilkan anak. Kreativitas menggambar berkembang saat anak banyak melakukan latihan diberbagai kesempatan, terutama saat jurnal pagi di sentra persiapan dan menggambar terpimpin disetiap hari kamis minggu ke dua dan ke empat setiap bulannya. Faktor pendorong dilakukan dengan cara memberikan motivasi saat mengomentari hasil karya anak. Faktor proses dilakukan dengan memberikan waktu dan kesempatan yang cukup kepada setiap anak untuk mengembangkan dan menuangkan gagasannya dalam gambar. Hal yang tidak kalah penting adalah selalu memberikan apresiasi yang tinggi terhadap hasil karya anak, melalui pujian dan komentar lainnya. Proses-proses dan Tahap Kreativitas Tidak adanya kesatuan teori menyebabkan sulitnya menjelaskan topik mengenai kreativitas serta kurangnya perhatian dalam pengembangan ilmu. Tetapi meskipun demikian, kreativitas tetap disebut-sebut sebagai salah satu bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia pendidikan. Wallas (dalam Solso, Maclin & Maclin, 2007: 445) menjelaskan bahwa ada empat tahapan dalam proses kreatif, yaitu: a. Persiapan : memformulasikan suatu masalah dan membuat usaha awal untuk memecahkannya. b. Inkubasi : masa di mana tidak ada usaha yang dilakukan secara langsung untuk memecahkan masalah dan perhatian dialihkan sejenak pada hal lainnya, c. Iluminasi : memperoleh insight (pemahaman yang mendalam) dari masalah tersebut. d. Verifikasi : menguji pemahaman yang telah didapat dan membuat solusi. sebesar 40,3%. Kuhlthau, et al. (2007) mengatakan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membantu siswa dalam berpikir kreatif dan menemukan solusi kreatif dari suatu permasalahan. Setiap aspek kemampuan berpikir kreatif selalu mengalami peningkatan setiap siklus. Penerapan model pembelajaran inkuri terbimbing mampu melatih siswa dalam berpikir lancar (fluency), khususnya pada tahap observe dan formulate inquiry question. Hal ini disebabkan karena pada tahap ini siswa mencoba untuk memberikan banyak cara atau saran terhadap hal yang diamatinya dengan memberikan sejumlah gagasan, jawaban penyelesaian masalah, atau pertanyaan. Siswono (2006) mengatakan bahwa pengajuan masalah dengan mengungkapkan berbagai macam pertanyaan dari suatu informasi merupakan salah satu kegiatan yang mengarah pada pengembangan berpikir kritis dan kreatif. Penerapan model inkuiri terbimbing dapat melatih aspek berpikir luwes (flexibility) pada tahapan membangun hipotesis atas rumusan masalah. Fitri dan Septifiana (2013) menyatakan bahwa tingginya kemampuan flexibility peserta didik salah satunya dicirikan dengan kemampuan peserta didik dalam memikirkan berbagai macam cara untuk menyelesaikan suatu masalah. Aspek berpikir orisinal (originality) mampu ditingkatkan pada model inkuiri terbimbing melalui tahapan merencanakan dan mengadakan penyelidikan. Hal ini disebabkan karena pada tahap ini siswa selalu mencoba memikirkan cara-cara yang baru, unik, dan tidak biasa dilakukan oleh orang lain dalam melakukan penyelidikan untuk membuktikan hipotesis yang sebelumnya telah dibuat. Menurut Munandar (2009) berpikir orisinal (originality) menyebabkan seseorang mampu melahirkan ungkapan-ungkapan yang baru dan unik atau mampu menemukan kombinasi- kombinasi yang tidak biasa dari unsur-unsur yang biasa. Aspek berpikir memerinci (elaboration) mampu ditingkatkan pada model inkuiri terbimbing melalui tahapan merencanakan dan mengadakan penyelidikan dan analisis data. Hal ini disebabkan karena pada tahap ini siswa selalu mencoba untuk memperkaya atau mengembangkan gagasan yang ada serta menganalisis data yang lebih detail dari data yang sudah ada. Menurut Munandar (2009) mengatakan bahwa berpikir memerinci (elaboration) menyebabkan seseorang mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan yang sudah ada. karena merupakan ciri utama dalam menilai suatu produk pemikiran kreatif, yaitu harus berbeda dengan sebelumnya dan sesuai dengan permintaan tugas. Aspek flexibility ditempatkan sebagai posisi penting berikutnya karena menunjukkan pada produktivitas ide (banyaknya ide-ide) yang digunakan untuk menyelesikan suatu tugas. Aspek fluency menempati posisi paling rendah karena pada aspek ini lebih menunjukkan pada kelancaran siswa dalam memproduksi ide yang berbeda dan sesuai permintaan tugas. Untuk menumbuhkan kreativitas sendiri ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Semiawan, dkk (1987) menguraikan bahwa kondisi-kondisi lingkungan yang bersifat memupuk kreativitas anak adalah keamanan dan kebebasan psikologis. Anak akan merasa aman secara psikologis apabila : a. Pendidik dapat menerima sebagaimana adanya, tanpa syarat, dengan segala kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan kepadanya bahwa pada dasarnya ia baik dan mampu. b. Pendidik mengusahakan suasana dimana anak tidak merasa “ dinilai” oleh orang lain. Memberi penilaian terhadap sesorang dapat dirasakan sebagai ancaman, sehingga menimbulkan kebutuhan anak untuk pertahanan diri. Di sekolah, penilaian tidak bisa dihindarkan. Meskipun demikian, perlu diusahakan penilaian tidak bersifat atau mempunyai dampak mengancam. c. Pendidik dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku anak, dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melihat dari sudut pandang anak. d. Bersikap terbuka minat dan gagasan anak. e. Memberi waktu kepada anak untuk mengembangkan gagasan kreatif. Gagasan kreatif tidak timbul secara langsung dan spontan. f. Memberi kesempatan kepada anak untuk berperan serta dalam mengambil keputusan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran inquiry berjalan secara efektif yang dapat membuat siswa berperan aktif dan bekerja sendiri dalam mencari informasi atau pemecahan masalah selama proses pembelajaran berlangsung serta dapat menemukan ide-ide dan pemikiran yang baru sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran di sekolah. REFERENSI Dwirahmah, E. (2013). Peningkatan Kreativitas Melalui Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran Sains. In Jurnal Pendidikan Usia Dini (Vol. 7, Issue 2, pp. 203–243).
Hartanto. (2011). Mengembangkan Kreatifitas Siswa melalui
Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Inquiri. In Kependidikan Triadik (Vol. 14, Issue 1, pp. 11–18).
Muharwati, T. I. (2014). Hubungan Sense Of Humor Dengan
Kreativitas Pada Siswa Kelas XI MA Negeri Tlogo-Blitar. In Skripsi , Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (p. 15).
Pursitasari, I. D., Suhardi, E., Putra, A. P., & Rachman, I. (2020).
Enhancement of student’s critical thinking skill through science context-based inquiry learning. In Jurnal Pendidikan IPA Indonesia (Vol. 9, Issue 1, pp. 97–105). https://doi.org/10.15294/jpii.v9i1.21884
Putri, M. A. (2018). Develope the Creative Thinking Skills of
Elementary School Students Using the Inquiry Model for Natural Sciences Subject. In JMIE (Journal of Madrasah Ibtidaiyah Education) (Vol. 2, Issue 2, p. 232). https://doi.org/10.32934/jmie.v2i2.79
Suyidno, S., Susilowati, E., Arifuddin, M., Misbah, M., Sunarti,
T., & Dwikoranto, D. (2019). Increasing Students’ Responsibility and Scientific Creativity through Creative Responsibility Based Learning. In Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) (Vol. 9, Issue 2, p. 178). https://doi.org/10.26740/jpfa.v9n2.p147-157
Tite, J. (2009). Pengembangan Kreativitas Siswa Melalui
Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Dalam Pendidikan Jasmani. In Faculty of Physical Education and Health Indonesia University of Education (pp. 1–13).
Umami, R., Pasaribu, M., & Rede, A. (2012). Penerapan Metode
Inkuiri Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Inpres Bajawali Kecamatan Lariang Kabupaten Mamuju Utara. In Jurnal Kreatif Tadulako Online (Vol. 3, Issue 2, pp. 157–166).