Anda di halaman 1dari 6

“ Belajar dan Mengajar Secara Kreatif ”

Roza Desnita 21022104

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Padang

rozadesnita665@gmail.com

A. Menjelaskan dan Menerapkan Teknik Belajar Secara Kreatif


Belajar merupakan suatu proses intraksi dari berbagai semua kegiatan yang
ada di sekitar bagi setiap individu. Belajar dapat pula dikatakan sebagai suatu hal
yang didalamnya terdapat berbagai proses untuk mengamati, melihat, melakukan, dan
memahami suatu hal. Pembelajaran dapat terjadi dengan dua orang atau lebih yaitu
antara guru dan peserta didik.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan,
dilaksanakan, dinilai, dan diawasi sehingga terlaksana secar efektif dan efisien. Proses
pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar harus interaktif,
menyenangkan,menantng, dan memotivasi peserta didik berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreatif, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik
Kreativitas adalah suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan,
proses, metode, ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, estetis,
fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas dan diferensiasi yang berdaya guna dalam
berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah. Drevdahi mengemukakan
pendapatnya mengenai kreativitas yang merupakan kapasitas seseorang untuk
menciptakan komposisi, hasil atau ide secara esensial baru dan sebelumnya tidak
dikenal oleh penghasil (Suryana, 2022).
Kreativitas berperan penting dalam mengembangkan potensi dalam diri dan
suatu kebutuhan perwujudan potensi diri sebagai salah satu kebutuhan tertinggi
seseorang (Tika & Dadan, 2022). Untuk mengembangkan seluruh perkembangan anak
agar berkembang secara optimal dan anak menjadi kreatif dan aktif dapat dilakukan
melalui pembelajaran anak usia dini sehingga anak mampu memecahkan ragam
permasalahan yang dialami dalam kehidupan. Kemampuan ini dikenal dengan istilah
kreativitas.
Belajar Kreatif berasal dari dua kata yaitu belajar dan kreatif. Belajar adalah
perubahan dari yang belum sempurna menjadi suatu kesempurnaan yang akhirnya
menghasilkan pengalaman, pengetahuan atau ketrampilan. Jadi bisa disimpulkan
bahwa kreativitas belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan dengan sengaja
untuk membantu memecahkan suatu masalah dalam hal belajar. Kreatif berasal dari
bahasa inggris “creativity” yang mempunyai arti daya cipta dan dalam kamus besar
bahasa Indonesia kreativitas yaitu kemampuan untuk mencipta. Kreativitas juga
diartikan kegiatan yang mendatangkan hasil dengan sifat baru, bermanfaat da bisa
dimengerti.jadi kreatif belajar dapat diartikan sebagai kemampuan siswa menciptakan
hal-hal baru dalam belajarnya baik berupa kemampuan mengembangkan kemampuan
formasi yang diperoleh dari guru dalam proses belajar mengajar yang berupa
pengetahuan sehingga dapat membuat kombinasi yang baru dalam belajarnya.

B. Teknik Mengajar Secara Kreatif


1. Pemanasan
Teknik pemanasan yaitu memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka
yang menimbulkan minat dan merangsang rasa ingin tahu siswa sehingga
diperoleh gagasan sebanyak mungkin. Untuk menumbuhkan suasana kreatif
dalam kelas yang memungkinkansiswa untuk membuka dirinya, merasa bebas,
dan aman dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya, guru perlu
melakukan warming up atau pemanasan sama seperti sebelum melakukan
olahraga, hanya saja di sini pemanasannya secara mental
Pemanasan adalah merupakan satu hal yang sangat penting untuk
diberikan kepada para anak didik atau siswa, kita pelu melepaskan pikiran kita
dengan cara berusaha membebaskan diri dari peraturan-peraturan dan hukum
berfikir yang berlaku. Kita mencoba membebaskan diri dari jawaban yang
tepat dan dari batas waktu serta mengarahkan perhatian kita kepada proses
menghasilkan banyak gagasan.

2. Pemikiran, Perasaan, Berakhir Terbuka


Teknik dan perasaan berakhir terbuka ini ingin mengupayakan agar
peserta didik terdorong memunculkan perilaku divergen. Perilaku ini dapat
dirangsang dengan cara mengajukan pertanyaan yang memungkinkan
pembelajaran mengungkapkan segala perasaan dan pikiran sebagai jawaban
Adapun kegiatan pemikiran dan perasaan terbuka dapat dicontohkan sebagai
berikut
a. Andai kata
Pertanyaan ini dapat diungkapkan melalui pertanyaan tentang sinas
yang tidak benar atau sesuatu yang bertentangan dengan fakta.
b. Peningkatan sutau produk
Pertanyaan ini dapat diungkapkan melalui pengungkapan pemikiran
pengembangan atau peningkatan terhadap suatu kondisi yang telah ada.
Contohnya bagaimana cara memperbaiki cara belajar yang biasa
dilakukan sekarang?
c. Permulaan yang tidak selesai
Pertanyaan ini tidak dapat dikemukakan dengan menyajikan suatu
kondisi yang belum selesai atau belum sempuma, untuk difikirkan
kemungkinan penyelesaian atau penyempurnaannya.
d. Penggunaan baru dari objek-objek umum
Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu benda atau
hal untuk difikirkan fungsi lainnya dilain fungsi yang lazim contoh: tali
sepatu, kacing baju, kumis, dan lain sebagainya.
e. alternative judul
Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu stimulasi
untuk difikirkan judulnya yang tepat. Contoh: Kepada peserta didi
diperlihatkan naskah sebuah cerita, lukisan, atau gambar-gambar
tentang sesuatu
f. Membantu siswa atau anak mengajukan pertanyaan
Kegiatan ini dilakukan mengingat pada biasanya siswa
beranggapan bahwa gurulah yang banyak mengajukan pertanyaan
daiam proses pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk
memberikan banyak pertanyaan melalui strategi pemikiran dan
perasaan terbuka ini diharapkan peserta didik akan terangsang untuk
meningkatkan rasa ingin tahunya dan menguatkan minat untuk terlibat
dalam, aktivitas pembelajaran.

C. Mengklasifikasi Penerapan teknik mengajar secara kreatif

Menurut Romita (2012) model pembelajaran Treffinger merupakan salah satu


model pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah secara kreatif dimana
siswa mengumpulkan informasi yang ada, mencari masalah, mencari
jawaban,membuat hipotesis menguji, menyempurnakan, dan mengkomunikasikan
hasil yang didapat.

Tiga tingkat belajar kreatif (Model Trifinger)

1. Teknik Kreatif tingkat l


 Memberikan Pemanasan (Warming Up)
Sebelum mengerjakan tugas, siswa diberi pemanasan yaitu seperti
siswa memerlukan switch mental dari proses pemikiran reproduktif
dan konvergen ke proses pemikiran divergen dan imajinatif.
 Sumbang Saran (Brainstorming)
Teknik ini dikembangkan oleh Alex F. Osborn yaitu teknik yang
ampuh untuk meningkatkan gagasan jika diajarkan dan diterapkan
dengan tepat (Shallcross, 1985).

 Pemikiran dan perasaan terbuka


Teknik pemikiran dan perasaan berahir ini pada intinya ingin
mengupayakan agar pembelajar terdorong memunculkan perilaku
divergen. Perilaku ini dapat dirangsang dengan cara mengajukan
pertayaan yang memungkinkan pembelajar mengungkapkan segala
peraaan dan pikiran sebagai jawaban.

2. Teknik Kreatif tingkat ll


 Synectics
Teknik ini dikembangkan oleh William J.J. Gordon dan menggunakan
teknik berpikir kreatif yang menggunakan analogi dan metaphor
(kiasan) untuk membantu pemikir menganalisis masalah dan
mengembangkan berbagai sudut tinjau (Feldhusen & Treffinger, 1980)
 Futuristics
Tokoh terkenalnya adalah Toffler (1981), mengatakan bahwa siswa
perlu dibantu dalam mengaitkan perubahan yang akan terjadi di dunia
dengan perubahan dalam kehidupan mereka sendiri. Dalam hal ini
pengertian futuristics sendiri adalah mengajar dengan pandangan masa
depan (futuristic point of view) amat penting agar siswa berbakat kelak
dapat menggunakan kemampuan mereka untuk membantu mencipta
masa depan.

3. Teknik Kreatif tingkat lll


 Pemecahan Masalah Secara Kreatif
Proses Creative Problem Solving (CPS) atau pemecahan masalah
secara kreatif(PMK) dikembangkan oleh Parnes, presiden dari Creative
Problem Solving Foundation (CPSF). Proses ini meliputi lima langkah
yaitu : menemukan fakta, menemukan masalah, menemukan gagasan,
menemukan solusi, dan menemukan penerimaan.

 Proses Lima Tahap (Shallcross)


Shallcross (1985), membedakan antara primary creativity dengan
secondary process creativity. Kreativitas primer adalah proses
pemecahan masalah secara ilmiah oleh pikiran kita, karena pemikir
tidak menyadari bahwa terjadi suatu proses. Sedangkan pada
kreativitas sekunder ada peningkatan kesadaran dalam pemecahan
yang berlangsung melalui beberapa tahapan.
DAFTAR PUSTAKA

Juanti, L., Santoso, B., & Hiltrimartin, C. 2016. Peningkatan Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Treffinger. Jurnal Tatsqi), 14(2),
198-217.

Mappapoleonro, A. M. (2019). Profesionalisme Guru PAUD Abad 21 dalam


Mengembangkan Pembelajaran Kreativitas Anak Usia Dini. In Prosiding Seminar
Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara.

Tika, R., & Dadan, S. (2022). Pengaruh Kreasi Media Debog terhadap Kemampuan
Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
6.3 , 1212-1220.

Suryana, D. (2022). Mengembangkan Kreativitas Anak melalui Kegiatan Bermain Balok.


PAUD Lectura: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 5.02 , 143-153.

Anda mungkin juga menyukai