Anda di halaman 1dari 19

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Brainstorming
1. Pengertian Brainstorming
Jarwan 2005 (dalam Adel, 2012: 29), Alex Osborn adalah
seseorang yang memperkenalkan metode brainstorming dimana metode ini
merupakan salah satu metode yang paling penting dalam merangsang
kreativitas siswa dan pemecahan masalah dalam pendidikan, komersial,
industri dan bidang politik. Starko 2009 (dalam Alrubaie dan Esther, 2014:
45), Brainstorming adalah metode pembelajaran yang dapat melatih siswa
mengambil fleksibilitas, kefasihan, resiko, elaboration dan keterampilan
lainnya yang berhubungan dengan kreativitas.
Brainstorming adalah suatu rangsangan untuk membangkitkan ide
kreatif dengan cara mengeksplor fikiran siswa sehingga struktur kognitif
atau yang disebut pengetahuan utama yang relevan menjadi aktif, (Stroebe,
Nijstad, & Rietzschel, 2010 dalam Alrubaie dan Esther, 2014: 45).
Branstorming adalah cara tradisional untuk memperoleh konsep-konsep
ilmiyah dan keyakinan siswa tentang ilmu pengetahuan dan untuk study,
(Amir 2010 dalam Mahmoud, 2013: 232)
Brainstorming menyediakan peluang dalam lingkungan belajar
yang nyata, aktif dan efektif dengan berpartisipasi dalam diskusi bilateral
maupun kolektif menurut pola fikir yang konsisten dengan kemampuan
dan sikap mereka, (Mahmoud, 2013: 231). Implementasi metode
brainstorming pada penelitian ini menekankan peningkatan kreativitas.
Oleh karena itu, pembelajaran menekankan ranah psikomotor, sebab ranah
psikomotor sudah mencakup pula ranah afektif dan kognitif. Basuki dan
Hariyanto (2014: 209) menyatakan bahwa terdapat ranah kognitif dan
afektif dalam kegiatan praktikum walaupun hanya sedikit.
Pada dasarnya penerapan metode brainstorming sebenarnya bisa
menstimulus aspek afektif dimana sikap spiritual dapat ukur karena salah
satu syarat berfikir kreatif yaitu dari tahapan persiapan dan tahapan
pembuatan siswa memferifikasi mana yang tidak melanggar norma.

10
11

Adapun sikap sosial yang baik tentu dilihat dari hubungan kerasama antar
siswa dalam memproduk sesuatu ataupun menyelesaikan masalah. Adapun
aspek kognitif bisa terukur melalui post test yang diadakan setelah siswa
menghasilkan produknya. Mulyasa (2012: 94) menyatakan bahwa
pengolahan kelas dapat dikembangkan untuk meningkatkan kegiatan
pembelajaran, menerapka metode pembelajaran aktif, kreatif dan
menenangkan peserta didik serta menyalin kerja sama yang harmonis dan
saling menguntungkan dengan pihak ketiga dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.

2. Langkah-langkah Brainstorming
Tahapan metode brainstorming, (Widowati, 2009: 4) mencakup:
a. preparation (persiapan),
b. fact – finding (pencarian fakta),
c. warm up (pemanasan),
d. idea finding (pencarian ide),
e. solution finding (pencarian solusi),
f. implementation (pelaksanaan),
Langkah-langkah dalam sesi brainstorming, (Zaif dan Abdul,
2013: 1091):
a. pemanasan yang bertujuan untuk menarik perhatian siswa,
b. memperoleh ide bertujuan untuk mengetahui apa yang siswa fikirkan
dari topik pembelajaran disertai perbedaan ide,
c. menulis di papan bertujuan untuk mengeluarkan pengetahuan siswa
dengan cara melibatkannya secara sistematis dan terfokus dalam
proses,
d. menulis dan menyajikan ide / usulan: merangsang siswa untuk
menuliskan informasi dan menampilkannya,
e. hindari frustasi bertujuan untuk mengerahkan semua siswa dengan
mengumpulkan segala macam ide,
f. hindari kejenuhan bertujuan untuk menyatukan segala macam poin dan
informasi dan mengintegrasikan pengetahuan dengan cara membuat
sesi yang lebih menarik.
12

3. Kelebihan Brainstorming
Brainstorming mampu membantu siswa memecahkan masalah
dengan solusi yang inovatif, memperoleh keuntungan dari berbagai ide
orang lain yang bersifat mengembangankan ataupun membangun
hubungan antar siswa maupun menilai pandangan antar siswa, (Zaif dan
Abdul, 2013: 1090). Humaidan (dalam Zaif dan Abdul, 2013: 1090), bagi
guru Brainstorming mampu membuatnya menyimpulkan ide secara luas
buah solusi dari pemikiran siswa, lebih demokratis dan menghormati
pandangan yang berbeda-beda.
Alrubaie dan Esther (2014: 44), kelebihan metode brainstorming
diantaranya yaitu: membangun pengetahuan, meningkatkan kemampuan
mental dan membantu siswa dalam belajar dengan tanpa ada kritik, aturan
atau evaluasi dalam pembatasan pembatasan menghasilkan ide. De Hann
2009 (dalam Alrubaie dan Esther, 2014: 44), kelebihan teknik
brainstorming bagi guru yaitu adanya curah pendapat ia dapat
berkesempatan memberikan masalah dan meminta siswa memberi saran
sebanyak mungkin dalam periode singkat guna meningkatkan fluency.
Bagi siswa yaitu siswa berkesempatan untuk mencoba, megamati,
berasumsi, menilai hingga menyimpulkan. .

4. Kekurangan Brainstorming
Hambatan dalam pelaksanaan metode brainstorming meliputi
adanya kemalasan sosial dan kemalasan karena persepsi mengakibatkan,
kesadaran tanggung jawab pribadi, mengurangi konstribusi individu,
anggota yang menyerah mengakibatkan minimnya kinerja kelompok,
kelompok mendorong hanya satu orang yang berbicara. Selain itu, terdapat
faktor interpersonal yang meliputi komitmen individu, karakteristik
kepribadian, keragaman gaya kognitif, perbedaan gender, budaya, waktu
yang dihabiskan dan kualitas interaksi dan menurunya tujuan pribadi
karena antisipasinya merasa bahwa yang lain telah melakukan hal yang
sama (Osborn 1953 dalam Isaksen dan John, 2005: 315).
Hambatan produktivitas kelompok bisa terjadi karena adanya
penyerahan terhadap kelompok, penghakiman yang tidak tepat dan
13

membatasi interaksi (Isaksen dan John, 2005: 318). Richards (dalam Zaif
dan Abdul, 2013: 1090), interaksi siswa merupakan bagian terpenting
dalam mengembangkan keterampilan kognitif dalam menghasilakan ide
dan menemukan brainstorming adalah cara yang tidak efektif sebab siswa
terasah dalam teknik curah pendapat lebih efisien dalam melahirkan dan
mengklasifikasikan berbagai ide dari siswa kelompok kontrol.

B. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas
Kreativitas sebagai suatu proses yang menjadikan seseorang
menjadi lebih peka terhadap berbagai masalah, kekurangan, kurangnya
wawasan, dan ketidak selarasan, kemudian kesulitan dibatasi, mencari
solusi, membuat taksiran, menyusun hipotesis untuk diuji, dan akhirnya
memberikan suatu hasil, (Paul Torrance dalam Abdussalam, 2005: 175).
Stenberg (2006: 8-9), jenis kreativitas dapat dikembangkan
menjadi berbagai macam dengan diawali ulangan kecil. Selain itu,
sejauh ini tujuan seseorang adalah memaksimalkan memori siswa dalam
memperoleh informasi, mengajarkan siswa untuk kreatif, analisis, dan
praktis didasari keunggulan pemikirannya sehingga memungkinkan
siswa mendominankan kekuatan mereka, memperbaiki kelemahan
mereka serta mengkodekan materi dengan berbagai arahan yang unik.
Peningkatan pemahaman keativitas akan meningkatkan
kesadaran kreativitas (Fasko, 2001: 318). Rubinstein dan Firstenberg
dalam (Stice 1987: 26; Zuchdi, 2009: 128) menyatakan bahwa siswa
biasanya itu lebih banyak aktif dari pada pasif dan mereka memiliki
kapasitas untuk menghasilkan sesuatu. Sesuatu yang dihasilkan siswa
bisa berupa ide, pertanyaan ataupun suatu produk.
Edwards dkk dalam Derbenwick (2008: 7), partisipasi siswa
dalam pengasahan kreativitas merupakan petunjuk mutu pelajaran IPA,
IPS ataupun Bahasa. Munro (2001: 5) bahwa lebih mudah menampilkan
hasil kreatif di beberapa bidang disiplin ilmu misalnya seni, geografi dan
biologi. Kreativitas siswa dirangsang oleh guru dengan suatu metode
14

brainstorming sehingga mampu mengembangkan kecakapan berfikir


maupun melakukan tindakan.
Berfikir kreatif siswa diawali dengan adanya berfikir kritis yang
mengharuskan Guru untuk memotivasi sehingga mewujudkan kreativitas
siswa ketika berlangsungnya KBM serta berpedoman metode dan
strategi, (Rusman, 2010: 324). Guru berpengaruh dalam mewujudkan
kreativitas siswa. Sebab kreativitas dapat terwujud tatkala dirangsang
berfikir kreatif dan diawali dengan berfikir kritis siswa yang tentunya
guru merangsang siswa untuk berfikir kritis dengan menggunakan
metode dan strategi pembelajaran. Munculnya kreativitas hanya terjadi
bagi siswa yang memiliki motivasi, keingintahuannya, dan imainasinya
untuk menemukan jawaban dalam memecahkan suatu masalah,
(Rachmawati dan Euis, 2010: 21). Kreativitas dipengaruhi oleh diri anak
itu sendiri, guru atau orang tua dan lingkungannya.
Laland (Abdussalam, 2005: 174), fokus kreativitas ini pada
prosesnya dalam mengasilkan sesuatu yang baru meskipun unsur-
unsurnya ada sebelumnya sebagai pertanda adanya inovasi. Inovasi
merupakan bagian dari kreativitas karena menambahkan unsur-unsur
baru dalam menghasilkan suatu produk. Produk merupakan wujud dari
kreativitas siswa, pengertian produk sendiri menurut Uno dan Nurdin
(2012: 153-155) bahwa produk merupakan salah satu dimensi kreativitas
yang mana dimensi-dimensi lainnya yaitu person, proses, dan press atau
dorongan.
Kreativitas berada pada tingkatan teratas sehingga indikator
kreativitas mencakup proses kognitif tingkatan rendah dan tinggi. Proses
kognitif tingkatan tinggi menurut Tondon (2008: 367) yaitu proses
dimana siswa berbuat sesuatu yang kompleks pada materi yang mereka
peroleh. Misalnya: aktif, mengaplikasikan pada masalah baru,
menerapkannya saat membuat produk baru atau secara kritis
mengevaluasinya. Uno dan Nurdin (2012: 154), kreativitas memiliki 4
dimensi yang meliputi person, proses, produk dan press atau dorongan.
Berikut ini penjelasanya:
15

a. Person
Dimensi person diidentifikas dengan adanya kemampuan
siswa melihat masalah dari bebagai sudut pandang, keinginan untuk
mengetahui, tebuka terhadap kedatangan pengalaman baru,
menyukai tantangan dari suatu tugas, berwawasan luas, dan
menghargai karya orang lain, (Uno dan Nurdin, 2012: 154). Dengan
kata lain bahwa dimensi perso ini kontenya dari dalam diri anak itu
sendiri sehingga lebih kearah attitude siswa. Plucker dan Makel 2010
(dalam Lucas, 2013: 11), kategori yang termasuk tes kreativitas
diantaranya yaitu: teknik untuk menilai tingkat kreativitas dalam
produk atau respon.
b. Proses
Uno dan Nurdin (2012: 164), berfikir kreatif memiliki arti
suatu usaha dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang ada
dengan mengkaitkan segala fakta pengolahan data di otak maupun
yang tampak di luar. Ada lima proses kreatif menurut Deporter dan
Mike Hernaeki (2002: 30; Uno dan Nurdin, 2012: 164), sebagai
berikut:
1) Persiapan : mengartikan masalah, tujuan atau tantangan.
2) Inkubasi : mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam
fikiran.
3) Iluminasi : mendesak ke permukaan, gagasan-gagasan
bermunculan.
4) Verifikasi : memastikan solusi itu benar dalam memecahkan
masalah.
5) Aplikasi : mengambil langkah-langkah untuk menindak
lanjuti solusi tersebut.
16

Gambar 2.1 Suatu Hubungan Kata dari Perilaku Kreatif (Shi, 2004;
Meintjes and Mary, 2010: 5)
Perilaku kreatif kami dapat dibuat dengan cara mengaturnya
melalui penyeleksian sebuah nomor kecil dari faktor-faktor
kontekstual yang ada hubunganya dengan di atas pendidikan, sosial
dan keluarga atau bidang perekonomian, dan menguji pengaruh
mereka dalam perkembangan kemampuan berfikir kreatif di sebuah
bidang akademik, kebudayaan, tipe model sekolah sikap, faktor-
faktor sosal-ekonomi, pendidikan orang tua, fakor-faktor keluarga,
dan pilihan berbagai model peran, (Meintjes and Mary, 2010: 5).
Gagasan tersebut dengan kata ain menunjukkan bahwa berfikir
kreatif merupakan bagian dari kreativias karena tanpa ada pemikian
kreatif tentu sulit untuk lairnya kreativitas sebab kreativitas
merupakan perwujudan dari berfikir kreatif.
Parnes (dalam Nursito, 2000; Rachmawati dan Euis, 2010:
14) bahwa terjadinya proses kreatif hanya dapat tejadi melalui lima
macam perilaku kreatif yang meliputi:
17

1) Fluency yaitu kelancaran siswa dalam mengemukakan ide yang


serupa untuk memecahkan suatu permasalahan.
2) Flexibility yaitu keluwesan siswa untuk menghasilkan berbagai
macam ide yang berguna dalam memecahkan suatu
permasalahan di luar kriteria yang ada.
3) Originality yaitu keaslian siswa dalam memberikan respon yang
unik.
4) Elaboration yaitu keterperincian siswa dalam menyatakan
pengarahan ide untuk sehingga menjadi kenyataan.
5) Sensitivity yaitu kepekaan siswa dalam menangkap dan
menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.
Kelima hal tersebut menjadi daftar lima sub skala beserta
deskripsi setiap sub skala dan menginformasikan tentang penskoran
dan isi yang diukur, (Torrance & Ball, 1984; Torance, 1990; Hee,
2006: 3). Munro (2001: 2) bahwa indikator familiar yang digunakan
oleh desainer tes untuk menilai potensi kreativitas diantaranya:
fluency, fleksibilty, orisinality dan elaboration. Kreativitas siswa
akan memberikan tantangan siswa dalam memecahkan suatu
permasalahan misalnya mengenai pencemaran lingkungan.
Setidaknya mereka berfikir apa yang terjadi di lingkungannya,
dimanakah sumber terjadinya pencemaran lingkungan, mengapa hal
tersebut terjadi, untuk apa mengatasinya, dan bagaimanakah cara
menanganinya.
Derbenwick dkk (2008: 8) menyatakan bahwa perkembangan
perilaku kreatif terdiri atas tiga tingkatan, yakni: tingkat awal,
mengembangkan dasar pemahaman melalui karakteristik berfikir
kreatif yang dapat dirangsang melalui permainan ataupun
penjelajahan; tingkat menengah, mengembangkan keterampilan
melalui pembimbing berpengetahuan secara teknis dan kreativitas;
dan tingkat lanjutan, mengimplementasikan pengetahuan teknisi dan
kreativitas sehingga menghasilkan produk dari pengalamannya.
18

Balchin (2005: 1), mengidentifikasi peran umum untuk


menilai kreativitas diantaranya yaitu menyoroti masalah pendidikan
misalnya kriteria penilaian dan untuk membimbing guru dari
perencanaan sampai pelaksanaan instruksi yang sesuai dan
menantang. Derbenwick dkk (2008: 22), elaborasi merupakan
perhatian secara terperinci dengan penuh kefokusan yang terpusat
dan ketelitian secara mendetail hingga ke bagian-bagiannya.
c. Produk
Berikut ini merupakan ciri dengan sifat dari dimensi metode
brainstorming kreativitas yang dipaparan oleh Uno dan Nurdin
(2012: 155), yaitu:
1) Baru, unik, berguna, benar dan bernilai
2) Bersifat heuristik, menunjukkan metode yang jarang bahkan
belum ada sebelumnya.
Aspek metode brainstorming yang digunakan peneliti sedikit
sesuai dengan suatu rubrik penilaian kreativitas produk dalam karya
ilmiah Derbenwick dkk (2008: 20) yang mencakup kriteria
originality (keaslian), elaboration (mengembangkan dan
memperindah), fluency (kelancaran), fleksibility (keluwesan), process
dan imagery (humor, ide konyol atau pencahayaan). Plucker dan
Makel 2010 dalam Lucas (2013: 11), kategori yang termasuk tes
kreativitas salah satunya yaitu teknik untuk menilai tingkat
kreativitas dalam produk dan enam komponen untuk menilai desain
kreatif produk yaitu: kebaruan, kemampuan menyelesaikan masalah,
tingkat kesenangan, penyesuaian kebutuhan pelanggan,
mementingkan kebutuhan pelanggan, tingkat keinginan atau
kegawatan. Balchin (2005: 3), metode brainstorming meliputi 7
kriteria, yaitu: asosiasi ide, pengambilan resiko, potensi, opersional,
keahlian yang baik, keunikan dan daya tarik.
Laland dalam Abdussalam (2005: 175) menyatakan bahwa
kreativitas atau inovasi ini memproduksi apa sajah sehingga menjadi
sesuatu yang baru bentuknya meskipun sebelumnya terdapat unsur-
19

unsur yang ada. Unsur-unsur yang ada ini memberikan inspirasi bagi
seseorang sehingga menghasilkan sesuatu yang inovatif.
d. Press atau Dorongan
Press atau dorongan terdiri dari dua faktor yaitu faktor
pendorong dan faktor penghambat. Berikut ini penjelasan dari kedua
faktor tersebut yang dipaparkan oleh Uno dan Nurdin (2012: 155),
yaitu:
1) Faktor Pendorong
Faktor pendorong timbulnya kreativitas meliputi peka
terhadap lingkungan, bebas dalam bertindak di lingkungannya,
komitmen untuk kuat dan pantang mundur, optimis dengan
berani menghadapi konsekuensi, tekun berlatih, mengganggap
masalah sebagai tantangan, dan lingkungan yang mendukung,
tidak kaku maupun otoriter.
2) Faktor Penghambat
Faktor penghambat kreativitas meliputi malas
melakukan sesuatu, berfikir, bertindak bahkan berusaha;
meremehkan karya orang lain, mudah putus asa, cepat bosan,
dan tidak tahan uji; cepat puas; tidak berani menanggung
konsekuensi; tidak percaya diri; dan tidak disiplin.
Berdasarkan empat dimensi yang telah dipaparkan di atas, ada
keterkaitan antara kreativitas dengan kecerdasan. Rachmawati dan Euis
(2010: 19-20), siswa yang kreatif dapat dipastikan cerdas tetapi siswa
cerdas belum tentu kreatif. Sebab lahirnya kreatif membutuhkan lebih dari
sekedar intelligence. Setiap dihadapkan permasalahan ia mampu
memecahkannya melalui pola pikir divergen dimana dalam memecahkan
masalah ia dapat memperkaya pemecahan masalah dengan berbagai
alternatif jawaban. Kreativitas siswa bersifat divergen. keterampilan
berfikir kreatif memiliki langkah-langkah yang meliputi pengetahuan,
berikir dalam-dalam, menemukan ide, verifikasi mana yang tidak
melanggar norma. Artinya bahwa kreatif itu akan memecahkan masalah
20

dengan berbagai sudut pandang sedangkan kritis hanya satu sudut


pandang.
Supriadi (1994; Rachmawati dan Euis, 2010: 15), terdapat 2
golongan karaktristik kreativitas yaitu kognitif dan non-kognitif.
Karakteristik yang terolong kognitif meliputi orisinalitas, fleksibilitas,
kelancaran, dan elaborasi. Karakteristik non-kognitif meliputi motivasi
sikap dan kepribadian kreatif. Hadirnya kreativitas karena intelegence
pada seseorang yang sehat psikologis dan emosi.
Ada 24 ciri dari kepribadian, diantaranya: rasa ingin tahu yang
besar, toleran terhadap perbedaan pendapat, pendapat sendiri dan tidak
terpengaruh orang lain, gagasan yang orisinal, senang mengajukan
pertanyaan yang baik, dan kesadaran etika – moral dan estetika tinggi.
Edwards dkk (dalam Derbenwick, 2008: 7), partisipasi siswa dalam
pengasahan kreativitas merupakan petunjuk mutu pelajaran IPA, IPS
ataupun Bahasa. Munro (2001: 5), lebih mudah menampilkan hasil kreatif
di beberapa bidang disiplin ilmu misalnya seni, geografi dan biologi.
Berikut ini merupakan indikator kreativitas yang disajikan dalam tabel.
Tabel 2.1
Indikator Kreativitas

Ciri – ciri Kreativitas


No Deskripsi Indikator Kreativitas
Kategori Kognitif

Fluency (Kelancara Mengemukakan ide yang serupa untuk


1.
mengemukakan ide) memecahkan suatu masalah

Menghasilkan berbagai macam ide yang berguna


Fleksibilitas (Keluwesan
2. dalam memecahkan suatu permasalahan di luar
menghasilkan ide-ide)
kriteria yang ada.
Orisinalitas (Memberi
3. Memberikan respon yang unik.
respon unik)
Elaborasi (Menyatakan ide Menyatakan pengarahan ide secara terperinci
4.
terperinci) sehingga menjadi kenyataan.
Peka dalam menangkap dan menghasilkan
5. Sensitivity (Menanggapi)
masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.

Munro (2001: 2), penilaian kreativitas dipengaruhi faktor yang


mencakup daerah, aktivitas, kognitif dan emosional atau faktor
kepribadian berkontribusi pada kreativitas. Tondon (2008: 367),
21

pemerolehan kreativitas bisa melalui proses kognitif tingkatan tinggi


merupakan proses dimana siswa berbuat sesuatu yang kompleks pada
materi yang mereka peroleh. Balchin (2005: 1), ia telah mengidentifikasi
peran umum untuk menilai kreativitas, salah satunya yaitu menyoroti
masalah pendidikan misalnya menyediakan pretest dan posttest data untuk
perbandingan kelompok dalam mengevaluasi penelitian lebih lanjut.
Maemunah (2013: 17) menyatakan bahwa kelebihan yang dimiliki
kelas kontrol dalam penelitiannya yaitu diperoleh nilai pretest yang cukup
baik dibandingkan dengan kelas eksperimen. Derbenwick dkk (2008: 8),
perkembangan perilaku kreatif pada tingkatan ketiga yaitu tingkat lanjutan,
dimana siswa mengimplementasikan pengetahuan teknisi dan kreativitas
sehingga menghasilkan produk dari pengalamannya. Stenberg (2006: 7)
menyatakan bahwa kreativitas merupakan banyaknya keputusan dan sikap
terhadap kehidupan karena merupakan masalah kemampuan yang
dipengaruhi oleh usia maupun intelektualnya.
Kaufman (2012: 2), kreativitas merupakan gabungan antara bakat,
proses dan lingkungan yang saling berinteraksi antar individu maupun
kelompok menciptakan suatu produk yang baik dan berguna sebagai
penetapan dalam suatu kontak sosial. Paul (dalam Abdussalam, 2005:
175), proses menuju kreativitas menjadikan seseorang menjadi lebih peka
terhadap kurangnya wawasan, ketidak selarasan, kesulitan dibatasi, dan
peka dalam mencari solusi, menafsirkan masa depan, membuktikan
dugaan, dan akhirnya memberikan suatu hasil.
Maemunah (2013: 15) menyatakan bahwa pemecahan masalah
dengan adanya bimbingan guru melalui pembuatan produk menjadikan
siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dan memacu pola pikir kreatif
dalam memecahkan masalah. Tondon (2008: 367), proses kognitif
tingkatan tinggi meliputi: mengidentifikasi informasi penting, memanggil
pengetahuan awal yang relevan, membuat catatan, mengorganisasikan
informasi, mengembangkan informasi secara sengaja, membuat ringkasan
dan menata pemahaman.
22

Basuki dan Hariyanto (2014: 199), metode pemberian skala bipolar


(respon positif dan negative terhadap suatu pernyataan) adalah skala likert.
Krathwohl, Bloom dan Masia 1973 (dalam Basuki dan Harianto, 2014:
186) bahwa receiving (menyadari atau memperhatikan sesuatu di
lingkungan), responding (memperlihatkan perilaku baru tertentu sebagai
hasil pengalaman dan respon terhadap pengalaman) dan valuing
(memperlihatkan keterlibatan mutlak atau komitmen terhadap
pengalaman). Stenberg (2006: 9), tujuan pembelajaran adalah
memaksimalkan memori siswa dalam memperoleh informasi, mengajarkan
siswa untuk kreatif, analisis dan praktis dengan didasari pemikiran yang
unggul untuk memperbaiki kelemahan dan mengkodekan materi dengan
berbagai arahan yang unik.

C. Pencemaran Lingkungan

1. Pencemaran Lingkungan
a. Pengertian Pencemaran Lingkungan
Pencemaran memiliki nama lain yaitu polusi. Pencemaran
merupakan adanya suatu organisme maupun unsur lain masuk ke
dalam sumber daya alam, misalnya air, tanah dan udara sehingga
mengganggu kegunaan sumber daya alam tersebut, (Aly dan Eny,
2013: 139). Pencemaran lingkungan adalah masuk atau
dimasukanya makhluk hidup, zat, energi, dan komponen lain ke
dalam lingkungan oleh kegiatan manusia, sehingga kualitasnya
menurun sampai ke tingkat tertentu sehingga menyebabkan
lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1). jumlahnya melebihi
jumlah normal, 2). berada pada waktu yang tidak tepat, 3). berada di
tempat yang tidak tepat.
23

b. Macam - Macam Pencemaran


1) Berdasarkan tempat terjadinya pencemaran: pencemaran tanah,
air, dan udara.
Faktor-aktor yang mengakibatkan pencemaran tanah
diantaranya pembuangan bahan sintetis yang tak bisa diurai
oleh mikroorganisme seperti kaleng, plastik, dan kaca sehingga
menghambat oksigen meresap ke tanah, adapun faktor lain
yaitu penggunaan pestisida dan detergen sehingga meresap ke
tanah lalu berpengaruh bagi flora dan fauna, (Suwarno, 2002:
199). Cara pencegahan pencemaran tanah meliputi sampah
plastik dibakar dulu, membuang sampah pada tempatnya,
takaran pestisida tak berlebihan, penggunaan pupuk anorganik
tak berlebihan. Cara penanggulangannya menurut Suwarno
(2002: 199 - 200), yaitu:
a) Daur ulang sampah
b) Remediasi : Remediasi yaitu pembersihan permukaan tanah
c) Remediasi onsite dan offsite
Istilah dari kedua remediasi tersebut berbeda.
Remediasi onsite yaitu pembersihan yang dilakukan di
lokasinya langsung dimana pembershan ini meliputi
pembersihan, injeksi, dan bioremediasi. Remediasi offsite
yaitu pembersihan yan dilakukan di tempat husus
pembersihan dengan proses penggalian tanah yang tercemar
untuk dipindahkan ke tempat aman.
d) Bioremediasi. : Bioremediasi yaitu pembersihan
pencemaran tanah dengan bantuan jamur dan bakteri.
Air dikatakan tercemar apabila terjadi perubahan warna,
bau, dan adanya kematian biota air baik sebagian atau
seluruhnya. Faktor penggunaan pupuk dan pestisida secara
berlebihan. Sehingga terjadi blooming tumbuhan air berupa
alga dan ganggang, (Suwarno, 2002: 200). Gambar dibawah
24

ini merupakan salah satu contoh biota air selokan yang


tercemar.

Gambar 2.2: Contoh Dampak Pencemaran Air Selokan Akibat


Limbah Rumah Tangga
Cara pencegahan dan penanggulangannya meliputi
pemakaian pestisida sesuai dosis yang ada, sisa air buangan
pabrik sebelum dibuang terlebih dahulu dinetralkan lalu
dibuang tidak di dekat pemukiman, dan setiap rumah memiliki
septitank, (Suwarno, 2002: 200).

2) Berdasarkan bahan pencemaran


a) Pencemaran kimiawi : CO2, logam berat (Hg, Pb, As, Cd,
Cr, Ni), bahan radio aktif, pestisida, detergen, minyak,
pupuk organik. Aly dan Eny (2013: 140), pestisida
menimbulkan pencemaran tanah bila penggunaannya
berlebihan dan sumber energi juga sebagai penyebab
pencemaran lingkungan misalnya terjadi kebocoran
sehingga menyebabkan radiasi.
b) Pencemaran biologi : mikroorganisme seperti Escherichia
coli, Entamoeba coli, Salmonella thyposa. Escherichia coli
dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh dan dapat
tinggal di dalam pelvix ginjal dan hati, (Fakhrizal dalam
Yudo, 2010: 36).
25

c) Pencemaran Fisik : logam, kaleng, botol, kaca, plastik,


dan karet.
d) Pencemaran Suara : kebisingan pabrik, lalu-lalang
kendaraan. Aly dan Eny (2013: 140), polusi suara
merupakan penyebab terjadinya ketulian, kelelahan
jasmani, dan gangguan rohani.

3) Berdasarkan tingkat Pencemaran


a) Pencemaran ringan : pencemaran yang dimulai
menimbulkan gangguan ekosistem lain, contohnya :
pencemaran gas kendaraan bermotor.
b) Pencemaran kronis : pencemaran yang mengakibatkan
penyakit kronis.
c) Pencemaran akut : pencemaran yang dapat mematikan
seketika, contohnya pencemaran gas CO2 dari kenalpot
yang mematikan orang di dalam mobil tertutup, dan
pencemaran radioaktif.

c. Upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan


Upaya pencegahan pencemaran lingkungan yaitu:
1) Administratif
Secara administratif misalnya undang-undang yang
mengatur tentang pengelolaan lingkungan hidup perlu adanya
AMDAL sebelum suatu proyek pembangunan pabrik dan
proyek lainnya pada tanggal 11 maret 1982 oleh presiden RI.
Upaya secara administratif lainnya sebagaimana peraturan yang
ada di kota kediri yaitu peraturan Nomor 03 Tahun 2009
tentang pengelolaan lingkungan hidup, (Adiwira, 2013: 5).
Serta Peraturan Pemeintah (PP) Nomor 20 Tahun 1990 dan PP
nomor 22 Tahun 2001 tentang pengolahan air dan pengendalian
pencemaran air yang mewajibkan semua air limbah domestik
harus diolah sebelum dibuang, (Yudo, 2010: 3).
26

2) Teknologis
Secara Teknologis, pabrik tersebut wajib memiliki unit
pengolahan limbah sehingga zat yang berbahaya terkurangi
ataupun musnah. Upaya perbaikan lahan yang tercemar limbah
dengan bioremediasi dan pemupukan. Saat bioremediasi
terjadi, enzim-enzim yang diproduksi mikroranisme
memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur
kimia plutan tersebut, conohnya bakteri pemakan minyak bumi
yaitu Pseudomonas fluorescens, (Junaidi dkk, 2013: 2-3).
3) Edukatif
Sedangkan secara edukatif merupakan upaya yang
mendidik masyarakat untuk tidak membuang sampah
sembarangan sehingga terciptanya kepedulian lingkungan.
Misalnya melalui seminar, penyuluhan, musyawarah, dan
gotongroyong.

d. Parameter Pencemaran Lingkungan


Parameter pencearan digunakan sebagai indikator
(petunjuk) terjadinya pencemaran dan tingkat pencemaran yang
telah terjadi. Parameter pencemaran meliputi:
1) Parameter Fisik : pengkuran warna, rasa, bau suhu,
kekeruhan, dan aktivitas.
2) Parameter Kimia : mengetahui kadar CO2, pH, kasaman, kadar
garam, dan logam berat. Yudo (2010: 2) bahwa pencemaran
limbah domestik biasanya meliputi bahan pencemar BOD, COD,
amonia, fosfat, detergen, dan tinja. BOD (Biochemical Oxigen
Demand) yaitu sejumlah O2 terlaut yang dibutuhkan oleh bakteri
pengurai bahan pencemar organik dalam air. COD (Chemical
Oxigen Demand) adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi bahan-bahan oganik secara kimia.
3) Parameter Biologi : sungai yang mengandung siput air dan
planaria menunjukkan sungai tersebut masih status aman.
Namun, bila hanya ada Tubifex (cacing merah) tentu sungai
27

tersebut tidak aman karena cacing ini mampu bertahan hidup di


lingkungan yang kaya bahan organik meskipun hewan yang lain
telah mati.

2. Limbah
Limbah secara biologis terdiri atas dua jenis yaitu limbah organik
dan anorganik. Berikut penjabaranya:
a. Limbah Biodegradable (Limbah mudah terurai)
Limbah ini didekomposisi secara alami oleh bakteri dan
jamur maupun oleh manusia. Limbah ini merupakan limbah organik
(berasal dari bagian organisme yang dapat terurai kembali secara
alami). Pemanfaatan limbah organik ada dua yaitu melalui proses
daur ulang dan tidak melalui daur ulang. Pemanfaatan limbah
melalui proses daur ulang contohnya pemutihan kertas bekas
menggunakan bahan kimia, produksi pupuk kompos untuk pertanian
dan biogas untuk enegi alternatif. Pemanfaatan limbah tanpa daur
ulang limbah salah satunya yaitu produk keterampilan pemanfaatan
barang bekas kardus menjadi kotak spidol yang bermanfaat dan
bernilai seni.

Gambar 2.3: Contoh Hasil Pemanfaatan Barang Bekas (Sampah Organik)


28

b. Limbah Non Biodegradable (Limbah tak dapat diurai)


Limbah ini didekomposisi secara alami oleh bakteri dan
jamur maupun oleh manusia. Limbah ini merupakan anorganik
(bukan berasal dari bagian organisme sehingga sulit terurai kembali
secara alami). Limbah ini memerlukan waktu sangat lama bahkan
tidak mampu terdegredasi secara alami. Contohnya: Timbal, merkuri,
plastic, styrofoam, plastik, kaleng, dan bahan gelas. Solusi dengan
daur ulang (recycle) merupakan salah satu bentuk pemanfaatan
limbah. Bagian dari limbah anorganik bisa berupa limbah elektronik.
Olowu (2012: 6), tidak semua negara industri mampu mengatasi
masalah limbah elektronik misalnya peralatan listrik, elektronik
maupun aksesoris non operasional sebab masalah ini merupakan
masalah global.

Gambar 2.4: Contoh Hasil Pemanfaatan Barang Bekas (Sampah


Anorganik)

Anda mungkin juga menyukai