BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Brainstorming
1. Pengertian Brainstorming
Jarwan 2005 (dalam Adel, 2012: 29), Alex Osborn adalah
seseorang yang memperkenalkan metode brainstorming dimana metode ini
merupakan salah satu metode yang paling penting dalam merangsang
kreativitas siswa dan pemecahan masalah dalam pendidikan, komersial,
industri dan bidang politik. Starko 2009 (dalam Alrubaie dan Esther, 2014:
45), Brainstorming adalah metode pembelajaran yang dapat melatih siswa
mengambil fleksibilitas, kefasihan, resiko, elaboration dan keterampilan
lainnya yang berhubungan dengan kreativitas.
Brainstorming adalah suatu rangsangan untuk membangkitkan ide
kreatif dengan cara mengeksplor fikiran siswa sehingga struktur kognitif
atau yang disebut pengetahuan utama yang relevan menjadi aktif, (Stroebe,
Nijstad, & Rietzschel, 2010 dalam Alrubaie dan Esther, 2014: 45).
Branstorming adalah cara tradisional untuk memperoleh konsep-konsep
ilmiyah dan keyakinan siswa tentang ilmu pengetahuan dan untuk study,
(Amir 2010 dalam Mahmoud, 2013: 232)
Brainstorming menyediakan peluang dalam lingkungan belajar
yang nyata, aktif dan efektif dengan berpartisipasi dalam diskusi bilateral
maupun kolektif menurut pola fikir yang konsisten dengan kemampuan
dan sikap mereka, (Mahmoud, 2013: 231). Implementasi metode
brainstorming pada penelitian ini menekankan peningkatan kreativitas.
Oleh karena itu, pembelajaran menekankan ranah psikomotor, sebab ranah
psikomotor sudah mencakup pula ranah afektif dan kognitif. Basuki dan
Hariyanto (2014: 209) menyatakan bahwa terdapat ranah kognitif dan
afektif dalam kegiatan praktikum walaupun hanya sedikit.
Pada dasarnya penerapan metode brainstorming sebenarnya bisa
menstimulus aspek afektif dimana sikap spiritual dapat ukur karena salah
satu syarat berfikir kreatif yaitu dari tahapan persiapan dan tahapan
pembuatan siswa memferifikasi mana yang tidak melanggar norma.
10
11
Adapun sikap sosial yang baik tentu dilihat dari hubungan kerasama antar
siswa dalam memproduk sesuatu ataupun menyelesaikan masalah. Adapun
aspek kognitif bisa terukur melalui post test yang diadakan setelah siswa
menghasilkan produknya. Mulyasa (2012: 94) menyatakan bahwa
pengolahan kelas dapat dikembangkan untuk meningkatkan kegiatan
pembelajaran, menerapka metode pembelajaran aktif, kreatif dan
menenangkan peserta didik serta menyalin kerja sama yang harmonis dan
saling menguntungkan dengan pihak ketiga dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
2. Langkah-langkah Brainstorming
Tahapan metode brainstorming, (Widowati, 2009: 4) mencakup:
a. preparation (persiapan),
b. fact – finding (pencarian fakta),
c. warm up (pemanasan),
d. idea finding (pencarian ide),
e. solution finding (pencarian solusi),
f. implementation (pelaksanaan),
Langkah-langkah dalam sesi brainstorming, (Zaif dan Abdul,
2013: 1091):
a. pemanasan yang bertujuan untuk menarik perhatian siswa,
b. memperoleh ide bertujuan untuk mengetahui apa yang siswa fikirkan
dari topik pembelajaran disertai perbedaan ide,
c. menulis di papan bertujuan untuk mengeluarkan pengetahuan siswa
dengan cara melibatkannya secara sistematis dan terfokus dalam
proses,
d. menulis dan menyajikan ide / usulan: merangsang siswa untuk
menuliskan informasi dan menampilkannya,
e. hindari frustasi bertujuan untuk mengerahkan semua siswa dengan
mengumpulkan segala macam ide,
f. hindari kejenuhan bertujuan untuk menyatukan segala macam poin dan
informasi dan mengintegrasikan pengetahuan dengan cara membuat
sesi yang lebih menarik.
12
3. Kelebihan Brainstorming
Brainstorming mampu membantu siswa memecahkan masalah
dengan solusi yang inovatif, memperoleh keuntungan dari berbagai ide
orang lain yang bersifat mengembangankan ataupun membangun
hubungan antar siswa maupun menilai pandangan antar siswa, (Zaif dan
Abdul, 2013: 1090). Humaidan (dalam Zaif dan Abdul, 2013: 1090), bagi
guru Brainstorming mampu membuatnya menyimpulkan ide secara luas
buah solusi dari pemikiran siswa, lebih demokratis dan menghormati
pandangan yang berbeda-beda.
Alrubaie dan Esther (2014: 44), kelebihan metode brainstorming
diantaranya yaitu: membangun pengetahuan, meningkatkan kemampuan
mental dan membantu siswa dalam belajar dengan tanpa ada kritik, aturan
atau evaluasi dalam pembatasan pembatasan menghasilkan ide. De Hann
2009 (dalam Alrubaie dan Esther, 2014: 44), kelebihan teknik
brainstorming bagi guru yaitu adanya curah pendapat ia dapat
berkesempatan memberikan masalah dan meminta siswa memberi saran
sebanyak mungkin dalam periode singkat guna meningkatkan fluency.
Bagi siswa yaitu siswa berkesempatan untuk mencoba, megamati,
berasumsi, menilai hingga menyimpulkan. .
4. Kekurangan Brainstorming
Hambatan dalam pelaksanaan metode brainstorming meliputi
adanya kemalasan sosial dan kemalasan karena persepsi mengakibatkan,
kesadaran tanggung jawab pribadi, mengurangi konstribusi individu,
anggota yang menyerah mengakibatkan minimnya kinerja kelompok,
kelompok mendorong hanya satu orang yang berbicara. Selain itu, terdapat
faktor interpersonal yang meliputi komitmen individu, karakteristik
kepribadian, keragaman gaya kognitif, perbedaan gender, budaya, waktu
yang dihabiskan dan kualitas interaksi dan menurunya tujuan pribadi
karena antisipasinya merasa bahwa yang lain telah melakukan hal yang
sama (Osborn 1953 dalam Isaksen dan John, 2005: 315).
Hambatan produktivitas kelompok bisa terjadi karena adanya
penyerahan terhadap kelompok, penghakiman yang tidak tepat dan
13
membatasi interaksi (Isaksen dan John, 2005: 318). Richards (dalam Zaif
dan Abdul, 2013: 1090), interaksi siswa merupakan bagian terpenting
dalam mengembangkan keterampilan kognitif dalam menghasilakan ide
dan menemukan brainstorming adalah cara yang tidak efektif sebab siswa
terasah dalam teknik curah pendapat lebih efisien dalam melahirkan dan
mengklasifikasikan berbagai ide dari siswa kelompok kontrol.
B. Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
Kreativitas sebagai suatu proses yang menjadikan seseorang
menjadi lebih peka terhadap berbagai masalah, kekurangan, kurangnya
wawasan, dan ketidak selarasan, kemudian kesulitan dibatasi, mencari
solusi, membuat taksiran, menyusun hipotesis untuk diuji, dan akhirnya
memberikan suatu hasil, (Paul Torrance dalam Abdussalam, 2005: 175).
Stenberg (2006: 8-9), jenis kreativitas dapat dikembangkan
menjadi berbagai macam dengan diawali ulangan kecil. Selain itu,
sejauh ini tujuan seseorang adalah memaksimalkan memori siswa dalam
memperoleh informasi, mengajarkan siswa untuk kreatif, analisis, dan
praktis didasari keunggulan pemikirannya sehingga memungkinkan
siswa mendominankan kekuatan mereka, memperbaiki kelemahan
mereka serta mengkodekan materi dengan berbagai arahan yang unik.
Peningkatan pemahaman keativitas akan meningkatkan
kesadaran kreativitas (Fasko, 2001: 318). Rubinstein dan Firstenberg
dalam (Stice 1987: 26; Zuchdi, 2009: 128) menyatakan bahwa siswa
biasanya itu lebih banyak aktif dari pada pasif dan mereka memiliki
kapasitas untuk menghasilkan sesuatu. Sesuatu yang dihasilkan siswa
bisa berupa ide, pertanyaan ataupun suatu produk.
Edwards dkk dalam Derbenwick (2008: 7), partisipasi siswa
dalam pengasahan kreativitas merupakan petunjuk mutu pelajaran IPA,
IPS ataupun Bahasa. Munro (2001: 5) bahwa lebih mudah menampilkan
hasil kreatif di beberapa bidang disiplin ilmu misalnya seni, geografi dan
biologi. Kreativitas siswa dirangsang oleh guru dengan suatu metode
14
a. Person
Dimensi person diidentifikas dengan adanya kemampuan
siswa melihat masalah dari bebagai sudut pandang, keinginan untuk
mengetahui, tebuka terhadap kedatangan pengalaman baru,
menyukai tantangan dari suatu tugas, berwawasan luas, dan
menghargai karya orang lain, (Uno dan Nurdin, 2012: 154). Dengan
kata lain bahwa dimensi perso ini kontenya dari dalam diri anak itu
sendiri sehingga lebih kearah attitude siswa. Plucker dan Makel 2010
(dalam Lucas, 2013: 11), kategori yang termasuk tes kreativitas
diantaranya yaitu: teknik untuk menilai tingkat kreativitas dalam
produk atau respon.
b. Proses
Uno dan Nurdin (2012: 164), berfikir kreatif memiliki arti
suatu usaha dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang ada
dengan mengkaitkan segala fakta pengolahan data di otak maupun
yang tampak di luar. Ada lima proses kreatif menurut Deporter dan
Mike Hernaeki (2002: 30; Uno dan Nurdin, 2012: 164), sebagai
berikut:
1) Persiapan : mengartikan masalah, tujuan atau tantangan.
2) Inkubasi : mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam
fikiran.
3) Iluminasi : mendesak ke permukaan, gagasan-gagasan
bermunculan.
4) Verifikasi : memastikan solusi itu benar dalam memecahkan
masalah.
5) Aplikasi : mengambil langkah-langkah untuk menindak
lanjuti solusi tersebut.
16
Gambar 2.1 Suatu Hubungan Kata dari Perilaku Kreatif (Shi, 2004;
Meintjes and Mary, 2010: 5)
Perilaku kreatif kami dapat dibuat dengan cara mengaturnya
melalui penyeleksian sebuah nomor kecil dari faktor-faktor
kontekstual yang ada hubunganya dengan di atas pendidikan, sosial
dan keluarga atau bidang perekonomian, dan menguji pengaruh
mereka dalam perkembangan kemampuan berfikir kreatif di sebuah
bidang akademik, kebudayaan, tipe model sekolah sikap, faktor-
faktor sosal-ekonomi, pendidikan orang tua, fakor-faktor keluarga,
dan pilihan berbagai model peran, (Meintjes and Mary, 2010: 5).
Gagasan tersebut dengan kata ain menunjukkan bahwa berfikir
kreatif merupakan bagian dari kreativias karena tanpa ada pemikian
kreatif tentu sulit untuk lairnya kreativitas sebab kreativitas
merupakan perwujudan dari berfikir kreatif.
Parnes (dalam Nursito, 2000; Rachmawati dan Euis, 2010:
14) bahwa terjadinya proses kreatif hanya dapat tejadi melalui lima
macam perilaku kreatif yang meliputi:
17
unsur yang ada. Unsur-unsur yang ada ini memberikan inspirasi bagi
seseorang sehingga menghasilkan sesuatu yang inovatif.
d. Press atau Dorongan
Press atau dorongan terdiri dari dua faktor yaitu faktor
pendorong dan faktor penghambat. Berikut ini penjelasan dari kedua
faktor tersebut yang dipaparkan oleh Uno dan Nurdin (2012: 155),
yaitu:
1) Faktor Pendorong
Faktor pendorong timbulnya kreativitas meliputi peka
terhadap lingkungan, bebas dalam bertindak di lingkungannya,
komitmen untuk kuat dan pantang mundur, optimis dengan
berani menghadapi konsekuensi, tekun berlatih, mengganggap
masalah sebagai tantangan, dan lingkungan yang mendukung,
tidak kaku maupun otoriter.
2) Faktor Penghambat
Faktor penghambat kreativitas meliputi malas
melakukan sesuatu, berfikir, bertindak bahkan berusaha;
meremehkan karya orang lain, mudah putus asa, cepat bosan,
dan tidak tahan uji; cepat puas; tidak berani menanggung
konsekuensi; tidak percaya diri; dan tidak disiplin.
Berdasarkan empat dimensi yang telah dipaparkan di atas, ada
keterkaitan antara kreativitas dengan kecerdasan. Rachmawati dan Euis
(2010: 19-20), siswa yang kreatif dapat dipastikan cerdas tetapi siswa
cerdas belum tentu kreatif. Sebab lahirnya kreatif membutuhkan lebih dari
sekedar intelligence. Setiap dihadapkan permasalahan ia mampu
memecahkannya melalui pola pikir divergen dimana dalam memecahkan
masalah ia dapat memperkaya pemecahan masalah dengan berbagai
alternatif jawaban. Kreativitas siswa bersifat divergen. keterampilan
berfikir kreatif memiliki langkah-langkah yang meliputi pengetahuan,
berikir dalam-dalam, menemukan ide, verifikasi mana yang tidak
melanggar norma. Artinya bahwa kreatif itu akan memecahkan masalah
20
C. Pencemaran Lingkungan
1. Pencemaran Lingkungan
a. Pengertian Pencemaran Lingkungan
Pencemaran memiliki nama lain yaitu polusi. Pencemaran
merupakan adanya suatu organisme maupun unsur lain masuk ke
dalam sumber daya alam, misalnya air, tanah dan udara sehingga
mengganggu kegunaan sumber daya alam tersebut, (Aly dan Eny,
2013: 139). Pencemaran lingkungan adalah masuk atau
dimasukanya makhluk hidup, zat, energi, dan komponen lain ke
dalam lingkungan oleh kegiatan manusia, sehingga kualitasnya
menurun sampai ke tingkat tertentu sehingga menyebabkan
lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1). jumlahnya melebihi
jumlah normal, 2). berada pada waktu yang tidak tepat, 3). berada di
tempat yang tidak tepat.
23
2) Teknologis
Secara Teknologis, pabrik tersebut wajib memiliki unit
pengolahan limbah sehingga zat yang berbahaya terkurangi
ataupun musnah. Upaya perbaikan lahan yang tercemar limbah
dengan bioremediasi dan pemupukan. Saat bioremediasi
terjadi, enzim-enzim yang diproduksi mikroranisme
memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur
kimia plutan tersebut, conohnya bakteri pemakan minyak bumi
yaitu Pseudomonas fluorescens, (Junaidi dkk, 2013: 2-3).
3) Edukatif
Sedangkan secara edukatif merupakan upaya yang
mendidik masyarakat untuk tidak membuang sampah
sembarangan sehingga terciptanya kepedulian lingkungan.
Misalnya melalui seminar, penyuluhan, musyawarah, dan
gotongroyong.
2. Limbah
Limbah secara biologis terdiri atas dua jenis yaitu limbah organik
dan anorganik. Berikut penjabaranya:
a. Limbah Biodegradable (Limbah mudah terurai)
Limbah ini didekomposisi secara alami oleh bakteri dan
jamur maupun oleh manusia. Limbah ini merupakan limbah organik
(berasal dari bagian organisme yang dapat terurai kembali secara
alami). Pemanfaatan limbah organik ada dua yaitu melalui proses
daur ulang dan tidak melalui daur ulang. Pemanfaatan limbah
melalui proses daur ulang contohnya pemutihan kertas bekas
menggunakan bahan kimia, produksi pupuk kompos untuk pertanian
dan biogas untuk enegi alternatif. Pemanfaatan limbah tanpa daur
ulang limbah salah satunya yaitu produk keterampilan pemanfaatan
barang bekas kardus menjadi kotak spidol yang bermanfaat dan
bernilai seni.