Anda di halaman 1dari 6

BAB III

KONSEP DASAR APARATUR SIPIL NEGARA


A. IDENTIFIKASI NILAI-NILAI DASAR PNS
Aparatur Sipil Negara (ASN) mempunyai peran yang amat penting dalam rangka
menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadapan modern, demokratis,
makmur, adil dan bermoral tinggi dalam menyelenggrarakan pelayanan kepada
masyarakat secara adil dan merata. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh
kesetiaan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945. Nilai-nilai dasar ASN
yang merupakan seperangkat prinsip yang menjadi landasan dalam menjalankan profesi
ASN adalah sebagai berikut:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas, yaitu (Kusumasari dkk, 2017):
1) Tanggung jawab, yaitu kewajiban tingkah laku atau perbuatan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan.
2) Jujur, yaitu keterusterangan pada perilaku tanpa adanya kebohongan atau penipuan.
3) Kejelasan Target dalam menjelaskan cara, tindakan ataupun proses kegiatan untuk
mencapai suatu tujuan.
4) Netral artinya bersikap seimbang, tidak memihak kepada siapapun
5) Mendahulukan kepentingan publik
6) Keadilan adalah kondisi kebenaran sama rata secara moral mengenai sesuatu hal,
baik menyangkut benda atau orang.
7) Transparansi yaitu keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan
oleh individu maupun kelompok/instansi
8) Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai
pada tercapai tujuan akhir.
9) Partisipatif adalah suatu keterlibatan baik fisik, mental dan emosional serta ikut
bertanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan.
2. Nasionalisme

Makna nasionalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran nasional


yang mengandung cita-cita dan pendorong bagi suatu bangsa, baik untuk merebut
kemerdekaan atau mengenyahkan penjajahan maupun sebagai pendorong untuk

14
membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. Dalam arti
luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain (Latief dkk, 2015).
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya
sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini
jelas mencerai beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Sedang dalam arti
luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa
dan Negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme adalah religius (patuh ajaran agama),
hormat menghormati, kerjasama, tidak memaksakan kehendak, jujur, amanah (dapat
dipercaya), adil, persamaan derajat, tidak diskriminatif, mencintai sesama manusia,
tenggang rasa, membela kebenaran, persatuan, rela berkorban, cinta tanah air,
memelihara ketertiban, disiplin, musyawarah, kekeluargaan, menghormati keputusan,
tanggung jawab, kepentingan bersama, gotong royong, sosial, tidak menggunakan hak
yang bukan miliknya, hidup sederhana, kerja keras, dan menghargai karya orang lain
(Latief dkk, 2015).
3. Etika Publik

Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar. Dalam kaitannya dengan
pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Integritas publik menuntut para
pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki komitmen moral dengan
mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi
peribadi, dan kebijaksanaan di dalam pelayanan publik (Haryatmoko, 2001 dalam
Kumoroto dkk, 2015).
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni:
a. Pelayan publik yang berkualitas dan relevan
b. Sisi dimensi reflektif, sebagai bantuan dalam menimbang pilihan sarana
kebijakan publik dan alat evaluasi
c. Modalitas etika, menjembatani antara norma dan moral dan tindakan faktual.

Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai


(kejujuran, solidaritas, keadilan, kesetaraan, dll) dipraktikkan dalam wujud keprihatinan

15
dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat atau kebaikan orang lain. Indikator
nilai dasar dari etika publik adalah jujur, bertanggung jawab, integritas tinggi, cermat
disiplin, hormat, sopan, taat pada perundang-undangan, taat perintah dan menjaga
rahasia. (Kumorotomo, 2015)
4. Komitmen Mutu

Mutu ada dalam persepsi orang secara individual, yang diukur dari tingkat
kepuasan masing-masing terhadap produk/jasa yang diterimanya. Merujuk definisi dari
Goetsch dan Davis (2006: 6), manajemen mutu terpadu (Total Quality Management /
TQM) terdiri atas kegiatan perbaikan berkelanjutan yang melibatkan setiap orang
dalam organisasi melalui usaha yang terintegrasi secara total untuk meningkatkan
kinerja pada setiap level organisasi. Indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu,
yaitu (Suyono, 2016):
1) Efektifitas adalah tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja, diukur dari kepuasan dan
terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2) Efisiensi merupakan tingkat ketepatan realiasi penggunaan sumber daya sehingga
dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi,
penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.
3) Inovasi adalah hasil pemikiran baru yang akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya.
4) Orientasi mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada
pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui
harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk
mengukur capaian hasil kerja.
5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya kerusakan,
kebobrokan dan kebusukan. Selaras dengan kata asalnya, korupsi sering dikatakan
sebagai kejahatan luar biasa, salah satu alasannya adalah karena dampaknya yang luar
biasa menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup, pribadi, keluarga, masyarakat
dan kehidupan yang lebih luas (Tim KPK, 2015).

16
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi, yaitu:
1) Jujur adalah lurus hati, tidak curang, tidak berbohong. Orang yang jujur akan
konsisten dengan apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan.
2) Peduli adalah memperhatikan serta melibatkan diri dalam suatu persoalan,
keadaan/kondisi di sekitar kita.
3) Mandiri membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak
bergantung terlalu banyak pada orang lain. Pribadi yang mandiri tidak akan
menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi
mencapai keuntungan sesaat.
4) Disiplin adalah sikap mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya, pada saat
yang tepat dan benar-benar menghargai waktu.
5) Tanggung Jawab adalah menyelesaikan pekerjaan sesuai amanah yang diberikan
dengan baik, tidak mengelak, berani menghadapi dan memikul segala akibat atas
pekerjaan yang dilakukan.
6) Kerja Keras adalah kegiatan yang dilakukan dengan sunguh-sungguh tanpa
mengenal lelah atau berhenti sebelum targetnya tercapai.
7) Sederhana adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya dan berupaya
memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak
tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan.
8) Berani, seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran dan menolak kebatilan. Ia tidak akan mentolerir adanya
penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia tidak takut
dimusuhi dan tidak memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-
hal yang menyimpang.
9) Adil, pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia
terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan
lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan
memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia
juga ingin mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

B. KEDUDUKAN DAN PERAN APARATUR SIPIL NEGARA


1. Manajemen Aparatur Sipil Negara

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN


yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,

17
bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Pegawai ASN berkedudukan
sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan
instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan
dan partai politik. Kedudukan ASN berada di pusat, daerah dan luar negeri. Untuk
menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
1. Pelaksana kebijakan publik,
2. Pelayan publik, dan
3. Perekat dan pemersatu bangsa
Peran dari Pegawai ASN yaitu: perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (Fatimah dan Erna,
2017).
2. Pelayanan Publik
Definisi pelayanan publik berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administrasif
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Tiga unsur penting dalam
pelayanan publik adalah organisasi penyelenggara pelayanan publik, penerima layanan
(pelanggan), dan kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan
(pelanggan) (Purwanto dkk, 2017).
3. Whole of Government
Whole of Government (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintah yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan
sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan
pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh karenanya
WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan
sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan (Suwarno dan
Tri, 2017).
Kemunculan WoG didorong oleh sejumlah faktor internal maupun eksternal
abad 21. Salah satu bentuk penerapan WoG di sektor pelayanan publik adalah e-
government yaitu menciptakan jejaring kerja kolaboratif sehingga fungsi integrasi
intra dan inter instansi dapat dilaksanakan. Keberadaan jejaring kerja yang ditopang

18
oleh e-government berpotensi menjadi tuas pengungkit (leverage) bagi pertumbuhan
dan perkembangan ekonomi, sosial dan lingkungan, termasuk di dalamnya pelayanan
publik. (Suwarno & Sejati, 2017)

19

Anda mungkin juga menyukai