Anda di halaman 1dari 9

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Konsep Aktualisasi Nilai Dasar ANEKA


3.1.1 Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai (Rohmat, 2017).


Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok, atau institusi untuk memenuhi
tanggung jawab yang menjadi amanahnya yaitu menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Tujuan
utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Dalam pendekatan akuntabilitas yang bersifat proaktif, akuntabilitas
dimaknai sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sejak awal, penempatan sumber daya yang tepat, dan evaluasi kinerja. Proses
setiap individu/kelompok/institusi akan diminta pertanggungjawaban secara aktif yang terlibat
dalam proses evaluasi dan berfokus peningkatan kinerja. Nilai-nilai dasar akuntabilitas antara
lain : 1. kesesuaian; 2. dapat dipertanggungjawabkan; 3. terkontrol; 4. integritas; 5. relevan; 6.
informatif; dan 7. transparan

Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit
organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan pertanggungjawaban laporan
kegiatan kepada atasannya. Akuntabilitas merupakan hal penting dalam penyelenggaraan
pemerintahan guna menyediakan kontrol demokratis (peran demorkrasi), mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional), serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
(peran belajar). Mekanisme akuntabilitas dalam birokrasi di Indonesia meliputi perencaaan
strategis, kontrak kerja, dan laporan kinerja. Akuntabilitas menurut saya adalah
pertanggungjawaban pelaksanaan suatu kebijakan dengan tujuan mempertahankan atau
meningkatkan mutu pelayanan. Dalam hal menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, nilai-
nilai yang dapat diterapkan adalah : 1. kepemimpinan; 2. transparansi; 3. integritas; 4.
tanggungjawab; 5. keadilan; 6. kepercayaan; 7. keseimbangan; 8. kejelasan; dan 9. konsistensi
(Kusumasari dkk., 2015).

3.1.2 Nasionalisme
Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai
kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan itu masyarakat
suatu bangsa akan merasakan adanya kesetiaan yang mendalam kepada bangsa itu sendiri
(Manarul, 2019). Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap
bangsa dan negara sekaligus menghormati bangsa lain. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia
dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa menempatkan
persatuan kesatuan kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
atau kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan
negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah
diri; mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan
sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; serta mengembangkan
sikap tenggang rasa.

Nasionalisme menurut saya ada sikap dan perilaku yang menunjukkan kecintaan kepada
negara. Nasionalisme berfungsi sebagai perekat dan pemersatu bangsa dan negara, setiap
aparatur sipil negara harus memiliki jiwa nasionalisme yang kuat, memiliki kesadaran sebagai
penjaga kedaulatan negara, menjadi pemersatu bangsa mengupayakan situasi damai di seluruh
wilayah Indonesia, dan menjaga keutuhan NKRI. Nasionalisme berperan dalam pembinaan
karakter bangsa, pengawal pembagunan nasional (nation building), dan pengerat integrasi
nasional. Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus diperhatikan oleh
aparatur sipil negara dalam menjalankan tugasnya yaitu Pancasila : 1. ketuhanan yang Maha Esa,
2. kemanusiaan yang adil dan beradab, 3. persatuan Indonesia, 4. kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, 5. keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia (Latief dkk., 2015).

3.1.3 Etika Publik

Etika publik adalah refleksi tentang standar atau norma yang menentukan baik/buruk dan
benar/salah suatu perilaku, tindakan, dan keputusan yang mengarahkan kebijakan publik dalam
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik (Haryatmoko, 2011). Ada 3 fokus utama dalam
pelayanan publik, yaitu : 1. pelayanan publik yang berkualitas dan relevan; 2. sisi dimensi
reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang pilihan sarana kebijakan
publik dan alat evaluasi; dan 3. modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan
faktual. Etika publik menurut saya adalah peraturan mengenai sikap dan perilaku yang harus
diterapkan oleh setiap aparatur sipil negara dalam pelayanan publik.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN
yaitu :

1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila;


2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945;
3. menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
4. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
5. menciptakan lingkungan kerja yang tidak diskriminatif;
6. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur;
7. mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
8. memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
9. memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
10. mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
11. menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama;
12. mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
13. mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
14. meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.

Berdasarkan Undang-undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yaitu :
1. melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
2. melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
5. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
6. menjaga kerahasiaan yang mennyangkut kebijakan Negara;
7. menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggung jawab,
efektif dan efisien;
8. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
9. memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10. tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain;
11. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN;
dan
12. melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai ASN (Kumorotomo dkk., 2015).

3.1.4 Komitmen Mutu

Pelayanan publik yang bermutu memainkan peran yang sangat penting dalam menciptakan
lingkungan dan masyarakat yang lebih sejahtera, adil, dan inklusif (dapat dijangkau semua
orang) (Rohmat, 2017). Mutu merupakan persepsi pengguna layanan terhadap kemampuan suatu
organisasi dalam menjawab kebutuhan dan harapan pelanggan. Mutu bersifat dinamis, sehingga
setiap organisasi dituntut untuk memperbaiki kinerjanya secara terus-menerus. Untuk
menghasilkan mutu dalam pelayanan publik yang bersifat jasa, sangat membutuhkan kerjasama
dan partisipasi masyarakat. Oleh sebab itu, aparatur sipil negara harus mampu memelihara
komunikasi dan interaksi yang baik dengan masyarakat, bersifat kreatif, proaktif, dan inovatif
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang berbeda-beda. Masyarakat pun terus-menerus
menuntut standar pelayanan yang semakin tinggi dan semakin responsif terhadap kemampuan
dan kebutuhan yang beragam karena kondisi sosial ekonomi yang terus membaik. Pelayanan
yang baik harus cepat, tepat, dapat diandalkan, tidak berbelit-belit (bertele-tele), dan tidak
ditunda-tunda. Komitmen mutu menurut saya adalah janji aparatur sipil negara untuk tetap
mempertahankan atau meningkatkan kualitas mutu pelayanan publik dengan bekerja secara
efektif, efisien, dan inovatif.
Nilai-nilai dasar orientasi mutu dalam memberikan layanan prima sekurang-kurangnya
mencakup hal-hal berikut :

1. Mengedepankan komitmen terhadap kepuasan customers/clients;


2. Memberikan layanan yang menyentuh hati untuk menjaga dan memelihara agar
customers/clients tetap setia;
3. Menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi: tanpa cacat, tanpa kesalahan, dan
tidak ada pemborosan;
4. Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik berkaitan dengan pergeseran tuntutan
kebutuhan customers/clients maupun perkembangan teknologi;
5. Menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan;
6. Melakukan upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara, antara lain :
pendidikan, pelatihan, pengembangan ide kreatif, kolaborasi, dan benchmark.

Nilai-nilai dasar sebagai indikator dalam menilai mutu pelayanan adalah :

1. nyata terwujud (tangible);


2. keandalan (reability);
3. cepat tanggap (responsiveness);
4. kompetensi (competence);
5. kemudahan (access);
6. keramahan (courtesy);
7. komunikasi (communication);
8. kepercayaan (credibility);
9. keamanan (security); dan
10. pemahaman pelanggan (understanding the customer) (Lembaga Administrasi Negara,
2015).

3.1.5 Anti Korupsi

Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakat yang memakai uang
sebagai standar kebenaran dan sebagai kekuasaan mutlak (Irfan, 2012). Menurut Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. UU Nomor 20 Tahun 2001, korupsi adalah perbuatan
melawan hukum dengan memperkaya diri sendiri/orang lain yang dapat merugikan keuangan
negara. Definisi korupsi telah dijelaskan dalam 13 buah Pasal yang dirumuskan ke dalam 30
bentuk/jenis tindak pidana korupsi. 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut
dikelompokkan menjadi 7 jenis yaitu : 1. kerugian keuangan negara, 2. suap-menyuap, 3.
penggelapan dalam jabatan, 4. pemerasan, 5. perbuatan curang, 6. benturan kepentingan dalam
pengadaan, dan 7. gratifikasi (Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006).

Anti korupsi adalah sikap dan perilaku yang tidak mendukung adanya upaya untuk merugikan
keuangan negara dan perekonomian negara, singkatnya ialah sikap menentang terhadap adanya
korupsi. Korupsi dapat diartikan sebagai perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap,
tidak bermoral, menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama, material, mental,
dan umum. Anti korupsi menurut saya adalah pikiran dan tindakan yang tidak mendukung
adanya penyalahgunaan kepercayaan yang melanggar hukum yang dapat merugikan negara. Ada
3 strategi dalam pemberantasan korupsi, yaitu : 1. perbaikan sistem, 2. edukasi, dan 3. represif.
Untuk mendukung pemberantasan korupsi, KPK bersama para pakar telah mengidentifikasi
nilai-nilai dasar anti korupsi dan dihasilkan sebanyak 9 nilai anti korupsi yaitu :

1. jujur;
2. peduli;
3. mandiri;
4. disiplin;
5. tanggung jawab;
6. kerja keras;
7. sederhana;
8. berani; dan
9. adil (Lembaga Administrasi Negara, 2015).

3.2 Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI


3.2.1 Manajemen ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi
pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil negara yang unggul
selaras dengan perkembangan jaman. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, pegawai ASN
berfungsi sebagai : 1. pelaksana kebijakan publik; 2. pelayan publik; dan 3. perekat dan
pemersatu bangsa. Pegawai ASN bertugas : 1. melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, 2. memberikan
pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta 3. mempererat persatuan dan kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pegawai ASN berperan sebagai : perencana, pelaksana,
dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional.

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). ASN berfungsi, bertugas, dan
berperan untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan
kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. ASN
berfungsi, bertugas, dan berperan untuk memberikan pelayanan publik yang profesional dan
berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara
pelayanan publik dengan tujuan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu, ASN dituntut untuk
profesional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. ASN berfungsi, bertugas, dan
berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ASN
senantiasa dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. ASN
senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara
daripada kepentingan diri sendiri, seseorang, dan golongan. Pemerintah melalui Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara bertekad untuk mengelola ASN menjadi
semakin profesional agar mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas bagi
masyarakat (Fatimah & Irawati, 2017).

3.2.2 Whole of Government (WoG)

Whole of Government atau disingkat WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan


pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor
dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program, dan pelayanan publik. Terdapat beberapa cara pendekatan WoG
yang dapat dilakukan, baik dari sisi penataan institusi formal maupun informal, yaitu :
1. penguatan koordinasi antar lembaga;

2. membentuk lembaga koordinasi khusus;

3. membentuk gugus tugas; dan

4. koalisi sosial.

WoG menjadi penting karena diperlukan sebuah upaya untuk memahami pentingnya
kebersamaan dari seluruh sektor guna mencapai tujuan bersama. Sikap, perilaku, dan nilai yang
berorientasi sektor harus dicairkan dan dibangun dalam fondasi kebangsaaan yang lebih
mendasar, yang mendorong adanya semangat persatuan dan kesatuan. Alasan WoG menjadi
penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari pemerintah adalah:

adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam mewujudkan integrasi kebijakan,
program pembangunan dan pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan yang lebih
baik. Selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi, dan dinamika kebijakan yang lebih
kompleks juga mendorong pentingnya WoG dalam menyatukan institusi pemerintah sebagai
penyelenggara kebijakan dan layanan publik, 2. adanya fenomena ketimpangan kapasitas
sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam pembangunan, 3.
khususnya dalam konteks Indonesia, keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat,
serta bentuk latar belakang lainnya mendorong adanya potensi disintegrasi bangsa. Pemerintah
sebagai institusi formal berkewajiban untuk mendorong tumbuhnya nilai-nilai perekat
kebangsaan yang akan menjamin bersatunya elemen-elemen kebangsaan ini dalam satu naungan
NKRI (Suwarno & Sejati, 2017).

3.2.3 Pelayanan Publik

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menyatakan bahwa


pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik. Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu : 1. organisasi
penyelenggara pelayanan publik, 2. penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat, atau
organisasi yang berkepentingan, dan 3. kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima
layanan (pelanggan). 9 prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima
adalah : partisipatif, transparan, responsif, tidak diskriminatif, mudah dan murah efektif dan
efisien, aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan. 4 hal pokok yang menjadi dasar penyelenggaraan
pelayanan publik di Indonesia adalah :

1. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi.


Dengan demikian menjadi kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakannya
baik dilakukan sendiri (oleh birokrasi pemerintah) maupun bekerja sama dengan
sektor swasta.
2. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh warga negara.
Oleh karena itu, sebagai seorang ASN harus paham bahwa warga negara adalah
agent (tuan) dan ASN adalah client (pelayan). Konsekuensinya, ASN yang harus
mengikuti kehendak masyarakat pengguna layanan, bukan sebaliknya.
3. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal yang
strategis bagi kemajuan bangsa di masa yang akan datang.
4. Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar warga negara sebagai manusia, tetapi juga berfungsi untuk
memberikan perlindungan bagi warga negara (proteksi) (Purwanto dkk.,
2017).
1.

Anda mungkin juga menyukai