Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

LATSAR CPNS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2021


GELOMBANG V
ANGKATAN 21 – KELOMPOK IV

AGENDA 2 : ANEKA
TUTOR : Dr. PUNGKAS HENDRATMOKO, S.Si.T., M.M.Tr.

TUGAS 5
“RELEVANSI NILAI ANEKA DENGAN PERAN ASN”

DISUSUN OLEH :

NAMA NIP
1. Aliong Silalahi, M.Pd 198511222020121004
2. Abe Hermawan, S.T. 199101212020121012
3. Edy Ariyanto, S.E 198904082020121006
4. Arief Rachman Hakim, A.Md.Llaj., St. 199102152020121006
5. Fransisca Lestyaning Hapsari, S.Psi., M.Psi., Psikolog 198605142020122006
DAFTAR ISI

I. TUGAS KELOMPOK ................................................................................................ 2


II. LATAR BELAKANG ....................................................... Error! Bookmark not defined.
III. PEMBAHASAN......................................................................................................... 2
A. NILAI AKUNTABILITAS ................................................. Error! Bookmark not defined.
B. NILAI NASIONALISME ................................................... Error! Bookmark not defined.
C. NILAI ETIKA PUBLIK....................................................... Error! Bookmark not defined.
D. NILAI KOMITMEN MUTU............................................. Error! Bookmark not defined.
E. NILAI ANTI KORUPSI ...................................................... Error! Bookmark not defined.
IV. KESIMPULAN .......................................................................................................... 9

1
I. TUGAS KELOMPOK
Melakukan diskusi mengenai : “Relevansi nilai ANEKA (Akuntabilitas, Etika public,
Komitmen mutu, Anti-korupsi)”

II. LATAR BELAKANG


Pelatihan Dasar CPNS diselenggarakan untuk membentuk PNS profesionalisme yang
berkarakter yaitu PNS yang karakternya dibentuk oleh perilaku Bela Negara,
mengaktualisasikan Nilai-nilai dasar dalam pelaksanaan tugas jabatanya, mengaktualisasikan
kedudukan dan peran PNS dalam kerangka NKRI dan menunjukan penguasaan kompetensi
teknis yang dibutuhkan sesuai bidang tugas sehingga mampu untuk melaksanakan tugas
pokok dan peranya secara profesional sebagai pelayan masyarakat.

Nilai-Nilai Dasar PNS (ANEKA) Untuk dapat mewujudkan fungsi Aparatur Sipil Negara
(ASN) sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu
bangsa, maka diperlukan ASN yang profesional, kompeten dan berintegritas yang berkarakter
ANEKA. Karakter ANEKA yaitu mempunyai nilai-nilai dasar Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi.

Berdasarkan gambaran diatas, maka kelompok kami mendiskuasikan nilai-nilai dasar ASN
(ANEKA) dengan uraian sebagai berikut :
1. Nilai Akuntabilitas
2. Nilai Nasionalisme
3. Nilai Etika Publik
4. Nilai Komitmen Mutu,dan
5. Nilai Anti Korupsi

III. PEMBAHASAN
A. Nilai Akuntabilitas
Akuntabilitas yang merupakan suatu bentuk kewajiban pertanggungjawaban atas kinerja
yang telah dicapai baik sebagai individu ASN maupun sebagai Organisasi Pemerintahan
terhadap atasan maupun masyarakat. Nilai dasar akuntabilitas diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Kepemimpinan
2. Integritas
3. Tanggung jawab
4. Keadilan
5. Kepercayaan
6. Keseimbangan
7. Kejelasan
8. Konsistensi

Ketika seorang ASN mampu menerapkan nilai akuntabilitas dalam pekerjaannya, maka
pastinya ASN tersebut mengetahui tujuan dan sasaran yang akan diraih baik pada level
2
individu maupun organisasi, sehingga mampu mengarahkan kontribusi dan usaha
terbaiknya karena ia juga tahu bahwa setiap hasil yang dicapai akan
dipertanggungjawabkan baik dihadapan pimpinan maupun masyarakat umum. Ia akan
sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan saat bersikap, saat mengambil keputusan,
maupun saat menggunakan fasilitas dan kekayaan Negara. Jujur, terukur dan transparan,
karena setiap proses dan capaian kinerjanya taat hukum dan aturan, sehingga tidak ada hal
yang perlu ditutupi atau disembunyikan. ASN yang memegang nilai akuntabilitas maka ia
juga akan selalu disiplin dalam berkerja, rela bekerja keras maupun mengambil langkah-
langkah cerdas guna mengoptimalkan hasil capaiannya. Ia juga akan memberikan
pelayanan yang terbaik, beretika, adil dan berimbang, tanpa mebeda-bedakan asal daerah,
suku, ras, agama, dan budaya, semuanya akan diberikan standar pelayanan yang sama.
Selain itu, ASN yang memegang nilai akuntabilitas pasti akan selalu menghindari perilaku
curang, koruptif, maupun akan menjaga jangan sampai muncul konflik kepentingan yang
dapat mempengaruhi keputusan maupun kualitas pelayanan yang diberikan. Dengan
demikian akan muncul kepercayaan dari pimpinan maupun masyarakat terhadap ASN
yang bersangkutan, karena pimpinan dan masyarakat yakin pada keputusan yang diambil,
proses kerja yang lalui dapat dipertanggungjawabkan, dan juga terhadap capaian hasil atau
kinerja yang diraih pasti bermanfaat bagi masyarakat.

Berdasarkan penjabaran diatas, seorang ASN yang memiliki nilai akuntabilitas dalam
mekasanakan perannya sebagai pelaksana kebijakan, pelayan publik, dan sebagai perekat
serta pemersatu bangsa, maka akan mampu melaksanakan perkejaan secara penuh, efektif
dan efisien, berperilaku sesuai dengan standar sektor publik, kode sektor publik etika
sesuai dengan organisasinya; serta mendeklarasikan secara terbuka bila terjadi adanya
potensi konflik kepentingan. Oleh karena itu, nilai akuntabilitas harus dimiliki, tertanam
atau diinternalisasi, dan mampu dilaksanakan oleh setiap ASN dalam menjalankan tugas
sehari hari, baik saat ini, esok, maupun nanti. Sehingga akan tercipta good governance
dan tercapainya tujuan nasional.

B. Nasionalisme

Nasionalisme adalah pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan. Nasionalisme memiliki


pokok kekuatan dalam menilai kecintaan individu terhadap bangsanya. Salah satu cara
untuk menumbuhkan semangat nasionalisme adalah dengan menanamkan dan
mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung
didalamnya oleh setiap penyelenggara negara, baik di pusat maupun di daerah.

Seorang PNS dituntut untuk memiliki perilaku mencintai tanah air Indonesia
(nasionalisme) dan mengedepankan kepentingan nasional. Nasionalisme merupakan salah
satu perwujudan dari fungsi PNS sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Dalam
menjalankan tugas, seorang ASN senantiasa harus mengutamakan dan mementingkan
persatuan dan kesatuan bangsa. Kepentingan kelompok, individu, golongan harus
disingkirkan demi kepentingan yang lebih besar yaitu kepentingan bangsa dan Negara
diatas segalanya.
3
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, PNS harus berpegang pada prinsip adil dan
netral. Adil dalam artian tidak boleh berperilaku diskriminatif serta harus obyektif, jujur,
transparan. Sementara bersikap netral adalah tidak memihak kepada salah satu kelompok
atau golongan yang ada. Dengan bersikap netral dan adil dalam melaksanakan tugasnya,
PNS akan mampu menciptakan kondisi yang aman, damai, dan tentram di lingkungan
kerja dan masyarakat sekitar.

Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia


terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip
nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa
Indonesia senantiasa; menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan; menunjukkan
sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa
Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan
derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa;
menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang
rasa.

C. Etika publik
Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik
dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Integritas publik menuntut
para pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki komitmen moral dengan
mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi
pribadi, dan kebijaksanaan di dalam pelayanan publik.

Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan
dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu. Nilai-nilai dasar etika dan
kode etik ASN sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN). Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik Aparatur
Sipil Negara, perilaku pejabat publik harus berubah, Pertama, berubah dari penguasa
menjadi pelayan; Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’; Ketiga, menyadari
bahwa jabatan publik adalah amanah, yang harus dipertanggung jawabkan bukan hanya di
dunia tapi juga di akhirat.

Relevansi etika publik dengan peran ASN ada di dalam dimensi etika publik yaitu:

1. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik


Etika publik menekankan pada aspek nilai dan norma, serta prinsip moral,
sehingga etika publik membentuk integritas pelayanan publik. Etika Publik
menuntut lebih dari kompetensi teknis karena harus mampu mengidentifikasi
masalah-masalah dan konsep etika yang khas dalam pelayanan publik. Oleh
4
karena itu, etika publik mengarahkan analisa politik sosial budaya (polsosbud)
dalam perspektif pencarian sistematik bentuk pelayanan publik dengan
memperhitungkan interaksi antara nilai - nilai masyarakat dan nilai-nilai yang
dijunjung tinggi oleh lembaga-lembaga publik.

2. Dimensi Modalitas
Membangun integritas publik pejabat dan politisi harus disertai perbaikan
system akuntabilitas dan transparansi yang didukung modalitas etika publik.
Akuntabilitas berarti pemerintah harus mempertanggung jawabkan secara moral,
hukum dan politik atas kebijakan dan tindakan-tindakannya kepada rakyat.
Transparansi dipahami bahwa organisasi pemerintah bisa
mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan dengan memberikan
informasi yang relevan atau laporan terbuka terhadap pihak luar atau organisasi
mandiri (legislator, auditor, publik) dan dipublikasikan.

3. Dimensi Tindakan Integritas Publik


Integritas publik dalam arti sempit yakni tidak melakukan korupsi atau
kecurangan. Adapun maknanya secara luas yakni tindakan yang sesuai dengan
nilai, tujuan dan kewajibannya untuk memecahkan dilema moral yang tercermin
dalam kesederhanaan hidup. Integritas publik juga dimaksudkan kualitas dari
pejabat publik yang sesuai nilai, standar, aturan moral yang diterima masyarakat.
Integritas publik juga merupakan niat baik seorang pejabat publik yang didukung
oleh institusi sosial seperti hukum, Etika Publik aturan, kebiasaan, dan sistem
pengawasan.

D. Komitmen Mutu

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance) sudah
menjadi keniscayaan di era reformasi saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
mewujudkan keniscayaan tersebut, namun dalam implementasinya masih belum sesuai
dengan harapan. Penyelengaraan pemerintahan yang berorientasi pada layanan prima
sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan
publik.

Paradigma pemerintah harus segera berubah, dari pola paternalisitik dan feodal yang
selalu minta dilayani, menjadi pola pemerintahan yang siap melayani dan senantiasa
mengedepankan kebutuhan dan keinginan masyarakat sebagai stakeholder pemerintah.
Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab PNS, semua harus dilaksanakan secara
optimal agar dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat. Aspek utama yang menjadi
target stakeholder adalah layanan yang komitmen pada mutu, melalui penyelenggaraan
tugas secara efektif, efisien dan inovatif.

5
Komitmen mutu merupakan pemahaman konsep mengenai efektivitas, efisiensi, inovasi,
dan mutu penyelenggaraan Pemerintah. Efekftifitas merupakan sejauh mana sebuah
organisasi dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Sementara efisien merupakan jumlah
sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Efisien ditentukan oleh
berapa banyak bahan baku, biaya, dan tenaga yang dibutuhkan untuk mencapai sebuah
tujuan.

Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakterisitik utama yang dijadikan
dasar untuk mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik dilihat dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat
memberikan kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu,
tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan. Sementara inovasi, muncul karena
adanya dorongan kebutuhan organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan
perubahan yang terjadi disekitarnya. Di sisi lain, mutu merupakan suatu kondisi dinamis
berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang sesuai atau bahkan
melebihi harapan konsumen atau pengguna. Nilai-nilai dasar komitmen mutu adalah
efektivitas, efisiensi, inovasi, dan berorientasi pada mutu.

E. Anti Korupsi

Tindak pidana korupsi adalah salah satu dari tiga tindakan subversif yang sangat
menghantui pemerintah dan masyarakat Indonesia, dua lainnya adalah tindak pidana
penyalahgunaan narkoba dan tindak pidana teroris. Namun korupsi membawa dampak
yang sangat besar bagi keuangan negara dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kini
korupsi telah merongrong bangsa ini hingga ke akar-akarnya sehingga bisa membuat
negara jadi bankrut. Maka para koruptor dapat disebut sebagai penjajah dari dalam negeri
atau penjajah saudara sendiri.

Pemerintah telah melaksanakan berbagai macam kegiatan untuk percepatan


pemberantasan korupsi, bukan sekarang saja tetapi telah sejak tahun 1950-an dengan
membentuk bermacam-macam lembaga ad-hoc pemberantasan korupsi. Terakhir adalah
lahirnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memback-up peran Kejaksaan
dan Kepolisian. Kemudian Pemerintah juga telah menjatuhkan hukuman berat dan
pemiskinan para koruptor guna menimbulkan efek jera bagi calon pelaku lainnya.
Ironisnya tindak pidana korupsi tidak berkurang, tapi malah terus berkembang. Ibarat
gunung es, ternyata lebih besar isinya di bawah air daripada yang terlihat di permukaan.

Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu unsur terpenting dalam menggerakkan
pemberantasan tindak pidana korupsi dan memasyarakatkan sikap anti korupsi. Hal ini
disebabkan posisi ASN yang sangat strategis sebagai pemegang kekuasaan dan punya
wewenang mengatur keuangan negara. Maka diharapkan pemberantasan korupsi dan anti
korupsi dimulai dari diri ASN sendiri. Kemudian baru menularkannya pada unsur
lainnya.

6
a) Niat, Semangat dan Komitmen Anti Korupsi ASN

Aparatur Sipil Negara adalah garda terdepan dalam pemberantasan korupsi,


karena ASN yang berhubungan lansung dengan penggunaan keuangan negara. Dapat
atau tidaknya korupsi diberantas atau dikurangi tergantung dari niat, semangat dan
komitmen setiap ASN sebagai penyelenggara negara. Untuk percepatan
pemberantasan korupsi tersebut, maka ASN berfungsi sebagai tunas integritas atau
cikal bakal yang yang akan tumbuh untuk menerapkan anti korupsi.

Tunas integritas adalah terjemahan dari konsep yang berprinsip bahwa manusia
sebagai faktor kunci perubahan. Dan pendekatan yang seutuhnya terkait manusia
sebagai makhluk dengan aspek jasmani dan rohani, serta sebagai makhluk sosial yang
harus berintegrasi dengan lingkungannya. Maka pembangunan integritas perlu
dimulai dari upaya membangun integritas individu yang selaras dengan integritas
organisasi dan bangsa.

Faktor manusia sebagai kunci perubahan mendorong pemberantasan korupsi di


Indonesia dipandang sebagai pembenahan permasalahan akhlak/moral. Konsep
manusia sebagai faktor kunci keberhasilan bukan berarti menafikan faktor lainnya,
apalagi jika memperhatikan korupsi yang telah menjadi kejahatan yang luar biasa,
maka perlu dilakukan pemberantasan secara terintegrasi. Maka pembenahan
akhlak/moral berarti membangun integritas individu dan budaya anti korupsi serta
membangun sistem berintegritas.

b) Peran ASN sebagai Tunas Integritas

1. Menjadi jembatan masa depan kesuksesan organisasi, peserta menjadi


kumpulan orang yang selalu terdepan untuk memastikan tujuan organisasi
tercapai
2. Membangun sistem integritas, berpartisipasi aktif dalam pembangunan sistem
integritas sehingga semua peluang korupsi dan penyimpangan lainnya dapat
ditutupi
3. Dapat mempengaruhi orang lain, khususnya mitra kerja untuk berintegritas
tinggi

Setiap individu dan organisasi perlu mencapai keutuhan pribadi, pilar dan
bangsa yang tercermin dalam implementasi nilai-nilai luhur bangsa dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini juga termasuk dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya dalam organisasi, sehingga tujuan organisasi maupun pribadi tercapai
dengan cara-cara yang bermoral/berakhlak. Para tunas integritas tidak
didorong untk membentuk budaya baru atau mengambil budaya dari luar
Indonesia, tetapi melakukan re-framing budaya yang telah ada, yaitu menggeser
dari kutub negatif ke kutub positif. Dalam hal ini tetap memelihara
kebiasaannya atau perilakunya secara otomatis.

7
Para tunas integritas, selain didorong memiliki keikhlasan dan kebijakan
yang tinggi, juga diharapkan memiliki kemampuan untuk melakukan sebagai
berikut :

a. Re-framing kultur atau budaya agar perubahan budaya dapat lebih


mudah dan cepat, serta tidak perlu energi besar. Atau dengan
intilah semacam potong generasi. Maka dibuka pelung pada
seluruh elemen bangsa agar menjadi generasi yang berdiri paling
depan dalam pemberantasan korupsi,
b. Utilisasi Fenomena, yaitu perilaku otomatis bagi perubahan diri,
keluarga, organisais dan bangsa, serta lebih jauh lagi dengan
menciptakan peradaban yang lebih baik.
c. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama para pakar telah
melakukan identifikasi nilai-nilai dasar anti korupsi yang telah
menghasilkan 9 (sembilan) nilai anti korupsi, yaitu :
 Jujur,
 Peduli,
 Mandiri,
 Disiplin,
 Tanggungjawab,
 Kerja keras,
 Sederhana,
 Berani,
 Adil.

Dalam sembilan nilai-nilai tersebut, maka diharapkan memilih tiga nilai-nilai dasar yang
dianggap paling sesuai dan dapat diterapkannya pada diri, keluarga, kantor, lingkungan
dan masyarakat. Sembilan nilai adalah batas maksimal fokus manusia, dan akan semakin
tenang dan mampu menginternalisasikannya dengan baik. Sedangkan hasil maksimal
sesuai gelombang otak ketenangan manusia apabila ada tiga hingga satu nilai yang lebih
fokus.

Selanjutnya setiap ASN hendaknya memiliki integritas yang kuat sebagai suatu proses
sosial yang ditujukan untuk mengatasi korupsi di lingkungan kerjanya masing-masing.
Dengan demikian salah satu upaya perubahannya dapat dilakukan melalui tiga proses
perubahan tersebut.

1. Kesediaan, yaitu kesediaan terhadap integritas (integrity compliance) adalah


ketika individu bersedia menerima pengaruh untuk berintegritas dari orang
lain atau dari kelompok lain, dikarenakan ia berharap untuk memperoleh
reaksi atau tanggapan positif dari pihak lain tersebut. Kesediaan semacam ini
biasanya tidak berasal dari hati kecil atau hati nurani seseorang, tapi lebih
merupakan cara untuk sekedar memperoleh reaksi positif, pujian dan
dukungan. Perubahan perilaku terkait integritas dengan proses kesediaan
tidak dapat bertahan lama dan biasanya hanya tampak selama tersedia reaksi
positif dari perilaku integritas.
8
2. Identifikasi, yaitu identifikasi integritas terjadi apabila individu meniru
integritas seseorang atau kelompok lain dikarenakan integritas sudah sesuai
dengan apa yang dianggapnya sebagai bentuk hubungan yang menyenangkan
antara dia dengan yang memberikan pengaruh terkait integritas. Proses
identifikasi tidak hanya terjadi pada tatanan individu, tetapi bisa juga terjadi
dalam usaha memelihara hubungan individu dengan kelompoknya, yang
mengharapkan agar sama-sama berintegritas. Identifikasi dapat terjadi
sekalipun integritas yang ditiru itu belum tentu sesuai dan memuaskan bagi
individu yang bersangkutan.

3. Internalisasi, yaitu internalisasi integritas terjadi apabila individu menerima


pengaruh dan bersedia bersikap dan berperilaku dengan penuh integritas
dikarenakan integritas tersebut sesuai dengan apa yang dipercayainya dan
sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya. Individu yang menenrima
pengaruh integritas menjadi berintegritas dengan penuh kepuasan. Kepuasan
menjalani integritas membuat mereka dapat bertahan dari berbagai resiko dan
akan tetap merasakan kebahagiaan atas pilihan berintegritas. Pemahaman
tentang pentingnya internalisasi integritas yang lebih permanen bertahan
dalam diri seseorang, membuatnya mempunyai keinginan kuat untuk
mempelajari beragam teknik yang diperlukan untuk melakukan internalisasi
integritas.

Maka diharapkan semua ASN dapat menjadi pionir-pionir yang akan menggerakkan
pemberantasan korupsi kantor tempatnya bertugas dan di lingkungannya masing-masing.
Inilah langkah-langkah penting yang dapat dilakukan setiap ASN untuk mempercepat
menghapus semua tindak pidana korupsi, dan ASN-lah sebagai faktor yang sangat
menentukan.

IV. KESIMPULAN

Setiap ASN harus sungguh-sungguh mennerapkan setiap nilai-nilai dasar Aparatur


Sipil Negara demi menjalankan tugas dan fungsinya sebagai; Pelaksana Kebijakan Publik,
Pelayan Publik serta Perekat dan Pemersatu Bangsa. Menanamkan kepekaan terhadap
sekitarnya, kita harus saling bahu-membahu dengan masyarakat, sehingga kita dapat turut
melihat jika ada permasalahan-permasalahan di lingkungan sekitar. Ketika kita mampu
membantu mengatasinya, maka kita dapat turut terlibat aktif, namun jika hal tersebut
diluar kemampuan maupun wewenang kita, maka kita dapat memberikan laporan
maupun masukan kepada pihat yang berwenang, sehingga permasalahan-permasalahan
yang muncul diharapkan dapat diselesaikan ketika lingkupnya masih kecil atau sederhana.
Karena ketika permasalahan-permasalahan tersebut sudah meluas dan kompleks maka
akan diperlukan energi dan sumber daya yang lebih besar untuk menyelesaikannya.
Sehingga setiap ASN untuk menjadi aparatur negara yang professional, hendaknya kita
memiliki karakter ANEKA. Marilah kita implementasikan nilai-nilai ANEKA dalam
kehidupan kita sehari-hari. diharapkan bukan hanya memiliki sikap positif, tetapi juga
harus diwujudkan dalam tindakan nyata, sebagai contoh maupun bersama-sama dengan
9
masyarakat menerapkan nasionalisme yang berlandaskan Pancasila, agar ancaman
terhadap eksistensi bangsa ini dapat diminimalisir dampaknya, bahkan akan dapat
diselesaikan.

10

Anda mungkin juga menyukai