AGENDA 2 : ANEKA
TUTOR : Dr. PUNGKAS HENDRATMOKO, S.Si.T., M.M.Tr.
TUGAS 5
“RELEVANSI NILAI ANEKA DENGAN PERAN ASN”
DISUSUN OLEH :
NAMA NIP
1. Aliong Silalahi, M.Pd 198511222020121004
2. Abe Hermawan, S.T. 199101212020121012
3. Edy Ariyanto, S.E 198904082020121006
4. Arief Rachman Hakim, A.Md.Llaj., St. 199102152020121006
5. Fransisca Lestyaning Hapsari, S.Psi., M.Psi., Psikolog 198605142020122006
DAFTAR ISI
1
I. TUGAS KELOMPOK
Melakukan diskusi mengenai : “Relevansi nilai ANEKA (Akuntabilitas, Etika public,
Komitmen mutu, Anti-korupsi)”
Nilai-Nilai Dasar PNS (ANEKA) Untuk dapat mewujudkan fungsi Aparatur Sipil Negara
(ASN) sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu
bangsa, maka diperlukan ASN yang profesional, kompeten dan berintegritas yang berkarakter
ANEKA. Karakter ANEKA yaitu mempunyai nilai-nilai dasar Akuntabilitas, Nasionalisme,
Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi.
Berdasarkan gambaran diatas, maka kelompok kami mendiskuasikan nilai-nilai dasar ASN
(ANEKA) dengan uraian sebagai berikut :
1. Nilai Akuntabilitas
2. Nilai Nasionalisme
3. Nilai Etika Publik
4. Nilai Komitmen Mutu,dan
5. Nilai Anti Korupsi
III. PEMBAHASAN
A. Nilai Akuntabilitas
Akuntabilitas yang merupakan suatu bentuk kewajiban pertanggungjawaban atas kinerja
yang telah dicapai baik sebagai individu ASN maupun sebagai Organisasi Pemerintahan
terhadap atasan maupun masyarakat. Nilai dasar akuntabilitas diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Kepemimpinan
2. Integritas
3. Tanggung jawab
4. Keadilan
5. Kepercayaan
6. Keseimbangan
7. Kejelasan
8. Konsistensi
Ketika seorang ASN mampu menerapkan nilai akuntabilitas dalam pekerjaannya, maka
pastinya ASN tersebut mengetahui tujuan dan sasaran yang akan diraih baik pada level
2
individu maupun organisasi, sehingga mampu mengarahkan kontribusi dan usaha
terbaiknya karena ia juga tahu bahwa setiap hasil yang dicapai akan
dipertanggungjawabkan baik dihadapan pimpinan maupun masyarakat umum. Ia akan
sangat berhati-hati dan penuh pertimbangan saat bersikap, saat mengambil keputusan,
maupun saat menggunakan fasilitas dan kekayaan Negara. Jujur, terukur dan transparan,
karena setiap proses dan capaian kinerjanya taat hukum dan aturan, sehingga tidak ada hal
yang perlu ditutupi atau disembunyikan. ASN yang memegang nilai akuntabilitas maka ia
juga akan selalu disiplin dalam berkerja, rela bekerja keras maupun mengambil langkah-
langkah cerdas guna mengoptimalkan hasil capaiannya. Ia juga akan memberikan
pelayanan yang terbaik, beretika, adil dan berimbang, tanpa mebeda-bedakan asal daerah,
suku, ras, agama, dan budaya, semuanya akan diberikan standar pelayanan yang sama.
Selain itu, ASN yang memegang nilai akuntabilitas pasti akan selalu menghindari perilaku
curang, koruptif, maupun akan menjaga jangan sampai muncul konflik kepentingan yang
dapat mempengaruhi keputusan maupun kualitas pelayanan yang diberikan. Dengan
demikian akan muncul kepercayaan dari pimpinan maupun masyarakat terhadap ASN
yang bersangkutan, karena pimpinan dan masyarakat yakin pada keputusan yang diambil,
proses kerja yang lalui dapat dipertanggungjawabkan, dan juga terhadap capaian hasil atau
kinerja yang diraih pasti bermanfaat bagi masyarakat.
Berdasarkan penjabaran diatas, seorang ASN yang memiliki nilai akuntabilitas dalam
mekasanakan perannya sebagai pelaksana kebijakan, pelayan publik, dan sebagai perekat
serta pemersatu bangsa, maka akan mampu melaksanakan perkejaan secara penuh, efektif
dan efisien, berperilaku sesuai dengan standar sektor publik, kode sektor publik etika
sesuai dengan organisasinya; serta mendeklarasikan secara terbuka bila terjadi adanya
potensi konflik kepentingan. Oleh karena itu, nilai akuntabilitas harus dimiliki, tertanam
atau diinternalisasi, dan mampu dilaksanakan oleh setiap ASN dalam menjalankan tugas
sehari hari, baik saat ini, esok, maupun nanti. Sehingga akan tercipta good governance
dan tercapainya tujuan nasional.
B. Nasionalisme
Seorang PNS dituntut untuk memiliki perilaku mencintai tanah air Indonesia
(nasionalisme) dan mengedepankan kepentingan nasional. Nasionalisme merupakan salah
satu perwujudan dari fungsi PNS sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Dalam
menjalankan tugas, seorang ASN senantiasa harus mengutamakan dan mementingkan
persatuan dan kesatuan bangsa. Kepentingan kelompok, individu, golongan harus
disingkirkan demi kepentingan yang lebih besar yaitu kepentingan bangsa dan Negara
diatas segalanya.
3
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, PNS harus berpegang pada prinsip adil dan
netral. Adil dalam artian tidak boleh berperilaku diskriminatif serta harus obyektif, jujur,
transparan. Sementara bersikap netral adalah tidak memihak kepada salah satu kelompok
atau golongan yang ada. Dengan bersikap netral dan adil dalam melaksanakan tugasnya,
PNS akan mampu menciptakan kondisi yang aman, damai, dan tentram di lingkungan
kerja dan masyarakat sekitar.
C. Etika publik
Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik
dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Integritas publik menuntut
para pemimpin dan pejabat publik untuk memiliki komitmen moral dengan
mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi
pribadi, dan kebijaksanaan di dalam pelayanan publik.
Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan
dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu. Nilai-nilai dasar etika dan
kode etik ASN sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (ASN). Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik Aparatur
Sipil Negara, perilaku pejabat publik harus berubah, Pertama, berubah dari penguasa
menjadi pelayan; Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’; Ketiga, menyadari
bahwa jabatan publik adalah amanah, yang harus dipertanggung jawabkan bukan hanya di
dunia tapi juga di akhirat.
Relevansi etika publik dengan peran ASN ada di dalam dimensi etika publik yaitu:
2. Dimensi Modalitas
Membangun integritas publik pejabat dan politisi harus disertai perbaikan
system akuntabilitas dan transparansi yang didukung modalitas etika publik.
Akuntabilitas berarti pemerintah harus mempertanggung jawabkan secara moral,
hukum dan politik atas kebijakan dan tindakan-tindakannya kepada rakyat.
Transparansi dipahami bahwa organisasi pemerintah bisa
mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan dengan memberikan
informasi yang relevan atau laporan terbuka terhadap pihak luar atau organisasi
mandiri (legislator, auditor, publik) dan dipublikasikan.
D. Komitmen Mutu
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance) sudah
menjadi keniscayaan di era reformasi saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
mewujudkan keniscayaan tersebut, namun dalam implementasinya masih belum sesuai
dengan harapan. Penyelengaraan pemerintahan yang berorientasi pada layanan prima
sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan
publik.
Paradigma pemerintah harus segera berubah, dari pola paternalisitik dan feodal yang
selalu minta dilayani, menjadi pola pemerintahan yang siap melayani dan senantiasa
mengedepankan kebutuhan dan keinginan masyarakat sebagai stakeholder pemerintah.
Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab PNS, semua harus dilaksanakan secara
optimal agar dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat. Aspek utama yang menjadi
target stakeholder adalah layanan yang komitmen pada mutu, melalui penyelenggaraan
tugas secara efektif, efisien dan inovatif.
5
Komitmen mutu merupakan pemahaman konsep mengenai efektivitas, efisiensi, inovasi,
dan mutu penyelenggaraan Pemerintah. Efekftifitas merupakan sejauh mana sebuah
organisasi dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Sementara efisien merupakan jumlah
sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Efisien ditentukan oleh
berapa banyak bahan baku, biaya, dan tenaga yang dibutuhkan untuk mencapai sebuah
tujuan.
Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakterisitik utama yang dijadikan
dasar untuk mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik dilihat dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat
memberikan kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu,
tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan. Sementara inovasi, muncul karena
adanya dorongan kebutuhan organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan
perubahan yang terjadi disekitarnya. Di sisi lain, mutu merupakan suatu kondisi dinamis
berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang sesuai atau bahkan
melebihi harapan konsumen atau pengguna. Nilai-nilai dasar komitmen mutu adalah
efektivitas, efisiensi, inovasi, dan berorientasi pada mutu.
E. Anti Korupsi
Tindak pidana korupsi adalah salah satu dari tiga tindakan subversif yang sangat
menghantui pemerintah dan masyarakat Indonesia, dua lainnya adalah tindak pidana
penyalahgunaan narkoba dan tindak pidana teroris. Namun korupsi membawa dampak
yang sangat besar bagi keuangan negara dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kini
korupsi telah merongrong bangsa ini hingga ke akar-akarnya sehingga bisa membuat
negara jadi bankrut. Maka para koruptor dapat disebut sebagai penjajah dari dalam negeri
atau penjajah saudara sendiri.
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu unsur terpenting dalam menggerakkan
pemberantasan tindak pidana korupsi dan memasyarakatkan sikap anti korupsi. Hal ini
disebabkan posisi ASN yang sangat strategis sebagai pemegang kekuasaan dan punya
wewenang mengatur keuangan negara. Maka diharapkan pemberantasan korupsi dan anti
korupsi dimulai dari diri ASN sendiri. Kemudian baru menularkannya pada unsur
lainnya.
6
a) Niat, Semangat dan Komitmen Anti Korupsi ASN
Tunas integritas adalah terjemahan dari konsep yang berprinsip bahwa manusia
sebagai faktor kunci perubahan. Dan pendekatan yang seutuhnya terkait manusia
sebagai makhluk dengan aspek jasmani dan rohani, serta sebagai makhluk sosial yang
harus berintegrasi dengan lingkungannya. Maka pembangunan integritas perlu
dimulai dari upaya membangun integritas individu yang selaras dengan integritas
organisasi dan bangsa.
Setiap individu dan organisasi perlu mencapai keutuhan pribadi, pilar dan
bangsa yang tercermin dalam implementasi nilai-nilai luhur bangsa dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini juga termasuk dalam pelaksanaan tugas dan
fungsinya dalam organisasi, sehingga tujuan organisasi maupun pribadi tercapai
dengan cara-cara yang bermoral/berakhlak. Para tunas integritas tidak
didorong untk membentuk budaya baru atau mengambil budaya dari luar
Indonesia, tetapi melakukan re-framing budaya yang telah ada, yaitu menggeser
dari kutub negatif ke kutub positif. Dalam hal ini tetap memelihara
kebiasaannya atau perilakunya secara otomatis.
7
Para tunas integritas, selain didorong memiliki keikhlasan dan kebijakan
yang tinggi, juga diharapkan memiliki kemampuan untuk melakukan sebagai
berikut :
Dalam sembilan nilai-nilai tersebut, maka diharapkan memilih tiga nilai-nilai dasar yang
dianggap paling sesuai dan dapat diterapkannya pada diri, keluarga, kantor, lingkungan
dan masyarakat. Sembilan nilai adalah batas maksimal fokus manusia, dan akan semakin
tenang dan mampu menginternalisasikannya dengan baik. Sedangkan hasil maksimal
sesuai gelombang otak ketenangan manusia apabila ada tiga hingga satu nilai yang lebih
fokus.
Selanjutnya setiap ASN hendaknya memiliki integritas yang kuat sebagai suatu proses
sosial yang ditujukan untuk mengatasi korupsi di lingkungan kerjanya masing-masing.
Dengan demikian salah satu upaya perubahannya dapat dilakukan melalui tiga proses
perubahan tersebut.
Maka diharapkan semua ASN dapat menjadi pionir-pionir yang akan menggerakkan
pemberantasan korupsi kantor tempatnya bertugas dan di lingkungannya masing-masing.
Inilah langkah-langkah penting yang dapat dilakukan setiap ASN untuk mempercepat
menghapus semua tindak pidana korupsi, dan ASN-lah sebagai faktor yang sangat
menentukan.
IV. KESIMPULAN
10