Anda di halaman 1dari 12

AGENDA 1 – SIKAP PERILAKU BELA

NEGARA

A. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA

Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara adalah dua konsep penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai
kedua hal tersebut:
1. Wawasan Kebangsaan: Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang atau pemahaman
yangdimiliki oleh bangsa Indonesia dalam mengelola kehidupan berbangsa dan
bernegara. Wawasan ini didasari oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran
terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari nilai-nilai Pancasila,
Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945),
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Wawasan Kebangsaan bertujuan untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi
oleh bangsa dan negara dalam rangka mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur,
dan sejahtera.
Konsensus dasar berbangsa dan bernegara adalah empat poin utama yang menjadi landasan
bersama bagi seluruh warga negara Indonesia dalam mengatur kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, yaitu: a. Pancasila: Ideologi dasar negara Indonesia yang terdiri dari lima sila, yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. b. UUD 1945: Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai konstitusi tertulis dan tertua Indonesia yang menjadi
landasan hukum dan tata tertib negara. c. Bhinneka Tunggal Ika: Semboyan dalam Bahasa Jawa
yang berarti "Bhinneka Tunggal Ika" yang artinya "Berbeda-beda tetapi tetap satu". Semboyan ini
menggarisbawahi pentingnya persatuan dalam keragaman budaya bangsa Indonesia. d. NKRI:
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menegaskan kesatuan wilayah Indonesia dan sebagai
bentuk negara yang bersatu.
2. Nilai-Nilai Bela Negara: Bela Negara adalah tekad, sikap, perilaku, dan tindakan warga
negara, baik secara individu maupun kolektif, dalam menjaga kedaulatan negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara. Nilai-Nilai Bela Negara
merupakan prinsip- prinsip yang menjadi dasar dalam upaya bela negara dan diatur
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Nasional untuk Pertahanan Negara.
Beberapa nilai dasar Bela Negara yang mencakup sikap dan tindakan warga negara adalah
sebagai berikut:
a. Cinta Tanah Air: Mencintai, menjaga, dan melestarikan lingkungan hidup, menghargai
dan menggunakan produk dalam negeri, serta menjaga nama baik bangsa dan negara.
b. Sadar Berbangsa dan Bernegara: Disiplin, bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan, menghargai keanekaragaman suku, agama, ras, dan antar golongan, serta
mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.
c. Setia kepada Pancasila sebagai Ideologi Negara: Menjalankan kewajiban agama dan
kepercayaan dengan baik, mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari, serta menjadikan Pancasila sebagai dasar negara yang mempersatukan bangsa.
d. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara: Menolong sesama warga masyarakat,
mendahulukan kepentingan bangsa dan negara, menyumbangkan tenaga dan pikiran
untuk masyarakat dan kemajuan bangsa, serta berpartisipasi aktif dalam pembangunan
masyarakat.
e. Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara: Memiliki kemampuan, integritas, dan
kepercayaan diri tinggi dalam membela bangsa dan negara, memahami bentuk-bentuk
ancaman di lingkungan, serta menjaga kesehatan fisik dan mental dengan baik.
Nilai-Nilai Bela Negara ini merupakan pedoman bagi seluruh warga negara Indonesia untuk
melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab dalam menjaga kedaulatan dan keselamatan
bangsa serta memperkuat jati diri bangsa sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

B. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

Kesiapsiagaan Bela Negara merupakan kondisi siap sedia yang dimiliki oleh seseorang secara fisik,
mental, dan sosial untuk menghadapi berbagai situasi yang beragam. Kesiapsiagaan ini didasarkan pada
tekad dan kesadaran yang ikhlas dalam menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara, berdasarkan cinta terhadap NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD
1945.

1. Rasa Cinta Tanah Air: Cinta terhadap tanah air ditunjukkan dengan menjaga lingkungan hidup,
menghargai dan menggunakan produk dalam negeri, serta menjaga nama baik bangsa dan
negara.
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara: Sikap disiplin, bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan, menghargai keanekaragaman suku, agama, ras, dan antargolongan, serta
mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi.

3. Setia kepada Pancasila sebagai Ideologi Negara: Menjalankan kewajiban agama dan
kepercayaan dengan baik, mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
serta menjadikan Pancasila sebagai dasar negara yang mempersatukan bangsa.

4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara: Bersedia menolong sesama warga masyarakat,
mendahulukan kepentingan bangsa dan negara, serta berpartisipasi aktif dalam pembangunan
masyarakat tanpa pamrih.

5. Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara: Memiliki kemampuan dan kepercayaan diri yang
Kemampuan mental dan kecerdasan emosional menjadi hal penting dalam kesiapsiagaan awal Bela Negara. Ke
meliputi kesadaran akan kemampuan emosi diri sendiri, kemampuan mengelola emosi, memotivasi diri, emp

Kesehatan mental juga menjadi aspek penting dalam kesiapsiagaan Bela Negara, di mana seseorang harus m

C. ANALISIS ISU KONTEMPORER


Analisis isu kontemporer yang disampaikan dalam teks mengajak kita untuk menyadari
pentingnya menghadapi perubahan dan beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah.
Beberapa pernyataan dari para ahli menegaskan bahwa masa depan akan berbeda dengan masa
lalu, sehingga kita harus berhenti mengandalkan cara-cara lama yang telah berhasil dan mulai
mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan yang baru.
1. Pentingnya memfokuskan perhatian pada pengembangan diri dan potensi yang dimiliki
juga menjadi poin utama dalam menghadapi perubahan. Modal insani yang meliputi
aspek intelektual, emosional, sosial, etika/moral, dan kesehatan fisik menjadi modal
berharga yang harus diperhatikan dan ditingkatkan.
2. Selanjutnya, isu-isu strategis kontemporer yang dihadapi oleh bangsa Indonesia menjadi
tantangan besar dalam percaturan global. Isu-isu tersebut meliputi korupsi, narkoba,
terorisme dan radikalisasi, pencucian uang, dan proxy war, serta masalah-masalah dalam
bentuk Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax yang terkait dengan Mass Communication.
Menghadapi isu-isu ini memerlukan sikap perlawanan yang objektif dan terintegrasi,
serta kemampuan berpikir kritis dan analitis dalam merumuskan solusi yang tepat.
3. Dalam menghadapi perubahan dan isu-isu strategis ini, penting untuk mencari
pendekatan yang holistik dan berbasis pada analisis yang matang. Selain itu, upaya sinergi
antarberbagai pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta, menjadi kunci
dalam menangani perubahan dan mengatasi isu-isu kontemporer tersebut.
4. Kesadaran akan perubahan dan kemampuan beradaptasi dengan dinamika lingkungan
akan membantu bangsa Indonesia untuk meningkatkan daya saing dan mencapai
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Dengan menghadapi isu-isu strategis secara
komprehensif, bangsa Indonesia dapat mengatasi tantangan global dan membangun
masa depan yang lebih baik.

AGENDA II . NILAI-NILAI DASAR ASN

A. BERORIENTASI PELAYANAN

Pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan publik harus berorientasi pada pemenuhan kepuasan pelanggan atau masyarakat,
yang dikenal dengan istilah pelayanan prima. Nilai-nilai dasar ASN meliputi berorientasi
pelayanan, akuntabel, kompeten, harmonis, loyal, adaptif, dan kolaboratif.
Prinsip-prinsip dalam pelayanan publik meliputi:
a. Partisipasi
b. Transparansi
c. Responsivitas
d. Non-diskriminatif
e. Kemudahan dan biaya terjangkau
f. Efektifitas dan efisiensi
g. Aksesibilitas
h. Akuntabilitas
i. Keadilan.

Pelayanan publik harus dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Transparansi penting dalam memberikan akses
informasi kepada masyarakat mengenai pelayanan yang diselenggarakan. Responsivitas
menuntutpemerintah untuk mendengar dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelayanan
tidak boleh diskriminatif, harus mudah dan murah, serta dilakukan secara efektif dan efisien
dengan menggunakan sumber daya yang ada.

B. AKUNTABILITAS
Akuntabilitas merupakan kewajiban atau tanggung jawab untuk bertanggung jawab
terhadap tindakan dan keputusan yang diambil oleh seseorang atau sebuah organisasi. Dalam
konteks ASN (Aparatur Sipil Negara), akuntabilitas berarti kewajiban ASN untuk
mempertanggungjawabkan segala tindakan dan tanggung jawabnya sebagai pelayan publik
kepada atasan, lembaga pembina, dan masyarakat.
Penting untuk memahami perbedaan antara akuntabilitas dan responsibilitas.
Responsibilitas adalah kewajiban moral individu untuk bertanggung jawab atas tindakannya,
sedangkan akuntabilitas lebih berfokus pada kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
pihak atau organisasi yang memberikan amanat.
Beberapa aspek penting dalam akuntabilitas meliputi:
1. Hubungan (Accountability is a relationship): Akuntabilitas melibatkan hubungan
antara individu, kelompok, atau institusi dengannegara dan masyarakat.
ASNmemilikitanggung jawab untuk bertanggung jawab kepada masyarakat sebagai
pelayan publik.
2. Berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented): Akuntabilitas bertujuan
untuk mencapai hasil yang diharapkan, seperti perilaku aparat pemerintah yang
bertanggung jawab, adil, dan inovatif.

3. Laporan (Accountability requiers reporting): Laporan kinerja menjadi perwujudan dari


akuntabilitas, di mana ASN harus menyampaikan hasil kinerja dan tindakan yang telah
dilakukan kepada pihak yang memberikan amanat.

4. Memperbaiki kinerja (Accountability improves performance): Tujuan utama dari


akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Dengan akuntabilitas yang baik, ASN diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dan efektivitas pelayanan publik.
Dalam prakteknya, akuntabilitas adalah hal yang sangat penting dalam pelayanan publik.
ASN harus bertanggung jawab atas tindakan dan keputusannya, serta senantiasa berorientasi
pada hasil yang diharapkan oleh masyarakat. Akuntabilitas yang baik dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan institusi publik, sehingga mendorong
peningkatan kualitas pelayanan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

C. KOMPETEN

Meningkatkan kompetensi diri sebagai ASN (Aparatur Sipil Negara) sangat penting untuk
memberikan pelayanan publik yang lebih baik dan berdaya saing. Berikut adalah beberapa
cara untuk meningkatkan kompetensi diri sebagai ASN:
1. Merubah mindset: Penting untuk memiliki mindset yang proaktif terhadap
peningkatan kompetensi diri. Menyadari bahwa belajar dan mengembangkan diri
adalah suatu keharusan dalam menghadapi perubahan lingkungan yang terus
berubah. Paradigma "learn, unlearn, and relearn" menjadi penting di era perubahan
yang cepat dan dinamis.
2. Pengembangan diri secara heutagogik atau net-centric: Heutagogi adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada pengembangan kemampuan belajar mandiri dan
berbasis pada sumber daya pembelajaran dari internet atau teknologi digital lainnya.
ASN dapat memanfaatkan internet sebagai sumber pembelajaran utama untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
3. Memanfaatkan sumber keahlian pakar/konsultan: Unit kerja atau instansi tempat
bekerja mungkin memiliki sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus atau
pakar dalam bidang tertentu. Memanfaatkan sumber daya tersebut melalui pelatihan,
mentoring, atau konsultasi dapat membantu meningkatkan kompetensi diri.
4. Membangun jejaring formal/informal: Networking atau jejaring merupakan cara
efektif untuk berinteraksi dengan pegawai lain di dalam maupun di luar organisasi.
Melalui jejaring ini, ASN dapat berbagi pengalaman, pengetahuan, dan mendapatkan
wawasan baru dari berbagai sumber. Jejaring formal dapat dilakukan melalui
keanggotaan dalam organisasi profesi, sedangkan jejaring informal dapat dilakukan
melalui pertemuan, seminar, atau kegiatan lainnya.
Dengan mengadopsi pendekatan ini, ASN dapat terus mengembangkan kompetensi
teknis, manajerial, dan sosial-kulturalnya, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih
baik dan berkontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa secara keseluruhan.

D. HARMONIS

Harmonis dalam konteks tugas ASN mengandung makna penting sebagai berikut:
1. Netral dan adil: ASN harus memegang prinsip netralitas dalam melaksanakan tugasnya,
tidak memihak kepada kelompok atau golongan tertentu. Selain itu, harus bertindak secara
adil, objektif, jujur, dan transparan dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil.
2. Mengayomi kelompok minoritas: Sebagai pelayan publik, ASN harus mampu melayani dan
melindungi kepentingan kelompok minoritas dengan menghindari kebijakan atau

peraturan yang mendiskriminasi atau merugikan kelompok tersebut.


3. Sikap toleran atas perbedaan: ASN harus memiliki sikap terbuka dan toleran terhadap
perbedaan, termasuk perbedaan suku, agama, ras, dan golongan (SARA). Toleransi ini
diperlukan dalam berinteraksi dengan masyarakat yang beragam.

4. Suka menolong: ASN harus bersikap suka menolong, baik kepada masyarakat yang
menggunakan layanan publik, maupun kepada rekan-rekan ASN yang membutuhkan
bantuan. Keterbukaan dan kerjasama antar-ASN sangat penting dalam menciptakan
suasana harmonis di lingkungan kerja.
5. Figur dan teladan: Sebagai pelayan publik, ASN harus menjadi figur dan teladan bagi
masyarakatnya. Hal ini mencakup integritas, etika kerja yang baik, dan profesionalitas
dalam melaksanakan tugas sebagai ASN.
Dengan menerapkan nilai-nilai harmonis tersebut, ASN dapat menciptakan suasana kerja
yang positif, saling mendukung, dan kolaboratif. Sikap dan perilaku harmonis akan membantu
meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas layanan publik yang diberikan kepada masyarakat.
Hal ini sejalan dengan tugas ASN yang tidak hanya melaksanakan kebijakan publik, tetapi juga
mempererat persatuan dan kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

E. LOYAL
Adalah sikap berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara. Sebagai
ASN, loyalitas terhadap negara, pemerintah, dan institusi tempat bekerja sangatlah penting.
Sikap loyal dapat tercermin dalam perilaku sehari-hari dengan mengikuti panduan perilaku atau
kode etik yang telah ditetapkan.
Beberapa poin dalam panduan perilaku atau kode etik yang relevan dengan loyalitas
sebagai ASN adalah sebagai berikut:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, UUD 1945, setia kepada NKRI serta pemerintah
yang sah: Sebagai ASN, penting untuk memiliki keyakinan dan komitmen yang kuat
terhadap ideologi negara, yaitu Pancasila, dan UUD 1945 sebagai dasar negara. Setia
kepada NKRI dan pemerintah yang sah berarti mendukung dan melaksanakan kebijakan-
kebijakan yang telah ditetapkan sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi, dan negara: Loyalitas juga dapat
diwujudkan dengan menjaga nama baik institusi tempat bekerja, para rekan kerja, serta
pimpinan instansi. Tidak terlibat dalam tindakan yang merugikan reputasi institusi atau
pihak lain adalah bentuk dari loyalitas yang bertanggung jawab.
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara: Sebagai ASN, terdapat informasi rahasia dan
strategis yang berkaitan dengan tugas dan pekerjaannya. Hal ini harus dijaga
kerahasiaannya untuk kepentingan negara dan institusi. Loyalitas dalam hal ini adalah
ketidakberpihakan dan keteguhan hati dalam menjaga kerahasiaan informasi yang
dipercayakan kepada ASN.
4. Dengan mengikuti panduan perilaku atau kode etik ini, seorang ASN dapat menunjukkan
kesetiaannya terhadap Bangsa dan Negara serta menjalankan tugasnya sebagai pelayan
publik dengan integritas, kejujuran, dan dedikasi yang tinggi. Hal ini merupakan hal
penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang profesional, saling percaya, dan
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan publik yang diberikan oleh ASN.

F. ADAPTIF
Adaptif merupakan kemampuan individu atau organisasi untuk menghadapi perubahan
danberadaptasi dengan lingkungan yang berubah. Di dalam dunia yang dinamis dan kompleks
sepertisaat ini, kemampuan adaptif menjadi sangat penting untuk mencapai keberhasilan dan
kelangsungan hidup. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan adaptif adalah
sebagai berikut:

1. Kemampuan Menghadapi Halangan: Adaptif melibatkan kemampuan untuk mengatasi


halangan-halangan yang muncul dari lingkungan. Ketika situasi berubah atau tantangan
datang, individu atau organisasi harus mampu mencari solusi dan menghadapinya dengan
kreatif dan inovatif.

2. Penyesuaian Terhadap Norma-norma: Dalam proses adaptif, individu atau organisasi juga
perlu menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku. Hal ini penting agar
perubahan yang terjadi tetap sesuai dengan nilai-nilai dan tata tertib yang telah
ditetapkan.
3. Inovasi dan Kreativitas: Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan
kreativitas. Dalam menghadapi perubahan, individu atau organisasi perlu mencari cara-
cara baru dan ide-ide kreatif untuk mengatasi tantangan.
4. Tanggung Jawab dan Kepemimpinan: Pada level organisasi, karakter adaptif memerlukan
perilaku tanggung jawab dan kepemimpinan yang kuat. Kepemimpinan yang adaptif
mendorong inovasi, fleksibilitas, dan responsibilitas terhadap perubahan.
5. Menghadapi Situasi VUCA: Situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan
Ambiguity) merupakan lingkungan yang kompleks dan tidak pasti. Dalam menghadapi
situasi VUCA, individu dan organisasi harus memiliki visi, pemahaman, kejelasan, dan
kelincahan (agility) dalam mengambil keputusan dan bertindak.
6. Budaya Organisasi yang Adaptif: Untuk menjadi organisasi adaptif, budaya organisasi juga
harus mendukung perubahan dan fleksibilitas. Hal ini melibatkan nilai-nilai, norma-norma,
dan praktik-praktik yang mendukung sikap adaptif di dalam organisasi.
7. Mengembangkan budaya adaptif dalam organisasi dan individu merupakan proses yang
berkelanjutan dan memerlukan komitmen dari seluruh anggota organisasi. Dengan
memiliki karakter adaptif, individu dan organisasi akan lebih siap dan mampu menghadapi
perubahan dan tantangan yang terus menerus terjadi di lingkungan sekitarnya.

G. KOLABORATIF
Kolaborasi mengacu pada bentuk kerja sama di antara dua atau lebih pihak yang memiliki
tujuan bersama untuk mencapai hasil atau manfaat yang lebih besar daripada yang dapat
dicapai secara individu. Istilah ini sering digunakan dalam konteks bisnis dan organisasi, di
mana kolaborasi antara perusahaan dapat mencakup berbagi sumber daya, teknologi, atau
pengetahuan guna mencapai keunggulan kompetitif.
Collaborative governance, atau tata kelola kolaboratif, adalah pendekatan dalam
pengambilan keputusan dan penerapan kebijakan yang melibatkan berbagai pihak yang terkait
dalam proses pengambilan keputusan. Ini berarti bahwa pihak-pihak yang berbeda, termasuk
pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan kelompok lainnya, bekerja bersama untuk
merancang dan melaksanakan kebijakan atau program. Collaborative governance mendorong
partisipasi aktif dari berbagai pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan, sehingga
dapat menghasilkan solusi yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.
Kolaborasi dan collaborative governance merupakan pendekatan yang penting dalam
menghadapi masalah dan tantangan kompleks di masyarakat saat ini. Dengan bekerja
bersama, berbagi pengetahuan, dan merangkul berbagai perspektif, kita dapat mencari solusi
yang lebih baik dan berdampak positif bagi kemajuan bangsa dan negara. Selain itu, nilai dasar
kolaboratif yang dimiliki oleh CPNS diharapkan dapat memperkuat kerja sama antarlembaga
pemerintah dan menciptakan sinergi dalam mencapai tujuan nasional.

AGENDA III. KEDUDUKAN DAN PERAN PPPK

A. SMART ASN

Literasi digital merupakan keterampilan dan pemahaman tentang teknologidigital,


termasuk kemampuan untuk mengakses, menggunakan, dan memahami informasi melalui
perangkat digital dan internet. Hal ini meliputi pemahaman tentang bagaimana teknologi
digital berfungsi, cara mengelola informasi secara aman, dan kemampuan untuk
mengkomunikasikan dan

menciptakan konten secara tepat dan bertanggung jawab.


Kurikulum literasi digital yang terbagi menjadi empat area kompetensi mencakup:
1. Kecakapan Digital: Kemampuan untuk mengoperasikan perangkat digital dan
menggunakan berbagai aplikasi dan layanan online. Ini termasuk keterampilan dalam
mengoperasikan komputer, mengelola data, dan menggunakan perangkat lunak atau
aplikasi tertentu.
2. Budaya Digital: Memahami norma-norma dan etika yang berlaku dalam lingkungan
digital, termasuk cara berinteraksi dengan orang lain secara online, menghargai
keberagaman opini, dan menghindari perilaku yang merugikan atau merugikan orang
lain.
3. Etika Digital: Memahami tanggung jawab dan konsekuensi dari perilaku online,
termasuk menghargai hak privasi orang lain, menghindari menyebarkan informasi
palsu atau merugikan, dan menghormati hak cipta dan kekayaan intelektual.
4. Keamanan Digital: Mengenal dan mengimplementasikan tindakan keamanan untuk
melindungidiri sendiri dan informasi pribadi dari ancaman online, seperti serangan
siber, pencurian data, dan penipuan online.
Penguatan literasi digital merupakan langkah penting dalam menghadapi era transformasi
digital. Dengan adanya literasi digital yang baik, masyarakat dapat lebih bijaksana dan efektif
dalam menggunakan teknologi digital, serta melindungi diri dari risiko dan ancaman yang ada
dalam lingkungan digital. Kurikulum literasi digital dapat menjadi panduan dalam membentuk
masyarakat yang cerdas dan bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi digital untuk
kemajuan bangsa dan negara.

B. MANAJEMEN ASN
Manajemen ASN memiliki tujuan untuk menghasilkan pegawai ASN yang professional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, dan bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Pengelolaan ASN lebih menekankan pada pengaturan profesi pegawai
agar sesuai dengan perkembangan zaman dan tetap unggul dalam menjalankan tugasnya.
Pegawai ASN terdiri dari dua jenis, yaitu Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Mereka berkedudukan sebagai aparatur negara
yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah. Sebagai
pegawai ASN, mereka berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, serta
perekat dan pemersatu bangsa.
Untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan ASN, serta memastikan
akuntabilitas, setiap ASN diberikan hak dan kewajiban sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya. Mereka juga harus berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku ASN yang
bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi ASN.
Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN sangat penting untuk mencapai tujuan
dan sasaran organisasi. Sistem merit memastikan transparansi, akuntabilitas, obyektivitas, dan
keadilan dalam seleksi dan penilaian kinerja pegawai. Hal ini penting dalam mendapatkan
pegawai yang tepat dan berkualitas untuk mencapai visi dan misi instansi pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai