AGENDA 2
MODUL1. BERORIENTASIPELAYANAN
Berorientasi Pelayanan merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen memberikan pelayanan prima
demi kepuasan masyarakat. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan
bentuk dan jenis
pelayananpublikyangmerekabutuhkanakantetapijugaterkaitdenganmekanismepenyelenggaraan
layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan. Sebagai klien
masyarakat,
birokrasiwajibmendengarkanaspirasidankeinginanmasyarakat.CitrapositifASNsebagaipelayan
publik terlihat dengan perilaku melayani dengan senyum, menyapa dan memberi salam, serta
berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan tepat waktu; melayani dengan memberikan
kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan
kemampuan, keinginan dan tekad memberikan pelayanan yangprima.
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib mendengar dan
memenuhituntutan kebutuhan warga negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis
pelayanan publik yang mereka butuhkan akan tetapi juga terkait dengan mekanisme
penyelenggaraan layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
Sebagai klien masyarakat, birokrasi wajib mendengarkan aspirasi dan keinginan masyarakat.
Citra positif ASN sebagai pelayan publik
terlihatdenganperilakumelayanidengansenyum,menyapadanmemberisalam,sertaberpenampilan
rapih; melayani dengan cepat dan tepat waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi
Anda untuk memilih layanan yang tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan, keinginan
dan tekad memberikan pelayanan yangprima.
MODUL2. AKUNTABEL
TugasberatsebagaiASNadalahikutmenjagabahkanikutberpartisipasidalamprosesmenjaga
danmeningkatkankualitaslayanan,karenabisajadisecaraaturandanpayunghukumsudahmemadai
namun secara pola pikir dan mental harus diakui masih butuh usaha keras dan komitmenyang
ekstra kuat. Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
seseorang/organisasi yang memberikanamanat.
Amanah seorang ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core
Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah :
• Kemampuanmelaksanaantugasdenganjujur,bertanggungjawab,cermat,disiplindanberintegritas
tinggi.
• Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, danefisien.
• Kemampuan menggunakan kewenangan jabatannya dengan berintegritastinggi.
AkuntabilitasdanIntegritasadalahduakonsepyangdiakuiolehbanyakpihakmenjadilandasan
dasar dari sebuah Administrasi sebuah negara (Matsiliza dan Zonke, 2017). Kedua prinsip
tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam memberikan layanan
kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa sebuah sistem yang memiliki
integritas yang baik akan mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan
Transparansi. Integritas
adalahkonsepnyatelahdisebutfilsufYunanikuno,Plato,dalamTheRepublicsekitar25abadsilam,
adalah tiang utama dalam kehidupan bernegara. Semua elemen bangsa harus memiliki integritas
tinggi, termasuk para penyelenggara negara, pihak swasta, dan masyarakat pada umumnya.
Akuntabilitas dan Integritas Personal seorang ASN akan memberikan dampak sistemik bila bisa
dipegang teguh oleh semua unsur. Melalui Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggung
Jawab, Keadilan, Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, dan Konsistensi dapat membangun
lingkungan kerja ASN yangakuntabel.
MODUL3. KOMPETEN
Perilaku kompeten diharapkan menjadi bagian ecosystem pembangunan budaya instansi
pemerintah sebagai instansi pembelajar (organizational learning). Pada ujungnya, wujudnya
pemerintahan yang unggul dan kompetitif, yang diperlukan dalam era global yang amat dinamis
dan kompetitif, sejalan perubahan lingkungan strategis dan teknologi yang berubah cepat.
Konsepsi kompetensi meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi
meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi
ASN, kompetensi meliputi:
1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknisjabatan;
2) KompetensiManajerialadalahpengetahuan,keterampilan,dansikap/perilakuyangdapatdiamati,
diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unitorganisasi;
3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
majemukdalamhalagama,sukudanbudaya,perilaku,wawasankebangsaan,etika,nilai-nilai,moral,
emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang jabatan untuk memperoleh hasil
kerja sesuai dengan peran, fungsi danjabatan.
MODUL 4. HARMONIS
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang,
menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama,
meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan. Membangun budaya
harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam suatu organisasi. Suasana tempat
kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai bentuk organisasi.
Peran ASN Harmonis :
a. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral dalam
artiantidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS
dalam melaksanakna tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif,
jujur,transparan.
b. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas, dengan tidak
membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompoktersebut.
c. PNS juga harus memiliki sikap toleran atasperbedaan.
d. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka menolong baik kepada
pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkanpertolongan.
e. PNS menjadi figur dan teladan di lingkunganmasyarakatnya.
MODUL 5. LOYAL
DalamrangkapenguatanbudayakerjasebagaisalahsatustrategitransformasipengelolaanASN
menujupemerintahanberkelasdunia(WorldClassGovernment),pemerintahtelahmeluncurkanCore
Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (BanggaMelayani Bangsa). Nilai
“Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core valuesyang harus dimiliki dan
diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh faktor penyebab internal dan
eksternal.Secaraetimologis,istilah“loyal”diadaptasidaribahasaPrancisyaitu“Loial”yangartinya
mutudarisikapsetia.BagiseorangPegawaiNegeriSipil,kataloyaldapatdimaknaisebagaikesetiaan,
palingtidakterhadapcita-citaorganisasi,danlebih-lebihkepadaNegaraKesatuanRepublikIndonesia
(NKRI).
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur
loyalitas pegawainya, antara lain:
a. Taat padaPeraturan.
b. Bekerja denganIntegritas
c. Tanggung Jawab padaOrganisasi
d. Kemauan untuk BekerjaSama.
e. Rasa Memiliki yangTinggi
f. Hubungan AntarPribadi
g. Kesukaan TerhadapPekerjaan
h. Keberanian MengutarakanKetidaksetujuan
i. Menjadi teladan bagi Pegawailain
Loyal,merupakansalahsatunilaiyangterdapatdalamCoreValuesASNyangdimaknaibahwa
setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan
panduan perilaku:
a. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yangsah.
b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara;serta
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen,
dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi
“KoDeKoNasAb”.
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap
organisasi,hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:
a. Membangun Rasa Kecintaaan danMemiliki
b. MeningkatkanKesejahteraan
c. Memenuhi KebutuhanRohani
d. Memberikan Kesempatan PeningkatanKarir
e. Melakukan Evaluasi secaraBerkala
Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan
martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan
negara. Agar para ASN mampu menempatkan kepentingan Bangsa dan Negara di atas kepentingan
lainnya dibutuhkan langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan Wawasan
Kebangsaan. Selain memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat dibangun
dengan caraterus meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.
MODUL6. ADAPTIF
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di
dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan
keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan
kreativitas yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya
dibedakan mengenai bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir
kreatif. Pada level organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan
organisasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi
memerlukan beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat kepercayaan, perilaku
tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN
merupakan kampanye untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang
menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan ‒ baik
individu maupun organisasi ‒ dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau
mewujudkanindividuadanorganisasiadaptiftersebutadalahsituasiVUCA(Volatility,Uncertainty,
Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan
understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility. Organisasi
adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan dan
mengikutiharapanstakeholderdengancepatdanfleksibel.Budayaorganisasimerupakanfaktoryang
sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan
menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila
budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi
dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja. Dengan adanya pemberdayaanbudaya
organisasi selain akan menghasilkan sumber daya manusia yangberkualitas.
MODUL 7. KOLABORATIF
Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat birokrasi yang
mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan. Kolaborasi juga sering dikatakan
meliputi segala aspek pengambilan keputusan, implementasi sampai evaluasi. Kolaborasi
pemerintahan(CollaborativeGovernance)ialahsebuahprosesyangmelibatkannormabersamadan
interaksi saling menguntungkan antar aktor governance. Collaborative Governance mencakup
kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publikSebuah pendekatan pengambilan keputusan,
tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas bersamadi mana mitra saling menghasilkan tujuan
dan strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumberdaya.
Enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu :
a. Forum yang diprakarsai oleh lembaga publik ataulembaga;
b. Peserta dalam forum termasuk aktornonstate;
c. Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’’
oleh agensipublik;
d. Forum secara resmi diatur dan bertemu secarakolektif;
e. Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus
tidak tercapai dalampraktik);
f. Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik ataumanajemen.
Proses yang harus dilalui dalam menjalankan kolaborasi adalah :
1) Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitrakolaborasi
2) Face tof face Dialogue: melakukan negosiasidan baik danbersungguh-sungguh;
3) Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership dalam proses;
serta keterbukaan terkait keuntunganbersama;
4) Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama;dan
5) Menetapkan outcomeantara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar Lembaga
pemerintah :
1. Kepercayaan, 2. Pembagian kekuasaan, 3. Gaya kepemimpinan, 4. Strategi manajemen dan 5.
Formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien efektif antara entitas public. Sementara
faktor- faktor yang menghambat keberhasilan dalam kolaborasi antar Lembaga pemerintah
yaitu : ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan
kolaborasi dan dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas.
AGENDA 3
MODUL1. SMARTASN
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan SDM
talentadigital,literasidigitalberperanpentinguntukmeningkatkankemampuankognitifsumberdaya
manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja
literasi digital terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics.
Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi
kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologidigital.
Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan,
yaitu:
a. Perluasan akses dan peningkatan infrastrukturdigital.
b. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektorsektor strategis, baik di pemerintahan,
layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan,
sektorindustri, sektorpenyiaran.
c. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudahdibicarakan.
d. Persiapkan kebutuhan SDM talentadigital.
e. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi
digital dilakukansecepat-cepatnya.
Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana menggunakan
komputer dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online. Literasi digital juga mengacu
pada mengajukan pertanyaan tentang sumber informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-
cara di mana ia mewakili dunia; dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini terkait
dengan kekuatan sosial, politik dan ekonomi yang lebih luas. Menurut UNESCO, literasi digital
adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola, memahami, mengintegrasikan,
mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi secara aman dan tepat melalui
teknologi digital untuk
pekerjaan,pekerjaanyanglayak,dankewirausahaan.Inimencakupkompetensiyangsecaraberagam
disebut sebagai literasi komputer, literasi TIK, literasi informasi dan literasimedia.
Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata skor indeks
Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga literasi digital terkait
Indonesiadarikajian, laporan,dansurveiharusdiperkuat.Penguatanliterasidigitalinisesuaidengan
arahan Presiden JokoWidodo.
Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan Deloitte
pada tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan terkait percepatan
transformasi digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan kurikulum literasi
digital yang terbagi atas empat area kompetensi yaitu:
a. kecakapandigital,
b. budayadigital,
c. etikadigital
d. dan keamanandigital.
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media
digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah
kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang
bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu,
literasi digital juga
banyakmenekankanpadakecakapanpenggunamediadigitaldalammelakukanprosesmediasimedia
digitalyangdilakukansecaraproduktif(Kurnia&Wijayanto,2020;Kurnia&Astuti,2017).Seorang
pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggungjawab.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan kecakapan
dalambermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan
tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital
meliputi kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan
sehari-hari. Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan
digital dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia digital meliputi
Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan
piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
A. Dalam Cakap di Dunia Digital perlu adanya penguatanpada:
1. Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP,PC)
2. Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari informasi dan
data, memasukkan kata kunci dan memilah beritabenar.
3. Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk
berkomunikasidan berinteraksi, mengunduh dan menggantiSettings
4. Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan ecommerce
untukmemantau keuangan dan bertransaksi secaradigital.