Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TUTORIAL II

Kode/Nama Mata kuliah : PDGK 4201/ Pembelajaran PKn di SD


Nama Pengembang : Nurlaila Ana, Dr., S.Pd., M.Pd
Masa Tutorial : 2022.1
Nama Mahasiswa : Shifa Hafidah
NIM : 857744824

SOAL
1. Jelaskan bagaimana keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan dengan IPS?
2. Sebutkan kekuatan dan kelemahan implementasi konsep pembelajaran terpadu!
3. Jelaskan latar belakang kemajemukan bangsa Indonesia?
4. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip nasionalisme bangsa Indonesia?
5. Apakah yang dimaksud dengan HAM?
6. Berkaitan dengan demokrasi coba saudara berikan ulasan berkaitan dengan :
a. Ragam model pembelajaran PKn sebagai wahana Pendidikan demokrasi
b. Urgensi membangun budaya demokrasi konstitusional menuju model
masyarakat madani Indonesia
c. Pengembangan “schoolculture” dalam pengembangan budaya demokrasi
konstitusional
JAWABAN
1. Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49), adalah mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang
cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945.
Lebih lanjut Somantri (2001:154)mengemukakan bahwa PKn merupakan usaha untuk
membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan
dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan
bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara. PKn merupakan bagian atau salah satu tujuan pendidikan IPS, yaitu bahan
pendidikannya diorganisasikan secara terpadu (intergrated) dari berbagai disiplin ilmu
sosial, humaniora, dokumen negara, terutama Pancasila, UUD NRI 1945, GBHN, dan
perundangan negara, dengan tekanan bahan pendidikan pada hubungan warga negara
dan bahan pendidikan yang berkenaan dengan bela negara. PKn adalah seleksi dan
adaptasi dari berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora, Pancasila, UUD NRI 1945 dan
dokumen negara lainnya yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
psikologis untuk tujuan pendidikan.
2. KEKUATAN
a. Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu,
karena beberapa kajian dapat di belajarkan sekaligus.
b. Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antar konsep.
c. Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik
dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika
menghadapi situasi pembelajaran.
d. Menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman dalam mata pelajaran.
e. Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
f. Membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara
pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait sehingga
pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, dan memudahkan
memahami hubungan-hubungan materi dari satu konteks lainnya.
KELEMAHAN
a. Aspek Guru
b. Aspek Peserta Didik
c. Aspek Sarana Prasarana
d. Aspek Kurikulum
e. Aspek Penilaian
f. Aspek Suasana

3. Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari gambaran demografi bahwa


terdapat 726 suku bangsa dengan 116 bahasa daerah dan terdapat 6 (enam) jenis
agama.(Koran Tempo, 16 Agustus 2012. Pluralisme Sebagai Kekuatan). Tidak ada
satu pun Negara di dunia yang memiliki keberagaman sebesar Indonesia. Semboyan
Bhinneka Tunggal Eka sudah ada sejak kerajaan Majapahit, pada abad ke 13 Bangsa
Indonesia sudah beraneka ragam.
Keanekaragaman suku, agama, ras, dan budaya Indonesia dengan jumlah
penduduk lebih dari 230 juta jiwa, pada satu sisi merupakan suatu kekayaan bangsa
yang secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi positif
bagi upaya menciptakan kesejahteraan masyarakat. Namun pada sisi lain, kondisi
tersebut dapat membawa dampak buruk bagi kehidupan nasional, apabila terdapat
kondisi ketimpangan pembangunan, ketidakadilan dan kesenjangan sosial, ekonomi,
kemiskinan serta dinamika kehidupan politik yang tidak terkendali.
Kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini tengah menghadapi ancaman serius
berkaitan dengan merebaknya konflik-konflik dalam masyarakat, baik yang bersifat
vertikal maupun horisontal. Sumber konflik tersebut bisa berasal dari perbedaan nilai-
nilai ideologi, maupun intervensi kepentingan luar negeri yang bahkan dapat
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan
segenap bangsa. Konflik tersebut apabila didukung oleh kekuatan nyata yang
terorganisir tentunya akan menjadi musuh yang potensial bagi NKRI. Contoh nyata
dari konflik sosial yang sering terjadi adalah konflik yang timbul dalam pergaulan
umat beragama baik intern maupun antar umat beragama seperti munculnya
kekerasan, perusakan rumah ibadah dan kekerasan agama lainnya yang
dilakukan oleh masyarakat sipil. Konflik bernuansa sentimen agama yang baru saja
terjadi pada saat umat Muslim Tolikara merayakan hari raya Idul Fitri pada tanggal 17
Juli 2015 telah dinodai terjadinya pembakaran mesjid di Tolikara Papua oleh
sekelompok oknum yang disinyalir berasal dari kelompok GIDI (Rina Juwita. Opini
Publik Kaltim Post, 23 Juli 2015), Peristiwa kekerasan agama ini kembali
menimbulkan kecemasan masyarakat Indonesia yang terus menerus mengalami
pasang surut intolerasi beragama baik yang dilakukan oleh penganut mayoritas
maupun minoritas yang menganggap perbedaan adalah hal yang tidak bisa diterima.
Kebrutalan atas nama agama dan keyakinan terdokumentasi dari waktu ke waktu yang
berpotensi memecah belah NKRI dan menimbulkan kekhawatiran bagi kita semua
masyarakat Indonesia.
4. Prinsip-prinsip nasionalisme bangsa Indonesia
a. Prinsip kebersamaan
Prinsip kebersamaan menuntut setiap warga negara untuk menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
b. Prinsip persatuan dan kesatuan
Prinsip persatuan dan kesatuan menuntut setiap warga negara harus mampu
mengesampingkan pribadi atau golongan yang dapat menimbulkan perpecahan
dan anarkis (merusak), untuk menegakkan prinsip persatuan dan kes atuan setiap
warga negara harus mampu mengedepankan sikap: kesetiakawanan sosial, peduli
terhadap sesama, solidaritas, dan berkeadilan sosial.
c. Prinsip demokrasi
Prinsip demokrasi memandang: bahwa setiap warga negara mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, karena hakikatnya kebangsaan adalah
adanya tekad untuk hidup bersama mengutamakan kepentingan bangsa dan
negara yang tumbuh dan berkembang dari bawah untuk bersedia hidup sebagai
bangsa yang bebas, merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Kita mencintai bangsa
kita, yaitu bangsa Indonesia. Itu tidak berarti bahwa kita mengagung-agungkan
bangsa kita sendiri. Nasionalisme Indonesia tidak berarti bahwa kita merasa lebih
unggul daripada bangsa lain. Kita tidak ingin memaksakan kehendak kita kepada
bangsa lain sebab pandangan semacam ini hanya mencelakakan kita. Selain tidak
realitis, sikap seperti itu juga bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha
Esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, kita mengakui
bahwa semua makhluk di dunia sama dan sederajat, sama-sama makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa. Kita mengakui bahwa bangsa Indonesia merupakan
bagian dari umat manusia sedunia.

5. Hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar yang dimiliki oleh manusia sejak lahir,
sebagai anugerah Tuhan. Berdasarkan Undang-undang no. 39 tahun 1999, pengertian
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia.
Pengertian HAM menurut menurut Mukadimah Universal Declaration of Human
Right (Deklarasi Universal HAM) tahun 1948, menjelaskan setiap orang punya hak
yang sama untuk memperoleh kebebasan, keadilan, dan perdamaian dunia.

6. Berkaitan dengan demokrasi


a. Pendidikan kewarganegaraan dalam pengertian sebagai citizenship education,
secara substantif dan pedagogis didesain untuk mengembangkan warganegara
yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan. Sampai saat ini
bidang itu sudah menjadi bagian inheren dari instrumentasi serta praksis
pendidikan nasional Indonesia dalam lima status. Pertama, sebagai mata pelajaran
di sekolah. Kedua, sebagai mata kuliah di perguruan tinggi. Ketiga, sebagai salah
satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program
pendidikan guru. Keempat, sebagai program pendidikan politik yang dikemas
dalam bentuk Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(Penataran P4) atau sejenisnya yang pernah dikelola oleh Pemerintah sebagai
suatu crash program. Kelima, sebagai kerangka konseptual dalam bentuk
pemikiran individual dan kelompok pakar terkait, yang dikembangkan sebagai
landasan dan kerangka berpikir mengenai pendidikan kewarganegaraan dalam
status pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Dalam status pertama, yakni sebagai
mata pelajaran di sekolah, pendidikan kewarganegaraan telah mengalami
perkembangan yang fluktuatif, baik dalam kemasan maupun substansinya.
Pengalaman tersebut di atas menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 1975, di
Indonesia kelihatannya terdapat kerancuan dan ketidak ajekan dalam
konseptualisasi civics, pendidikan kewargaan negara, dan pendidikan IPS.

b. Untuk mewujudkan negara demokratis yang sesuai dengan cita cita bangsa, maka
harus dimulai dengan pendidikan. Salah satunya adalah pendidikan
Kewaganegaraan (PKN). Pendidikan kewarganegaraan bukanlah sesuatu yang
baru di dalam konteks pendidikan Indonesia. Telah banyak perubahan yang
dilakukan baik konteks maupun istilah oleh Pemerintah RI untuk mewujudkan
misinya dalam membangun pendidikan demokrasi dan hak asasi manusia (HAM).
Menurut Zamron (dalam Srikanto dan Fauzi, 2013 : 1) Pendidikan
Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang tujuannya untuk
mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis,
melalui aktifitas yang dapat menumbuhkan kesadaran pada generasi anyar bahwa
demokrasiadalahbentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak hak
warga masyarakat.Selainitu,
(NuruldanSafari,2017:1)PendidikanKewarganegaraan merupakan pendidikan
yang mengingatkan akan pentingnya nilai nilai hak dan kewajiban warga negara
agar setiap hal sesuai dengan cita cita bangsa.
Pemaknaan demokrasi di Indonesia belum terealisasikan sepenuhnya, hal ini
terlihat dari banyaknya konflik yang terjadi karena adanya rasa kebebasan
terhadap sesuatu yang bersifat fundamental, seperti hak untuk memperoleh dan
memberikan informasi. Demokratisasi sangat menyoroti kebebasan dalam
berkarya, berekspresi dalam ruang sosial masyarakat, termasuk
berkomunikasi, berpikir, berpendapat, dll. Namun, menurut Robert Dahl hal
yang paling menentukan demokrasi pada suatu negara adalah di mana
masyarakatnya mampu menerapkan kebebasan kebebasan yang bersifat
fundamental seperti yang telah dijelaskan diatas dengan baik dan benar, sehingga
tidak akan terjadi konflik-konfik yang akan merusak ketertiban dan citra bangsa.
Indonesia merupakan negara yang minim akan pengalaman berdemokrasi maka
akan selalu ada ” percobaan-percobaan” yang kerapkali jatuh bangun sehingga
hal ini akan sangat tergantung dengan kesabaran semua pihak baik oleh
pemerintahan maupun masyarakatnya. Demokratisasi bangsa merupakan
proses panjang yang akan sangat melelahkan, maka kita perlu upaya upaya yang
mempercepat bangsa Indonesia untuk berdemokrasi, salah satunya adalah jalan
pendidikan.
Perjuangan menegakkan demokrasi adalah upaya untuk menjamin dan
melindungi hak asasi manusia. Demokrasi diyakni sebagai sistem politik dan
pandangan hidup yang dapat menjamin penghargaan atas hak dasar manusia yang
selanjutnya memberi perlindungan dan penegakkan terhadap hak dasar tersebut.
Maka, unsur pokok dari sebuah demokrasi adalah perwujudan dari pengakuan
akan hak asasi manusia.
Demokrasi akan senantiasa berhubungan dengan hak asasi manusia, hal ini
terlihat dari adanya isu dan gerakan dari berbagai negara untuk pengglobalan
demokrasi dan hak asasi manusia yang diterapkan dengan sebagai berikut.
- Keinginan dari masing masing negara untuk dikatakan sebagai negara
demokrasi dengan menyusun suatu pemerintahan demokrasi dan meratifikasi
berbagai konvensi Internasional tentang Hak Asasi Manusia
- HAM dan Demokrasi menjadi persyaratan bag negara negara dalam
menjamin hubungan Internasional
- Jika ada pelanggaran disuatu negara, itu bukan hanya urusan intern lagi,
melainkan organisasi internasional berhak untuk menegakkan hak asasi
manusia dan demokrasi di negara tersebut.

c. Terdapat tiga tingkatan sebagai unsur-unsur yang membentuk suatu budaya,


unsur-unsur tersebut berinteraksi dari mulai yang tersembunyi sampai dengan
yang terlihat. Asumsi-asumsi dasar yang berkaitan dengan hubungan dengan
lingkungan alam dan sosial manusia, menjadi dasar seseorang untuk
menentukkan apa yang sebaiknya dilakukan (nilai-nilai), dan dengan nilai-nilai
itu kemudian akan membentuk perilaku dan simbol-simbol yang menggambarkan
nilai- nilai tersebut.
(Relationship to environment, nature of reality, nature of human, nature of
human activity, nature of human relationship Taken for granted Invisible
preconcious Sementara itu, dalam kajian Selo Soemardjan dan Soelaeman
Soemardi, Kuntjaraningrat (1990:186-188) membedakan adanya tiga “gejala
kebudayaan”, yaitu; 1) ideas, 2), Activities dan 3) artifacts, yang dimaknai
sebagai berikut:
- Wujud kebudayaan sebagai suatu yang kompleks dari ide-ide, gagasan-
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya, di mana
merupakan wujud yang ideal, sifatnya abstrak, tak dapat diraba atau dilihat,
lokasinya ada dalam alam pikiran masing-masing kelompok masyarakat.
Gagasan-gagasan itu tidak berada lepas satu dari yang lain, melainkan
selalu berkaitan, menjadi suatu sistem.
- Wujud kedua dari kebudayaan yang disebut Sistem Sosial (Social System)
mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri.
- Wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik, dan tak memerlukan
banyak penjelasan. Karena berupa seluruh total dari hasil fisik dari aktivitas,
perbuatan, dan karya manusia dalam masyarakat
Dalam literatur kebudayaan, dibedakan antara budaya (culture) dan
peradaban (civilization). Kebudayaan merujuk pada pengertian yang “instrinsik”
oleh karena semua bangsa atau masyarakat mempunyai budaya. Sementara,
sivilisasi (peradaban) lebih mengarah kepada pengertian masyarakat maju dan
modern yang ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
peningkatan nilai-nilai kemanusiaan (humanization). Dalam konteks ini, baik
kebudayaan (culture) maupun peradaban (civilization) dikembangkan melalui
proses pendidikan. Pendidikan harus menggabungkan kedua konsep tersebut
untuk tujuan membangun manusia yang berbudaya dan beradab (a cultured and
civilized human being).

Anda mungkin juga menyukai