Anda di halaman 1dari 70

MOOC PPPK

Massive Open Online Course


PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN
KERJA (PPPK)

TUGAS JURNAL
Disusun Oleh :

Nama : Tuti Herawati, S.Pd


NIP : 197408032022212008
Golongan : XI
Angkatan / NDH : 18 / 06
Jabatan : Ahli Pertama - Guru Bahasa
Indonesia
Unit Kerja : SMA Negeri 13 Bandung
Instansi : Pemerintah Provinsi Jawa Barat
TUGAS JURNAL MOOC PPPK

Nama : Tuti Herawati, S.Pd


NIP : 197408032022212008
Unit Kerja : SMA Negeri 13 Bandung

Agenda 1 : Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara


Modul 1 : Wawasan Kebangsaan

I. Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan adalah cara pandang Bangsa Indonesia dalam mengelola kehidupan
berbangsa dan bernegara yang dilandasi jatidiri bangsa dan kesadaran terhadap sistem
nasional yang bersumber dari Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika, untuk memecahkan
berbagai persoalan bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur
dan sejahtera.
Wawasan kebangsaan merupakan pedoman atau acuan bekal untuk mengawali pengabdian
kepada Negara dan Bangsa. Wawasan Kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara
pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan
lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri dari segala
bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang.
Perjuangan bangsa Indonesia yang waktu itu masih bersifat lokal ternyata tidak membawa
hasil, karena belum adanya persatuan dan kesatuan, sedangkan di sisi lain kaum colonial
terus menggunakan politik “devide et impera”. Kendati demikian, catatan sejarah
perlawanan para pahlawan itu telah membuktikan kepada kita tentang semangat perjuangan
bangsa Indonesia yang tidak pernah padam dalam usaha mengusir penjajah dari Nusantara.
Dalam perkembangan berikutnya, muncul kesadaran bahwa perjuangan yang bersifat
nasional, yakni perjuangan yang berlandaskan persatuan dan kesatuan dari seluruh bangsa
Indonesia akan mempunyai kekuatan yang nyata. Kesadaran tersebut kemudian
mendapatkan bentuk dengan lahirnya pergerakan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908
yang merupakan tonggak awal sejarah perjuangan bangsa yang bersifat nasional itu, yang
kemudian disusul dengan lahirnya gerakan-gerakan kebangsaan di bidang politik,
ekonomi/perdagangan, pendidikan, kesenian, pers dan kewanitaan. Tekad perjuangan itu
lebih tegas lagi dengan Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928 dengan ikrar “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan menjunjung tinggi bahasa
persatuan bahasa Indonesia”. Wawasan kebangsaan tersebut kemudian mencapai satu
tonggak sejarah, bersatu padu memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
1945. Dalam perjalanan sejarah itu telah timbul pula gagasan, sikap, dan tekad yang
bersumber dari nilai- nilai budaya bangsa serta disemangati oleh cita-cita moral rakyat yang
luhur. Sikap dan tekad itu adalah pengejawantahan dari satu Wawasan Kebangsaan.

a) Pengertian Wawasan Kebangsaan Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata
yaitu “Wawasan” dan “Kebangsaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)
dinyatakan bahwa secara etimologis istilah “wawasan” berarti: (1) hasil mewawas, tinjauan,
pandangan dan dapat juga berarti (2) konsepsi cara pandang. Wawasan Kebangsaan sangat
identik dengan Wawasan Nusantara yaitu cara pandang bangsa Indonesia dalam mencapai
tujuan nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik,
sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan (Suhady dan Sinaga, 2006).
“Kebangsaan” berasal dari kata “bangsa” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2002) berarti kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan
sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan “kebangsaan” mengandung arti (1)
ciri-ciri yang menandai golongan bangsa, (2) perihal bangsa; mengenai (yang bertalian
dengan) bangsa, (3) kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara. Dengan demikian
wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi akan
kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI, meyampaikan
bahwa wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesatuan atau integrasi nasional
bersifat kultural dan tidak hanya bernuansa struktural mengandung satu kesatuan ideologi,
kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, dan kesatuan pertahanan dan
keamanan. Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa mendayagunakan kondisi
geografis negara, sejarah, sosio-budaya, ekonomi dan politik serta pertahanan keamanan
dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan nasional. Wawasan kebangsaan
menentukan bangsa menempatkan diri dalam tata berhubungan dengan sesama bangsa dan
dalam pergaulan dengan bangsa lain di dunia internasional. Wawasan kebangsaan
mengandung komitmen dan semangat persatuan untuk menjamin keberadaan dan
peningkatan kualitas kehidupan bangsa dan menghendaki pengetahuan yang memadai
tentang tantangan masa kini dan masa mendatang serta berbagai potensi bangsa. Wawasan
kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut pandang/cara memandang yang mengandung
kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati diri sebagai
suatu bangsa
dalam memandang dirinya dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam
lingkungan internal dan lingkungan eksternal (Suhady dan Sinaga, 2006). Dengan demikian
dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan adalah cara kita sebagai bangsa Indonesia di
dalam memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup
perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan
pertahanan keamanan, dengan berpedoman pada falsafah Pancasila dan UUD 1945 atau
dengan kata lain bagaimana kita memahami Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan
POLEKSOSBUD dan HANKAM. b). Wawasan Kebangsaan Indonesia Konsep kebangsaan
merupakan hal yang sangat mendasar bagi bangsa Indonesia. Dalam kenyataannya konsep
kebangsaan itu telah dijadikan dasar negara dan ideologi nasional yang terumus di dalam
Pancasila sebagaimana terdapat dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945. Konsep
kebangsaan itulah yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia
ini. Dorongan yang melahirkan kebangsaan kita bersumber dari perjuangan untuk
mewujudkan kemerdekaan, memulihkan martabat kita sebagai manusia. Wawasan
kebangsaan Indonesia menolak segala diskriminasi suku, ras, asal-usul, keturunan, warna
kulit, kedaerahan, golongan, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
kedudukan maupun status sosial. Konsep kebangsaan kita bertujuan membangun dan
mengembangkan persatuan dan kesatuan. Dalam zaman Kebangkitan Nasional 1908 yang
dipelopori oleh Budi Utomo menjadi tonggak terjadinya proses Bhineka Tunggal Ika.
Berdirinya Budi Utomo telah mendorong terjadinya gerakan-gerakan atau organisasi-
organisasi yang sangat majemuk, baik di pandang dari tujuan maupun dasarnya. Dengan
Sumpah Pemuda, gerakan Kebangkitan Nasional, khususnya kaum pemuda berusaha
memadukan kebhinnekaan dengan ketunggalikaan. Kemajemukan, keanekaragaman seperti
suku bangsa , adat istiadat, kebudayaan, bahasa daerah, agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa tetap ada dan dihormati. Wawasan kebangsaan Indonesia tidak
mengenal adanya warga negara kelas satu, kelas dua, mayoritas atau minoritas. Hal ini
antara lain dibuktikan dengan tidak dipergunakannya bahasa Jawa misalnya, sebagai bahasa
nasional tetapi justru bahasa melayu yang kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia.
Derasnya pengaruh globalisasi, bukan mustahil akan memporak porandakan adat budaya
yang menjadi jati diri kita sebagai suatu bangsa dan akan melemahkan paham nasionalisme.
Paham nasionalisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa loyalitas tertinggi
terhadap masalah duniawi dari setiap warga bangsa ditunjukan kepada negara dan bangsa.
Meskipun dalam awal pertumbuhan nasionalisme diwarnai oleh slogan yang sangat terkenal,
yaitu: liberty, equality, fraternality, yang merupakan pangkal tolak nasionalisme yang
demokratis, namun dalam perkembangannya nasionalisme pada setiap bangsa sangat
diwarnai oleh nilai-nilai dasar yang
berkembang dalam masyarakatnya masing-masing, sehingga memberikan ciri khas bagi
masing-masing bangsa. Wawasan kebangsaan Indonesia menjadikan bangsa yang tidak
dapat mengisolasi diri dari bangsa lain yang menjiwai semangat bangsa bahari yang
terimplementasikan menjadi wawasan nusantara bahwa wilayah laut Indonesia adalah
bagian dari wilayah negara kepulauan yang diakui dunia. Wawasan kebangsaan merupakan
pandangan yang menyatakan negara Indonesia merupakan satu kesatuan dipandang dari
semua aspek sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dalam mendayagunakan konstelasi
Indonesia, sejarah dan kondisi sosial budaya untuk mengejawantahan semua dorongan dan
rangsangan dalam usaha mencapai perwujudan aspirasi bangsa dan tujuan nasional yang
mencakup kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, kesatuan pertahanan
keamanan (Suhady dan Sinaga, 2006). Wawasan kebangsaan Indonesia yang menjadi
sumber perumusan kebijakan desentralisasi pemerintahan dan pembangunan dalam rangka
pengembangan otonomi daerah harus dapat mencegah disintegrasi / pemecahan negara
kesatuan, mencegah merongrong wibawa pemerintah pusat, mencegah timbulnya
pertentangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Melalui upaya tersebut
diharapkan dapat terwujud pemerintah pusat yang bersih dan akuntabel dan pemerintah
daerah yang tumbuh dan berkembang secara mandiri dengan daya saing yang sehat antar
daerah dengan terwujudnya kesatuan ekonomi, kokohnya kesatuan politik, berkembangnya
kesatuan budaya yang memerlukan warga bangsa yang kompak dan bersatu dengan ciri
kebangsaan, netralitas birokrasi pemerintahan yang berwawasan kebangsaan, sistem
pendidikan yang menghasilkan kader pembangunan berwawasan kebangsaan. Wawasan
kebangsaan Indonesia memberi peran bagi bangsa Indonesia untuk proaktif mengantisipasi
perkembangan lingkungan stratejik dengan memberi contoh bagi bangsa lain dalam
membina identitas, kemandirian dan menghadapi tantangan dari luar tanpa konfrontasi
dengan meyakinkan bangsa lain bahwa eksistensi bangsa merupakan aset yang diperlukan
dalam mengembangkan nilai kemanusiaan yang beradab (Sumitro dalam Suhady dan
Sinaga, 2006). Akhirnya, bagi bangsa Indonesia, untuk memahami bagaimana wawasan
kebangsaan perlu memahami secara mendalam falsafah Pancasila yang mengandung nilai-
nilai dasar yang akhirnya dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku yang
bermuara pada terbentuknya karakter banagsa. c) Makna Wawasan Kebangsaan Wawasan
Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki makna: (1). Wawasan kebangsaan
mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan;
(2). Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga
asas Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan; (3). Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat
pada patriotisme yang licik; (4). Dengan
wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila, bangsa Indonesia
telah berhasil merintis jalan menjalani misinya di tengah-c) Makna Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki makna: (1). Wawasan kebangsaan
mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan;
(2). Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga
asas Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan; (3). Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat
pada patriotisme yang licik; (4). Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh
pandangan hidup Pancasila, bangsa Indonesia telah berhasil merintis jalan menjalani
misinya di tengah- tengah tata kehidupan di dunia; (5). NKRI yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri
serta sejahtera lahir batin, sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju. d) Nilai Dasar
Wawasan Kebangsaan Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan
kesatuan bangsa memiliki enam dimensi yang bersifat mendasar dan fundamental, yaitu: (1).
Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa; (2). Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merkeka, dan
besatu; (3). Cinta akan tanah air dan bangsa; (4). Demokrasi atau kedaulatan rakyat; (5).
Kesetiakawanan sosial; (6). Masyarakat adil-makmur.
sejarah perjuangan bangsa Indonesia mengemban Amanat Penderitaan Rakyat semenjak
masa Kebangkitan Nasional maka akan jelas terlihat laksana benang merah yang menjulur
seluruh sejarah perjuangan bangsa Indonesia, empat angkatan perjuangan pengemban
AMPERA yang saling jalin-menjalin satu dengan yang lainnya. Keempat angkatan
perjuangan itu adalah, Angkatan 1908 yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo sebagai
suatu organisasi perjuangan modern yang pertama. Berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei
1908 adalah kebangkitan kesadaran nasional yang mengandung arti yang maha penting bagi
rakyat dan bangsa Indonesia; karena kebangkitan nasional itu berarti permulaan dari
berakhirnya rezim- kolonialisme Belanda di persada nusantara. Angkatan 1928 dua puluh
tahun setelah lahirnya Budi Utomo lahirlah angkatan ’28 yang mencetuskan Sumpah Sakti
Pemuda : SATU NUSA, SATU BANGSA DAN SATU BAHASA INDONESIA.
1) 20 Mei 1908, puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia. Dalam pertemuan itu mereka
sepakat mendirikan organisasi Boedi Oetomo
2) Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional pertama yang
menggunakan istilah "Indonesia". Bahkan Perhimpunan Indonesia menjadi pelopor
kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah internasional. Perhimpunan Indonesia (PI)
diprakarsai oleh Sutan Kasayangan dan R. N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di
Leiden,Belanda
3) Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan “Kerapatan Besar Pemuda”, yang
kemudian terkenal dengan nama “Kongres Pemuda I”. Kongres Pemuda I ini dihadiri
oleh wakil organisasipemuda Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar
Rukun, Jong Islamieten Bond, Studerenden Minahasaers, kemudian Jong Bataks Bond
dan Pemuda Kaum Theosofi juga ikut dalam kerapatan besar.
4) Pada 27-28 Oktober 1928, Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan.
5) Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan
pemerintahpendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
6) PPKI terbentuk pada 7 Agustus 1945.

Evaluasi Wawasan Kebangsaan


1. Menurut anda, apakah urgensi ASN harus berwawasan kebangsaan sehingga menjadi
bagian kompeteni ASN ? ASN harus memiliki wawasan kebangsaan yang tinggi, karena
wawasan kebangsaan adalah cara pandang Bangsa Indonesia dalam mengelola kehidupan
berbangsa dan bernegara yang dilandasi jatidiri bangsa dan kesadaran terhadap sistem nasional
yang bersumber dari Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 194. Merupakan pedoman atau
acuan bekal untuk mengawali pengabdian kepada Negara dan Bangsa.
2. Uraikan secara singkat sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia ?
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia mengemban Amanat Penderitaan Rakyat semenjak masa
Kebangkitan Nasional maka akan jelas terlihat laksana benang merah yang menjulur seluruh
sejarah perjuangan bangsa Indonesia, empat angkatan perjuangan pengemban AMPERA yang
saling jalin-menjalin satu dengan yang lainnya. Keempat angkatan perjuangan itu adalah,
Angkatan 1908 yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo sebagai suatu organisasi perjuangan
modern yang pertama. Berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei 1908 adalah kebangkitan kesadaran
nasional yang mengandung arti yang maha penting bagi rakyat dan bangsa Indonesia; karena
kebangkitan nasional itu berarti permulaan dari berakhirnya rezim-kolonialisme Belanda di
persada nusantara. Angkatan 1928 dua puluh tahun setelah lahirnya Budi Utomo lahirlah
angkatan ’28 yang mencetuskan Sumpah Sakti Pemuda : SATU NUSA, SATU BANGSA DAN
SATU BAHASA INDONESIA.
1) 20 Mei 1908, puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia. Dalam pertemuan itu mereka
sepakat mendirikan organisasi Boedi Oetomo
2) Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional pertama yang
menggunakan istilah "Indonesia". Bahkan Perhimpunan Indonesia menjadi pelopor
kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah internasional. Perhimpunan Indonesia (PI)
diprakarsai oleh Sutan Kasayangan dan R. N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di
Leiden,Belanda
3) Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan “Kerapatan Besar Pemuda”, yang
kemudian terkenal dengan nama “Kongres Pemuda I”. Kongres Pemuda I ini dihadiri oleh
wakil organisasipemuda Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar Rukun,
Jong Islamieten Bond, Studerenden Minahasaers, kemudian Jong Bataks Bond dan Pemuda
Kaum Theosofi juga ikut dalam kerapatan besar.
4) Pada 27-28 Oktober 1928, Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan.
5) Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan
pemerintahpendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
6) PPKI terbentuk pada 7 Agustus 1945.

Kesadaran tersebut kemudian mendapatkan bentuk dengan lahirnya pergerakan Budi Utomo pada
tanggal 20 Mei 1908 yang merupakan tonggak awal sejarah perjuangan bangsa yang bersifat
nasional itu, yang kemudian disusul dengan lahirnya gerakan-gerakan kebangsaan di bidang politik,
ekonomi/perdagangan, pendidikan, kesenian, pers dan kewanitaan. Tekad perjuangan itu lebih tegas
lagi dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dengan ikrar “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan
menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia”. Wawasan kebangsaan tersebut kemudian
mencapai satu tonggak sejarah, bersatu padu memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945.

3. Menurut anda, apakah relevansi 4 konsesus dasar kehidupan berbangsa dan bernegara
dalam mewujudkan profesionalitas ASN ?
Adanya relevansi 4 konsesus dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bisa
dimplementasikan oleh seorang ASN karena mengandung nilai-nilai yang pedoman yang
menunjang dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. 4 konsensus dasar.tersebut adalah
Pancasila yang rumusannya tertuang dalam UUD 1945, sebagai ideologi negara, pandangan hidup
bangsa, dasar negara dan sumber dari segala sumber hukum Indonesia sebagai landasan bagi kokoh
tegaknya negara dan bangsa. Undang - Undang Dasar 1945 yakni sebagai kunci pokok pertama
dari system Pemerintahan Negara yang berbunyi “Indonesia ialah Negara yang berdasar atas
hukum (rechstaat) dan bukan berdasar atas kekuasaan belaka (machtstaat), Bhinneka Tunggal
Ika berarti
berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Sebab meskipun secara keseluruhannya memiliki
perbedaan tetapi pada hakekatnya satu, satu bangsa dan negara Republik Indonesia, Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

II. Nilai-Nilai Bela Negara


Nilai Dasar Bela Negara adalah Cinta Tanah Air, sadar berbangsa dan bernegara, setia pada
Pancasila sebagai Ideologi Negara, Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara dan
Kemampuan Awal Bela Negara.
Upaya bela negara bisa dilakukan, mulai dari lingkungan keluarga, pertemanan, sekolah,
hingga pemerintahan. Misalnya mengutamakan kepentingan orang lain, menaati tata tertib,
dan menciptakan suasana rukun dan damai di lingkungan masyarakat. Nilai-nilai bela negara
adalah
1. Cinta tanah air
Mengenal serta menumbuhkan sikap cinta tanah air akan membuat diri kita waspada
serta siaga terhadap berbagai bentuk ancaman, tantangan, gangguan, maupun hambatan.
Nilai bela negara ini bisa diterapkan dengan menjaga nama baik bangsa dan negara,
mencintai produk dalam negeri, serta memiliki rasa bangga sebagai bagian dari bangsa
Indonesia.
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara
Ditunjukkan melalui sikap, tingkah laku, dan kehidupan yang sesuai dengan kepribadian
bangsa. Beberapa indikatornya adalah:
1. Sadar akan keragaman budaya, suku, agama, bahasa, dan adat istiadat
2. Melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara
3. Berpartisipasi dalam menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
4. Mengetahui dan mengenal keragaman yang ada di lingkungan sekitar.
3. Yakin akan Pancasila
Nilai bela negara yang selanjutnya adalah yakin terhadap Pancasila sebagai ideologi
negara. Pancasila merupakan pedoman dan pandangan hidup bangsa. Keyakinan ini
diperlukan untuk mencapai tujuan nasional. Menumbuhkan keyakinan ini bisa dilakukan
dengan memahami serta mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
4. Rela berkorban
Adalah kerelaan dan kesediaan untuk mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, bahkan
harta bendanya demi kepentingan umum atau negara. Contohnya rela mengorbankan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk memajukan bangsa Indonesia, dan peduli terhadap
keselamatan bangsa serta negara.
5. Memiliki kemampuan awal untuk bela negara
Memiliki kecerdasan emosional dan spritiual serta intelijensia, senantiasa memelihara
jiwa dan raga dan senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan
Tuhan Yang Maha Esa.
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau
pelatihan kepada warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku
serta menanamkan nilai dasar Bela Negara. Pembinaan Kesadaran Bela Negara
diselenggarakan di lingkup : pendidikan, masyarakat, dan pekerjaan
Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4
Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945), diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik
bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan
kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Bela Negara dilaksanakan
atas dasar kesadaran warga Negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri yang
ditumbuhkembangkan melalui usaha Bela Negara. Usaha Bela Negara
diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran
secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela
atau secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi. Usaha Bela Negara
bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara dalam upaya
pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara.

Evaluasi Nilai-Nilai Bela Negara


1. Menurut anda, apakah nilai-nilai dasar Bela Negara masih relevan saat ini ?
Nilai-nilai dasar Bela Negara diselenggarakan melalui pendidikan kewarnegaraan, pelatihan
dasar kemiliteran secara wajib,pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau secara wajib
dan pengabdian sesuai dengan profesi. Nilai-nilai dasar Bela Negara dilaksanakan atas dasar
kesadaran warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Usaha bela negara bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme warga negara dalam
upaya pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan
pembinaan kesadaran bela negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional, namun
tentunya harus ada adaptasi sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.
2. Jelaskan menurut pendapat anda, ancaman yang paling mungkin terjadi saat ini dan
mengancam eksistensi NKRI ?
Ancaman pada era reformasi diartikan sebagai sebuah kondisi, Tindakan, potensi, baik alamiah
atau hasil suatu rekayasa, berbentuk fisik atau non fisik, berasala dari dalam negeri atau luar
negeri, secara langsung atau tidak langsung yang bertentangan dengan Pancasila dan
mengancam atau membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia,
dan keselamatan segenap bangsa dan negara. Ancaman yang mungkin terjadi di NKRI yaitu : a.
Disintegrasi bangsa, melalui gerakan-gerakan separatis berdasarkan sentimen kesukuan atau
pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat. Separatisme
atau keinginan memisahkan diri dari negara kesatuan Republik Indonesia jika tidak diketahui
akar permasalahannya dan ditanggani secepatnya akan membuat keutuhan negara Republik
Indonesia terancam; b. Upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lain yang ekstrim
atau tidak sesuai dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa Indonesia; c. Makar atau
penggulingan pemerintah yang sah dan konstitusional; d. Munculnya pemikiran memperluas
daerah otonomi khusus tanpa alasan yang jelas, hingga persoalan-persoalan yang muncul di
wilayah perbatasan dengan negara lain; e. Melakukan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme sangat
merugikan negara dan bangsa karena akan mengancam dan menghambat pembangunan
nasional.

III. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia


Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANKRI) adalah keseluruhan
penyelenggaraan kekuasaan pemerintah negara Indonesia dengan memanfaatkan dan
mendayagunakan segala kemampuan aparatur negara serta segenap dana dan daya demi
tercapainya tujuan nasional dan terlaksananya tugas Negara Republik Indonesia seperti yang
telah ditetapkan UUD 1945.
sejarah administrasi di Indonesia dimulai sejak tahun 1816, dimana setelah
pemerintahan diambilalih oleh Belanda dari pihak Inggris, segera dibentuk suatu dinas
pemerintahan tersendiri. Sehubungan dengan perkembangan yang terjadi, maka dinas
pemerintahan setempat mulai merasakan perlunya diterapkan sistem desentralisasi dalam
pelaksanaan pemerintahan. Desentralisasi mulai dilakukan pada tahun 1905, dan dibentuklah
wilayah-wilayah setempat (locale ressorten) dengan dewan-dewannya (locale raden) di
seluruh Jawa. Namun ternyata, tugas-tugas yang Indikator Keberhasilan. Setelah
mempelajari bab ini, peserta pelatihan diharapkan mampu menjelaskan bentuk Negara
Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, makna Kesatuan dalam Sistem
Penyelenggaraan Negara, perspektif sejarah Negara Indonesia, makna dan Pentingnya
Persatuan dan Kesatuan Bangsa, prinsip-Prinsip Persatuan Dan Kesatuan Bangsa,
pengamalan Nilai-nilai Persatuan dan Kesatuan, nasionalisme, kebijakan publik dalam
format Keputusan dan/atau tindakan Administrasi Pemerintahan, Landasan Idiil : Pancasila,
UUD 1945: Landasan konstitusionil SANKRI dan peran Aparatur Sipil Negara (ASN)
Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang aparatur Sipil Negara. 35 dilimpahkan kepada
locale ressorten tersebut sangat sedikit, sehingga desentralisasi yang direncanakan tersebut
dianggap kurang bermanfaat.
Bangsa Indonesia baru memulai sejarah sebagai suatu bangsa yang merdeka dan
berdaulat, semenjak dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan. Sebagai suatu Badan
Perwakilan seluruh rakyat Indonesia yang mewakili daerah – daerah dan beranggotakan
pemimpin yang terkenal, kepada Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
ditugaskan oleh pasal I Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar untuk mengatur dan
menyelenggarakan perpindahan pemerintahan kepada 36 pemerintah Indonesia. Sebelum hal
tersebut terlaksana, untuk sementara waktu dalam masa peralihan tersebut, pasal IV Aturan
peralihan UUD menetapkan bahwa : “Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat dan Dewan Pertimbangan Agung dibentuk menurut Undang – Undang
Dasar ini, segala kekuasaannya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah Komite
Nasional”. Marbun (2001) menyatakan, pada awal masa berlakunya UUD 1945, seluruh
mekanisme ketatanegaraan belum dapat dikatakan berjalan sesuai dengan amanat dalam
UUD 1945. Semua masih didasarkan pada aturan peralihan yang menjadi kunci berjalannya
roda pemerintahan negara. Pada saat itu lembaga – lembaga kenegaraan seperti DPR, MA,
MPR, DPA maupun BPK belum dapat terbentuk, kecuali Presiden dan Wakil Presiden yang
dipilih untuk pertama kalinya oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Hal ini disebabkan
oleh karena proses pengisian atau pembentukan lembaga – lembaga kenegaraan seperti
tersebut diatas memakan waktu yang relatif lama, karena harus melalui mekanisme
perundang – undangan. Sedangkan DPR sebagai partner Presiden belum juga dapat
terbentuk. Menyadari hal ini, maka pembentuk UUD 1945 memberikan kekuasaan yang
besar kepada presiden untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan negara dengan
dibantu Komite Nasional (Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945.
Kehidupan kenegaraan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dicanangkan kembali
melalui Dekrit Presiden Tahun 1959 dengan diwarnai oleh pertentangan politik antara
parpol- parpol sebagai warisan dari sistem pemerintahan parlementer berdasarkan UUDS
1950. Dengan dalih untuk mengatasi keadaan negara, menyelamatkan kelangsungan negara,
menyelamatkan kelangsunagn negara dan kepentingan revolusi,peranan presiden sangatlah
besar. Kehidupan demokrasi yang belum dapat berjalan secara lancar menurut UUD 1945
berimbas terhadap hubungan antar lembaga-lembaga kenegaraan, seperti MPR, DPR yang
ditentukan oleh Presiden sebagai pengendalinya. Ditambah pula munculnya lembaga
inskonstitusional yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Presiden sebagai kepala eksekutif
terlalu turut campur dalam bidang legislatif dengan banyaknya penerbitan peraturan
perundangan yang notabene bertentangan dengan UUD 1945. Demikian pula dalam bidang
Yudikatif, Presiden telah campur tangan dalam masalah peradilan, sehingga dapat dikatakan
bahwa pada masa ini kekuasaan Ekskutif, Legislatif dan Yudikatif terpusat di tangan 42
Presiden. Konsep
negara hukum yang menggunakan landasan Pancasila dan UUD 1945 telah diinjak-injak
oleh kepentingan politik. Hukum hanya dijadikan sebagai alat politik untuk memperkokoh
kekuasaan yang ada. Hukum telah tergeser bersamasama dengan demokrasi dan hak asasi
yang justru menjadi ciri dan pilar sebuah negara hukum.
Makna Kesatuan dalam Sistem Penyelenggaraan Negara
Sebagai sebuah negara kesatuan (unitary state), sudah selayaknya dipahami benar makna
“kesatuan” tersebut. Dengan memahami secara benar makna kesatuan, diharapkan seluruh
komponen bangsa Indonesia memiliki pandangan, tekat, dan mimpi yang sama untuk terus
mempertahankan dan memperkuat kesatuan bangsa dan negara. Filosofi dasar persatuan dan
kesatuan bangsa dapat ditemukan pertama kali dalam kitab Sutasoma karya Mpu Tantular.
Dalam kitab itu ada tulisan berbunyi “BhinnekaTunggal Ika tan hana dharma mangrwa”, yang
berarti “berbeda-beda tetapi tetap satu, tak ada kebenaran yang mendua”. Frasa inilah yang
kemudian diadopsi sebagai semboyan yang tertera dalam lambang negara Garuda Pancasila.
Informasi ini penting untuk menunjukkan bahwa gagasan, hasrat, dan semangat persatuan
sesungguhnya telah tumbuh dan berkembang dalam akar sejarah bangsa Indonesia. Namun
dalam alam modern-pun, semangat bersatu yang ditunjukkan oleh para pendahulu bangsa
terasa sangat kuat. Jauh sebelum Indonesia mencapai kemerdekaannya, misalnya, para
pemuda pada tahun 1928 telah memiliki pandangan 45 sangat visioner dengan mencita-
citakan dan mendeklarasikan diri sebagai bangsa yang betbangsa dan bertanah air Indoensia,
serta berbahasa persatuan bahasa Indonesia. Pada saat itu, jelas belum ada bahasa persatuan.
Jika pemilihan bahasa nasional didasarkan pada jumlah penduduk terbanyak yang
menggunakan bahasa daerah tertentu, maka bahasa Jawa-lah yang akan terpilih. Namun
kenyataannya, yang terpilih menjadi bahasa persatuan adalah bahasa Melayu. Hal ini
menunjukkan tidak adanya sentimen kesukuan atau egoisme kedaerahan. Dengan demikian,
peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 adalah inisiatif original dan sangat jenius
yang ditunjukkan oleh kalangan pemuda pada masa itu. Peristiwa inilah yang membentuk dan
merupakan kesatuan psikologis atau kejiwaan bangsa Indonesia.
Disamping kesatuan psikologis, politis, dan geografis diatas, penyelenggaraan pembangunan
nasional juga harus didukung oleh kesatuan visi. Artinya, ada koherensi antara tujuan dan
cita-cita nasional yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 dengan visi, misi, dan
sasaran strategis yang dirumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Daerah, hingga Rencana Strategis Kementerian/Lembaga dan Satuan Kerja
Pemerintah Daerah (SKPD) baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Dengan
demikian, maka program-program
pembangunan di setiap instansi pemerintah baik pusat maupun daerah, pada hakekatnya
membentuk derap langkah yang serasi menuju kepada titik akhir yang sama. Bahkan
keberadaan lembaga politik, pelaku usaha sektor swasta, hingga organisasi kemasyarakatan
(civil society) sesungguhnya harus bermuara pada tujuan dan cita-cita nasional tadi. Ini
berarti pula bahwa pencapaian tujuan dan cita-cita nasional bukanlah tanggungjawab dari
seseorang atau instansi saja, melainkan setiap warga negara, setiap pegawai/pejabat
pemerintah, dan siapapun yang merasa memiliki identitas ke-Indonesia-an dalam dirinya,
wajib berkontribusi sekecil apapun dalam upaya mewujudkan tujuan dan cita-cita nasional.
Bentuk Negara Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Sebagaimana disebutkan dalam Bab I, pasal 1 UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”. Ini berarti
bahwa Organisasi Pemerintahan Negara Republik Indonesia bersifat unitaris, walaupun
dalam penyelenggaraan pemerintahan kemudian terdesentralisasikan. 47 Sejalan dengan
hal tersebut, maka Negara kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi
dan provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota.
Pembagian daerah ke dalam provinsi, kemudian kabupaten, kota dan desa tentunya tidak
dimaksudkan sebagai pemisahan apalagi pemberian kadulatan sendiri. Pada dasarnya bentuk
organisasi pemerintahan negara adalah unitaris, namun dalam penyelenggaraan
pemerintahan dapat saja diakukan pendelegasian urusan pemerintahan atau kewenangan
kepada pemerintahan provinsi, kabupaten/kota maupun desa. Dengan demikian, Indonesia
adalah melting pot atau tempat meleburnya berbagai keragaman yang kemudian
bertransformasi menjadi identitas baru yang lebih besar bernama Indonesia. Indonesia
adalah konstruksi masyarakat modern yang tersusun dari kekayaan sejarah, sosial, budaya,
ekonomi, politik, dan ideologi yang tersebar di bumi nusantara.
Dengan demikian, maka program-program pembangunan di setiap instansi pemerintah baik
pusat maupun daerah, pada hakekatnya membentuk derap langkah yang serasi menuju
kepada titik akhir yang sama. Bahkan keberadaan lembaga politik, pelaku usaha sektor
swasta, hingga organisasi kemasyarakatan (civil society) sesungguhnya harus bermuara pada
tujuan dan cita- cita nasional tadi. Ini berarti pula bahwa pencapaian tujuan dan cita-cita
nasional bukanlah tanggungjawab dari seseorang atau instansi saja, melainkan setiap warga
negara, setiap pegawai/pejabat pemerintah, dan siapapun yang merasa memiliki identitas ke-
Indonesia-an dalam dirinya, wajib berkontribusi sekecil apapun dalam upaya mewujudkan
tujuan dan cita- cita nasional.
Makna dan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Demokrasi tidak datang dengan tiba-tiba dari langit. Ia merupakan proses panjang melalui
pembiasan, pembelajaran dan penghayatan. Untuk tujuan ini dukungan sosial dan
lingkungan demokrasi adalah mutlak dibutuhkan. Kesatuan bangsa Indonesia 48 yang kita
rasakan saat ini, itu terjadi dalam proses yang dinamis dan berlangsung lama, karena
persatuan dan kesatuan bangsa terbentuk dari proses yang tumbuh dari unsur-unsur sosial
budaya masyarakat Indonesia sendiri, yang ditempa dalam jangkauan waktu yang lama
sekali.Unsur- unsur sosial budaya itu antara lain seperti sifat kekeluargaan dan jiwa gotong-
royong. Kedua unsur itu merupakan sifat-sifat pokok bangsa Indonesia yang dituntun oleh
asas kemanusiaan dan kebudayaan.
Jadi makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat
kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah dan lain sebagainya. Tahap-tahap
pembinaan persatuan bangsa Indonesia itu yang paling menonjol ialah sebagai berikut: 1.
Perasaan senasib. 2. Kebangkitan Nasional 3. Sumpah Pemuda 4. Proklamasi Kemerdekaan.
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal
18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar
ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No. 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai sumber dari
segala sumber hukum negara. Dengan ditetapkannya Pancasila yang termuat dalam
Pembukaan UUD 1945 sebagai dasar negara sebagaimana diuraikan terdahulu, dengan
demikian Pancasila menjadi idiologi negara. Artinya, Pancasila merupakan etika sosial,
yaitu seperangkat nilai yang secara terpadu harus diwujudkan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Pancasila merupakan suatu sistem, karena keterkaitan antar sila-silanya,
menjadikan Pancasila suatu kesatuan yang utuh. Pengamalan yang baik dari satu sila,
sekaligus juga harus diamalkannya dengan baik sila-sila yang lain. Dari sudut hukum, UUD
1945, merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran lima norma dasar negara
(ground norms) Pancasila beserta normanorma dasar lainnya yang termuat dalam
Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum
SANKRI pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan negara yang mencakup
aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya. Pembukaan
UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian depan UUD 1945, merupakan
tempat dicanangkannya berbagai norma dasar yang melatar belakangi, kandungan cita-cita
luhur dari Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan oleh karena itu tidak
akan berubah atau dirubah, merupakan dasar dan sumber hukum bagi Batang-tubuh UUD
1945 maupun bagi Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia apapun yang akan
atau mungkin dibuat.
Evaluasi Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia
1. Jelaskan kedudukan Pancasila dalam konteks penyelenggaraan negara Indonesia
Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar
ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No. 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai sumber dari segala sumber
hukum negara. Artinya, setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dengan demikian Pancasila
menjadi idiologi negara. Artinya, Pancasila merupakan etika sosial, yaitu seperangkat nilai yang
secara terpadu harus diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila
merupakan suatu sistem, karena keterkaitan antar sila-silanya, menjadikan Pancasila suatu
kesatuan yang utuh. Pengamalan yang baik dari satu sila, sekaligus juga harus diamalkannya
dengan baik sila-sila yang lain.
2. Jelaskan kedudukan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam konteks
penyelenggaraan negara Indonesia
Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran lima norma dasar
negara (ground norms) Pancasila beserta normanorma dasar lainnya yang termuat dalam Pembukaan
UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum SANKRI pada umumnya, atau
khususnya sistem penyelenggaraan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan,
dan aspek sumber daya manusianya. Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik
Indonesia disebut UUD 1945 hasil Amandemen I, II, III dan IV terakhir pada tahun 2002 (UUD 1945)
merupakan hukum dasar tertulis dan sumber hukum tertinggi dalam hierarkhi peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia.
3. Jelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia
tahun 1945
Pembukaan UUD 1945 terdiri dari 4 alinea. Berikut nilai - nilai yang terkandung dari masing -
masing alinea Pembukaan UUD 1945 :

- Alinea Pertama : Mengandung nilai - nilai motivasi, dasar, dan pembenaran perjuangan
sebagaimana disebutkan dalam bagian "Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan."
- Alinea Kedua : Mengandung nilai – nilai/ cita-cita bangsa Indonesia. Sebagaimana
disebutkan dalam bagian "Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur."
- Alinea Ketiga : Mengandung sebuah petunjuk atau tekad dalam pelaksanaannya.
Sebagaimana disebutkan dalam bagian saat menyatakan kemerdekaan "Atas berkat rakhmat
Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur"
- Alinea keempat : Mengandung nilai – nilai berisikan tugas negara atau tujuan nasional,
penyusunan UUD 1945, bentuk susunan negara, dan dasar negara indonesia (Pancasila).
4. Jelaskan kedudukan batang tubuh dari UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Dari sudut hukum, batang tubuh UUD 1945 merupakan tataran pertama dan utama dari
penjabaran 5 (lima) norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar
lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi
kerangka dasar hukum sistem administrasi negara Republik Indonesia pada umumnya, atau
khususnya sistem penyelenggaraan pemerintahan negara yang mencakup aspek kelembagaan,
aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.
5. Jelaskan kedudukan dan peran ASN dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia
Kedudukan ASN dalam NKRI sebagai unsur aparatur negara yang berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa. ASN melaksanakan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah. Dalam menjalankan tugasnya,
PNS harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Berdasarkan
Pasal 11 UU ASN, tugas Pegawai ASN adalah sebagai berikut : a. Melaksanakan kebijakan
publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan; b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan c.
Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peran ASN dalam
NKRI merujuk pada Pasal 12 UU Nomor 5 Tahun 2014, pegawai ASN (PNS dan PPPK)
berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik
yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
RESUME MODUL 2
ANALISIS ISU KONTEMPORER

A. Perubahan Lingkungan Strategis


Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan
peradaban manusia. Sebelum membahas mengenai perubahan lingkungan strategis,
sebaiknya perlu diawali dengan memahami apa itu perubahan, dan bagaimana konsep
perubahan dimaksud.
Perubahan yang diharapkan terjadi bukannya sesuatu yang “berbeda” saja, namun lebih dari
pada itu, perubahan yang diharapkan terjadi adalah perubahan ke arah yang lebih baik untuk
memuliakan manusia/humanity (memberikan manfaat bagi umat manusia). Hanya manusia
dengan martabat dan harkat hidup yang bisa melakukan perbuatan yang bermanfaat dan
dilandasi oleh nilai-nilai luhur, serta mencegah dirinya melakukan perbuatan tercela.
Mengutip pepetah dari Minahasa “Sitou timou tumou tou” yang secara bebas diartikan
“orang baru bisa dikatakan hidup apabila mampu memuliakan orang lain”.
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017) ada empat level
lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan
pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family),
Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional (Society), dan
Dunia (Global).
Pemahaman perubahan dan perkembangan lingkungan stratejik pada tataran makro
merupakan faktor utama yang akan menambah wawasan PNS. Wawasan tersebut
melingkupi pemahaman terhadap Globalisasi, Demokrasi, Desentralisasi, dan 11 Daya Saing
Nasional, Dalam konteks globalisasi PNS perlu memahami berbagai dampak positif maupun
negatifnya; perkembangan demokrasi yang akan memberikan pengaruh dalam kehidupan
sosial, ekonomi dan politik Bangsa Indonesia; desentralisasi dan otonomi daerah perlu
dipahami sebagai upaya memperkokoh kesatuan nasional, kedaulatan negara, keadilan dan
kemakmuran yang lebih merata di seluruh pelosok Tanah Air, sehingga pada akhirnya akan
membentuk wawasan strategis bagaimana semua hal tersebut bermuara pada tantangan
penciptaan dan pembangunan daya saing nasional demi kelangsungan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam lingkungan pergaulan dunia yang semakin
terbuka, terhubung, serta tak berbatas.
Perlu menjadi fokus perhatian adalah mulai membenahi diri dengan 12 segala kemampuan,
kemudian mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki dengan memperhatikan modal
insani (manusia). Modal insani yang dimaksud, disini istilah modal atau capital dalam
konsep modal manusia (human capital concept). Konsep ini pada intinya menganggap bahwa
manusia
merupakan suatu bentuk modal yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide),
kreativitas, keterampilan, dan produktivitas kerja. Modal manusia adalah komponen yang
sangat penting di dalam organisasi. Manusia dengan segala kemampuannya bila dikerahkan
keseluruhannya akan menghasilkan kinerja yang luar biasa. Ada enam komponen dari modal
manusia (Ancok, 2002), yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Modal Intelektual
2. Modal Emosional
3. Modal Sosial
4. Modal Ketabahan
5. Modal Etika dan Moral
6. Modal Kesehatan
PNS dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama kian
menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara (pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika) sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena-fenomena
tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait
dengan isu- isu kritikal yang terjadi saat ini atau bahkan berpotensi terjadi, isu-isu tersebut
diantaranya; bahaya paham radikalisme/ terorisme, bahaya narkoba, cyber crime, money
laundry, korupsi, proxy war.

B. Isu-Isu Strategis Kontemporer


Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia sedang
berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari
sebagai perubahan lingkungan strategis. Termasuk di dalamnya terjadi pergeseran
pengertian tentang nasionalisme yang berorientasi kepada pasar atau ekonomi global.
Dengan menggunakana logika sederhana, “pada tahun 2020, diperkirakan jumlah penduduk
dunia akan mencapai 10 milyar dan akan terus bertambah, sementara sumber daya alam dan
tempat tinggal tetap, maka manusia di dunia akan semakin keras berebut untuk hidup, agar
mereka dapat terus melanjutkan hidup”. Isu lainnya yang juga menyita ruang publik adalah
terkait terorisme dan radikalisasi yang terjadi dalam sekelompok masyarakat, baik karena
pengaruh ideologi laten tertentu, kesejahteraan, pendidikan yang buruk atau globalisasi
secara umum. Bahaya narkoba merupakan salah satu isu lainnya yang mengancam
kehidupan bangsa.
Berdasarkan penjelasan di atas, perlu disadari bahwa PNS sebagai Aparatur Negara
dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian lama kian
menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka
Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut
menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu
strategis kontemporer diantaranya;
1. Korupsi
Korupsi disebabkan oleh hal-hal berikut : membengkaknya urusan pemerintahan
sehingga membuka peluang korupsi dalam skala yang lebih besar dan lebih tinggi,
lahirnya generasi pemimpin yang rendah marabat moralnya dan beberapa diantaranya
bersikap masa bodoh, dan terjadinya menipulasi serta intrik-intrik melalui politik,
kekuatan keuangan dan kepentingan bisnis asing. Jenis tindak pidana korupsi dan
setiap bentuk tindakan korupsi diancam dengan sanksi sebagaimana diatur di dalam UU
No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No. 20
Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, yaitu bentuk tindakan:

1) Melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan


keuangan/perekonomian negara (Pasal 2);
2) Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan/kedudukan yang dapat merugikan
keuangan/kedudukan yang dapat merugikan perekonomian Negara (Pasal 3);
3) Penyuapan (Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 11);
4) Penggelapan dalam jabatan (Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10);
5) Pemerasan dalam jabatan (Pasal 12);
6) Berkaitan dengan pemborongan (Pasal 7);
7) Gratifikasi (Pasal 12B dan Pasal 12C).
Mengingat fenomena korupsi telah memasuki zone Kejadian Luar Biasa (KLB), maka
pendekatan pemberantasan korupsi dipilih cara-cara yang luar biasa (extra ordinary
approach) dan tepat sasaran. Oleh karena itu, kita wajib berpartisipasi dengan
menunjukan sikap antikorupsi.
2. Narkoba
Narkoba atau Napza, dimana keduanya istilah tersebut mempunyai kandungan makna
yang sama. Kedua istilah tersebut sama-sama digunakan dalam dunia obat-obatan atau
untuk menyebutkan suatu hal yang bersifat adiktif, yaitu dapat mengakibatkan
ketergantungan (addiction) apabila disalahgunakan atau penggunaannya tidak sesuai
dosis yang dianjurkan oleh dokter. Narkoba adalah merupakan akronim Narkotika,
Psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya, sedangkan Napza adalah akronim dari
Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Kedua istilah tersebut juga biasa
disebut narkotika an-sich, dimana dengan penyebutan atau penggunaan istilah
”narkotika” sudah
dianggap mewakili penggunaan istilah narkoba atau napza. Sebagai contoh ”penamaan”
institusi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakan pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN) di Indonesia
menggunakan Istilah Badan Narkotika Nasional (BNN). Istilah yang digunakan bukan
”Narkoba”, melainkan ”Narkotika”, padahal BNN tugasnya tidak hanya yang terkait
dengan Narkotika an-sich, tetapi juga yang berkaitan dengan Psikotropika dan bahkan
Prekursor Narkotika (Bahan Dasar Pembuatan Narkotika).
Narkotika merupakan zat atau obat yang sangat bermanfaat dan diperlukan untuk
pengobatan penyakit tertentu. Namun, jika disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai
dengan standar pengobatan dapat menimbulkan akibat yang sangat merugikan bagi
perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda.
Hal ini akan lebih merugikan jika disertai dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika yang dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-
nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan nasional.
Secara umum narkotika dan psikotropika diperlukan untuk mendukung pelayanan
kesehatan atau pengobatan. Namun narkotika dan psikotropika dapat mengakibatkan
ketergantungan jika tidak dibawah pengawasan dokter.
3. Terorisme dan Radikalisme
Terorisme merupakan suatu ancaman yang sangat serius di era global saat ini. Istilah
terorisme pada awalnya digunakan untuk menunjuk suatu musuh dari sengketa teritorial
atau kultural melawan ideologi atau agama yang melakukan aksi kekerasan terhadap
publik. Sejak pertengahan 2010 Pemerintah RI, menetapkan Peraturan Presiden Nomor
46 tentang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kemudian diterbitkan
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 46 Tahun 2010 Tentang Badan Penanggulangan Terorisme sebagai sebuah
lembaga pemerintah nonkementerian (LPNK) yang melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang penanggulangan terorisme.
Radikalisme merupakan paham (isme) tindakan yang melekat pada seseorang atau
kelompok yang menginginkan perubahan baik sosial, politik dengan menggunakan
kekerasan, berpikir asasi, dan bertindak ekstrem (KBBI, 1998). Pola penyebaran
radikalisme dapat dilakukan melalui berbagai saluran, seperti: a) media massa: meliputi
internet, radio, buku, majalah, dan pamflet; b) komunikasi langsung dengan bentuk
dakwah, diskusi, dan pertemanan; c) hubungan kekeluargaan dengan bentuk pernikahan,
kekerabatan, dan keluarga inti; d) Lembaga pendidikan di sekolah, pesantren, dan
perguruan tinggi. Sedangkan Deradikalisasi merupakan semua upaya untuk
mentransformasi dari keyakinan atau ideologi radikal menjadi tidak radikal dengan
pendekatan multi dan interdisipliner (agama, sosial, budaya, dan selainnya) bagi orang
yang terpengaruh oleh keyakinan radikal. Deradikalisasi adalah program yang dijalankan
BNPT dengan strategi, metode, tujuan dan sasaran yang dalam pelaksanaannnya telah
melibatkan berbagai pihak mulai dari kementerian dan lembaga, organisasi
kemasyarakatan, tokoh agama, tokoh pendidik, tokoh pemuda dan tokoh perempuan
hingga mengajak mantan teroris, keluarga dan jaringannya yang sudah sadar dan
kembali ke tengah masyarakat dalam pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
Kewaspadaan masyarakat memainkan peran penting dalam meredam aksi-aksi
kekerasan. Setiap individu saling menjaga keamanan diri dan lingkungannya dengan
cara saling memperingatkan satu sama lain bila ada potensi kekerasan atau teror.
Masyarakat merupakan pihak pertama yang paling menyadari apabila ada gejala-gejala
mencurigakan di lingkungannya. Jika ditemukan kecurigaan terkait, diharapkan
masyarakat segera melapor kepada pihak berwajib.
4. Money Laundry
Istilah “money laundering” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah aktivitas
pencucian uang. Terjemahan tersebut 117 tidak bisa dipahami secara sederhana (arti
perkata) karena akan menimbulkan perbedaan cara pandang dengan arti yang populer,
bukan berarti uang tersebut dicuci karena kotor seperti sebagaimana layaknya mencuci
pakaian kotor. Oleh karena itu, perlu dijelaskan terlebih dahulu sejarah munculnya
money laundering dalam perspektif sebagai salah satu tindak kejahatan. Secara
sederhana definisi pencucian uang adalah suatu perbuatan kejahatan yang melibatkan
upaya untuk menyembunyikan atau 118 menyamarkan asal usul uang atau harta
kekayaan dari hasil tindak pidana/kejahatan sehingga harta kekayaan tersebut seolah-
olah berasal dari aktivitas yang sah.
Money Laundry adalah suatu perbuatan kejahatan yang melibatkan upaya untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta kekayaan dari hasil
tindak pidana/kejahatan sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah berasal dari
aktivitas yang sah. money laundering (pencucian uang) merupakan salah satu bentuk
kejahatan “kerah putih” sekaligus dapat dikategorikan sebagai kejahatan serius (serious
crime) dan merupakan kejahatan lintas batas negara (transnational crime).
Pemberantasan pencucian uang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. UU No. 8
Tahun 2010 (UU PP-TPPU) tersebut menggantikan undang-undang sebelumnya yang
mengatur tindak pidana pencucian uang yaitu, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003. Dalam UU
No. 8 Tahun 2010, mengatur
berbagai hal dalam upaya untuk mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian
uang, yaitu: Kriminalisasi perbuatan pencucian uang; Kewajiban bagi masyarakat
pengguna jasa, Lembaga Pengawas dan Pengatur, dan Pihak Pelapor; Pengaturan
pembentukan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Aspek penegakan
hukum; dan Kerjasama.
5. Proxy War
Perang prosksi atau proxy war adalah sebuah konfrontasi antar dua kekuatan besar
dengan menggunakan pemain pengganti untuk menghindari konfrontasi secara langsung
dengan alasan mengurangi risiko konflik langsung yang berisiko pada kehancuran fatal.
Proxy war diartikan sebagai peristiwa saling adu kekuatan di antara dua pihak yang
bermusuhan, dengan menggunakan pihak ketiga. Pihak ketiga ini sering disebut dengan
boneka, pihak ketiga ini dijelaskan sebagai pihak yang tidak dikenal oleh siapa pun,
kecuali pihak yang mengendalikannya dari jarak tertentu. Biasanya, pihak ketiga yang
bertindak sebagai pemain pengganti adalah negara kecil, namun kadang juga bisa non
state actors yang dapat berupa LSM, ormas, kelompok masyarakat, atau perorangan.
proxy war ini dapat menimbulkan berbagai macam persoalan-persoalan besar bukan
hanya terhadap memengaruhi aspek politik, ekonomi, sosial, budaya serta teritori.
Melalui perang proxy ini, tidak dapat dikenali dengan jelas siapa kawan dan siapa lawan
karena musuh mengendalikan nonstate actors dari jauh. Proxy war telah berlangsung di
Indonesia dalam bermacam bentuk, seperti gerakan separatis dan lain-lain dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Proxy war dapat dilakukan pihak asing terhadap
Indonesia dalam berbagai bentuk seperti melakukan investasi besar-besaran ke
Indonesia, menyebarkan black campign, menguasai pembuat kebijakan dan 187
legislatif dengan cara menyuap dan menghasilkan perundang-undangan yang memihak
kepentingan asing, mengadu domba aparatur negara, membuat fakta-fakta perdagangan
guna menekan produk Indonesia, menguasai dan membeli media massa, menciptakan
konflik domestik, menguasai sarana informasi dan komunikasi strategis, serta mencoba
merusak generasi bangsa Indonesia dengan berbagai cara mulai dari penyebaran
narkoba, menghasut para pelajar Indonesia dan lain-lain. Dan proxy war telah
berlangsung di Indonesia dalam bermacam bentuk kegiatan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Tetapi juga dapat merusak tatanan hidup dan pandangan hidup bangsa yang berpedoman
pada Pancasila. Pengamalan Pancasila sebagai dasar falsafah negara harus benar-benar
direalisasikan, sehingga tertanam nilai-nilai Pancasila dalam rangka mencegah terjadinya
konflik antar suku, agama, dan daerah yang timbul akibat dari proxy war serta
mengantispasi menghindari adanya keinginan pemisahan dari NKRI sesuai dengan
symbol sesanti Bhineka Tunggal Ika pada lambang Negara, Persatuan dan Kesatuan
tidak boleh mematikan keanekaragaman dan kemajemukan sebagaimana kemajemukan
tidak boleh menjadi faktor pemecah belah, tetapi harus menjadi sumber daya yang kaya
untuk memajukan kesatuan dan persatuan di negara kesatuan Indonesia.
6. Kejahatan Mass Communication
Kejahatan dan bentuk tindak pidana lainnya sangat bisa terjadi dalam komunikasi massa.
Hal ini karena komunikasi massa melibatkan manusia sebagai pengguna, dan terutama
publik luas sebagai pihak kemungkinan terdampak. Beberapa tipe kejahatan yang
Calhoun, Light, dan Keller (1995) menjelaskan adanya empat tipe kejahatan yang terjadi
di masyarakat, yaitu: 1. White Collar Crime (Kejahatan Kerah Putih) Kejahatan ini
merujuk pada tindakan melawan hukum yang dilakukan oleh kelompok orang dengan
status sosial yang tinggi, termasuk orang yang terpandang atau memiliki posisi tinggi
dalam hal pekerjaannya. Contohnya penghindaran pajak, penggelapan uang perusahaan,
manipulasi data keuangan sebuah perusahaan (korupsi), dan lain sebagainya. 2. Crime
Without Victim (Kejahatan Tanpa Korban) 203 Tipe kejahatan ini tidak menimbulkan
penderitaan secara langsung kepada korban sebagai akibat datindak pidana yang
dilakukan. Namun demikian tipe kejahatan ini tetap tergolong tindak kejahatan yang
bersifat melawan hukum. perjudian, mabuk-mabukan, dan hubungan seks yang tidak sah
tetapi dilakukan secara sukarela. 3. Organized Crime (Kejahatan Terorganisir) Kejahatan
ini dilakukan secara terorganisir dan berkesinambungan dengan dukungan sumber daya
dan menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan (biasanya
lebih ke materiil) dengan jalan menghindari hukum. Contohnya penyedia jasa pelacuran,
penadah barang curian, perdagangan anak dan perempuan untuk komoditas seksual atau
pekerjaan ilegal, dan lain sebagainya. 4. Corporate Crime (Kejahatan Korporasi)
Kejahatan ini dilakukan atas nama organisasi formal dengan tujuan menaikkan
keuntungan dan menekan kerugian. Tipe kejahatan korporasi ini terbagi lagi menjadi
empat, yaitu kejahatan terhadap konsumen, kejahatan terhadap publik, kejahatan
terhadap pemilik perusahaan, dan kejahatan terhadap karyawan.
Perkembangan komunikasi massa dalam lima tahapan revolusi dengan penggunaan
media komunikasi sebagai indikatornya, yaitu (1) komunikasi massa pada awalnya
zaman manusia masih menggunakan tanda, isyarat sebagai alat komunikasinya; (2) pada
saat digunakannya bahasa dan percakapan sebagai alat komunikasi; (3) saat adanya
tulisan sebagai alat komunikasinya; (4) era media cetak sebagai alat komunikasi; dan (5)
era digunakannya media massa sebagai alat komunikasi bagi manusia. Cyber crime atau
kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dan beroperasi di dunia maya
dengan menggunakan komputer, jaringan komputer dan internet. Hate speech atau
ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan yang disampaikan oleh
individu ataupun kelompok di muka umum atau di ruang publik merupakan salah satu
bentuk kejahatan dalam komunikasi massa. Biasanya sasaran hate speech mengarah pada
isu sempit seperti suku bangsa, ras, agama, etnis, orientasi seksual, hingga gender. Hoax
adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan atau bohong
atau palsu, baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya lebih banyak mengadu domba
kelompok-kelompok yang menjadi sasaran dengan isi pemberitaan yang tidak benar.
Beberapa tips dalam menggunakan media sosial agar terhindar dari risiko pelanggaran
hukum : Memahami regulasi yang ada, Menegakkan etika ber-media sosial, Memasang
identitas asli diri dengan benar, Cek terlebih dahulu kebenaran informasi yang akan
dibagikan ke public, dan Lebih berhati-hati bila ingin memposting hal-hal atau data yang
bersifat pribadi.
Dalam konteks penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, seyogyanya
potensi pasar ini juga dapat dimanfaatkan secara optimal oleh negara melalui pemerintah
dalam mengadvokasi nilai-nilai persatuan, kebangsaan dan kenegaraan. Dalam hal ini
ASN sebagai perekat bangsa harus mampu mengoptimalkan komunikasi massa baik
melalui media massa maupun media sosial guna mengadvokasi nilai-nilai persatuan
yang saat ini menjadi salah satu isu kritikal dalam kehidupan generasi muda. Inilah
kesadaran- kesadaran positif yang harus dibangun dalam memanfaatkan media massa,
media sosial maupun 221 komunikasi massa secara umum, baik oleh individu warga
negara, pelaku bisnis dari dunia usaha, maupun para ASN dari sektor pemerintahan yang
menjadi agen perubahan dalam masyarakat.
C. Teknik Analisis Isu
Untuk menghadapi perubahan lingkungan strategis (internal dan eksternal) akan memberikan
pengaruh besar terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pemerintahan, sehingga
dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu persoalan,
sehingga dapat dirumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar
analisa yang matang. Isu adalah adanya atau disadarinya suatu fenomena atau kejadian yang
dianggap penting atau dapat menjadi menarik perhatian orang banyak, sehingga menjadi
bahan yang layak untuk didiskusikan.
Isu kritikal dipandang sebagai topik yang berhubungan dengan masalah-masalah sumber
daya yang memerlukan pemecahan disertai dengan adanya kesadaran publik akan isu
tersebut. Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan
tingkat urgensinya, yaitu 1. Isu saat ini (current issue) 2. Isu berkembang (emerging issue),
dan 3. Isu potensial.
Terdapat 3 (tiga) kemampuan yang dapat mempengaruhi dalam mengidentifikasi dan/atau
menetapkan isu, yaitu kemampuan Enviromental Scanning, Problem Solving, dan berpikir
Analysis.
Teknik Analisis Isu
1) Teknik Tapisan Isu
Setelah memahami berbagai isu kritikal yang dikemukakan di atas, maka selanjutnya
perlu dilakukan analisis untuk bagaimana memahami isu tersebut secara utuh dan
kemudian dengan menggunakan kemampuan berpikir konseptual dicarikan alternatif
jalan keluar pemecahan isu. adapun alat bantu penetapan kriteria isu yang berkualitas
banyak jenisnya, misalnya menggunakan teknik tapisan dengan menetapkan rentang
penilaian (1-5) pada kriteria; Aktual, Kekhalayakan, Problematik, dan Kelayakan.

2) Teknik Analisis Isu


Beberapa alat bantu menganalisis isu sebagai berikut:

a) Mind Mapping: teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual
dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan;
b) Fishbone Diagram: pendekatan fishbone diagram juga berupaya memahami persoalan
dengan memetakan isu berdasarkan cabang-cabang terkait. Namun demikian fishbone
diagram atau diagram tulang ikan ini lebih menekankan pada hubungan sebab akibat;
c) Analisis SWOT: suatu metoda analisis yang digunakan untuk menentukan dan
mengevaluasi, mengklarifikasi dan memvalidasi perencanaan yang telah disusun, sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Secara umum perencanaan strategik melalui 3
tahapan yaitu pengumpulan data, tahap analisis (matriks SWOT/TOWS, matriks internal
eksternal), dan tahap pengambilan keputusan.
Strategi bersikap yang harus ditunjukan dalam analisis isu adalah dengan cara-cara objektif
dan dapat dipertanggungjawabkan serta terintegrasi/komprehensif. Oleh karena itu
dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu persoalan,
sehingga dapat merumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar
analisa yang matang.
D. Analisis Kesenjangan atau Gap Analysis
Gap Analysis adalah perbandingan kinerja aktual dengan kinerja potensial atau yang
diharapkan. Metode ini merupakan alat evaluasi bisnis yang menitikberatkan pada
kesenjangan kinerja perusahaan saat ini dengan kinerja yang sudah ditargetkan sebelumnya,
misalnya yang sudah tercantum pada rencana bisnis atau rencana tahunan pada masing-
masing fungsi perusahaan. Analisis kesenjangan juga mengidentifikasi tindakan-tindakan
apa
saja yang diperlukan untuk mengurangi kesenjangan atau mencapai kinerja yang diharapkan
pada masa datang. Selain itu, analisis ini memperkirakan waktu, biaya, dan sumberdaya
yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan perusahaan yang diharapkan
RESUME MODUL 3
KESIAPSIAGAAN BELA
NEGARA

A. Konsep Kesiapsiagaan Bela Negara


Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilainilai bela negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga
kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk
ancaman yang padamhakikatnya mendasari proses nation and character building.
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik
secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang
dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan
berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

B. Kesiapsiagaan Bela Negara Dalam Latsar CPNS


Dalam modul ini, kesiapsiagaan yang dimaksud adalah kesiapsiagan Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) dalam berbagai bentuk pemahaman konsep yang disertai latihan dan aktvitas
baik fisik maupun mental untuk mendukung pencapaian tujuan dari Bela Negara dalam
mengisi dan menjutkan cita cita kemerdekaan. Adapun berbagai bentuk kesiapsiagaan
dimaksud adalah kemampuan setiap CPNS untuk memahami dan melaksanakan kegiatan olah
rasa, olah pikir, dan olah tindak dalam pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di dalamya
meliputi pengaturan tata tempat, tata upacara (termasuk kemampuan baris berbaris dalam
pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan apel), tata tempat, dan tata penghormatan yang
berlaku di Indonesia sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Pelatihan Dasar CPNS tentang Wawasan Kebangsaan dan Nilai – Nilai Bela Negara, bahwa
ruang lingkup Nilai – Nilai Dasar Bela Negara mencakup : Cinta Tanah Air, Kesadaran
Berbangsa dan Bernegara, Yakin akan Pancasila Sebagai Ideologi Negara, Rela Berkorban
Untuk Bangsa dan Negara, Mewakili Kemampuan Awal Bela Negara; dan Semangat Untuk
Mewujudkan Negara Yang Berdaulat, Adil, dan Makmur. Beberapa contoh bela negara dalam
kehidupan sehari – hari dizaman sekarang diberbagai lingkungan : Menciptakan suasana
rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga (lingkungan keluarga); Membentuk keluarga
yang sadar hukum (lingkungan keluarga); Meningkatkan iman dan takwa dan IPTEK
(lingkungan pelatihan) kesadaran untuk menaati tata tertib pelatihan (lingkungan
kampus/lembaga pelatihan); Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat
(lingkungan masyarakat); Menjaga keamanan kampung secara bersama – sama (lingkungan
masyarakat); dan Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara).
C. Manfaat Kesiapsiagaan Bela Negara
Apabila kegiatan kesiapsiagaan bela negara dilakukan dengan baik, maka dapat diambil
manfaatnya antara lain: 1. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan
lain. 2. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan. 3.
Membentuk mental dan fisik yang tangguh. 4. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan
patriotisme sesuai dengan kemampuan diri. 5. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri
sendiri maupun kelompok dalam materi Team Building. 6. Membentuk Iman dan taqwa pada
agama yang dianut oleh individu. 7. Berbakti pada orang tua, bangsa, agama. 8. Melatih
kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan. 9. Menghilangkan
sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin. 10. Membentuk perilaku jujur,
tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

KEMAMPUAN AWAL BELA NEGARA


Nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela negara, baik secara fisik
maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan)
diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan
cara menjaga etika, etiket, moral dan memegang teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai
jati diri bangsa yang luhur dan terhormat. Dengan demikian, maka untuk bisa melakukan
internalisasi dari nilai-nilai dasar bela negara tersebut, kita harus memiliki kesehatan dan
kesiapsiagaan jasmani maupun mental yang mumpuni, serta memiliki etika, etiket, moral dan nilai
kearifan lokal sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.
A. Kesehatan Jasmani dan Mental
Kesehatan jasmani adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya
dalam batas fisiologi terhadap keadaan lingkungan (ketinggian, kelembapan suhu, dan
sebagainya) dan atau kerja fisik yang cukup efisien tanpa lelah secara berlebihan (Prof.
Soedjatmo Soemowardoyo). Sedangkan Kesehatan Mental adalah kondisi ketika batin kita
berada dalam keadaan tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati
kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.
Kesehatan jasmani menjadi bagian dari definisi sehat dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36
tahun 2009. Artinya Anda dikatakan sehat salah satunya adalah dengan melihat bahwa jasmani
atau fisik Anda sehat. Kesehatan jasmani mempunyai fungsi yang penting dalam menjalani
aktifitas sehari-hari. Semakin tinggi kesehatan jasmani seseorang, semakin meningkat daya
tahan tubuh sehingga mampu untuk mengatasi beban kerja yang diberikan.
Mental (Mind, Mentis, jiwa) dalam pengertiannya yang luas berkaitan dengan interaksi antara
pikiran dan emosi manusia. Dalam konteks modul ini, kesehatan mental akan dikaitkan dengan
dinamika pikiran dan emosi manusia. Kedua komponen inilah yang menjadi titik penting dari
kehidupan manusia. Keduanya dapat diibaratkan bandul yang saling mempengaruhi naik turun
bandul tersebut. Pikiran berada di satu sisi dan emosi berada di sisi lainnya. Keduanya
berinteraksi secara dinamis.
Inti dari suatu kesehatan mental adalah sistem kendali diri yang bagus. Itu sebabnya, salah satu
cara mendapatkan kendali diri yang baik adalah dengan memelihara kesehatan otak (healthy
brain) lebih dari sekadar kenormalan otak (normal brain). Dengan mempertimbangkan sifat
neuroplastisitas otak—dimana otak dan lingkungan bisa saling pengaruh memengaruhi—maka
kesehatan otak dapat dibangun melalui kesehatan jasmani, mental, sosial dan spiritual.
Otak merupakan salah satu komponen tubuh penting yang harus diberikan perhatian yang
serius. Disinilah letak peranan kesehatan jasmani, seperti makan, berolahraga dan rileksasi,
harus mendapat perhatian. Termasuk juga kemampuan mengelola stres. Manajemen stres dan
kendali diri harus berubah dari sekadar reaktif menjadi ketrampilan aktif (skill). Keduanya
harus dilatih sedemikian rupa sehingga seseorang memiliki kemampuan-kemampuan utama
dalam membangun kesehatan mental dan kesehatan spiritual. Pada gilirannya, dua ketrampilan
utama ini akan berkontribusi dalam pembentukan karakter dan integritas diri sebagai ASN.
B. Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental
Kesiapsiagaan jasmani adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk melakuksanakan
tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien. Komponen penting dalam kesiapsiagaan
jasmani, yaitu kesegaran jasmani dasar yang harus dimiliki untuk dapat melakukan suatu
pekerjaan tertentu baik ringan atau berat secara fisik dengan baik dengan menghindari efek
cedera dan atau mengalami kelelahan yang berlebihan. Kesiapsiagaan jasmani perlu selalu
dijaga dan dipelihara, karena manfaat yang didapatkan dengan kemampuan fisik atau jasmaniah
yang baik maka kemampuan psikis yang baik juga akan secara otomatis dapat diperoleh.
Ingatkah Anda dengan istilah “mensana in corporesano” artinya: didalam tubuh yang kuat
terdapat jiwa yang sehat. Berdasarkan istilah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan
memiliki kesiapsiagaan jasmani yang baik sebagai upaya menjaga kebugaran PNS, maka disaat
yang sama Anda akan memperoleh kebugaran mental atau kesiapsiagaan mental, atau dapat
dikatakan sehat Jasmani dan Rohani.
Tinggi rendahnya, cepat lambatnya, berkembang dan meningkatnya kesiapsiagaan jasmani
seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam maupun dari luar tubuh.
Pusat Pengembangan Kesegaran Jasmani Tahun 2003 membaginya kedalam dua faktor, yaitu:
1) Faktor dalam (endogen) yang ada pada manusia adalah: Genetik, Usia, dan Jenis kelamin.
2)
Faktor luar (eksogen) antara lain: aktivitas fisik, kebiasaan merokok, keadaan/status kesehatan,
dan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Kesiapsiagaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami kondisi mental,
perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan sesuai dengan
perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya, baik tuntutan dalam diri sendiri maupun luar
dirinya sendiri, seperti menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah, sekolah, lingkungan kerja
dan masyarakat.
Dalam rangka meningkatkan tingkat kesiapsiagaan mental, Anda perlu memperhatikan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, yaitu faktor internal dan eksternal. Untuk itu
agar setiap orang dapat mencapai tingkat kesiapsiagaan mental yang baik, maka hendaknya: 1)
Menerima dan mengakui dirinya sebagaimana adanya (Ikhlas dan bersyukur). 2) Berpikir
positif dan bersikap sportif. 3) Percaya diri dan memiliki semangat hidup dll.
C. Etika, Etiket dan
Moral ETIKA
Sesuai standar etika organisasi pemerintahan, maka seorang aparatur harus dapat menjadikan
dirinya sebagai model panutan tentang kebaikan dan moralitas pemerintahan terutama yang
berkenaan dengan pelayanan kepada publik (Fernanda, 2006). Dia akan senantiasa menjaga
kewibawaan dan citra pemerintahan melalui kinerja dan perilaku sehari hari dengan
menghindarkan diri dari perbuatan yang tercela yang dapat merugikan masyarakat dan negara.
Jadi etika pada dasarnya merupakan upaya menjadikan moralitas sebagai landasan bertindak
dan berperilaku dalam kehidupan bersama termasuk di lingkungan profesi administrasi. (Ryass
Rasyid dalam Fernanda, 2006). Dengan demikian, etika dapat juga disimpulkan sebagai suatu
sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan kesanggupan seorang secara sadar untuk
mentaati ketentuan dan norma kehidupan melalui tutur, sikap, dan perilaku yang baik serta
bermanfaat yang berlaku dalam suatu golongan, kelompok, dan masyarakat serta pada institusi
formal maupun informal (Erawanto, 2013).
ETIKET
Etiket ini sebagai bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan tata krama,
sopan santun, dan tata cara pergaulan dalam berhubungan sesama manusia dengan cara yang
baik, patut, dan pantas sehingga dapat diterima dan menimbulkan komunikasi, hubungan baik,
dan saling memahami antara satu dengan yang lain.
MORAL
Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin.
Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos sedangkan
bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu
kebiasaan, adat.
Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara etimologis, kata ’etika’ sama
dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,
adat. Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
D. Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh manusia di tempat ia hidup
dengan lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh kebaikan. Kearifan Lokal dapat berupa
ucapan, cara, langkah kerja, alat, bahan dan perlengkapan yang dibuat manusia setempat untuk
menjalani hidup di berbagai bidang kehidupan manusia. Kemudian Kearifan Lokal pun dapat
berupa karya terbarukan yang dihasilkan dari pelajaran warga setempat terhadap bangsa lain di
luar daerahnya.

RENCANA AKSI BELA NEGARA

A. Program Rencana Aksi Bela Negara


Aksi Nasional Bela Negara memiliki elemen-elemen pemaknaan yang mencakup: 1) rangkaian
upaya-upaya bela negara; 2) guna menghadapi segala macam Ancaman, Gangguan, Hambatan,
dan Tantangan; 3) dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, 4) yang
diselenggarakan secara selaras, mantap, sistematis, terstruktur, terstandardisasi, dan massif; 5)
dengan mengikutsertakan peran masyarakat dan pelaku usaha; 6) di segenap aspek kehidupan
nasional; 7) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan berdasarkan Pancasila dan
UndangUndang Dasar 1945, 8) serta didasari oleh Semangat Mewujudkan Negara yang
Berdaulat, Adil, dan Makmur sebagai penggenap NilaiNilai Dasar Bela Negara, 9) yang
dilandasi oleh keinsyafan akan anugerah kemerdekaan, dan; 10) keharusan bersatu dalam
wadah Bangsa dan Negara Indonesia, serta; 11) tekad untuk menentukan nasib nusa, bangsa,
dan negaranya sendiri. Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi setiap
warga negara guna mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan
dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang berdaulat,
adil, dan makmur.
B. Penyusunan Rencana Aksi Bela Negara
Dalam rangka penyusunan Rencana Aksi Bela Negara bagi peserta Latsar CPNS secara garis
besar terbagi atas dua tahapan, yaitu:
1. Tahap Pertama
Tahapan ini dilakukan pada saat On Campus, dimana masing-masing peserta Latsar CPNS
dapat menyusun Rencana Aksi-nya yang terkait dengan seluruh rangkaian kegiatan dan
tidak terlepas dari Nilai-nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan
siklus yang dialami selama pembelajaran di dalam lingkungan penyelenggaraan diklat
(On
Campus) selama 21 Hari sejak hari pertama memasuki lembaga diklat (tempat
penyelenggaraan Latsar CPNS.
2. Tahap Kedua
Tahapan ini dilakukan pada saat Off Campus, dimana masing-masing peserta Latsar CPNS
saat kembali ke instansinya masing-masing dalam kurun waktu dan tempat sesuai dengan
situasi dan kondisi di lingkungan kerja masingmasing selama 30 Hari, terhitung sejak Off
Campus sampai On Campus kembali kedua kalinya. Dalam penyusunan Rencana Aksi ini
tidak terlepas dari Nilai-nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta
Latsar CPNS.

KEGIATAN KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

A. Peraturan Baris Berbaris


Pengertian Baris Berbaris (PBB) adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna
menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup dalam rangka membina dan kerjasama antar
peserta Latsar, salah satu dasar pembinaan disiplin adalah latihan PBB, jadi PBB bertujuan
untuk mewujudkan disiplin yang prima, agar dapat menunjang pelayanan yang prima pula, juga
dapat membentuk sikap, pembentukan disiplin, membina kebersamaan dan kesetiakawanan dan
lain sebagainya.

Manfaat mempelajari baris berbaris yaitu guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan
tangkas, rasa persatuan, disiplin, sehingga dengan demikian peserta Latsar CPNS senantiasa
dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu dan secara tidak langsung
juga menanamkan rasa tanggung jawab.

B. Keprotokolan
Keprotokolan adalah pengaturan yang berisi norma-norma atau aturan-aturan atau kebiasaan-
kebiasaan mengenai tata cara agar suatu tujuan yang telah disepakati dapat dicapai. Dengan
kata lain protokol dapat diartikan sebagai tata cara untuk menyelenggarakan suatu acara agar
berjalan tertib, hikmat, rapi, lancar dan teratur serta memperhatikan ketentuan dan kebiasaan
yang berlaku, baik secara nasional maupun internasional. Dengan meningkatnya hubungan
antar bangsa, lambat laun orang mulai mencari suatu tatanan yang dapat mendekatkan satu
bangsa dengan bangsa lainnya dan dapat diterima secara merata oleh semua pihak. Esensi di
dalam tatanan tersebut antara lain mencakup : a. Tata cara, yang menentukan tindakan yang
harus dilakukan dalam suatu acara tertentu. b. Tata krama, yang menentukan pilihan kata-kata,
ucapan dan perbuatan yang sesuai dengan tinggi rendahnya jabatan seseorang. c. Rumus-
rumus dan
aturan tradisi / kebiasaan yang telah ditentukan secara universal ataupun di dalam suatu bangsa
itu sendiri.
Pemahaman dasar mengenai etika keprotokolan serta pengembangan kepribadian mutlak
diperlukan dan akan menjadi panduan serta modal dasar keberhasilan pribadi seorang CPNS
dalam memberikan pelayanan prima untuk mencapai kelancaran dan kesuksesan tugas pada
setiap acara resmi dan/atau kenegaraan baik di dalam negeri maupun pada acara internasional.
C. Kewaspadaan Dini
Dalam rangka penyelenggaraan otonomi, daerah mempunyai kewajiban melindungi
masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional serta keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kepala daerah dan wakil kepala daerah mempunyai kewajiban
memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat dan untuk mewujudkan ketenteraman,
ketertiban dan perlindungan masyarakat perlu dilakukan upaya-upaya kewaspadaan dini oleh
masyarakat.
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, telah mengamanatkan tujuan
Negara adalah, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, oleh sebab itu maka semua warga bangsa mempunyai kewajiban yang sama untuk
mewujudkan tujuan Negara bangsa dimaksud, tidak terkecuali bagi para Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS).
Salah satu pembekalan dasar bagi CPNS adalah pengetahuan bagaimana cara melakukan bela
Negara, dan nilai-nilai dasar yang ada didalamnya. Sebagai bagian dari cara melakukan bela
Negara CPNS juga diharapkan mempunyai rasa keingintahuan terhadap berbagai gejala yang
dapat meningkatkan kemajuan bangsa namun juga yang memungkinkan dapat merusak
persatuan dan kesatuan bangsa bahkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain
pengetahuan dasar Wawasan Kebangsaan dan Nilai - Nilai Dasar Bela Negara, para Calon
Pegawai Negeri Sipil juga diharapkan mempunyai pengetahuan lain, antara lain Kewaspadaan
Dini. Kemampuan kewaspadaan dini ialah kemampuan yang dikembangkan untuk mendukung
sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter secara optimal,
sehingga terwujud kepekaan, kesiagaan, dan antisipasi setiap warga negara dalam menghadapi
potensi ancaman. Di sisi lain, kewaspadaan dini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai
dampak ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang bisa menjadi ancaman bagi
kedaulatan, keutuhan NKRI dan keselamatan bangsa.

D. Membangun TIM
PNS yang samapta adalah PNS yang mampu meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan terkait dengan pelaksanaan kerja. Dengan memiliki kesiapsiagaan yang baik maka
PNS akan mampu mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik dari
dalam maupun dari luar. Sebaliknya jika kesiapsiagaan yang dimiliki oleh PNS akan mudah
sulit mengatasi adanya ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan. Oleh karena itu melalui
Latsar CPNS ini, Anda diberikan pembekalan berupa pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai
kesiapsiagaan melalui berbagai macam permainan yang berguna untuk membangun tim yang
efektif dalam setiap melaksanakan kegiatan yang memerlukan kerjasama 2 orang atau lebih.
RESUME AGENDA II

MODUL 1
BERORIENTASI PELAYANAN
A. Konsep Pelayanan Publik
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik
Pelayanan publik yang berkualitas harus berorientasi kepada pemenuhan kepuasan pengguna
layanan. Apabila dikaitkan dengan tugas ASN dalam melayani masyarakat, pelayanan yang
berorientasi pada customer satisfaction adalah wujud pelayanan yang terbaik kepada masyarakat
atau dikenal dengan sebutan pelayanan prima. Pelayanan prima didasarkan pada implementasi
standar pelayanan yang dimiliki oleh penyelenggara.
Adapun prinsip pelayanan publik yang baik adalah:
- Partisipatif
- Efektif dan Efisien
- Transparan
- Aksesibel
- Responsif
- Akuntabel
- Tidak diskriminatif
- Berkeadilan
- Mudah dan Murah
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1)
penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat,
stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yangdiberikan dan/atau diterima oleh
penerima layanan.
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publikyang berkualitas yaitu:
a. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang
berkualitas;
b. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat
c. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan
pelayanan publik;
d. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti
pengaduan masyarakat;
e. Kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja, fleksibilitas
kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana prasarana; dan
f. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja
penyelenggara pelayanan publik.
Pelayanan publik yang prima sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga pemerintah ingin
meningkatkan kepercayaan publik, karena dapat menimbulkan kepuasan bagi pihak-pihak yang
dilayani.
Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut,
pegawai ASN bertugas untuk: a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b.
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan c. mempererat persatuan
dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

EVALUASI MATERI POKOK 1


1. ASN sebagai profesi, salah satunya berlandaskan pada prinsip Nilai Dasar. Hal tersebut
tertuang dalam :
a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014
b. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
c. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2015
d. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2015
2. Undang-Undang yang mengatur tentang Pelayanan Publik adalah:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2009
b. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009
c. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2019
3. Sebutkan yang bukan merupakan fungsi ASN:
a. pelaksana kebijakan publik
b. pelayan publik
c. pengawas kegiatan publik
d. perekat dan pemersatu bangsa
4. Yang dimaksud dengan berorientasi pelayanan adalah
a. Bertanggung jawab terhadap kepercayaan yang diberikan
b. Komitmen memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat
c. Saling peduli dan menghargai perbedaan
d. Terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan serta menghadapi perubahan
5. Secara sederhana, definisi pelayanan publik berdasarkan Agus Dwiyanto adalah
a. Semua jenis pelayanan untuk menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan oleh
masyarakat yang memenuhi kriteria yaitu merupakan jenis barang atau jasa
b. Pelayanan yang dirasakan melalui loket-loket pelayanan
c. Sumber daya air dan sumber daya mineral yang dikelola oleh Negara/pemerintah
d. Perintah pimpinan/atasan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat pada jam-
jam pelayanan
6. Yang bukan merupakan unsur penting dalam pelayanan publik adalah
a. Penyelenggara
b. Penerima layanan
c. Tempat pelayanan
d. Kepuasan pelanggan
7. Yang bukan prinsip pelayanan publik yang baik adalah
a. Partisipatif dan transparan
b. Responsif dan tidak diskriminatif
c. Kompleks namun murah
d. Aksesibel
8. “Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh dibedakan antara satu
warga negara dengan warga negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara,
seperti status sosial, pandangan politik, agama, profesi, jenis kelamin atau orientasi seksual,
difabel, dan sejenisnya” adalah prinsip dari …
a. Akuntabel
b. Aksesibel
c. Berkeadilan
d. Tidak diskriminati
9. “Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan
publik harus menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui segala hal yang
terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut, seperti persyaratan,
prosedur, biaya, dan sejenisnya” adalah prinsip dari …
a. Responsif
b. Transparan
c. Efektif dan efisien
d. Tidak diskriminatif
10. Nilai berorientasi pelayanan dijabarkan dalam ... panduan perilaku
a. 3
b. 4
c. 5
d. 6

B. Pokok Berorientasi Pelayanan


Citra positif ASN sebagai pelayan publik terlihat dengan perilaku melayani dengan senyum,
menyapa dan memberi salam, serta berpenampilan rapih; melayani dengan cepat dan tepat
waktu; melayani dengan memberikan kemudahan bagi Anda untuk memilih layanan yang
tersedia; serta melayani dengan dengan kemampuan, keinginan dan tekad memberikan
pelayanan yang prima.
Pemberian layanan bermutu tidak boleh berhenti ketika kebutuhan masyarakat sudah dapat
terpenuhi, melainkan harus terus ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan
dapat melebihi harapan pengguna layanan. Layanan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin,
dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari hari ini (doing something better and better).
ASN sebagai suatu profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut:
a. nilai dasar;
b. kode etik dan kode perilaku;
c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;
d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. kualifikasi akademik;
f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
g. profesionalitas jabatan
Penjabaran berikut ini akan mengulas mengenai panduan perilaku/kode etik dari nilai
Berorientasi Pelayanan sebagai pedoman bagi para ASN dalam pelaksanaan tugas sehari-hari,
yaitu :
a. Memahami dan Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
b. Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan
c. Melakukan Perbaikan Tiada Henti
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di era digital
yang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan business as
usual) agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola, dan cara dalam
pemberian pelayanan publik. Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi pelayanan publik.
Konteks atau permasalahan publik yang dihadapi instansi pemerintah dalam memberikan
layanannya menjadi akar dari lahirnya suatu inovasi pelayanan publik.

MODUL 2
AKUNTABEL

A. Konsep Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami.
Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat
penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata
akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada
dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban
untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala
tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih
luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya. Amanah seorang ASN
menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20
Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN
BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah: • Kemampuan
melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi •
Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien • Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas
tinggi.
Terdapat lima aspek akuntabilitas yaitu:
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu pertama, untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas
vertical (vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas
individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.

SOAL LATIHAN
1. Dalam hal penyelenggaraan pemerintahan, sering kita dengan istilah kata responsibilitas dan
akuntabilitas. Kedua kata tersebut mempunyai arti dan makna yang berbeda. Apa yang
membedakan antara responsibilitas dan akuntabilitas dilihat dari pengertiannya? Dan berikan
pendapat anda terkait konsep responsibiltas dan akuntabilitas tersebut?
Kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral
individu, sedangkan Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Antara konsep tersebut saling
berhubungan satu sama lainnya karena memberikan pertanggungjawaban laporan yang
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Bacalah kembali pembuka Bab II yang dikutip dari Laporan Tahun 2020 Ombudsman
Republik Indonesia, menurut Anda, bagaimana kasus itu bila dilihat dari konteks
Akuntabilitas?
layanan publik di negeri ini kerap dimanfaatkan oleh ‘oknum’ pemberi layanan untuk
mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok. Peribahasa ‘Waktu Adalah Uang’
digunakan oleh banyak ‘oknum’ untuk (Lanjutan) Singkat cerita, Sdr Romi berbelas
kasihan kepada pada tersangka yang telah memukuli anaknya, dan menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Ombudsman Banten karena telah sangat membantu
mendapatkan pelayanan hukum untuk mendapatkan keadilan. Dengan demikian bahwa
setiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan hukum yang sama dan jangan
khawatir untuk melaporkan jika ada dugaan penyimpangan penanangan laporan di
kepolisian, karena hak setiap warga negara dilindungi undang- undang. Memberikan
layanan spesial bagi mereka yang memerlukan waktu layanan yang lebih cepat dari
biasanya. Dengan tingkat sosial yang lebih tinggi maka pelayanan publik akan lebih
diutamakan.
3. Dalam hal pelayanan publik, masih sering diketemukan keluhan dari masyarakat terhadap
kinerja pelayan publik. Masyarakat merasakan kinerja yang lambat, berbelit-belit, maupun
tidak efisien ketika berhadapan dengan pelayan publik ataupun birokrasi publik. Padahal
sejatinya sebagai abdi negara, birokrasi publik harus memberikan pelayanan yang baik
kepada masyarakat,
Menurut anda, seberapa penting nilai-nilai akuntabilitas publik jika dikaitkan dengan fenomena
tersebut? Jelaskan
Layanan publik dewasa ini sangatlah minim karena sering melihat dari tingkat sosial dan
tingkat Pendidikan. Di pelayanan publik nilai-nilai akuntabilitas sangatlah penting
karena masyarakat bisa merasakan jalan kinerja yang rapi, efisien dan ramah tamah.
Disini pun peran pemerintah yang bertugas sebagai pemegang wewenang saling erat
kaitannya dengan nilai-nilai akuntabilitas.

B. Panduan Perilaku Akuntabel


Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi negara sebagai
dua aspek yang sangat mendasar harus dimiliki dari seorang pelayan publik. Namun, integritas
memiliki keutamaan sebagai dasar seorang pelayan publik untuk dapat berpikir secara
akuntabel. Kejujuran adalah nilai paling dasar dalam membangun kepercayaan publik terhadap
amanah yang diembankan kepada setiap pegawai atau pejabat negara.
Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk
publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang berfungsi
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau
pegangan yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan
pelayanan yang baik untuk publik. Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang akuntabel adalah:
1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab (responsibilitas), 5) keadilan,
6) kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9) konsistensi. Untuk memenuhi
terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus
mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas kejujuran dan hukum, Akuntabilitas proses,
Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas kebijakan.
Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Mekanisme ini dapat diartikan
secara berbeda- beda dari setiap anggota organisasi hingga membentuk perilaku yang berbeda-
beda pula. Contoh mekanisme akuntabilitas organisasi, antara lain sistem penilaian kinerja,
sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun
software untuk memonitor pegawai menggunakan komputer atau website yang dikunjungi).
Mekanisme akuntabilitas harus mengandung dimensi:
 Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality)
Akuntabilitas hukum terkait dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
diterapkan.
 Akuntabilitas proses (process accountability) Akuntabilitas proses terkait dengan:
apakah prosedur yang digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam
hal
kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi manajemen, dan prosedur
administrasi?
 Akuntabilitas program (program accountability) Akuntabilitas ini dapat memberikan
pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, dan Apakah ada alternatif
program lain yang memberikan hasil maksimal dengan biaya minimal.
 Akuntabilitas kebijakan (policy accountability) Akuntabilitas ini terkait dengan
pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang diambil terhadap DPR/DPRD dan
masyarakat luas.
C. Akuntabel Dalam Konteks Organisasi Pemerintahan
Ketersediaan informasi publik ini nampaknya telah memberikan pengaruh yang besar pada
berbagai sektor dan urusan publik di Indonesia. Salah satu tema penting yang berkaitan dengan
isu ini adalah perwujudan transparansi tata kelola keterbukaan informasi publik, dengan
diterbitkannya UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya
disingkat: KIP). Konteks lahirnya UU ini secara substansial adalah memberikan jaminan
konstitusional agar praktik demokratisasi dan good governance bermakna bagi proses
pengambilan kebijakan terkait kepentingan publik, yang bertumpu pada partisipasi masyarakat
maupun akuntabilitas lembaga penyelenggara kebutuhan publik.
Seperti bunyi Pasal 3 UU Nomor 14 Tahun 2008 tercantum beberapa tujuan, sebagai berikut:
(1) Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik,
program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan pengambilan
suatu keputusan publik; (2) Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan
kebijakan publik; (3) Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan
publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik; (4) Mewujudkan penyelenggaraan negara
yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat
dipertanggungjawabkan; (5) Mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat
hidup orang banyak; (6) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan
bangsa; dan/atau (7) Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan
Publik untuk menghasilkan layanan informasi.
Terkait ‘tanggung jawab’, dimensi yang melatar belakangi usaha memenuhi Tanggung Jawab
Individu dan Institusi ada 2, yaitu: 1) dimensi aturan, sebagai panduan bagi setiap unsur
pemerintahan hal-hal yang dapat dan tidak dapat dilakuan, dan 2) dimensi moral individu.
Sebagai ASN, Anda tidak terlepas dari kedua dimensi tersebut. Oleh sebab itu, (Shafritz et al.,
2011) menekankan bahwa fondasi paling utama dari unsur pegawai ataupun pejabat negara
adalah integritas. Dengan integritas yang tinggi, dimensi aturan akan dapat dilihat dengan lurus
dan jelas. Tanpa integritas, aturan hanya akan dipandang sebatas dokumen dan berpotensi
dipersepsikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi.
Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk
publik. Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang berfungsi
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau
pegangan yang harus dipatuhi oleh para pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan
pelayanan yang baik untuk publik. Buruknya sikap aparat sangat berkaitan dengan etika.
Ada 2 jenis umum konflik kepentingan yaitu Keuangan (Penggunaan sumber daya lembaga
termasuk dana, peralatan atau sumber daya aparatur untuk keuntungan pribadi) dan Non-
keuangan (Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan /atau orang
lain). Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat mengadopsi
langkah- langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan:
 Penyusunan Kerangka Kebijakan,
 Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
 Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan, dan
 Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan.

HARMONIS

A. KEANEKARAGAMAN BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA


Indonesia dikenal karena kekayaan sumber daya alam, hayati, suku bangsa dan budaya nya.
Kekayaan sumber daya alam berupa mineral dan tambang, kekayaan hutan tropis dan kekayaan
dari lautan diseluruh Indonesia. Dari Sabang di ujung Aceh sampai Merauke di tanah Papua,
Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, dan agama. Berdasarkan rumpun bangsa
(ras), Indonesia terdiri atas bangsa asli pribumi yakni Mongoloid Selatan/Austronesia dan
Melanesia di mana bangsa Austronesia yang terbesar jumlahnya dan lebih banyak mendiami
Indonesia bagian barat. Secara lebih spesifik, suku bangsa Jawa adalah suku bangsa terbesar
dengan populasi mencapai 42% dari seluruh penduduk Indonesia.
Keaneka ragaman suku bangsa itu dapat dipahami disebabkan karena kondisi letak geografis
Indonesia yang berada di persimpangan dua benua dan samudra. Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya percampuran ras, suku bangsa, agama, etnis dan budaya yang membuat beragamnya
suku bangsa dan budaya diseluruh indonesia. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya
membawa dampak terhadap kehidupan yang meliputi aspek aspek sebagai berikut: 1. Kesenian
2. Religi 3. Sistem Pengetahuan 4. Organisasi social 5. Sistem ekonomi 6. Sistem teknologi 7.
Bahasa.
Dalam konteks kebangsaan, perspektif etnosimbolis lebih mendekati kenyataan di Indonesia.
Sejarah telah menunjukkan bahwa para pendiri bangsa yang tergabung dalam BPUPKI,
berupaya mencari titik temu diantara berbagai kutub yang saling berseberangan. Kebangsaan
Indonesia berupaya untuk mencari persatuan dalam perbedaan. Persatuan menghadirkan
loyalitas baru dan kebaruan dalam bayangan komunitas politik, kode kode solidaritas, dan
institusi sosial politik. Hal ini terutama di representasikan dengan Negara persatuan – dengan
segala simbolnya- untuk mengatasi faham golongan dan perseorangan, konstitusi dan
perundang undangan, ideology pancasila, kesamaan warga di depan hukum, dan bahasa
persatuan. Perbedaan dimungkinkan dengan menghormati masa lalu, keberlanjutan etnisitas,
warisan kerajaan, kearifan lokal tradisional, budaya dan bahasa daerah, penghormatan terhadap
hak hak adat, golongan minoritas, serta kebebasan untuk memeluk dan mengembangan agama
dan keyakinan masing masing. Kebhinekaan dan Keberagaman suku bangsa dan budaya
memberikan tantangan yang besar bagi negara Indonesia. Wujud tantangan ada yang berupa
keuntungan dan manfaat yang antara lain berupa: 1. Dapat mempererat tali persaudaraan 2.
Menjadi aset wisata yang dapat menghasilkan pendapatan negara 3. Memperkaya kebudayaan
nasional 4. Sebagai identitas negara indonesia di mata seluruh negara di dunia Dapat dijadikan
sebagai ikon pariwisata sehingga para wisatawan dapat tertaarik dan berkunjung di Indonesia 6.
Dengan banyaknya wisatawan maka dapat menciptkan lapangan pekerjaan 7. Sebagai
pengetahuan bagi seluruh warga di dunia 8. Sebagai media hiburan yang mendidik 9.
Timbulnya rasa nasionalisme warga negara terhadap negara Indonesia 10.Membuat Indonesia
terkenal dimata dunia berkat keberagaan budaya yang kita miliki.
Keberagaman bangsa Indonesia juga merupakan tantangan berupa ancaman, karena dengan
adanya kebhinekaan tersebut mudah membuat penduduk Indonesia berbeda pendapat yang
lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan kedaerah yang amat sempit yang sewaktu bisa
menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa.
Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai kenekaragaman bangsa dan budaya,
sejarah pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori nasionalisme berbangsa, serta potensi
dan tantangannya maka sebagai ASN harus memiliki sikap dalam menjalankan peran dan
fungsi pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam lingkungan yang berbeda dari sisi suku,
budaya, agama dan lain-lain.
Dengan demikian, keberadaan Bangsa Indonesia terjadi karena dia memiliki satu nyawa, satu
asal akal, yang tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya yang menjalani satu kesatuan riwayat,
yang membangkitkan persatuan karakter dan kehendak untuk hidup bersama dalam suatu
wilayah geopolitik nyata. Sebagai persenyawaan dari ragam perbedaan suatu bangsa mestinya
memiliki karakter tersendiri yang bisa dibedakan dari karakter unsur unsurnya. Selain kehendak
hidup bersama, keberadaan bangsa Indonesia juga didukung oleh semangat Gotong Royong.
Dengan Kegotong Royongan itulan, Negara Indonesia harus mampu melindungi segenap
bangsa dan tumpah darah Nasionalisme Indonesia, bukan membela atau mendiamkan suatu
unsur masyarakat atau bagian tertentu dari territorial Indonesia. Negara juga diharapkan
mampu memberikan kebaikan bersama bagi warganya tanpa memandang siapa dan dari etnis
mana, apa agamanya. Semangat gotong royong juga dapat diperkuat dalam kehidupan
masyarakat sipil dan politik dengan terus menerus mengembangkan Pendidikan
kewarganegaraan dan multikulturalisme yang dapat membangun rasa keadilan dan
kebersamaan dilandasi dengan prinsip prinsip kehidupan public yang lebih partisipatif dan non
diskriminatif.
Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adil dan tidak diskriminasi
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Mereka harus bersikap profesional dan
berintegritas dalam memberikan pelayanan. Tidak boleh mengejar keuntungan pribadi atau
instansinya belaka, tetapi pelayanan harus diberikan dengan maksud memperdayakan
masyarakat, menciptakan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Untuk itu integritas
menjadi penting bagi setiap pegawai ASN. Senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran,
keadilan, tidak korupsi,transparan, akuntabel, dan memuaskan publik.

B. MEWUJUDKAN SUASANA HARMONIS DALAM LINGKUNGAN BEKERJA DAN


MEMBERIKAN LAYANAN KEPADA MASYARAKAT
Harmonis adalah hal yang perlu diciptakan bagi seorang ASN dalam memberikan
layanan kepada masyarakat, keadaan tersebut menjadi sangat penting guna memberikan
kesan dan nilai positif bagi kinerja seorang ASN.
Dalam mewujudkan suasana harmoni maka ASN harus memiliki pengetahuan tentang
historisitas ke-Indonesia-an sejak awal Indonesia berdiri, sejarah proses perjuangan
dalam mewujudkan persatuan bangsa termasuk pula berbagai macam gerakan gerakan
separatism dan berbagai potensi yang menimbulkan perpecahaan dan menjadi ancaman
bagi persatuan bangsa. Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal
11 tentang ASN, tugas pegawai ASN adalah sebagai berikut.
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Adapun tantangan yang perlu dihadapi oleh ASN untuk menciptakan suasana harmonis
tidaklah mudah, karena beberapa faktor berikut:
a. Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, sepertiperbedaan tujuan, cara
melakukan sesuatu, dan sebagainya.
b. Norma-norma sosial tidak berfungsi dengan baik sebagai alatmencapai tujuan.
c. Adanya pertentangan norma-norma dalam masyarakat sehingga menimbulkan
kebingungan bagi masyarakat.
d. Pemberlakuan sanksi terhadap pelanggar atas normayang tidak tegas atau lemah.
e. Tindakan anggota masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan norma yang berlaku.
f. Terjadi proses disosiatif, yaitu proses yang mengarah pada persaingan tidak sehat,
tindakan kontroversial, dan pertentangan (disharmonis)
g. Menguatnya etnosentrisme dalam masyarakatyaitu berupaperasaan kelompok
dimana kelompok merasa dirinya paling baik, paling benar, dan paling kelompok
lain dengan norma kelompoknya sendiri. Sikapetnosentrisme tidak hanya dalam
kolompok suku, namun juga kelompok lain seperti kelompok pelajar, partai politik,
pendukung tim sepakbola dan sebagainya.
h. Stereotip terhadap suatu kelompok,yaitu anggapan yang dimiliki terhadap suatu
kelompok yang bersifat tidak baik. Seperti anggapan suatu kelompok identik dengan
kekerasan,sifat suatu suku yang kasar, dan sebagainya.

Tantangan disharmonis dalam masyarakat dapat dikelompokkan menjadi beberapa kondisi


sebagai berikut.
a. Disharmonis antar suku yaitu pertentangan antara suku yangsatu dengan suku yang
lain.
b. Disharmonis antaragama yaitu pertentangan antar kelompokyang memiliki
keyakinan atau agama berbeda.
c. Disharmonis antar ras yaitu pertentangan antara ras yang satudengan ras yang lain.
d. Disharmonis antar golongan yaitu pertentangan antarkelompok dalam masyarakat
atau golongan dalam masyarakat.

Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk membangun budaya tempat kerja nyaman
dan berenergi positif. Ketiga hal tersebut adalah:
a. Membuat tempat kerja yang berenergi
b. Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikankontribusi
c. Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi
LOYAL

“Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki dan
diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kajiannya
dapat dilakukan dengan melihat faktor internal dan faktor eksternal yang jadi penyebabnya.
a. Faktor Internal
Strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class
Government) sebagaimana tersebut di atas merupakan upaya-paya yang harus dilakukan
dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum pada alinea ke-4 Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Cita-cita mulia tersebut tentunya akan dapat
dengan mudah terwujud jika instansi-instansi pemerintah diisi oleh ASN-ASN yang
profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
yang mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat, melaksanakan kebijakan
publik serta mampu menjadi perekat dan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 sesuai dengan fungsinya sebagai ASN sebagaimana tertuang dalam Pasal 10 UU Nomor
5 Tahun 2010 tentang Aparatur Sipil Negara.
Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal sebagaimana tersebut di atas adalah
sifat loyal atau setia kepada bangsa dan negara. Sifat dan sikap loyal terhadap bangsa dan negara
dapat diwujudkan dengan sifat dan sikap loyal ASN kepada pemerintahan yang sah sejauh
pemerintahan tersebut bekerja sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, karena
ASN merupakan bagian atau komponen dari pemerintahan itu sendiri.
b. Faktor Eksternal
Modernisasi dan globalisasi merupakan sebuah keniscayaan yang harus dihadapi oleh segenap
sektor baik swasta maupun pemerintah. Modernisasi dan globalisasi ini salah satunya ditandai
dengan perkembangan yang sangat pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
khususnya teknologi informasi. Perkembangan Teknologi Informasi ini ibarat dua sisi mata
uang yang memilik dampak yang positif bersamaan dengan dampak negatifnya. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang masif saat ini tentu menjadi tantangan
sekaligus peluang bagi ASN untuk memenangi persaingan global. ASN harus mampu
menggunakan cara- cara cerdas atau smart power dengan berpikir logis, kritis, inovatif, dan
terus mengembangkan diri berdasarkan semangat nasionalisme dalam menghadapi tantangan
global tersebut sehingga dapat memanfaatkan teknologi informsasi yang ada untuk membuka
cakrawala berpikir dan memandang teknologi sebagai peluang untuk meningkatkan
kompetensi, baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap/perilaku.
Bersamaan dengan peluang pemanfaatan teknologi informasi sebagaimana diuraikan di atas,
ASN milenial juga dihadapkan pada berbagai tantangan yang harus (dan hanya dapat
dihadapi) dengan sifat dan sikap loyal yang tinggi terhadap bangsa dan negara, seperti
information overload, yang dapat menyebabkan paradox of plenty, dimana informasi yang ada
sangat melimpah namun tidak dimanfaatkan dengan baik atau bahkan disalahgunakan.
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap loyal
seseorang, terdapat banyak faktor yang akan memengaruhinya. Terdapat beberapa ciri/karakteristik
yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
a. Taat pada Peraturan
b. Bekerja dengan Integritas
c. Tanggungjawab pada organisasi
d. Kemauan untuk bekerja sama
e. Rasa memiliki yang tinggi
f. Hubungan antar pribadi
g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i. Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku loyal
tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut : a) Komitmen yang bermakna perjanjian
(keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan
sesuatu. b) Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan
suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian untuk
melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang teguh. c)
Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan dalam berbagai
bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja, profesionalisme, finansial atau, tenaga yang
diberikan kepada pihak lain untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan efisien.
d) Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan keyakinan
bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta tanah air atau bangsa
dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat sikap-sikap politik, ekonomi, sosial,
dan budaya sebagai wujud persatuan atau kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan
kesamarataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. e) Pengabdian yang bermakna perbuatan
baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih
sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.
Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat
pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar para
ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan lainnya dibutuhkan
langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan Wawasan Kebangsaan. Selain
memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat dibangun dengan cara terus
meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.

Panduan Perilaku Loyal


ASN sebagai profesi, salah satunya berlandaskan pada prinsip Nilai Dasar sebagaimana termuat
pada Pasal 4 UU ASN. Beberapa Nilai-Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan
Perilaku Loyal yang pertama ini diantaranya:
1) Memegang teguh ideologi Pancasila;
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
pemerintahan yang sah;
3) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia; dan
4) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat diwujudkan
dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-harinya,
yaitu:
1. Cinta Tanah Air
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
5. Kemampuan Awal Bela Negara

LOYAL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH


Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku
yang menunjukkan nilainilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan (loyalitas), ketenteraman, keteraturan,
dan ketertiban. Sedangkan Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan
menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Dampak negatif yang
dapat terjadi jika seorang PNS tidak disiplin adalah turunnya harkat, martabat, citra, kepercayaan,
nama baik dan/atau mengganggu kelancaran pelaksanaan tugas Unit Kerja, instansi, dan/atau
pemerintah/negara. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94
Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang
tinggilah yang dapat menegakkan kentuan-ketentuan kedisiplinan ini dengan baik.
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, seorang
ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta
perekat
dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan
perwujudan dari implementai nilai-nilai loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari
Organisasi Pemerintah. Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilainilai Pancasila
menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam kehidupannya sebagai
ASN yang merupakan bagian/komponen dari organisasi pemerintah maupun sebagai bagian dari
anggota masyarakat.

ADAPTIF
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu maupun organisasi
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terdapat alasan mengapa nilai-nilai adaptif perlu
diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan di sektor publik, seperti di antaranya
perubahan lingkungan strategis, kompetisi yang terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan
iklim, perkembangan teknologi dan lain sebagainya.
Penekanan pada mutu kerja juga secara makna juga tertuang dalam peran Pegawai ASN
sebagaimana ditetapkan pada Pasal 12 UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN, yaitu “sebagai
perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.” Dalam hubungan itu,
maka efektivitas, efisiensi, inovasi dan mutu menjadi kata kunci bagi ASN agar berkomitmen dalam
memberikan pelayanan yang terbaik. Konsekuensi penting dari komitmen mutu ini adalah bahwa
ASN harus memastikan pelayanan publik terselenggara sebaik mungkin dengan cara apapun,
sekalipun harus melakukan perubahan, penyesuaian atau “adaptasi” tentunya.
Memahami Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan
menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian adaptasi
merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan
makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh perubahan
lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi terjaminnya
keberlangsungan kehidupan. Kebutuhan kemampuan beradaptasi ini juga berlaku juga bagi individu
dan organisasi dalam menjalankan fungsinya. Dalam hal ini organisasi maupun individu
menghadapi permasalahan yang sama, yaitu perubahan lingkungan yang konstan, sehingga
karakteristik adaptif dibutuhkan, baik sebagai bentuk mentalitas kolektif maupun individual.
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki
kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan
lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan.
Dalam konteks budaya organisasi, maka nilai adaptif tercermin dari kemampuan respon organisasi
dalam mengadaptasi perubahan. Mengutip dari Management Advisory Service UK4, maka “An
Adaptive (Corporate) Culture is one that enables the organisation to adapt quickly and effectively to
internal and external pressures for change”. Ini menjelaskan bahwa budaya adaptif bisa menjadi
penggerak organisasi dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan-perubahan internal maupun
eksternal. Budaya menjadi faktor yang memampukan organisasi dalam berkinerja secara cepat dan
efektif.
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang
ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai
bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada level
organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan organisasi dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan
beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab,
unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye
untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi
untuk mencapai tujuannya.
PANDUAN PERILAKU ADAPTIF
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik individu
maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan
individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity,
dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi
complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan
lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi
merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat
ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan
organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya
organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja. Dengan adanya pemberdayaan budaya
organisasi selain akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
ADAPTIF DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH
Pemerintahan adaptif bergantung pada jaringan yang menghubungkan individu, organisasi, dan
lembaga di berbagai tingkat organisasi (Folke et al, 2005). Bentuk pemerintahan ini juga
menyediakan pendekatan kolaboratif fleksibel berbasis pembelajaran untuk mengelola ekosistem
yang disebut sebagai "pengelolaan bersama adaptif". Sistem sosial-ekologis selama periode
perubahan mendadak/krisis dan menyelidiki sumber sosial pembaruan reorganisasi.
Tata kelola semacam itu menghubungkan individu, organisasi, dan lembaga di berbagai tingkat
organisasi. Sistem pemerintahan adaptif sering mengatur diri sendiri sebagai jejaring sosial dengan
tim dan kelompok aktor yang memanfaatkan berbagai sistem pengetahuan dan pengalaman untuk
pengembangan pemahaman kebijakan bersama. (Engle, N. L, 2011).
Pemerintahan adaptif dengan demikian mengacu pada caracara di mana pengaturan kelembagaan
berkembang untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan masyarakat dalam lingkungan yang
berubah. Secara lebih formal, tata kelola adaptif didefinisikan sebagai berikut: mengacu pada
evolusi aturan dan norma yang mempromosikan kepuasan kebutuhan dan preferensi manusia yang
mendasari perubahan yang diberikan dalam pemahaman, tujuan, dan konteks sosial, ekonomi dan
lingkungan. Dalam kaitan itu terdapat beberapa catatan penting, pertama adalah bahwa kriteria
normatif yang digunakan untuk menilai apakah perubahan dalam pengaturan tata kelola adalah
'adaptif ' atau 'baik' berasal dari nilai-nilai dan preferensi konstituensi, daripada dipaksakan oleh
analis. Sehingga faktanya penilaian pencapaian adaptabilitas akan lebih bergantung pada tingkat
kepuasan konstituen daripada hasil analisis objektif. Kedua, adalah bahwa perubahan aturan
dan norma tidak perlu disadari atau disengaja, atau diartikulasikan dalam istilah berorientasi
tujuan, agar dapat adaptif. Hal ini menyiratkan bahwa beradaptasi adalah proses yang seharusnya
terjadi secara alamiah sebagai bentuk respon organisasional terhadap perubahan lingkungan, jadi
bukan karena proses yang sengaja didorong untuk dilakukan adanya perubahan tanpa adanya
penyebab yang mendahuluinya.
Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana pengembangan kapasitas
pemerintah adaptif dengan indicator-indikator sebagai berikut: (a) Pengembangan sumber daya
manusia adaptif; (b) Penguatan organisasi adaptif dan (c) Pembaharuan institusional adaptif. Terkait
membangun organisasi pemerintah yang adaptif, Neo & Chan telah berbagi pengalaman bagaimana
Pemerintah Singapura menghadapi perubahan yang terjadi di berbagai sektornya, mereka
menyebutnya dengan istilah dynamic governance. Menurut Neo & Chen, terdapat tiga kemampuan
kognitif proses pembelajaran fundamental untuk pemerintahan dinamis yaitu berpikir ke depan
(think ahead), berpikir lagi (think again) dan berpikir lintas (think across).
KOLABORATIF
Konsep Kolaboratif

Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwaKolaborasi adalah “ value
generated from an alliance between two or more firms aiming to become more competitive by
developing shared routines”
Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance “sebagai sebuah proses yang
melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar aktor governance .
Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
1. forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;
2. peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;
3. peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’
oleh agensi publik;
4. forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
5. forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus tidak
tercapai dalam praktik), dan
6. fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen

Pada collaborative governance pemilihan kepemimpinan harus tepat yang mampu membantu
mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan mempertahankan tata kelola stuktur horizontal
sambil mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan ide. Selain itu, Kolaboratif harus
memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama
dalam menghasilkan nilai tambah, serta menggerakan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk
tujuan bersama
Praktik Dan Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah

Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), organisasi yang memiliki collaborative
culture indikatornya sebagai berikut:
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami danperlu terjadi;
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya yang
diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil risiko
yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap kontribusi
dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang diberikan.

Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan diatur juga
mengenai Bantuan Kedinasan yaitu kerja sama antara Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan guna
kelancaran pelayanan Administrasi Pemerintahan di suatu instansi pemerintahan yang
membutuhkan. Pejabat Pemerintahan memiliki kewajiban memberikan Bantuan Kedinasan kepada
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan untuk melaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan tertentu.
RESUME AGENDA III

MODUL SMART ASN


Literasi Digital
Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan
proses mediasi media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia &
Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya
mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung
jawab.
Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan menggunakan media digital (digital
skills) saja, namun juga budaya menggunakan digital (digital culture), etis menggunakan media
digital (digital ethics), dan aman menggunakan media digital (digital safety).
Indikator Penyusunan Literasi
Digital Implementasi Literasi Digital
Kerangka kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture, digital
ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai metode
pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.
Etika Bermedia Digital
Tiga tantangan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia digital :
1. Penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Bukan
hanya jumlah dan aksesnya yang bertambah, durasi penggunaannya pun meningkat drastis .
2. Perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional ke media digital.
Karakter media digital yang serba cepat dan serba instan, menyediakan kesempatan tak terbatas
dan big data, telah mengubah perilaku masyarakat dalam segala hal, mulai dari belajar, bekerja,
bertransaksi, hingga berkolaborasi.
3. Intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi. Situasi pandemi COVID-19 yang
menyebabkan intensitas orang berinteraksi dengan gawai semakin tinggi, sehingga
memunculkan berbagai isu dan gesekan. Semua ini tak lepas dari situasi ketika semua orang
berkumpul di media guna melaksanakan segala aktivitasnya, tanpa batas.
Lanskap Digital – Internet dan Dunia Maya
● Lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan sosial, surel, situs daring, perangkat
seluler, dan lain sebagainya.
● Fungsi perangkat keras dan perangkat lunak saling berkaitan sehingga tidak bisa lepas satu sama
lain. Kita tidak bisa mengakses dunia digital tanpa fungsi dari keduanya.
● Komputer yang paling dekat dengan kehidupan kita adalah komputer pribadi. Komputer
merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut komputer yang didesain untuk penggunaan
individu (Wempen, 2015

MANAJEMEN ASN

Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN


Kedudukan ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang professional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme.
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam system birokrasi selama ini dianggap belum sempurna
untuk menciptakan birokrasi yang professional. Untuk dapat membangun profesionalitas birokrasi,
maka konsep yang dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas. Berikut beberapa konsep yang
ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Berdasarkan jenisnya, Pegawai
ASN terdiri atas: 1) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan 2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK).
Konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara berdasarkan jenisnya,
Pegawai ASN terdiri atas:
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional
2. Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Sedangkan PPPK adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan
Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan.
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan
oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan
dan partai politik. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain
untuk menjauhkan birokrasi dari pengaruh partai politik, hal ini dimaksudkan untuk menjamin
keutuhan, kekompakan dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran, dan
tenaga pada tugas yang dibebankan kepadanya.
Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan public;
2) Pelayan public; dan
3) Perekat dan pemersatu bangsa
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas: 1) Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan 2) Memberikan pelayanan
public yang professional dan berkualitas, dan 3) Mempererat persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat
pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik yang professional dan
berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap warganegara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik
dengan tujuan kepuasan pelanggan.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. ASN senantiasa dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan
Pemerintah. ASN senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan
kepentingan Negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan.
a. Hak dan Kewajiban ASN
Hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dengan baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan
akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN
sebagai berikut:
PNS berhak memperoleh:
1) gaji, tunjangan, dan fasilitas;
2) cuti;
3) jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
4) perlindungan; dan
5) pengembangan kompetensi
Sedangkan PPPK berhak
memperoleh:
1) gaji dan tunjangan;
2) cuti;
3) perlindungan; dan
4) pengembangan kompetensi
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU ASN disebutkan bahwa Setiap
Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi. Berdasarkan
Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan perlindungan berupa:
1) jaminan kesehatan;
2) jaminan kecelakaan kerja;
3) jaminan kematian; dan
4) bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan kata
lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan.
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
1. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
2. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
4. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung
jawab;
6. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan kepada
setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
7. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kode Etik ASN


Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode
etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
1) melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi;
2) melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3) melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4) melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
5) melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
6) menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;
7) menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif, dan efisien;
8) menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
9) memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
10) tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain;
11) memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN; dan
12) melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin Pegawai ASN.
Etika birokrasi penting sebagai panduan norma bagi aparat birokrasi dalam menjalankan tugas
pelayanan pada masyarakat dan menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan priabdi,
kelompok dan organisasinya. Etika diarahkan pada kebijakan yang benar-benar mengutamakan
kepentingan masyarakat luas.
Konsep Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN
Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang menggambarkan
diterapkannya obyektifitas dalam keseluruhan semua proses dalam pengelolaan ASN yakni pada
pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan
kinerja). Pengambilan keputusan dalam pengelolaan SDM didasarkan pada kemampuan dan
kualifikasi seseorang dalam atau untuk melaksanakan pekerjaan dan tidak berdasarkan
pertimbangan subyektif seperti afiliasi politik, etnis, dan gender. Obyektifitas dilaksanakan pada
semua tahapan dalam pengelolaan SDM (rekruitmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi).
UU ASN secara jelas mengakomodasi prinsip merit dalam pelaksanaan manajemen ASP. Aparatur
Sipil Negara (ASN) merupakan motor penggerak pemerintahan, pilar utama dalam melaksanakan
tugas sebagai pelayan publik yang secara langsung maupun tidak langsung bersinggungan dengan
masyarakat.
Peningkatan kualitas ASN ini akan mendukung upaya peningkatan kualitas pelayanan publik
menjadi tanggung jawab sektor publik. Langkah awal dalam memperbaiki kinerja pelayan publik
harus dimulai dari memperbaiki kinerja ASN secara individual. Manajemen yang baik bagi ASN
adalah kunci untuk memulai perubahan ke arah yang lebih baik dan diharapkan mampu
menciptakan suatu tata kelola pemerintahan yang baik pula. Melalui merit sistem, ASN akan
mendapatkan bentuk rewards dan punishment sebagai dampak dari produktivitas kerjanya dan
diharapkan mampu memenuhi aspek equity dikalangan ASN.
Kehadiran UU ASN menjadi tonggak penting dan harapan penerapan merit sistem ini dalam
pengelolaan SDM di Indonesia untuk mewujudkan aparat yang profesional dan berkualitas. Jaminan
penerapan sistem merit ini dapat kita jumpai dalam semua tahapan manajemen ASN. Pasal 1
tentang Ketentuan Umum memuat cakupan sistem merit dalam pengelolaan ASN:
“ Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras,
warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecatatan”.
Manfaat Sistem Merit bagi Organisasi
a. Mendukung keberadaan penerapan prinsip akuntabilitas
b. Dapat mengarahkan SDM utuk dapat mempertanggung jawabkan tugas dan fungsinya
c. instansi pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi
dan misinya
Manfaat Sistem Merit bagi Pegawai
a. Menjamin Keadilan dan ruang keterbukaan dlm perjalanan karir seorang pegawai
b. Memiliki Kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas diri
Komponen pengelolaan ASN sebagaimana di atas khususnya dalam penyusunan dan penetapan
kebutuhan (perencanaan kebutuhan pegawai/planning), penilaian kinerja (monitoring dan
penilaian), pengembangan kompetensi, promosi, mutasi, penghargaan.
Pelaksanaan sistem merit dalam pengelolaan SDM:
a. Perencanaan
1) Perencanaan Kebutuhan pegawai
2) Pegawai ASN terpilih
3) Pegawai ditempatkan sesuai dengan perencanaan
b. Jaminan sistem merit dalam monitoring, penilaian, pengembangan
1) Pangkat dan Jabatan
2) Pengembangan Karir
3) Mutasi Pegawai
4) Penilaian Kinerja
c. Kelembagaan dan jaminan sistem merit dalam pengelolaan ASN
1) Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) yang diberikan kewenangan untuk melakukan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan manajemen ASN untuk menjamin
perwujudan atau pelaksanaan sistem merit ini pada instansi pemerintah
2) Kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur
negara (yang saat ini di sebut Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi/kemen PAN dan RB) yang bertugas emberikan pertimbangan kepada Presiden
dalam penindakan Pejabat yang Berwenang dan Pejabat Pembina Kepegawaian atas
penyimpangan Sistem merit dalam pengelolaan ASN.
Mekanisme Pengelolaan ASN
Pengelolaan atau manajemen ASN pada dasarnya adalah kebijakan dan praktek dalam mengelola
aspek manusia atau sumber daya manusia dalam organisasi termasuk dalam hal ini adalah
pengadaan, penempatan, mutasi, promosi, pengembangan, penilaian dan penghargaan.
Manajemen ASN, terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen PPPK, Pengelolaan Jabatan
Pimpinan Tinggi, Organisasi dan Sistem Informasi.
A. Manajemen PNS dan PPK.
1. Manajemen PNS
Meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan,
pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan,
penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan hari tua, dan perlindungan.
a) Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan
Setiap Instansi Pemerintah wajib menyusunkebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS berdasarkan
analisis jabatan dan analisis beban kerja.
b) Pengadaan
Pengadaan PNS merupakan kegiatan untuk mengisi kebutuhan Jabatan Administrasi dan/atau
Jabatan Fungsional dalam suatu Instansi Pemerintah.
c) Pangkat dan Jabatan
PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentupada Instansi Pemerintah. Pengangkatan PNS
dalam jabatan tertentu ditentukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi,
kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi, kualifikasi, dan
persyaratan yang dimiliki oleh pegawai.
d) Pengembangan Karier
Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan
kebutuhan Instansi Pemerintah. Pengembangan karier PNS dilakukan dengan
mempertimbangkan integritas dan moralitas. Kompetensi meliputi:
e) Pola Karier
Setiap Instansi Pemerintah menyusun pola karier PNS secara khusus sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan pola karier nasional.
e) Promosi
Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi, dan
persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan, penilaian atas prestasi kerja, kepemimpinan, kerja
sama, kreativitas, dan pertimbangandari tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah, tanpa
membedakan jender, suku, agama, ras, dan golongan.
f) Mutasi
Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu) Instansi Pusat, antar-Instansi
Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar-Instansi Daerah, antar-Instansi Pusat dan Instansi Daerah,
dan ke perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia di luar negeri.
g) Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan PNS yang didasarkan
sistem prestasi dan sistem karier.
h) Penggajian dan Tunjangan
Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin kesejahteraan
PNS. Gaji dibayarkan sesuai dengan beban kerja, tanggungjawab, dan resiko pekerjaan.
i) Penghargaan
PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan
prestasikerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan. Penghargaan dapat
berupa pemberian : Tanda kehormatan, kenaikan pangkat istimewa, kesempatan prioritas untuk
pengembangan kompetensi, dan kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.
PNS yang dijatuhi sanksi administratif tingkat berat berupa pemberhentian tidak dengan hormat
dicabut haknya untuk memakai tanda kehormatan berdasarkan Undang-Undangini.
j) Disiplin
Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas, PNS wajib
mematuhi disiplin PNS. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan
disiplin terhadap PNS serta melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin.
k) Pemberhentian
PNS diberhentikan dengan hormat karena meninggal dunia, atas permintaan sendiri, mencapai
batas usia pensiun, perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan
pensiun dini, atau tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidakdapat menjalankan tugas
dan kewajiban. PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena melakukan penyelewengan
terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945, dihukum
penjara atau kurungan berdasarkan putusanpengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada
hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum, menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik, dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
pidana yang dilakukan dengan berencana.
PNS diberhentikan sementara, apabila diangkat menjadi pejabat negara, diangkat menjadi
komisioner atau anggota lembaganonstruktural, atau ditahan karena menjadi tersangka tindak
pidana.
Batas usia pensiun yaitu:
1. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi;
2. 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi;
3. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan bagi Pejabat Fungsional.
l) Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua
PNS yang berhenti bekerja berhak atas jaminan pensiun dan jaminan hari tua PNS sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Jaminan pensiun PNS dan jaminan hari tua PNS
diberikan sebagai perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua, sebagai hak dan sebagai
penghargaan atas pengabdian PNS.
m)Perlindungan
Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa:
1. jaminan kesehatan;
2. jaminan kecelakaan kerja;
3. jaminan kematian; dan
2. Manajemen PPPK
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, penggajian
dan tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan
perjanjian kerja dan perlindungan.
a) Penetapan Kebutuhan
Jenis jabatan yang dapat diisi oleh PPPK diatur dengan Peraturan Presiden. Setiap Instansi
Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PPPK berdasarkan analisis
jabatan dan analisis beban kerja.
b) Pengadaan
Penerimaan calon PPPK dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah melalui penilaian secara objektif
berdasarkan kompetensi, kualifikasi, kebutuhan Instansi Pemerintah, dan persyaratan lain yang
dibutuhkan dalam jabatan.
c) Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja PPPK dilakukan berdasarkan perjanjian kerja di tingkat individu dan tingkat
unit atau organisasi dengan memperhatikan target, sasaran, hasil, manfaat yang dicapai, dan
perilaku pegawai.
d) Penggajian dan Tunjangan
Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PPPK. Gaji diberikan berdasarkan
beban kerja, tanggung jawab jabatan, dan resiko pekerjaan.
e) Pengembangan Kompetensi
PPPK diberikan kesempatan untuk pengembangankompetensi. Kesempatan untuk
pengembangan kompetensi direncanakan setiap tahun oleh Instansi Pemerintah.
f) Pemberian Penghargaan
PPPK yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan
prestasikerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan. Penghargaan dapat
berupa pemberian : tanda kehormatan, kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi,
kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.
PPPK yang dijatuhi sanksi administratif tingkat berat berupa pemutusan hubungan perjanjian
kerja tidak dengan hormat dicabut haknya untuk memakai tanda kehormatan berdasarkan
Undang- Undang ini.
g) Disiplin
Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PPPK serta melaksanakan
berbagai upaya peningkatan disiplin. PPPK yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi
hukuman disiplin.
h) Pemutusan Hubungan Perjanjian Kerja
Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat karena : jangka waktu
perjanjian kerja berakhir, meninggal dunia, atas permintaan sendiri, perampingan organisasi atau
kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pengurangan PPPK, atau tidak cakap jasmani
dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban sesuai perjanjian kerja
yang disepakati.
Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukandengan hormat tidak atas permintaan
sendiri karena : dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan, melakukan pelanggaran
disiplin PPPK tingkat berat, atau tidak memenuhi target kinerja yang telah disepakati sesuai
dengan perjanjian kerja.
Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan tidak dengan hormat karena:
1. melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD
2. dihukum penjara atau kurungan
3. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau
4. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan
i) Perlindungan
Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa: jaminan hari tua, jaminan kesehatan,
jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan bantuan hukum.
B. Pengelolaan Jabatan Pimpinan Tinggi
1. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan
kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan,
pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Pusat
Untuk pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan/atau madya, panitia seleksi Instansi
Pemerintah memilih 3 (tiga) nama calon untuk setiap 1 (satu) lowongan jabatan. Tiga nama
calon pejabat pimpinan tinggi utama dan/atau madya yang terpilih disampaikan kepada Pejabat
Pembina Kepegawaian. Pejabat Pembina Kepegawaian mengusulkan 3 (tiga) nama calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Presiden. Presiden memilih 1 (satu) nama dari 3
(tiga) nama calon yang disampaikan untuk ditetapkan sebagai pejabatpimpinan tinggi utama
dan/atau madya.
3. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Daerah
Pengisian jabatan pimpinan tinggi madya di tingkat provinsi dilakukan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi. Panitia seleksi memili 3 (tiga)
nama calon pejabat pimpinan tinggi madya untuk setiap 1 (satu) lowongan jabatan. Tiga calon
nama pejabat pimpinan tinggi madya yang terpilih disampaikan kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian. Pejabat Pembina Kepegawaian mengusulkan 3 (tiga) nama calon pejabat
pimpinan tinggi madya kepada Presiden melalui menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri. Presiden memilih 1 (satu) nama dari 3 (tiga) nama calon yang
disampaikan untuk ditetapkan sebagai pejabatpimpinan tinggi madya.
Khusus untuk pejabat pimpinan tinggi pratama yang memimpin sekretariat daerah
kabupaten/kota sebelum ditetapkan oleh bupati/walikota dikoordinasikan dengan gubernur.
4. Penggantian Pejabat Pimpinan Tinggi
Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua)
tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang
ditentukan. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki
paling lama 5 (lima) tahun.
Pejabat Pimpinan Tinggi yang Mencalonkan sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati/Walikota, dan Wakil Bupati/Wakil Walikota Pejabat pimpinan tinggi madya dan pejabat
pimpinan tinggi pratama yang akan mencalonkan diri menjadi gubernur dan wakil gubernur,
bupati/walikota, dan wakil bupati/wakil walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis
dari PNS sejak mendaftar sebagai calon.
5. Pengawasan dalam Proses Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan
yang disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri. Dalam
melakukan pengawasan proses pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan jabatan pimpinan
tinggi madya di Instansi Pusat dan jabatan pimpinan tinggi madya di Instansi Daerah KASN
berwenang memberikan rekomendasi kepada PejabatPembina Kepegawaian dalam hal:
1. pembentukan panitia seleksi;
2. pengumuman jabatan yang lowong;
3. pelaksanaan seleksi; dan
4. pengusulan nama calon.
Dalam melakukan pengawasan pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama di Instansi Pusat dan
Instansi Daerah KASN berwenang memberikan rekomendasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
dalam hal:
1. pembentukan panitia seleksi;
2. pengumuman jabatan yang lowong;
3. pelaksanaan seleksi;
4. pengusulan nama calon;
5. penetapan calon; dan
6. pelantikan.
Rekomendasi KASN bersifat mengikat. KASN menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada
Presiden.
6. Pegawai ASN yang menjadi Pejabat
Pegawai ASN dapat menjadi pejabat negara. Pejabat negara yaitu:
a. Presiden dan Wakil Presiden;
b. Ketua, wakil , dan anggota MajelisPermusyawaratan Rakyat;
c. Ketua, wakil, dan anggota DPR, Ketua, wakil ketua, dan anggota DPD;
d. Ketua, wakil ketua, ketua muda dan hakim agung padaMahkamah Agung serta ketua, wakil
ketua, dan hakim pada semua badan peradilan kecuali hakim ad hoc;
e. Ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi;
f. Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
g. Ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial
h. Ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi;
i. Menteri dan jabatan setingkat menteri;
j. Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar
Luar Biasa dan Berkuasa Penuh;
k. Gubernur dan wakil gubernur
l. Bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota; dan
m. Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh Undang- Undang.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkatan,pemberhentian, pengaktifan kembali, dan
hak kepegawaian PNS yang diangkat menjadi pejabat negara dan pimpinan atau anggota
lembaga nonstruktural diatur dalam Peraturan Pemerintah.
C. Organisasi
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia. Korps
profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan:
1. menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN
2. mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
Dalam mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) korps profesi ASN Republik
Indonesia memiliki fungsi:
1. pembinaan dan pengembangan profesi ASN;
2. memberikan perlindungan hukum dan advokasi
3. memberikan rekomendasi kepada majelis kode etik
4. menyelenggarakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan anggota
Ketentuan lebih lanjut mengenai korps profesi Pegawai ASN diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
2. Sistem Informasi ASN
Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar- Instansi
Pemerintah. Sistem Informasi ASN memuat seluruh informasi dan dataPegawai ASN. Data
Pegawai ASN paling kurang memuat data riwayat hidup, riwayat pendidikan formal dan non
formal, riwayat jabatan dan kepangkatan, riwayat penghargaan, tanda jasa, atau tanda
kehormatan, riwayat pengalaman berorganisasi, riwayat gaji, riwayat pendidikan dan latihan,
daftar penilaian prestasi kerja, surat keputusan; dan kompetensi.

3. Penyelesaian Sengketa
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri
dari keberatan dan banding administratif.

Anda mungkin juga menyukai