TUGAS JURNAL
Disusun Oleh :
I. Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan adalah cara pandang Bangsa Indonesia dalam mengelola kehidupan
berbangsa dan bernegara yang dilandasi jatidiri bangsa dan kesadaran terhadap sistem
nasional yang bersumber dari Pancasila, Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika, untuk memecahkan
berbagai persoalan bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur
dan sejahtera.
Wawasan kebangsaan merupakan pedoman atau acuan bekal untuk mengawali pengabdian
kepada Negara dan Bangsa. Wawasan Kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara
pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan
lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri dari segala
bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang.
Perjuangan bangsa Indonesia yang waktu itu masih bersifat lokal ternyata tidak membawa
hasil, karena belum adanya persatuan dan kesatuan, sedangkan di sisi lain kaum colonial
terus menggunakan politik “devide et impera”. Kendati demikian, catatan sejarah
perlawanan para pahlawan itu telah membuktikan kepada kita tentang semangat perjuangan
bangsa Indonesia yang tidak pernah padam dalam usaha mengusir penjajah dari Nusantara.
Dalam perkembangan berikutnya, muncul kesadaran bahwa perjuangan yang bersifat
nasional, yakni perjuangan yang berlandaskan persatuan dan kesatuan dari seluruh bangsa
Indonesia akan mempunyai kekuatan yang nyata. Kesadaran tersebut kemudian
mendapatkan bentuk dengan lahirnya pergerakan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908
yang merupakan tonggak awal sejarah perjuangan bangsa yang bersifat nasional itu, yang
kemudian disusul dengan lahirnya gerakan-gerakan kebangsaan di bidang politik,
ekonomi/perdagangan, pendidikan, kesenian, pers dan kewanitaan. Tekad perjuangan itu
lebih tegas lagi dengan Sumpah Pemuda 28
Oktober 1928 dengan ikrar “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan menjunjung tinggi bahasa
persatuan bahasa Indonesia”. Wawasan kebangsaan tersebut kemudian mencapai satu
tonggak sejarah, bersatu padu memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus
1945. Dalam perjalanan sejarah itu telah timbul pula gagasan, sikap, dan tekad yang
bersumber dari nilai- nilai budaya bangsa serta disemangati oleh cita-cita moral rakyat yang
luhur. Sikap dan tekad itu adalah pengejawantahan dari satu Wawasan Kebangsaan.
a) Pengertian Wawasan Kebangsaan Istilah Wawasan Kebangsaan terdiri dari dua suku kata
yaitu “Wawasan” dan “Kebangsaan”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002)
dinyatakan bahwa secara etimologis istilah “wawasan” berarti: (1) hasil mewawas, tinjauan,
pandangan dan dapat juga berarti (2) konsepsi cara pandang. Wawasan Kebangsaan sangat
identik dengan Wawasan Nusantara yaitu cara pandang bangsa Indonesia dalam mencapai
tujuan nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik,
sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan (Suhady dan Sinaga, 2006).
“Kebangsaan” berasal dari kata “bangsa” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2002) berarti kelompok masyarakat yang bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan
sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Sedangkan “kebangsaan” mengandung arti (1)
ciri-ciri yang menandai golongan bangsa, (2) perihal bangsa; mengenai (yang bertalian
dengan) bangsa, (3) kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara. Dengan demikian
wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi akan
kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Prof. Muladi, Gubernur Lemhannas RI, meyampaikan
bahwa wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya, mengutamakan kesatuan dan persatuan wilayah dalam penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesatuan atau integrasi nasional
bersifat kultural dan tidak hanya bernuansa struktural mengandung satu kesatuan ideologi,
kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, dan kesatuan pertahanan dan
keamanan. Wawasan kebangsaan menentukan cara bangsa mendayagunakan kondisi
geografis negara, sejarah, sosio-budaya, ekonomi dan politik serta pertahanan keamanan
dalam mencapai cita-cita dan menjamin kepentingan nasional. Wawasan kebangsaan
menentukan bangsa menempatkan diri dalam tata berhubungan dengan sesama bangsa dan
dalam pergaulan dengan bangsa lain di dunia internasional. Wawasan kebangsaan
mengandung komitmen dan semangat persatuan untuk menjamin keberadaan dan
peningkatan kualitas kehidupan bangsa dan menghendaki pengetahuan yang memadai
tentang tantangan masa kini dan masa mendatang serta berbagai potensi bangsa. Wawasan
kebangsaan dapat juga diartikan sebagai sudut pandang/cara memandang yang mengandung
kemampuan seseorang atau kelompok orang untuk memahami keberadaan jati diri sebagai
suatu bangsa
dalam memandang dirinya dan bertingkah laku sesuai falsafah hidup bangsa dalam
lingkungan internal dan lingkungan eksternal (Suhady dan Sinaga, 2006). Dengan demikian
dalam kerangka NKRI, wawasan kebangsaan adalah cara kita sebagai bangsa Indonesia di
dalam memandang diri dan lingkungannya dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup
perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan
pertahanan keamanan, dengan berpedoman pada falsafah Pancasila dan UUD 1945 atau
dengan kata lain bagaimana kita memahami Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan
POLEKSOSBUD dan HANKAM. b). Wawasan Kebangsaan Indonesia Konsep kebangsaan
merupakan hal yang sangat mendasar bagi bangsa Indonesia. Dalam kenyataannya konsep
kebangsaan itu telah dijadikan dasar negara dan ideologi nasional yang terumus di dalam
Pancasila sebagaimana terdapat dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945. Konsep
kebangsaan itulah yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia
ini. Dorongan yang melahirkan kebangsaan kita bersumber dari perjuangan untuk
mewujudkan kemerdekaan, memulihkan martabat kita sebagai manusia. Wawasan
kebangsaan Indonesia menolak segala diskriminasi suku, ras, asal-usul, keturunan, warna
kulit, kedaerahan, golongan, agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
kedudukan maupun status sosial. Konsep kebangsaan kita bertujuan membangun dan
mengembangkan persatuan dan kesatuan. Dalam zaman Kebangkitan Nasional 1908 yang
dipelopori oleh Budi Utomo menjadi tonggak terjadinya proses Bhineka Tunggal Ika.
Berdirinya Budi Utomo telah mendorong terjadinya gerakan-gerakan atau organisasi-
organisasi yang sangat majemuk, baik di pandang dari tujuan maupun dasarnya. Dengan
Sumpah Pemuda, gerakan Kebangkitan Nasional, khususnya kaum pemuda berusaha
memadukan kebhinnekaan dengan ketunggalikaan. Kemajemukan, keanekaragaman seperti
suku bangsa , adat istiadat, kebudayaan, bahasa daerah, agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa tetap ada dan dihormati. Wawasan kebangsaan Indonesia tidak
mengenal adanya warga negara kelas satu, kelas dua, mayoritas atau minoritas. Hal ini
antara lain dibuktikan dengan tidak dipergunakannya bahasa Jawa misalnya, sebagai bahasa
nasional tetapi justru bahasa melayu yang kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia.
Derasnya pengaruh globalisasi, bukan mustahil akan memporak porandakan adat budaya
yang menjadi jati diri kita sebagai suatu bangsa dan akan melemahkan paham nasionalisme.
Paham nasionalisme adalah suatu paham yang menyatakan bahwa loyalitas tertinggi
terhadap masalah duniawi dari setiap warga bangsa ditunjukan kepada negara dan bangsa.
Meskipun dalam awal pertumbuhan nasionalisme diwarnai oleh slogan yang sangat terkenal,
yaitu: liberty, equality, fraternality, yang merupakan pangkal tolak nasionalisme yang
demokratis, namun dalam perkembangannya nasionalisme pada setiap bangsa sangat
diwarnai oleh nilai-nilai dasar yang
berkembang dalam masyarakatnya masing-masing, sehingga memberikan ciri khas bagi
masing-masing bangsa. Wawasan kebangsaan Indonesia menjadikan bangsa yang tidak
dapat mengisolasi diri dari bangsa lain yang menjiwai semangat bangsa bahari yang
terimplementasikan menjadi wawasan nusantara bahwa wilayah laut Indonesia adalah
bagian dari wilayah negara kepulauan yang diakui dunia. Wawasan kebangsaan merupakan
pandangan yang menyatakan negara Indonesia merupakan satu kesatuan dipandang dari
semua aspek sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dalam mendayagunakan konstelasi
Indonesia, sejarah dan kondisi sosial budaya untuk mengejawantahan semua dorongan dan
rangsangan dalam usaha mencapai perwujudan aspirasi bangsa dan tujuan nasional yang
mencakup kesatuan politik, kesatuan sosial budaya, kesatuan ekonomi, kesatuan pertahanan
keamanan (Suhady dan Sinaga, 2006). Wawasan kebangsaan Indonesia yang menjadi
sumber perumusan kebijakan desentralisasi pemerintahan dan pembangunan dalam rangka
pengembangan otonomi daerah harus dapat mencegah disintegrasi / pemecahan negara
kesatuan, mencegah merongrong wibawa pemerintah pusat, mencegah timbulnya
pertentangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Melalui upaya tersebut
diharapkan dapat terwujud pemerintah pusat yang bersih dan akuntabel dan pemerintah
daerah yang tumbuh dan berkembang secara mandiri dengan daya saing yang sehat antar
daerah dengan terwujudnya kesatuan ekonomi, kokohnya kesatuan politik, berkembangnya
kesatuan budaya yang memerlukan warga bangsa yang kompak dan bersatu dengan ciri
kebangsaan, netralitas birokrasi pemerintahan yang berwawasan kebangsaan, sistem
pendidikan yang menghasilkan kader pembangunan berwawasan kebangsaan. Wawasan
kebangsaan Indonesia memberi peran bagi bangsa Indonesia untuk proaktif mengantisipasi
perkembangan lingkungan stratejik dengan memberi contoh bagi bangsa lain dalam
membina identitas, kemandirian dan menghadapi tantangan dari luar tanpa konfrontasi
dengan meyakinkan bangsa lain bahwa eksistensi bangsa merupakan aset yang diperlukan
dalam mengembangkan nilai kemanusiaan yang beradab (Sumitro dalam Suhady dan
Sinaga, 2006). Akhirnya, bagi bangsa Indonesia, untuk memahami bagaimana wawasan
kebangsaan perlu memahami secara mendalam falsafah Pancasila yang mengandung nilai-
nilai dasar yang akhirnya dijadikan pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku yang
bermuara pada terbentuknya karakter banagsa. c) Makna Wawasan Kebangsaan Wawasan
Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki makna: (1). Wawasan kebangsaan
mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan;
(2). Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga
asas Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan; (3). Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat
pada patriotisme yang licik; (4). Dengan
wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila, bangsa Indonesia
telah berhasil merintis jalan menjalani misinya di tengah-c) Makna Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan bagi bangsa Indonesia memiliki makna: (1). Wawasan kebangsaan
mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan;
(2). Wawasan kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga
asas Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan; (3). Wawasan kebangsaan tidak memberi tempat
pada patriotisme yang licik; (4). Dengan wawasan kebangsaan yang dilandasi oleh
pandangan hidup Pancasila, bangsa Indonesia telah berhasil merintis jalan menjalani
misinya di tengah- tengah tata kehidupan di dunia; (5). NKRI yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri
serta sejahtera lahir batin, sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju. d) Nilai Dasar
Wawasan Kebangsaan Nilai Wawasan Kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan
kesatuan bangsa memiliki enam dimensi yang bersifat mendasar dan fundamental, yaitu: (1).
Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa; (2). Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merkeka, dan
besatu; (3). Cinta akan tanah air dan bangsa; (4). Demokrasi atau kedaulatan rakyat; (5).
Kesetiakawanan sosial; (6). Masyarakat adil-makmur.
sejarah perjuangan bangsa Indonesia mengemban Amanat Penderitaan Rakyat semenjak
masa Kebangkitan Nasional maka akan jelas terlihat laksana benang merah yang menjulur
seluruh sejarah perjuangan bangsa Indonesia, empat angkatan perjuangan pengemban
AMPERA yang saling jalin-menjalin satu dengan yang lainnya. Keempat angkatan
perjuangan itu adalah, Angkatan 1908 yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo sebagai
suatu organisasi perjuangan modern yang pertama. Berdirinya Budi Utomo pada 20 Mei
1908 adalah kebangkitan kesadaran nasional yang mengandung arti yang maha penting bagi
rakyat dan bangsa Indonesia; karena kebangkitan nasional itu berarti permulaan dari
berakhirnya rezim- kolonialisme Belanda di persada nusantara. Angkatan 1928 dua puluh
tahun setelah lahirnya Budi Utomo lahirlah angkatan ’28 yang mencetuskan Sumpah Sakti
Pemuda : SATU NUSA, SATU BANGSA DAN SATU BAHASA INDONESIA.
1) 20 Mei 1908, puluhan anak muda berkumpul di aula Stovia. Dalam pertemuan itu mereka
sepakat mendirikan organisasi Boedi Oetomo
2) Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan organisasi pergerakan nasional pertama yang
menggunakan istilah "Indonesia". Bahkan Perhimpunan Indonesia menjadi pelopor
kemerdekaan bangsa Indonesia di kancah internasional. Perhimpunan Indonesia (PI)
diprakarsai oleh Sutan Kasayangan dan R. N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di
Leiden,Belanda
3) Pada tanggal 30 April 1926 di Jakarta diselenggarakan “Kerapatan Besar Pemuda”, yang
kemudian terkenal dengan nama “Kongres Pemuda I”. Kongres Pemuda I ini dihadiri
oleh wakil organisasipemuda Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Sekar
Rukun, Jong Islamieten Bond, Studerenden Minahasaers, kemudian Jong Bataks Bond
dan Pemuda Kaum Theosofi juga ikut dalam kerapatan besar.
4) Pada 27-28 Oktober 1928, Kongres Pemuda Kedua dilaksanakan.
5) Pada 1 Maret 1945 dalam situasi kritis, Letnan Jendral Kumakici Harada, pimpinan
pemerintahpendudukan Jepang di Jawa, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
6) PPKI terbentuk pada 7 Agustus 1945.
Kesadaran tersebut kemudian mendapatkan bentuk dengan lahirnya pergerakan Budi Utomo pada
tanggal 20 Mei 1908 yang merupakan tonggak awal sejarah perjuangan bangsa yang bersifat
nasional itu, yang kemudian disusul dengan lahirnya gerakan-gerakan kebangsaan di bidang politik,
ekonomi/perdagangan, pendidikan, kesenian, pers dan kewanitaan. Tekad perjuangan itu lebih tegas
lagi dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dengan ikrar “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan
menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia”. Wawasan kebangsaan tersebut kemudian
mencapai satu tonggak sejarah, bersatu padu memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945.
3. Menurut anda, apakah relevansi 4 konsesus dasar kehidupan berbangsa dan bernegara
dalam mewujudkan profesionalitas ASN ?
Adanya relevansi 4 konsesus dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara bisa
dimplementasikan oleh seorang ASN karena mengandung nilai-nilai yang pedoman yang
menunjang dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara. 4 konsensus dasar.tersebut adalah
Pancasila yang rumusannya tertuang dalam UUD 1945, sebagai ideologi negara, pandangan hidup
bangsa, dasar negara dan sumber dari segala sumber hukum Indonesia sebagai landasan bagi kokoh
tegaknya negara dan bangsa. Undang - Undang Dasar 1945 yakni sebagai kunci pokok pertama
dari system Pemerintahan Negara yang berbunyi “Indonesia ialah Negara yang berdasar atas
hukum (rechstaat) dan bukan berdasar atas kekuasaan belaka (machtstaat), Bhinneka Tunggal
Ika berarti
berbeda-beda tetapi pada hakekatnya satu. Sebab meskipun secara keseluruhannya memiliki
perbedaan tetapi pada hakekatnya satu, satu bangsa dan negara Republik Indonesia, Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
- Alinea Pertama : Mengandung nilai - nilai motivasi, dasar, dan pembenaran perjuangan
sebagaimana disebutkan dalam bagian "Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan."
- Alinea Kedua : Mengandung nilai – nilai/ cita-cita bangsa Indonesia. Sebagaimana
disebutkan dalam bagian "Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur."
- Alinea Ketiga : Mengandung sebuah petunjuk atau tekad dalam pelaksanaannya.
Sebagaimana disebutkan dalam bagian saat menyatakan kemerdekaan "Atas berkat rakhmat
Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur"
- Alinea keempat : Mengandung nilai – nilai berisikan tugas negara atau tujuan nasional,
penyusunan UUD 1945, bentuk susunan negara, dan dasar negara indonesia (Pancasila).
4. Jelaskan kedudukan batang tubuh dari UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Dari sudut hukum, batang tubuh UUD 1945 merupakan tataran pertama dan utama dari
penjabaran 5 (lima) norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar
lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi
kerangka dasar hukum sistem administrasi negara Republik Indonesia pada umumnya, atau
khususnya sistem penyelenggaraan pemerintahan negara yang mencakup aspek kelembagaan,
aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.
5. Jelaskan kedudukan dan peran ASN dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia
Kedudukan ASN dalam NKRI sebagai unsur aparatur negara yang berfungsi sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa. ASN melaksanakan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah. Dalam menjalankan tugasnya,
PNS harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Berdasarkan
Pasal 11 UU ASN, tugas Pegawai ASN adalah sebagai berikut : a. Melaksanakan kebijakan
publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan; b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan c.
Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peran ASN dalam
NKRI merujuk pada Pasal 12 UU Nomor 5 Tahun 2014, pegawai ASN (PNS dan PPPK)
berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik
yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
RESUME MODUL 2
ANALISIS ISU KONTEMPORER
a) Mind Mapping: teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual
dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan;
b) Fishbone Diagram: pendekatan fishbone diagram juga berupaya memahami persoalan
dengan memetakan isu berdasarkan cabang-cabang terkait. Namun demikian fishbone
diagram atau diagram tulang ikan ini lebih menekankan pada hubungan sebab akibat;
c) Analisis SWOT: suatu metoda analisis yang digunakan untuk menentukan dan
mengevaluasi, mengklarifikasi dan memvalidasi perencanaan yang telah disusun, sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Secara umum perencanaan strategik melalui 3
tahapan yaitu pengumpulan data, tahap analisis (matriks SWOT/TOWS, matriks internal
eksternal), dan tahap pengambilan keputusan.
Strategi bersikap yang harus ditunjukan dalam analisis isu adalah dengan cara-cara objektif
dan dapat dipertanggungjawabkan serta terintegrasi/komprehensif. Oleh karena itu
dibutuhkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan objektif terhadap satu persoalan,
sehingga dapat merumuskan alternatif pemecahan masalah yang lebih baik dengan dasar
analisa yang matang.
D. Analisis Kesenjangan atau Gap Analysis
Gap Analysis adalah perbandingan kinerja aktual dengan kinerja potensial atau yang
diharapkan. Metode ini merupakan alat evaluasi bisnis yang menitikberatkan pada
kesenjangan kinerja perusahaan saat ini dengan kinerja yang sudah ditargetkan sebelumnya,
misalnya yang sudah tercantum pada rencana bisnis atau rencana tahunan pada masing-
masing fungsi perusahaan. Analisis kesenjangan juga mengidentifikasi tindakan-tindakan
apa
saja yang diperlukan untuk mengurangi kesenjangan atau mencapai kinerja yang diharapkan
pada masa datang. Selain itu, analisis ini memperkirakan waktu, biaya, dan sumberdaya
yang dibutuhkan untuk mencapai keadaan perusahaan yang diharapkan
RESUME MODUL 3
KESIAPSIAGAAN BELA
NEGARA
Manfaat mempelajari baris berbaris yaitu guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan
tangkas, rasa persatuan, disiplin, sehingga dengan demikian peserta Latsar CPNS senantiasa
dapat mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu dan secara tidak langsung
juga menanamkan rasa tanggung jawab.
B. Keprotokolan
Keprotokolan adalah pengaturan yang berisi norma-norma atau aturan-aturan atau kebiasaan-
kebiasaan mengenai tata cara agar suatu tujuan yang telah disepakati dapat dicapai. Dengan
kata lain protokol dapat diartikan sebagai tata cara untuk menyelenggarakan suatu acara agar
berjalan tertib, hikmat, rapi, lancar dan teratur serta memperhatikan ketentuan dan kebiasaan
yang berlaku, baik secara nasional maupun internasional. Dengan meningkatnya hubungan
antar bangsa, lambat laun orang mulai mencari suatu tatanan yang dapat mendekatkan satu
bangsa dengan bangsa lainnya dan dapat diterima secara merata oleh semua pihak. Esensi di
dalam tatanan tersebut antara lain mencakup : a. Tata cara, yang menentukan tindakan yang
harus dilakukan dalam suatu acara tertentu. b. Tata krama, yang menentukan pilihan kata-kata,
ucapan dan perbuatan yang sesuai dengan tinggi rendahnya jabatan seseorang. c. Rumus-
rumus dan
aturan tradisi / kebiasaan yang telah ditentukan secara universal ataupun di dalam suatu bangsa
itu sendiri.
Pemahaman dasar mengenai etika keprotokolan serta pengembangan kepribadian mutlak
diperlukan dan akan menjadi panduan serta modal dasar keberhasilan pribadi seorang CPNS
dalam memberikan pelayanan prima untuk mencapai kelancaran dan kesuksesan tugas pada
setiap acara resmi dan/atau kenegaraan baik di dalam negeri maupun pada acara internasional.
C. Kewaspadaan Dini
Dalam rangka penyelenggaraan otonomi, daerah mempunyai kewajiban melindungi
masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional serta keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Kepala daerah dan wakil kepala daerah mempunyai kewajiban
memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat dan untuk mewujudkan ketenteraman,
ketertiban dan perlindungan masyarakat perlu dilakukan upaya-upaya kewaspadaan dini oleh
masyarakat.
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, telah mengamanatkan tujuan
Negara adalah, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, oleh sebab itu maka semua warga bangsa mempunyai kewajiban yang sama untuk
mewujudkan tujuan Negara bangsa dimaksud, tidak terkecuali bagi para Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS).
Salah satu pembekalan dasar bagi CPNS adalah pengetahuan bagaimana cara melakukan bela
Negara, dan nilai-nilai dasar yang ada didalamnya. Sebagai bagian dari cara melakukan bela
Negara CPNS juga diharapkan mempunyai rasa keingintahuan terhadap berbagai gejala yang
dapat meningkatkan kemajuan bangsa namun juga yang memungkinkan dapat merusak
persatuan dan kesatuan bangsa bahkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain
pengetahuan dasar Wawasan Kebangsaan dan Nilai - Nilai Dasar Bela Negara, para Calon
Pegawai Negeri Sipil juga diharapkan mempunyai pengetahuan lain, antara lain Kewaspadaan
Dini. Kemampuan kewaspadaan dini ialah kemampuan yang dikembangkan untuk mendukung
sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer dan pertahanan nirmiliter secara optimal,
sehingga terwujud kepekaan, kesiagaan, dan antisipasi setiap warga negara dalam menghadapi
potensi ancaman. Di sisi lain, kewaspadaan dini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai
dampak ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang bisa menjadi ancaman bagi
kedaulatan, keutuhan NKRI dan keselamatan bangsa.
D. Membangun TIM
PNS yang samapta adalah PNS yang mampu meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan terkait dengan pelaksanaan kerja. Dengan memiliki kesiapsiagaan yang baik maka
PNS akan mampu mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik dari
dalam maupun dari luar. Sebaliknya jika kesiapsiagaan yang dimiliki oleh PNS akan mudah
sulit mengatasi adanya ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan. Oleh karena itu melalui
Latsar CPNS ini, Anda diberikan pembekalan berupa pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai
kesiapsiagaan melalui berbagai macam permainan yang berguna untuk membangun tim yang
efektif dalam setiap melaksanakan kegiatan yang memerlukan kerjasama 2 orang atau lebih.
RESUME AGENDA II
MODUL 1
BERORIENTASI PELAYANAN
A. Konsep Pelayanan Publik
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik adalah
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik
Pelayanan publik yang berkualitas harus berorientasi kepada pemenuhan kepuasan pengguna
layanan. Apabila dikaitkan dengan tugas ASN dalam melayani masyarakat, pelayanan yang
berorientasi pada customer satisfaction adalah wujud pelayanan yang terbaik kepada masyarakat
atau dikenal dengan sebutan pelayanan prima. Pelayanan prima didasarkan pada implementasi
standar pelayanan yang dimiliki oleh penyelenggara.
Adapun prinsip pelayanan publik yang baik adalah:
- Partisipatif
- Efektif dan Efisien
- Transparan
- Aksesibel
- Responsif
- Akuntabel
- Tidak diskriminatif
- Berkeadilan
- Mudah dan Murah
Tiga unsur penting dalam pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1)
penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat,
stakeholders, atau sektor privat, dan 3) kepuasan yangdiberikan dan/atau diterima oleh
penerima layanan.
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publikyang berkualitas yaitu:
a. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang
berkualitas;
b. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat
c. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan
pelayanan publik;
d. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti
pengaduan masyarakat;
e. Kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja, fleksibilitas
kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana prasarana; dan
f. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja
penyelenggara pelayanan publik.
Pelayanan publik yang prima sudah tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga pemerintah ingin
meningkatkan kepercayaan publik, karena dapat menimbulkan kepuasan bagi pihak-pihak yang
dilayani.
Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Untuk menjalankan fungsi tersebut,
pegawai ASN bertugas untuk: a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b.
memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan c. mempererat persatuan
dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
MODUL 2
AKUNTABEL
A. Konsep Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk dipahami.
Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah sesuatu yang sangat
penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata
akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada
dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban
untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat.
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala
tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih
luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan kepadanya. Amanah seorang ASN
menurut SE Meneteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20
Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN
BerAKHLAK. Dalam konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah: • Kemampuan
melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi •
Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien • Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas
tinggi.
Terdapat lima aspek akuntabilitas yaitu:
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu pertama, untuk
menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas (peran belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas
vertical (vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas
individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.
SOAL LATIHAN
1. Dalam hal penyelenggaraan pemerintahan, sering kita dengan istilah kata responsibilitas dan
akuntabilitas. Kedua kata tersebut mempunyai arti dan makna yang berbeda. Apa yang
membedakan antara responsibilitas dan akuntabilitas dilihat dari pengertiannya? Dan berikan
pendapat anda terkait konsep responsibiltas dan akuntabilitas tersebut?
Kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral
individu, sedangkan Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Antara konsep tersebut saling
berhubungan satu sama lainnya karena memberikan pertanggungjawaban laporan yang
direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Bacalah kembali pembuka Bab II yang dikutip dari Laporan Tahun 2020 Ombudsman
Republik Indonesia, menurut Anda, bagaimana kasus itu bila dilihat dari konteks
Akuntabilitas?
layanan publik di negeri ini kerap dimanfaatkan oleh ‘oknum’ pemberi layanan untuk
mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok. Peribahasa ‘Waktu Adalah Uang’
digunakan oleh banyak ‘oknum’ untuk (Lanjutan) Singkat cerita, Sdr Romi berbelas
kasihan kepada pada tersangka yang telah memukuli anaknya, dan menyampaikan
ucapan terima kasih kepada Ombudsman Banten karena telah sangat membantu
mendapatkan pelayanan hukum untuk mendapatkan keadilan. Dengan demikian bahwa
setiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan hukum yang sama dan jangan
khawatir untuk melaporkan jika ada dugaan penyimpangan penanangan laporan di
kepolisian, karena hak setiap warga negara dilindungi undang- undang. Memberikan
layanan spesial bagi mereka yang memerlukan waktu layanan yang lebih cepat dari
biasanya. Dengan tingkat sosial yang lebih tinggi maka pelayanan publik akan lebih
diutamakan.
3. Dalam hal pelayanan publik, masih sering diketemukan keluhan dari masyarakat terhadap
kinerja pelayan publik. Masyarakat merasakan kinerja yang lambat, berbelit-belit, maupun
tidak efisien ketika berhadapan dengan pelayan publik ataupun birokrasi publik. Padahal
sejatinya sebagai abdi negara, birokrasi publik harus memberikan pelayanan yang baik
kepada masyarakat,
Menurut anda, seberapa penting nilai-nilai akuntabilitas publik jika dikaitkan dengan fenomena
tersebut? Jelaskan
Layanan publik dewasa ini sangatlah minim karena sering melihat dari tingkat sosial dan
tingkat Pendidikan. Di pelayanan publik nilai-nilai akuntabilitas sangatlah penting
karena masyarakat bisa merasakan jalan kinerja yang rapi, efisien dan ramah tamah.
Disini pun peran pemerintah yang bertugas sebagai pemegang wewenang saling erat
kaitannya dengan nilai-nilai akuntabilitas.
HARMONIS
Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk membangun budaya tempat kerja nyaman
dan berenergi positif. Ketiga hal tersebut adalah:
a. Membuat tempat kerja yang berenergi
b. Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikankontribusi
c. Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi
LOYAL
“Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus dimiliki dan
diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN. Untuk menjawab pertanyaan tersebut kajiannya
dapat dilakukan dengan melihat faktor internal dan faktor eksternal yang jadi penyebabnya.
a. Faktor Internal
Strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class
Government) sebagaimana tersebut di atas merupakan upaya-paya yang harus dilakukan
dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum pada alinea ke-4 Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Cita-cita mulia tersebut tentunya akan dapat
dengan mudah terwujud jika instansi-instansi pemerintah diisi oleh ASN-ASN yang
profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
yang mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat, melaksanakan kebijakan
publik serta mampu menjadi perekat dan persatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 sesuai dengan fungsinya sebagai ASN sebagaimana tertuang dalam Pasal 10 UU Nomor
5 Tahun 2010 tentang Aparatur Sipil Negara.
Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal sebagaimana tersebut di atas adalah
sifat loyal atau setia kepada bangsa dan negara. Sifat dan sikap loyal terhadap bangsa dan negara
dapat diwujudkan dengan sifat dan sikap loyal ASN kepada pemerintahan yang sah sejauh
pemerintahan tersebut bekerja sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, karena
ASN merupakan bagian atau komponen dari pemerintahan itu sendiri.
b. Faktor Eksternal
Modernisasi dan globalisasi merupakan sebuah keniscayaan yang harus dihadapi oleh segenap
sektor baik swasta maupun pemerintah. Modernisasi dan globalisasi ini salah satunya ditandai
dengan perkembangan yang sangat pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
khususnya teknologi informasi. Perkembangan Teknologi Informasi ini ibarat dua sisi mata
uang yang memilik dampak yang positif bersamaan dengan dampak negatifnya. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang masif saat ini tentu menjadi tantangan
sekaligus peluang bagi ASN untuk memenangi persaingan global. ASN harus mampu
menggunakan cara- cara cerdas atau smart power dengan berpikir logis, kritis, inovatif, dan
terus mengembangkan diri berdasarkan semangat nasionalisme dalam menghadapi tantangan
global tersebut sehingga dapat memanfaatkan teknologi informsasi yang ada untuk membuka
cakrawala berpikir dan memandang teknologi sebagai peluang untuk meningkatkan
kompetensi, baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap/perilaku.
Bersamaan dengan peluang pemanfaatan teknologi informasi sebagaimana diuraikan di atas,
ASN milenial juga dihadapkan pada berbagai tantangan yang harus (dan hanya dapat
dihadapi) dengan sifat dan sikap loyal yang tinggi terhadap bangsa dan negara, seperti
information overload, yang dapat menyebabkan paradox of plenty, dimana informasi yang ada
sangat melimpah namun tidak dimanfaatkan dengan baik atau bahkan disalahgunakan.
Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional. Untuk bisa mendapatkan sikap loyal
seseorang, terdapat banyak faktor yang akan memengaruhinya. Terdapat beberapa ciri/karakteristik
yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
a. Taat pada Peraturan
b. Bekerja dengan Integritas
c. Tanggungjawab pada organisasi
d. Kemauan untuk bekerja sama
e. Rasa memiliki yang tinggi
f. Hubungan antar pribadi
g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i. Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku loyal
tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut : a) Komitmen yang bermakna perjanjian
(keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan
sesuatu. b) Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan
suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti pengabdian untuk
melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya sebuah keyakinan yang teguh. c)
Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan dalam berbagai
bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja, profesionalisme, finansial atau, tenaga yang
diberikan kepada pihak lain untuk mencapai sesuatu yang lebih baik dan efisien.
d) Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan keyakinan
bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta tanah air atau bangsa
dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat sikap-sikap politik, ekonomi, sosial,
dan budaya sebagai wujud persatuan atau kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan
kesamarataan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. e) Pengabdian yang bermakna perbuatan
baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih
sayang, hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas.
Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat
pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan
sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar para
ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan lainnya dibutuhkan
langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan Wawasan Kebangsaan. Selain
memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat dibangun dengan cara terus
meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.
ADAPTIF
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu maupun organisasi
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terdapat alasan mengapa nilai-nilai adaptif perlu
diaktualisasikan dalam pelaksanaan tugas-tugas jabatan di sektor publik, seperti di antaranya
perubahan lingkungan strategis, kompetisi yang terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan
iklim, perkembangan teknologi dan lain sebagainya.
Penekanan pada mutu kerja juga secara makna juga tertuang dalam peran Pegawai ASN
sebagaimana ditetapkan pada Pasal 12 UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN, yaitu “sebagai
perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.” Dalam hubungan itu,
maka efektivitas, efisiensi, inovasi dan mutu menjadi kata kunci bagi ASN agar berkomitmen dalam
memberikan pelayanan yang terbaik. Konsekuensi penting dari komitmen mutu ini adalah bahwa
ASN harus memastikan pelayanan publik terselenggara sebaik mungkin dengan cara apapun,
sekalipun harus melakukan perubahan, penyesuaian atau “adaptasi” tentunya.
Memahami Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan
menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian adaptasi
merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan
makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh perubahan
lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi terjaminnya
keberlangsungan kehidupan. Kebutuhan kemampuan beradaptasi ini juga berlaku juga bagi individu
dan organisasi dalam menjalankan fungsinya. Dalam hal ini organisasi maupun individu
menghadapi permasalahan yang sama, yaitu perubahan lingkungan yang konstan, sehingga
karakteristik adaptif dibutuhkan, baik sebagai bentuk mentalitas kolektif maupun individual.
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki
kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan
lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan.
Dalam konteks budaya organisasi, maka nilai adaptif tercermin dari kemampuan respon organisasi
dalam mengadaptasi perubahan. Mengutip dari Management Advisory Service UK4, maka “An
Adaptive (Corporate) Culture is one that enables the organisation to adapt quickly and effectively to
internal and external pressures for change”. Ini menjelaskan bahwa budaya adaptif bisa menjadi
penggerak organisasi dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan-perubahan internal maupun
eksternal. Budaya menjadi faktor yang memampukan organisasi dalam berkinerja secara cepat dan
efektif.
Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas yang
ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai
bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada level
organisasi, karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan organisasi dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan
beberapa hal, seperti di antaranya tujuan organisasi, tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab,
unsur kepemimpinan dan lainnya. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye
untuk membangun karakter adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi
untuk mencapai tujuannya.
PANDUAN PERILAKU ADAPTIF
Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik individu
maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau mewujudkan
individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity,
dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan understanding, hadapi
complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility.
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan
lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi
merupakan faktor yang sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat
ditingkatkan dengan menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan
organisasi. Bila budaya organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya
organisasi dapat dijadikan alat untuk meningkatkan kinerja. Dengan adanya pemberdayaan budaya
organisasi selain akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
ADAPTIF DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH
Pemerintahan adaptif bergantung pada jaringan yang menghubungkan individu, organisasi, dan
lembaga di berbagai tingkat organisasi (Folke et al, 2005). Bentuk pemerintahan ini juga
menyediakan pendekatan kolaboratif fleksibel berbasis pembelajaran untuk mengelola ekosistem
yang disebut sebagai "pengelolaan bersama adaptif". Sistem sosial-ekologis selama periode
perubahan mendadak/krisis dan menyelidiki sumber sosial pembaruan reorganisasi.
Tata kelola semacam itu menghubungkan individu, organisasi, dan lembaga di berbagai tingkat
organisasi. Sistem pemerintahan adaptif sering mengatur diri sendiri sebagai jejaring sosial dengan
tim dan kelompok aktor yang memanfaatkan berbagai sistem pengetahuan dan pengalaman untuk
pengembangan pemahaman kebijakan bersama. (Engle, N. L, 2011).
Pemerintahan adaptif dengan demikian mengacu pada caracara di mana pengaturan kelembagaan
berkembang untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan masyarakat dalam lingkungan yang
berubah. Secara lebih formal, tata kelola adaptif didefinisikan sebagai berikut: mengacu pada
evolusi aturan dan norma yang mempromosikan kepuasan kebutuhan dan preferensi manusia yang
mendasari perubahan yang diberikan dalam pemahaman, tujuan, dan konteks sosial, ekonomi dan
lingkungan. Dalam kaitan itu terdapat beberapa catatan penting, pertama adalah bahwa kriteria
normatif yang digunakan untuk menilai apakah perubahan dalam pengaturan tata kelola adalah
'adaptif ' atau 'baik' berasal dari nilai-nilai dan preferensi konstituensi, daripada dipaksakan oleh
analis. Sehingga faktanya penilaian pencapaian adaptabilitas akan lebih bergantung pada tingkat
kepuasan konstituen daripada hasil analisis objektif. Kedua, adalah bahwa perubahan aturan
dan norma tidak perlu disadari atau disengaja, atau diartikulasikan dalam istilah berorientasi
tujuan, agar dapat adaptif. Hal ini menyiratkan bahwa beradaptasi adalah proses yang seharusnya
terjadi secara alamiah sebagai bentuk respon organisasional terhadap perubahan lingkungan, jadi
bukan karena proses yang sengaja didorong untuk dilakukan adanya perubahan tanpa adanya
penyebab yang mendahuluinya.
Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana pengembangan kapasitas
pemerintah adaptif dengan indicator-indikator sebagai berikut: (a) Pengembangan sumber daya
manusia adaptif; (b) Penguatan organisasi adaptif dan (c) Pembaharuan institusional adaptif. Terkait
membangun organisasi pemerintah yang adaptif, Neo & Chan telah berbagi pengalaman bagaimana
Pemerintah Singapura menghadapi perubahan yang terjadi di berbagai sektornya, mereka
menyebutnya dengan istilah dynamic governance. Menurut Neo & Chen, terdapat tiga kemampuan
kognitif proses pembelajaran fundamental untuk pemerintahan dinamis yaitu berpikir ke depan
(think ahead), berpikir lagi (think again) dan berpikir lintas (think across).
KOLABORATIF
Konsep Kolaboratif
Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwaKolaborasi adalah “ value
generated from an alliance between two or more firms aiming to become more competitive by
developing shared routines”
Irawan (2017 P 6) mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance “sebagai sebuah proses yang
melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar aktor governance .
Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi yaitu:
1. forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;
2. peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;
3. peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’
oleh agensi publik;
4. forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
5. forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus tidak
tercapai dalam praktik), dan
6. fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen
Pada collaborative governance pemilihan kepemimpinan harus tepat yang mampu membantu
mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan mempertahankan tata kelola stuktur horizontal
sambil mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan ide. Selain itu, Kolaboratif harus
memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka dalam bekerja sama
dalam menghasilkan nilai tambah, serta menggerakan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk
tujuan bersama
Praktik Dan Aspek Normatif Kolaborasi Pemerintah
Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), organisasi yang memiliki collaborative
culture indikatornya sebagai berikut:
1) Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami danperlu terjadi;
2) Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya yang
diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
3) Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil risiko
yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);
4) Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap kontribusi
dan pendapat sangat dihargai;
5) Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
6) Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
7) Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang diberikan.
Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan diatur juga
mengenai Bantuan Kedinasan yaitu kerja sama antara Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan guna
kelancaran pelayanan Administrasi Pemerintahan di suatu instansi pemerintahan yang
membutuhkan. Pejabat Pemerintahan memiliki kewajiban memberikan Bantuan Kedinasan kepada
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan untuk melaksanakan penyelenggaraan
pemerintahan tertentu.
RESUME AGENDA III
MANAJEMEN ASN
3. Penyelesaian Sengketa
Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri
dari keberatan dan banding administratif.