Anda di halaman 1dari 10

Pendidikan Kewarganegaraan MKWU4109.

953
MHD Halkis

Nama : Marleen
NIM : 049009057
Tugas :1
Soal 1

Identitas nasional dapat didefinisikan sebagai karakteristik atau ciri khas yang
membedakan suatu bangsa atau negara dari negara-negara lainnya. Identitas nasional bukan
hanya tentang hal-hal fisik seperti bendera atau lambang negara, tetapi juga mencakup nilai-
nilai, norma, budaya, sejarah, bahasa, agama, dan cara hidup masyarakatnya. Identitas
nasional merupakan hasil dari sejarah, tradisi, dan perkembangan masyarakat di suatu negara.
Fungsi dari identitas nasional adalah untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan antara
masyarakat di dalam suatu negara serta membedakan negara yang satu dengan negara yang
lainnya.

Contoh identitas nasional yang ada di Indonesia meliputi:

1. Bhinneka Tunggal Ika: Bhinneka Tunggal Ika merupakan moto nasional yang
memiliki arti "Berbeda-beda tetapi tetap satu". Moto ini menggambarkan
keberagaman etnis, agama, budaya, bahasa, dan adat istiadat yang ada di Indonesia.
Dalam kehidupan sehari-hari, Bhinneka Tunggal Ika tercermin dalam toleransi
antarumat beragama, keragaman seni dan budaya, serta berbagai macam kuliner
daerah yang berbeda.

2. Pancasila: Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang mengandung nilai-nilai


dasar kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila meliputi Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Nilai-nilai ini
menjadi pedoman bagi setiap warga negara Indonesia dalam berinteraksi di dalam
masyarakat dan dengan negara lain.

3. Batik: Batik merupakan warisan budaya Indonesia yang menjadi simbol identitas
nasional. Batik dipercaya sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus
berkembang hingga sekarang. Batik memiliki makna dan motif yang beragam, sesuai
dengan daerah asalnya. Batik juga sering dijadikan sebagai pakaian resmi dalam
acara-acara negara dan internasional, sehingga menguatkan citra positif Indonesia di
mata dunia.

4. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya: Lagu Kebangsaan Indonesia Raya menjadi simbol
kebanggaan dan kecintaan warga negara Indonesia terhadap negaranya. Lagu ini
diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman pada tahun 1928 dan dijadikan sebagai lagu
kebangsaan Indonesia pada tahun 1945. Liriknya menggambarkan semangat
nasionalisme dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Melalui identitas nasional yang kuat, warga negara Indonesia dapat mempertahankan rasa
kebanggaan dan cinta terhadap negaranya, serta memperkuat solidaritas di antara sesama
warga negara. Hal ini sangat penting untuk membangun masyarakat yang inklusif dan
harmonis, serta menciptakan negara yang maju dan sejahtera.

Sumber :

 Bahan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian dan Pendidikan Karakter (MKDU


4111)

 Huda, N. (2015). Identitas Nasional dalam Bingkai Kebhinekaan dan Toleransi


Beragama di Indonesia. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 19(2)

 Keraf, A. S. (2012). Apa dan Bagaimana Identitas Nasional?. Jurnal Penelitian


Politik, 9(1)

 Wahab, A. (2019). Batik as an Identity Symbol of Indonesian People. Journal of


History Culture and Art Research

 Supratman, W.R. (1928). Indonesia Raya. [Lagu Kebangsaan Indonesia].

Soal 2

Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara Indonesia memiliki lima sila yang
membentuk sebuah hirarki piramidal. Kelima sila tersebut adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia. Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki pengaruh besar bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, sebab Pancasila menjadi dasar negara yang
memuat nilai-nilai luhur bagi masyarakat Indonesia.

Dalam pandangan Causa Materialis, Pancasila memiliki dasar filosofis yang


bersumber dari kondisi material dan sosial masyarakat Indonesia yang terbentuk dari
perjuangan dan pengalaman sejarah Indonesia. Sila-sila Pancasila memiliki keterkaitan yang
saling mempengaruhi dan membentuk sebuah struktur piramidal, sehingga tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya.

 Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai sila yang paling mendasar dalam
Pancasila, memiliki dasar material dari kepercayaan masyarakat Indonesia yang
mayoritas beragama. Pada sila ini, Pancasila mengakui bahwa agama merupakan
faktor penting dalam membentuk karakter masyarakat Indonesia dan menjaga
keharmonisan antara umat beragama. Kepercayaan pada Tuhan juga mengajarkan
untuk saling menghormati dan menghargai perbedaan dalam keberagaman agama,
sehingga tercipta rasa toleransi dan persatuan yang kuat dalam masyarakat Indonesia.

 Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memiliki dasar material dari
pengalaman sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia yang menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan dan keadilan sosial. Sila ini menekankan bahwa setiap manusia harus
diperlakukan dengan adil dan layak sebagai makhluk sosial yang memiliki hak-hak
yang sama, tanpa memandang suku, agama, ras, dan jenis kelamin. Pemerintah
Indonesia berusaha untuk mewujudkan sila ini dengan memberikan perlindungan dan
keadilan bagi rakyat Indonesia, terutama mereka yang kurang mampu.

 Sila ketiga, Persatuan Indonesia, memiliki dasar material dari kondisi geografis dan
sosial masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya. Sila
ini mengajarkan bahwa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia harus terus dijaga
dan ditingkatkan dengan cara menghargai perbedaan dan memperkuat kebersamaan.
Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan sila ini,
seperti dengan mengadakan berbagai kegiatan yang menghargai keberagaman budaya,
serta memberikan dukungan bagi masyarakat untuk membangun hubungan sosial
yang harmonis dan saling menghormati.
 Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, memiliki dasar material dari semangat demokrasi yang
dianut oleh masyarakat Indonesia. Sila ini menekankan pentingnya pengambilan
keputusan yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam sebuah sistem demokrasi
yang adil dan berkeadilan. Pemerintah Indonesia telah memastikan bahwa setiap
warga negara memiliki hak untuk memilih dan dipilih dalam pemilihan umum, serta
terlibat dalam kegiatan politik dan sosial yang memperjuangkan kepentingan bersama.

 Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, memiliki dasar material
dari kondisi sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia yang masih belum merata. Sila
ini menekankan pentingnya pemerataan kesempatan dan hak bagi seluruh rakyat
Indonesia, tanpa terkecuali. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya
untuk mewujudkan sila ini, seperti dengan memberikan akses pendidikan, kesehatan,
dan layanan publik yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam masyarakat Indonesia, pengamalan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara masih
perlu ditingkatkan. Berbagai tantangan dan masalah sosial masih terjadi, seperti konflik
horizontal, korupsi, kemiskinan, dan ketimpangan ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan
upaya yang lebih serius dari seluruh komponen bangsa untuk memperkuat pengamalan
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai Pancasila, mengaktifkan peran serta masyarakat
dalam kegiatan sosial dan politik yang memperjuangkan kepentingan bersama, serta
memperkuat sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam membangun
Indonesia yang lebih maju dan adil.

Secara keseluruhan, Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara Indonesia memiliki lima sila
yang saling berkaitan dan membentuk sebuah struktur piramidal. Kelima sila tersebut
memiliki dasar material dari kondisi sosial, budaya, dan politik masyarakat Indonesia yang
terbentuk dari perjuangan dan pengalaman sejarah Indonesia. Dalam memperkuat
pengamalan Pancasila, diperlukan upaya yang lebih serius dari seluruh komponen bangsa
untuk membangun Indonesia yang lebih maju dan adil.

Sumber Referensi:

BMP MKDU 4111 Pendidikan Kewarganegaraan


Soal 3

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memiliki arti penting dalam kehidupan
sehari-hari. Setiap warga negara Indonesia harus menginternalisasikan nilai-nilai yang
terkandung di dalam Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila harus dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari untuk menciptakan masyarakat yang tertib, adil, dan sejahtera.

Pendidikan kewarganegaraan di sekolah merupakan salah satu cara untuk


menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk
membentuk kepribadian dan karakter warga negara yang beriman, berakhlak mulia,
berwawasan kebangsaan, dan berbudaya serta memiliki kemampuan menghayati,
mengamalkan, dan mengembangkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Selain melalui pendidikan kewarganegaraan, nilai-nilai Pancasila dapat juga


dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dapat
dipraktikkan dengan melakukan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.
Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dapat dipraktikkan dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia, menghormati keberagaman budaya, agama, dan suku bangsa, serta
memperlakukan sesama manusia dengan adil dan beradab. Nilai Persatuan Indonesia dapat
dipraktikkan dengan menjaga kerukunan antar suku bangsa dan agama, serta menghindari
perpecahan dan konflik yang merugikan keutuhan bangsa. Nilai Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan dapat dipraktikkan dengan
berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan politik, serta memberikan masukan dan pendapat
yang konstruktif untuk kemajuan bangsa. Terakhir, nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia dapat dipraktikkan dengan memberikan hak yang sama kepada seluruh warga
negara tanpa diskriminasi, serta berjuang untuk mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi
di masyarakat.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya pemahaman dan
penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila, kurangnya pendidikan dan informasi yang
memadai, serta adanya pengaruh dari lingkungan yang tidak mendukung. Oleh karena itu,
pemerintah dan masyarakat perlu berperan aktif dalam mengedukasi dan mengajak warga
negara untuk lebih memahami dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari.

Salah satu contoh kegiatan yang dapat dilakukan untuk menginternalisasikan nilai-
nilai Pancasila adalah melalui kegiatan sosial. Melalui kegiatan sosial, kita dapat
mempraktikkan nilai-nilai Pancasila seperti gotong royong, kebersamaan, dan kepedulian
terhadap sesama. Misalnya, dengan mengadakan kegiatan bakti sosial untuk membantu
masyarakat yang membutuhkan, atau menggalang dana untuk membantu korban bencana
alam. Dengan cara ini, kita dapat mempraktikkan nilai-nilai Pancasila secara langsung dan
membantu memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa.

Selain itu, media sosial juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengedukasi
dan mengajak masyarakat untuk menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila. Dalam era digital
ini, media sosial menjadi salah satu sarana komunikasi yang sangat efektif untuk
menyampaikan pesan-pesan positif dan edukatif. Melalui media sosial, kita dapat
membagikan informasi, cerita inspiratif, atau video pendek yang dapat mengajak masyarakat
untuk mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kesimpulannya, Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memiliki arti


penting dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya
harus dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan masyarakat
yang tertib, adil, dan sejahtera. Pendidikan kewarganegaraan di sekolah dan kegiatan sosial
merupakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menginternalisasikan nilai-nilai
Pancasila. Selain itu, media sosial juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk
mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk mempraktikkan nilai-nilai Pancasila. Semua
pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, harus berperan aktif dalam mengedukasi dan
mengajak warga negara untuk lebih memahami dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari.

Sumber referensi:

 BMP MKDU 4111 Pendidikan Kewarganegaraan


 Purwanto, E. (2016). Pancasila Sebagai Sumber Nilai-Nilai Kebangsaan Dalam
Kehidupan Bermasyarakat. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan

 Nugroho, E. (2018). Internalisasi Nilai-nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari


Melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Ilmiah Didaktika: Media Ilmiah
Pendidikan dan Pengajaran,

Soal 4

Pancasila, sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, memiliki kedudukan yang


sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Pancasila bukan hanya sebagai dasar negara,
tetapi juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia yang tercermin dalam berbagai aspek
kehidupan sosial, budaya, dan politik di Indonesia.

Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum yang
ada di Indonesia. Hal ini berarti bahwa segala peraturan, kebijakan, dan tindakan pemerintah
harus selaras dengan nilai-nilai Pancasila. Sebagai contoh, Undang-Undang Dasar 1945,
sebagai konstitusi Indonesia, memuat sila-sila Pancasila sebagai prinsip-prinsip yang harus
dijunjung tinggi dalam menjalankan pemerintahan dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh karena itu, sebagai warga negara Indonesia, kita harus memahami dan menginternalisasi
nilai-nilai Pancasila dalam setiap tindakan dan keputusan yang kita ambil.

Selain sebagai dasar negara, Pancasila juga berperan sebagai kepribadian bangsa
Indonesia yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan budaya di Indonesia.
Salah satu contohnya adalah dalam kehidupan beragama di Indonesia. Meskipun Indonesia
adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, namun Pancasila mengakui dan
menghargai keberagaman agama yang ada di Indonesia. Hal ini tercermin dalam sila pertama
Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila pertama ini memberikan ruang bagi
masyarakat Indonesia untuk menjalankan kehidupan beragama sesuai dengan keyakinan
masing-masing, tanpa adanya tekanan atau diskriminasi dari pihak lain.

Selain itu, Pancasila juga memiliki peran penting dalam kehidupan politik di
Indonesia. Sebagai negara demokrasi, Indonesia memiliki sistem pemerintahan yang diatur
oleh Pancasila. Misalnya, dalam sistem pemilihan umum di Indonesia, Pancasila menjadi
dasar bagi penetapan prinsip-prinsip yang harus dipatuhi oleh partai politik dan calon-calon
yang akan bertarung dalam pemilihan umum. Salah satu prinsip tersebut adalah tidak
melakukan kampanye dengan menyinggung SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan)
yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Namun, di tengah perkembangan zaman dan kompleksitas kehidupan sosial yang


semakin tinggi, seringkali nilai-nilai Pancasila diabaikan atau bahkan dilanggar oleh sebagian
masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari adanya konflik horizontal yang terjadi di Indonesia,
seperti konflik antar suku, agama, dan kelompok. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk
terus memperkuat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari agar mampu memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa serta menghindari konflik yang
merusak.

Dalam memperkuat pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam


kehidupan sehari-hari, peran pendidikan sangat penting. Pendidikan Kewarganegaraan
menjadi salah satu wadah dalam memperkenalkan dan memperkuat pemahaman nilai-nilai
Pancasila bagi generasi muda. Pendidikan Kewarganegaraan yang diatur oleh pemerintah
Indonesia diatur dalam Kurikulum 2013, dan disebut sebagai Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan.

Dalam BMP MKDU 4111, disebutkan bahwa Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan memiliki peran penting dalam membangun karakter kepribadian bangsa
Indonesia yang memiliki semangat kebangsaan, patriotisme, dan rasa cinta tanah air. Melalui
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, diharapkan siswa mampu memahami dan
menghayati nilai-nilai Pancasila serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini penting untuk membentuk generasi muda yang berkarakter, memiliki rasa
nasionalisme dan bertanggung jawab terhadap bangsa dan negara.

Selain melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, pemahaman dan


pengamalan nilai-nilai Pancasila juga dapat diperkuat melalui kegiatan-kegiatan sosial dan
budaya. Misalnya, kegiatan-kegiatan yang menghargai dan memperkuat keberagaman budaya
dan agama di Indonesia, seperti perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Natal bersama-sama, serta
kegiatan-kegiatan sosial yang bersifat gotong royong, seperti membersihkan lingkungan
sekitar.
Dalam kondisi pandemi COVID-19, penting bagi kita untuk terus memperkuat nilai-
nilai Pancasila, seperti gotong royong dan menghargai keberagaman, dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah dengan membantu sesama yang
membutuhkan, seperti membantu membawa bahan makanan atau obat-obatan bagi mereka
yang terkena dampak pandemi. Selain itu, kita juga harus tetap menghormati dan menghargai
perbedaan pendapat dalam menyikapi pandemi ini, serta tidak terjebak dalam polarisasi atau
konflik yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa.

Sumber referensi:

 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Bahan Ajar Mata Kuliah


Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Kemendikbud.

 Mulyasa, E. (2016). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

 Mardalis. (2018). Pendidikan Kewarganegaraan: Sejarah, Filsafat, dan Teori. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

 Setiawan, W. (2019). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Gava


Media.

Anda mungkin juga menyukai