Anda di halaman 1dari 12

PANCASILA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA

Dosen: Mochdar Soleman, S.IP., M.Si.

Oleh:

Mu’ammar Khadhafi (223501516050)

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NASIONAL
2022/2023

1
PANCASILA SEBAGAI PEMERSATU BANGSA

Pendahuluan

Suatu bangsa mutlak perlu memiliki suatu dasar Negara, sebab dasar
Negara merupakan rambu bagi arah suatu pemerintahan agar sesuai dengan
tujuan yang dicita-citakan. Berjalan dengan Mukadimah Undang- undang Dasar
1945, maka cita-cita kemerdekaan Indonesia adalah mewujudkan suatu
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dengan demikian,
kemudian, Pancasila bukan saja sebagai dasar negara, sekaligus juga telah
menjadi tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan dasar Negara Pancasila dan bertujuan masyarakat yang adil dan
kemakmuran berdasarkan Pancasila, maka tidak dapat tidak, pedoman atau
cara-cara guna mencapai tujuan tersebut juga harus Pancasila. maka tujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur ber- dasarkan Pancasila tidak
mungkin dapat terwujud.

Seperti halnya demokrasi: dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Jika
salah satu komnponen ini diganti, atau tidak terpenuhi, maka itu berarti sudah
tidak demokratis lagi. Sebagai contoh: dari rakyat bukan oleh rakyat untuk
rakyat maka bukan demokrasi lagi. Atau: dari rakyat oleh rakyat tetapi bukan
untuk rakyat, juga bukan demokrasi. Apalagi

2
jika bukan dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat sekalipun, juga bukan demokrasi.
Oleh sebab itu, dengan dasar Pancasila harus berpedoman Pancasila dan harus
bertujuan masyarakat yang Pancasila juga. Jika hal itu tidak dipenuhi, maka
dasar negara dasar negara yang Pancasila, pedoman yang Pancasila dan tujuan
yang Pancasila juga tidak mungkin terwujud.

Adanya realita semacam ini, menunjukkan bahwa arti dan fungsi Pancasila
bukan saja menjadi dasar negara, tetapi juga mempunyai arti dan fungsi yang
semakin banyak lagi. Kedudukan dan fungsi Pancasila da- pat menjadi:

1. Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia

Hal ini berarti bahwa Pancasila melekat erat pada kehidupan bangsa
Indonesia, dan menentukan eksistensi bangsa Indonesia. Segala aktivitas
bangsa Indonesia disemangati oleh Pancasila.

2. Pancasila adalah kepribadian bangsa Indonesia:

Hal ini berarti bahwa sikap mental, tingkah laku dan amal per- buatan
bangsa Indonesia mempunyai ciri-ciri khas yang dapat membedakan
dengan bangsa lain. Ciri-ciri khas inilah yang dimak- sud dengan
kepribadian, dan kepribadian bangsa Indonesia adalah Pancasila.

3. Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia:

Hal ini berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila


dipergunakan sebagai petunjuk, penuntun, dan pegangan dalam mengatur
sikap dan tingkah laku manusia Indonesia dalam kehi- dupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4. Pancasila adalah falsafah hidup bangsa Indonesia:

3
Falsafah berasal dari kata Yunan “philosophia”. Philos atau philein
berarti to love (mencintai atau mencari). Sophia berarti wisdom,
kebijaksanaan atau kebenaran. Jadi secara harafiah, falsafah berarti
mencintai kebenaran. Dengan demikian, Pancasila sebagai falsafah hidup
bangsa Indonesia mempunyai arti bahwa, Pancasila oleh bangsa
Indonesia diyakini benar-benar memiliki kebenaran. Falsa fah berarti
pula pandangan hidup, sikap hidup, pegangan hidup, atau tuntunan
hidup.

5. Pancasila sebagai weltanshauung bangsa Indonesia atau sebagai


philosophische grondslag bangsa Indonesia:

Kata-kata ini diucapkan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal
1 Juni 1945 di muka sidang BPUPKI. Welt berarti dunia, anshauung
berarti pandangan. Dalam kamus Jerman-Inggris weltanschauung diberi
arti conception of the world, philosophy of life. Jadi weltanschauung
berarti pandangan dunia atau pandangan hidup, atau falsafah hidup atau
philoshopischegrondslag (dasar filsafat).

6. Pancasila adalah perjanjian luhur rakyat Indonesia:

Hal ini berarti bahwa Pancasila telah disepakati dan disetujui oleh rakyat
Indonesia melalui perdebatan dan tukar pikiran baik dalam sidang
BPUPKI maupun PPKI oleh para pendiri negara. Perjanjian luhur
tersebut dipertahankan terus oleh negara dan bangsa Indonesia. Kita
semua mempunyai janji untuk melaksanakan, mem- pertahankan serta
tunduk pada azas Pancasila.

4
7. Pancasila adalah dasar Negara Repbuplik Indonesia:

Hal ini berarti bahwa Pancasila dipergunakan sebagai dasar dan pedoman
dalam mengatur pemerintahan dan penyelenggaraan negara. Isi dan
tujuan dari semua perundang-undangan di Indo- nesia harus
berdasarkan, Pancasila dan tidak boleh bertentangan dengan jiwa
Pancasila. Pancasila dalam pengertian ini disebut dalam Pembukaan
UUD 1945.

8. Pancasila adalah landasan idiil:

Kalimat ini terdapat dalam ketetapan MPR mengenai Garis-garis Besar


Haluan Negara (GBHN). Hal ini berarti, bahwa landasan idiil GBHN
adalah Pancasila.

Arti dan fungsi Pancasila sebenarnya masih banyak lagi, sa- lah
satunya adalah: Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa.

Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa

Sila ketiga Pancasila, yakni Sila Persatuan Indonesia. Artinya,


bahwa Pancasila sangat menekankan dan menjunjung tinggi per- satuan
bangsa. Hal ini berarti, bahwa Pancasila juga menjadi alat pemersatu
bangsa. Disebutnya sila Persatuan Indonesia sekaligus juga
menunjukkan, bahwa bangsa Indonesia memiliki perbedaan- perbedaan.
Apakah itu perbedaan bahasa (daerah), suku bangsa, budaya, golongan
kepentingan, politik, bahkan juga agama. Artinya, bahwa para pemimpin
bangsa, terutama mereka yang terlibat dalam penyusunan dasar negara,
sangat mengerti dan sekaligus juga sangat menghormati perbedaan
yang ada di dalam masyarakat

5
Indonesia. Mereka juga menyadari bahwa perbedaan sangat
potensial menimbulkan perpecahan bangsa, dan oleh sebab itu mereka
juga sangat menyadari pentingnya persatuan bagi bangsa Indonesia.
Pencantuman Sila Persatuan bagi bangsa Indonesia selain menyadari
pentingnya persatuan bagi kelangsungan hidup bangsa, juga
menunjukkan adanya pemahaman bahwa perbedaan itu suatu realita
yang tidak mungkin dihilangkan oleh manusia. Perbedaan sesungguhnya
adalah suatu hikmah yang harus disukuri, dan bukan sesuatu yang harus
diingkari. Apalagi harus dihilangkan dari muka bumi ini.

Perbedaan adalah juga kodrati yang ada di mana-mana, di negara


manapun juga dan di bangsa manapun juga. Menyikapi realita semacam
ini, jalan keluarnya tidak dapat tidak adalah menjadikan perbedaan yang
ada sebagai suatu kekayaan yang justru harus dijunjung tinggi dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan
pribadi, golongan maupun daerah. Dalam wacana nasional maka
barometer yang harus di- junjung tinggi adalah kepentingan nasional,
dan bukan kepen- tingan yang lebih kecil, lebih rendah, ataupun yang
lebih sempit. Dengan kesadaran semacam ini, maka terlihat jelas bahwa
per- satuan bangsa sesungguhnya nilai luhur yang seharusnya dijunjung
tinggi oleh semua umat manusia. Karena pada hakekatnya, per- pecahan
atau pertikaian justru akan menghancurkan umat manusia itu sendiri.

Seloka Bhineka tunggal Ika memang sangat tepat untuk di-


renungkan kembali esensi dan kebenaran yang terkandung di dalamnya.
Karena pada hakekatnya semua bangsa, semua manusia

6
memerlukan persatuan dan kerjasama di antara umat manusia. Kerjsama
butuh persatuan, dan persatuan butuh perdamaian. Oleh sebab itu
perpecahan sebagai lawan dari persatuan mutlak perlu dihindari dan
disingkirkan dari kehidupan bermasyarakat, berbang- sa dan bernegara.
Dari penjelasan ini, kita semakin tahu dan sadar, bahwa Sila Persatuan
Indonesia sangat tepat dicantumkan dalam dasar negara, mengingat
kebenaran dan kebutuhan yang dihadapi oleh seluruh umat manusia.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

Pancasila merupakan pandangan hidup dan keperibadian bangsa yang nilai-nilainya


bersifat nasional yang mendasari kebudayaan bangsa, maka nilai-nilai tersebut
merupakan perwujudan dari aspirasi (cita-cita hidup bangsa) (Muzayin, 1992:16).
Dengan Pancasila, perpecahan bangsa Indonesia akan Urgensi Memahami dan mudah
dihindari karena pandangan Pancasila bertumpu pada pola hidup yang berdasarkan
keseimbangan, keselarasan, dan keserasian sehingga perbedaan apapun yang ada dapat
dibina menjadi suatu pola kehidupan yang dinamis, penuh dengan keanekaragaman yang
berada dalam satu keseragaman yang kokoh (Muzayin, 1992:16).
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memuat cita-cita bangsa Indonesia yang
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 Alinea ke-2 yang berbunyi “Negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Pikiran-pikiran yang mendalam
dalam Pancasila merupakan hasil dari kajian yang sistematis, teratur, dan terukur sesuai
dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Gagasan mengenai wujud kehidupan yang
lebih baik Pancasila memiliki nilai yang tetap dan tidak bisa dirubah kehidupan
bermasyarakat harus sejalan dengan nilai-nilai Pancasila.
Dengan peraturan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, maka perasaan adil dan tidak
adil dapat diminimalkan. Hal tersebut dikarekan Pancasila sebagai dasar negara
menaungi dan memberikan gambaran yang jelas tentang peraturan tersebut berlaku
untuk semua tanpa ada perlakuan diskriminatif bagi siapapun. Oleh karena itu, Pancasila
memberikan arah tentang hukum harus menciptakan keadaan negara yang lebih baik
dengan berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
7
dan keadilan.

Dengan demikian, diharapkan warga negara dapat memahami dan


melaksanakan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari
kegiatan-kegiatan sederhana yang menggambarkan hadirnya nilai-nilai
Pancasila tersebut dalam masyarakat. Misalnya saja, masyarakat selalu
bahu-membahu dalam ikut berpartisipasi membersihkan lingkungan,
saling menolong, dan menjaga satu sama lain. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa nilai-nilai Pnacasila telah terinternalisasi dalam
kehidupan bermasyarakat (Anugrah, 2018).
Seorang ahli sejarah Rutgers mengatakan, “dari semua negara-negara Asia Tenggara,
Indonesia-lah yang dalam Konstitusi, pertama-tama dan paling tegas melakukan latar
belakang psikologis yang sesungguhnya daripada revolusi melawan penjajah. Dalam
filsafat negaranya, yaitu Pancasila, dilukiskan nya alasan-alasan secara lebih mendalam
dari revolusi-revolusi itu (Latif, 2011:47). Dari pendapat tersebut, Indonesia pun pernah
merasakan berkembang nya nilai-nilai ideologi-ideologi besar dunia berkembang dalam
gerak tubuh pemerintahannya.
Menurut Notonegoro, bahwa nilai-nilai Pancasila termasuk nilai kerohanian, tetapi nilai-
nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan nilai vital. Dengan demikian nilai-
nilai Pancasila yang tergolong nilai kerohanian itu juga mengandung nilai-nilai lain
secara lengkap dan harmonis, yaitu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai
keindahan atau estetis, nilai kebaikan atau nilai moral, maupun nilai kesucian yang
secara kesuluruhan bersifat sistematik-Hierarchis, yang mana sila pertama, Ketuhanan
Yang Maha Esa sebagai basis nya sampai dengan sila Keadilan sosial sebagai tujuannya
(Darmodihardjo, 1978).

1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama ini dilambangkan dengan bintang lima sudut dimana, bintang tunggal
dalam lambang ini diartikan sebagai cahaya kerohanian yang dipancarkan Tuhan kepada
setiap manusia. Jumlah bintang yang hanya satu atau tunggal ini juga dilambangkan
keesaan Tuhan.
Sila pertama ini mengartikan bahwa kita sebagai warga negara Indonesia mempercayai
dan bertakwa kepada Tuhan. Tentunya hal ini disesuaikan dengan agama dan
8
kepercayaan yang dimiliki oleh setiap individu. Oleh karena itu sebagai warga negara
yang menjunjung tinggi nilai Pancasila harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun pengamalan Pancasila sila pertama dalam kehidupan sehari-hari.
 Mengimani adanya Tuhan yang Maha Esa serta mematuhi perintah dan menjauhi
larangan-Nya.
 Menerapkan toleransi anatar umat beragama.
 Tidak melakukan pemaksaan dan menghormati kebebaan beragama.
 Tidak merendahkan atau mencemooh agama maupun pemeluk agama lainnya.

2. Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Sila ke-2 dalam Pancasila dilambangkan dengan rantai emas dengan latar berwarna
merah. Rantai tersebut memiliki mata rantai yang berbentuk segi empat dan lingkaran
yang saling berkaitan. Mata rantai segi empat melambangkan perempuan. Simbol ini
mengartikan antara kaum yang harus bersatu, bekerja sama sehingga kuat seperti rantai.
Sila kedua ini, kita sebagai warga negara dimtai untuk memahami bhwa setiap manusia
memiliki derajat yang sama, sehingga kita harus saling menyayangi satu sama lain. Kita
juga harus saling menjaga dan membantu sesama, membela kebeneran dan keadilan, dan
bekerjasama untuk kedamaian negara kita. Adapun hal-hal yang harus kita terapkan
dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
 Mengakui persamaan hak, kewajiban, dan kedudukan semua orang sama di mata
hukum, agama, sosial, dan lainnya.
 Saling mengedepankan sikap toleransi atau tenggang rasa antar masyarakat.
 Menjalin pertemanan dengan siapa saja tanpa membedakan suku, ras, agama dan
lainnya.
 Berani menyuarakan kebeneran untuk mempertahannkan keadilan.

3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia


Sila ketiga dilambangkan dengan pohon beringin.Jenis pohon beringin adalah spesies
pohon yang kuat, besar dan berdaun rimbun. Pohon beringin diartikan sebagai tempat
berteduh sekaligus bentuk persatuan masyarakat Indonesia yang sangat beragam.

Sila ketiga ini berarti kita harus menempatkan kesatuan, persatuan, dan
9
kepentingan negara dari kepentingan masing-masing. Kita harus
mempunyai kepribadian yang rela berkorban demi negara Indonesia,
mencintai bangsa Indonesia dan tanah air, serta bangga pada negara.
Dalam mewujudkan hal tersebut kita harus mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari diantaranya.
 Bangga berbahasa kesatuan yaitu bahasa Indonesia sebegai bahasa sehari-hari
dalam komunikasi masyarakat.
 Melestarikan budaya Indonesia seperti baju adat, tarian, alat, bahasa, alat music,
dan lain dalam kehidupan sehari-hari.
 Membantu keluarga, teman, dan kerabat yang mengalami kesulitan.
 Saling bekerja sama menjaga keutuhan NKRI dengan berpegang teguh pada
nilai-nilai Pancasila.
 Gotong royong.

4. Sila Keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Sila ini dilambangkan dengan kepala banteng. Kepala banteng memiliki filosofi sebagai
hewan sosial yang suka berkumpul. Berkumpul disini kemudian diartikan sebagai
kegiatan musyawarah antar orang-orang untuk melahirkan suatu keputusan. Pastinya,
secara adil dan atas keputusan bersama semua pihak.
Sila keempat ini mengajak kita untuk tidak memaksakan kehendaknya pada orang lain
dan mengutamakan kepentingan negara dan orang lain. Terkadang kita akan
menemukan perbedaan pendapat dan cara pandang. Namun, kita harus
menyelesaikannya dengan cara bermusyawarah atau berdiskusi. Dalam sila keempat ini
adapun hal-hal yang harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu:
 Melakukan musywarah jika antar masyarakat memiliki pendapat yang berbeda.
 Mengedepankan toleransi dan keadilan dalam mengemukakan dan mendengar
pendapat dalam musyawarah.
 Belajar untuk tidak egois.

Keputusan akhir dalam musyawarah harus disetujui oleh semua pihak


karena atas keputusan bersama.
5. Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
1
0
Sila kelima Pancasila ini dilambangkan dengan padi dan kapas.Hal ini
Melambangkan kebutuhan dasar setiap manusia, yaitu pangan dan sandang pangan
diartikan dengan kebutuhan pokok kita yaitu makan dan sandang kebutuhan pakaian
kita. Oleh karena itu, padi dan kapas menjadi simbol dalam sila kelima ini.
Makna dari sila ini berarti mengembangkan perbuatan luhur dengan cara kekeluargaan
dan gotong royong, selalu bersikap adil. Selain itu, kita harus seimbang antara hak dan
kewajiban dengan juga menghormati hak-hak orang lain. Hal yang harus diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari diantaranya.
 Mengedepankan sikap adil antara sesama manusia.
 Melaksanakan kewajiban dan menghormati hak orang lain.
Kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia dikedepankan dibandingkan kemakmuran
pribadi atau golongan.

Penutup

Sebagai pemersatu bangsa, Pancasila mutlak diperlukan oleh


seluruh generasi bangsa. Sekalipun bangsa Indonesia yang sekarang
sudah bersatu, tidak berarti Pancasila tidak diperlukan lagi. Karena yang
disebut bangsa Indonesia bukan hanya yang sekarang ini ada, tetapi juga
yang nanti akan ada. Selama masih terjadi proses re- generasi, selama itu
pula Pancasila sebagai pemersatu Bangsa masih tetap kita perlukan. Itu
berarti, selama masih ada bangsa Indonesia, selama itu pula masih kita
perlukan alat pemersatu bangsa. Ini berarti, bahwa selama masih ada
bangsa Indonesia, maka Pancasila sebagai dasar negara masih tetap kita
butuhkan. Ini sekaligus mem- buktikan kebenaran Pancasila, baik selaku
dasar Negara, maupun sebagai kepentingan lain. Sehingga Pancasila
menunjukkan memi- liki banyak fungsi atau multy function.

1
1
DAFTAR PUSTAKA

Bahan Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Panca- sila.


1990. Jakarta: BP-7 Pusat.
Darmodihardjo, Dardji. 1997. Orientasi Pancasila. Malang: Universitas
Brawijaya.
---------, et.al 1981. Santiaji Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
Moedjanto, G. 1989. Pancasila: Buku Panduan Mahasiswa.
Jakarta: Gramedia.
Notonagoro. 1974. Pancasila Dasar Falsafah Negara. Jakarta: Pantjuran
Tudjuh.
Oesman, Oetojo dan Alfian (Ed). 1991. Pancasila sebagai Ideologi:
Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Bermasyarakat,
Berbangsa dan Bernegara. Jakarta: BP-7 Pusat.
Panitia Lima, 1997. Uraian Pancasila. Jakarta: Mutiara.
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ketetapan MPR No
II/MPR/1978). 1990. Jakarta: BP-7 Pusat.
Pranarka, A.M.W. 1985 Sejarah Pemikiran Tentang Pancasila.
Jakarta: CSIS.
Soekarno.t.th. Lahirnya Pancasila. Jakarta: Deppen.
Sunoto, 1982. Mengenal Filsafat Pancasila. Seri pertama, kedua, ketiga,
keempat. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi UII.
Undang-undang Dasar 1945. 1990. Jakarta: BP-7 Pusat.
Wahyono, Padmo. 1984. Bahan-bahan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila. Jakarta: Aksara Baru.
YAmin, Muhammad. 1971. Naskah Persiapan Undang-undang Dasar
1945. Jakarta: Siguntang.

1
2

Anda mungkin juga menyukai