Diajukan Oleh:
Bayu Hendro Wibowo, S.Ked
J510 165 073
Pembimbing :
dr. Eva Musdalifah,Sp.A, M.Kes
b. Dosis Obat
- Diazepam 0.1-0.3 mg/kgbb
2. Mantanance
a. Indikasi
- Kejang lama > 15 menit.
- Kelainan neurologis yang nyata slum atau setelah kejang.
- Kejang fokal.
- Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.
- Kejang demam terjadi pada usis kurang dari 12 bulan.
- Kejang demam 4 kali dalam setahun.
b. Obat
- Fenorbarbital (dosis 3-4 mg/kgbb/hari dibagi 1-2 dosis)
- Asam valproate (dosis 15-40 mg/kgbb/hari dibagi 2-3 dosis)
Sumber: Delina, Melda. 2002. Tatalaksana Kejang Demam pada Anak. Sari
Pediatri. Vol. 4 (2), p: 59 62.
b. Diare Persistenn
Dikatakan diare Persisten bila diare berlangsung dari 14 30 hari.
c. Diare Kronik
Dikatakan diare kronik bila diare berlangsung lebih dari lebih dari
30 hari.
2. Penyebab, Tanda dan Gejala Diare
ETIOLOGI DIARE TANDA DAN GEJALA TATALAKSANA
Bakteri :
- Enterotoxigenic E. coli
(ETEC), Fasces cair dan masih terdapat
Lintas diare.
- Enteropatho-genic E. coli ampas. Pada jenis disentri biasanya
(Antibiotik selektif
(EPEC), terdapat lendir akibat invasi bakteri
diberikan jika tanda
- Enteroaggregative E. coli terhadap pili intestinal dan juga
dan gejala memang
(EAggEC), ditemukan adanya darah akibat
jelas sperti :
- Enteroinvasive E. coli invasi bakteri ke dalam mukosa usus
kotrimoksasol 6-10
(EIEC), intestinal. Pada jenies colera
mg/kgbb/hari dibagi
- Enterohemorrhagic E. coli biasanya fasces berbentuk seperti air
dalam 2 dosis
(EHEC), cucian beras akibad rangsangan
Sefixime 1.5-3
- Shigella spp prosuksi klorid dan HCO3 yang
mg/kgbb/kali
- Campylobacter jejuni berlebihan, selain itu fasces juga
diberikan 2 kali
(Helicobacter jejuni), berbau amis. Pada fasces biasanya
sehari).
- Vibrio cholera terdapat bakteri.
- Salmonella (non-thypoid).
Virus :
- Rotavirus serotype 1, 2, 8,
dan 9 pada manusia,
Fasces biasanya lebih cair dan sering
- Norwalk virus, Lintas diare. (self
merembas bahkan tanpa ampas. Hal
- Astrovirus, limitited tanpa
ini dikarenakan bakteri tidak
- Adenovirus (tipe 40, 41), diberikan antivirus).
menginvasi mukosa usus.
- Small bowel structured virus,
- Cytomegalovirus.
b. Kortikosteroid Sistemik
Walaupun onset dari obat ini adalah 4-6 jam, obat ini
penting untuk mengobati eksaserbasi akut yang berat karena dapat
mencegah memburuknya eksaserbasi asma, menurunkan angka
masuk UGD atau rumah sakit, mencegah relaps setelah
kunjungan ke UGD dan menurunkan morbiditas.Terapi oral lebih
dipilih, dan biasanya dilanjutkan 3-10 hari mengikuti pengobatan
lain dari eksaserbasi. Diberikan 30 mg prednisolon tiap hari untuk
5-10 hari tergantung derajad eksaserbasi. Bila asma membaik,
obat bisa dihentikan atau ditappering.
c. Antikolinergik
Obat antikolinergik inhalasi (ipratropium bromida,
oxitropium bromida) adalah bronkodilator yang memblokade
jalur eferen vagal postganglion. Obat ini menyebabkan
bronkodilatasi dengan cara mengurangi tonus vagal intrinsik
saluran nafas. Juga memblokade refleks bronkokonstriksi yang
disebabkan iritan inhalasi. Obat ini mengurangi reaksi alergi fase
dini dan lambat juga reaksi setelah exercise. Dibanding beta2-
agonis, kemampuan bronkodilatornya lebih lemah, juga
mempunyai onset kerja yang lambat (30-60 menit untuk mencapai
efek maksimum). Efek sampingnya adalah menyebabkan mulut
kering dan rasa tidak enak.
2. Obat Controler
Controller adalah obat yang diminum harian dan jangka panjang
dengan tujuan untuk mencapai dan menjaga asma persisten yang
terkontrol. Terdiri dari obat antiinflamasi dan bronkodilator long
acting. Kortikosteroid inhalasi merupakan controller yang paling
efektif. Obat controller juga sering disebut sebagai obat profilaksis,
preventif atau maintenance. Obat controller termasuk Kortikosteroid
inhalasi, Kortikosteroid sistemik, sodium kromoglikat dan sodium
nedokromil, teofilin lepas lambat, beta2-agonist long acting inhalasi
dan oral, dan mungkin ketotifen atau antialergi oral lain.
a. Kortikosteroid
Rute pemberian bisa secara inhalasi ataupun sistemik (oral
atau parenteral). Mekanisme aksi antiinflamasi dari
kortikosteroid belum diketahui secara pasti. Dosis tinggi dan
jangka panjang kortikosteroid inhalasi bermanfaat untuk
pengobatan asma persisten berat karena dapat menurunkan
pemakaian koetikosteroid oral jangka panjang dan mengurangi
efek samping sistemik.
Untuk kortikosteroid sistemik, pemberian oral lebih aman
dibanding parenteral. Jika kortikosteroid oral akan diberikan
secara jangka panjang, harus diperhatikan mengenai efek
samping sistemiknya. Prednison, prednisolon dan
metilprednisolon adalah kortikosteroid oral pilihan karena
mempunyai efek mineralokortikoid minimal, waktu paruh yang
relatif pendek dan efek yang ringan terhadap otot bergaris.
Efek samping lokal kortikosteroid inhalasi adalah
kandidiasis orofaring, disfonia dan kadang batuk. Efek samping
sistemik tergantung dari potensi, bioavailabilitas, absorpsi di
usus, metabolisme di hepar dan waktu paruhnya. Beberapa studi
menyatakan bahwa dosis diatas 1 mg perhari beclometason
dipropionat atau budesonid atau dosis ekuivalen kortikosteroid
lain, berhubungan dengan efek sistemik termasuk penebalan
kulit dan mudah luka, supresi adrenal dan penurunan
metabolisme tulang.
Global Initiative For Asthma (GINA) memberikan
petunjuk pemakaian kortikosteroid untuk pencegahan jangka
panjang berdasarkan beratnya asma pada orang dewasa sebagai
berikut:
i. Asma dengan serangan intermitten (step 1) tidak
memerlukan steroid preventif, bila perlu dapat dipakai
steroid oral jangka pendek.
ii. Asma persisten ringan (step 2) memerlukan inhalasi 200-
400 mcg/hari beclometason dipropionat, budesonid atau
ekuivalennya.
iii. Asma persisten sedang (step 3) memerlukan inhalasi 800-
2000 mcg/hari
iv. Asma persisten berat (step 4) memerlukan 800-2000
mcg/hari atau lebih