Anda di halaman 1dari 15

Makalah fiqih

Sholat jum’at dan sholat berjamaah

Dosen pengampu :herlini puspika sari ,S.S.,M.pd.I

Disusun oleh :

Arba’ardi asmara (12110313801)

Nurhafizah (12110324086)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

T.A.2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "sholat jum’at dan Sholat Berjamaah"
dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas . Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
ilmu, memahami dalil-dalil yang terkandung dalam sholat juma’at dan sholat berjamaah,
serta bermanfaat bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pengerjaan hingga selesainya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i


DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang……………………………………………………………………...1
2. Rumusahan masalah………………………………………………………………..2
3. Tujuan………………………………………………………………………………3
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………........4
1. pengertian shalat jum’at ……………………………………………………………5
2. hukum shalat jum’at………………………………………………………………...5
3. syarat-syarat sholat jum’at………………………………………………………….5
4. syarat khutbah…………………………………………………………………….....6
5. syarat sah melaksanakan shalat jum’at……………………………………….……..6
6. pengertian shalat berjamaah………………………………………………………....7
7. hukum shalat berjamaah………………………………………………………….….7
8. syarat sah shalat berjamaah…………………………………………………….……8
9. shalat yang boleh berjemaah………………………………………………………...8
10. cara melaksanakan shalat berjamaah…………………………………………….….9
11. manfaat shalat berjamaah……………………………………………………….….12

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………..14


Kesimpulan ............................................................................................................14
Saran ......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kedudukan shalat dalam agama islam sangat tinggi dibanding dengan
ibadah yang lainya. Dan shalat merupakan pondasi utama bagi tegaknya agama
islam atau keislaman seseorang. Dengan demikian tidaklah dapat di katakan
seseorang beragama islam jika yang bersangkutan tidak melakukan shalt,
sebelum melakukan shalat kita harus mengetahui pengertian, hukum-hukum
dan syarat-syarat shalat yang akan kita kerjakan. Berjamaah sangat di anjurkan,
karena dengan berjamaah, apabila shalat kita ada yang kurang sempurna, maka
akan tertutupi dengan berjamaah itu. Shalat berjamaah termasuk salah satu
keistimewaan yang diberikan dan di syariatkan secara khusus bagi umat islam.
Ia mengandung nilai-nilai pembiasaan diri untuk bersabar, berani, dan tertib
aturan, di samping nilai sosial untuk menyatukan hati dan menguatkan ikatan
Shalat berjamaah merupakan kewajiban bagi tiap-tiap mukmin laki-laki, tidak ada
keringanan untuk meninggalkannya terkecuali ada udzur (yang dibenarkan dalam
agama).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan shalat jum'at?
2. Apa hukum shalat Jum’at?
3. Apa yang dimaksud sholat berjamaah?
4. Apa hukum dan dalil dari shalat berjamaah?

C.TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian shalat Jum’at.
2. Untuk mengetahui hukum shalat Jum’at
3. Untuk mengetahui pengertian sholat berjamaah
4. Untuk mengetahui hukum dan dalil shalat jamaah

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat Jum’at

Shalat Jum’at adalah shalat wajib dua raka’at yang dilaksanakan dengan berjama’ah
diwaktu Zuhur dengan didahului oleh dua khutbah.1Khutbah jum'at dan shalat jum'at
mempunyai hubungan yang tak terpisahkan. Keduanya saling melengkapi. Oleh karena itu,
Sebelum khotib naik mimbar sering di bacakan peraturan, bahwa pada saat khatib naik
mimbar (mulai khutbah) jamaah dilarang berbicara, berisyarat dan sejenisnya.
Barang siapa melakukanya maka sia-sialah jumatanya. Shalat jum'at dapat dilakukan di
dalam kota maupun diluar kota, seperti di masjid, di kantor, atau di lapangan yang
sekelilingnya ada penduduknya. Hal ini Rasullalah SAW. Bersabda yg artinva: “Jum'at yanq
pertama kali di lakukan nabi SAW. yaitu ketika beliau hampir sampai di madinah seraya
bertempat dan mendirikan jumatan di Qua, lalu beliau masuk madinah dan salat jumat di
rumah Bani Salim bin Auf.” (HR. Bukhari dan Abu Daud) .

B. Hukum Shalat Jum'at


Shalat Jum'at memiliki hukum fardlu 'ain bagi laki-laki dewasa beragama islam, merdeka
dan menetap di dalam negeri atau tempat tertentu. Jadi bagi para perempuan, anak-anak,
orang sakit dan budak,solat jumat tidaklah wajib hukumnya.

C. Syarat-syarat Shalat Jum'at


Persyaratan shalat jum'at adalah:
1) Diadakan pada suatu tempat di mana para jamaah shalat jum'at,
2)Dilakukan secara berjamaah. Para ulama berbeda pendapat tentang batasan jumlah
minimal jamaah. Abu Hanifah berpendapat sekurang- kurangnya 4 orang termasuk imam.
Imam Syafii dan Ahmad bin Hambal mempersyaratkan 40 orang laki-laki dewasa. Sedangkan
Imam Malik hanya memberi kriteria, jamaah jum'at harus mencapaijumlah yang layak untuk
membentuk perkampungan,
3) Dilakukan sepenuhnya pada waktu Dzuhur, yaitu ketika matahari tergelincir,

5
4) Harus di dahului dua khutbah sebelum shalat dengan memenuhi syarat dan rukunnya.

D.Syarat-syarat Khutbah
Adapun syarat-syarat khutbah adalah:
1) Dilakuan pada waktu dzuhur, 2) Dilakukan sebelum shalt jum'at,
3) Berdiri bagi khotib, jika mampu, 4) Duduk di antara dua khutbah.
5) Suci dari hadas dan najis, 6) Menutup aurat.

E. Syarat Sah Melaksanakan Shalat Jumat

1)Shalat jumat diadakan di tempat yang memang diperuntukkan untuk shalat jumat. Tidak
perlu mengadakan pelaksanaan shalat jum'at di tempat sementara seperti tanah kosong,
ladang, kebun, dll.
2)Minimal jumlah jamaah peserta shalat jum'at adalah 40 orang,
3Shalat Jum'at dilaksanakan pada waktu shalat dzuhur dan setelah dua khutbah dari khatib.

F. Syarat Wajib Shalat Jum'at


1) Islam, 2) Laki-laki,
3) Merdeka, 4) Baligh,
5) Agil (Berakal), 6) Sehat (Tidak sakit),
7) Muqim (Penduduk Tetap) bukan seorang musafir.

G. Tempat Pelaksanaan Shalat Jum’at


Ditulis oleh pengarang buku ar-Raudhah Naddiyyah bahwa shalat jum’at itu sah
dilakukan, baik dikota maupun di desa, didalam masjid, didalam bangunan, maupun
dilapangan yang terdapat disekelilingnya,sebagaimana juga sah dilakukan ditempat-tempat
lainnya. Umar r.a. pernah mengirim surat kepada penduduk Bahrain yang isinya,
“Lakukanlah shalat jum’at dimana saja kalian berada.” (riwayat Ibnu Abu Syaibah dan
menurut Ahmad sanadnya baik).Hadis ini menunjukkan bolehnya mengerjakan shalat di
perkotaan maupun di pedesaan atau ditempat manapun yang sekiranya sah dan bias
dilaksanakannya shalat. Adapun hadis lain yang menguatkan bahwa dibolehkannya shalat
jum’at selain dimasjid.
6
Diriwayatkan dari Umar r.a. bahwa ia pernah melihat penduduk mesir dan daerah-daerah
sekitar mata air yang terletak diantara Makkah dan Madinah mengerjakan shalat ditempat
mereka masing-masing dan mereka tidak ditegurnya.

A.  Pengertian Shalat Jamaah


Menurut Bahasa, jamaah berarti sesuatu yang jumlahnya banyak. Kata al-jam’u
berarti menyatukan beberapa hal terpisah. Sedang menurut Istilah syariat, jamaah
dipergunakan untuk sebutan sekumpulan orang, yang diambil dari makna ijtimaa’
(perkumpulan). Minimal perkumpulan tersebut adalah dua orang, yaitu imam dan makmum.
Disebut shalat jamaah karena adanya pertemuaan orang-orang yang shalat dalam bentuk
perbuatan dalam tempat dan waktu yang sama. Jika mereka meninggalkan keduanya atau
salah satu dari keduanya tanpa adanya sebab, maka tidak ada lagi jamaah atas hal itu.

B.  Hukum Shalat Berjamaah


Para Ulama ada yang menyatakan bahwa shalat berjamaah hukumnya fardhu kifayah.
Artinya, kewajiban yang cukup dilaksanakan oleh sebagian umur saja. Jika ada sebagian
umat yang melaksanakannya maka yang lainnya tidak berdosa. Seperti halnya mengurus
jenazah. Ada pula yang menyatakan bahwa shalat berjamaah hukumnya sunah muakkadah,
sunah yang ditekankan. Sebagiannya lagi ada yang menyatakan bahwa ia fardhu ‘ain, wajib
bagi setiap individu yang tidak ‘udzur (halangan). Wanita dan lelaki yang ‘udzur menurut
pendapat ini hukumnya tidak wajib.
Namun para ulama telah sepakat bahwa shalat di Masjid merupakan ibadah yang
paling agung. Tetapi setelah itu mereka berbeda pendapat tentang status hukum shalat jamaah
di Masjid itu sendiri, apakah fardhu ‘ain (wajib bagi masing-masing individu), atau fardhu
kifayah, atau sunah muakad, sebagai berikut :
1) Fardhu ‘ain. Ketatapan ini berasal dari Imam Ahmad dan lainnya dari para Imam salaf
dan fuqaha’ khalaf
2) Fardhu kifayah. Inilah yang rajih dalam madzhab syafi’i juga pendapat sebagian
sahabat Malik dan pendapat dalam madzhab Ahmad.
3) Sunah muakad. Dan itulah yang populer dari sahabat-sahabat Abu Hanifah dan
mayoritas sahabat-sahabat Imam Malik, serta banyak dari sahabat Imam Syafi’i, dan
disebutkan sati riwayat dari Imam Ahmad

7
4) Fardhu ‘ain dan syarat sahnya shalat. Itulah pendapat satu kelompok dari sahabat
lama Ahmad dan sekelompok ulama salaf. Dan ini pula yang menjadi pilihan Ibnu
Hazm dan lainnya.

C.  Dalil-dalil tentang Shalat Berjamaah


Shalat jamaah sangat dianjurkan oleh agama. Pahala yang didapat, dua puluh tujuh
derajat lebih besar daripada shalat seorang diri. Didalam shalat jamaah, terkandung nilai
kebersamaan, persatuan kesatuan, dan rasa solidaritas antar sesama muslim. Karena itu, Allah
menyediakan buat pelakunya pahala yang besar.

 ۲۹۳-    ‫سلَّ َم‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ضى هللاُ َع ْنهُ اَنَّ ا لنَّبِ َّى‬ِ ‫ج عَنْ اَبى ُه َر ْي َرةَ َر‬ ِ ‫اَ ْخبَ َرنَا َمالِ ٌك عَنْ اَبِى ال ّزنَا ِد َع ِن ا اْل َ ْع َر‬
‫ش ِر يْنَ ُج ْز ًءا‬
ْ ‫س َو ِع‬ ٍ ‫صاَل ِة اَ َح ِد ُك ْم َو ْح َدهُ بِ َخ ْم‬
َ ْ‫ض ُل ِمن‬َ ‫ْلج َما َع ِة َأ ْف‬ َ : ‫قَا َل‬
َ ‫ا‬ ُ‫صاَل ة‬

Artinya : Telah mengkhabarkan kepada kami Malik dari Abi Zinad dari A’raj dari Abi
Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Nabi SAW telah bersabda : “Shalat
berjamaah yang dilakukan salah seorang diantara kamu lebih utama dari pada
shalat sendirian, pahalanya berlipat dua puluh lima kali”.

D.    Syarat-Syarat Shalat Berjamaah.


Untuk melaksanakan shalat berjamaah, ada beberapa syarat yang harus diketahui
diantaranya :
1) Mengetahui semua gerakan imam
2) Harus niat menjadi makmum
3) Tidak berdiri lebih depan dari imam
4) Tidak mendahului gerakan (rukun Fi’li) imam
5) Shalat makmum harus sama dengan shlat imam ( dalam hal niat waktu shalat)
6) Jarak antara imam dan makmum, atau antara makmum dengan baris makmum yang
terakhir tidak boleh lebih dari 300 hasta.
7) Tidak ada dinding yang memisahkan antara imam dan makmum. Kecuali bagi
makmum perempuan dengan syarat ada seorang atau lebih dari mereka yang dapat
melihat semua gerakan imam.

E.  Shalat-shalat Yang Boleh Berjamaah

8
Shalat-shalat yang beleh dilakukan secara berjamaah adalah semua shalat wajib. Sedangkan
shalat-shalat sunnah hanya beberapa saja, diantaranya :

a) Shalat hari raya (Lebaran Idul Fitri dan lebaran Qurban)


b) Shaat terawih
c) Shalat witir
d) Shalat gerhana
e) Shalat istisqa
f) Shalat jenazah

Adapun shalat sunnah yang lainnya terdapat perbedaan dari para ulama.

F.  Cara melaksanakan shalat jamaah


Agar lebih tepat dalam mempraktekkan shalat berjamaah, kita harus memperhatikan
posisi (tumit) kaki-kaki dalam mengatur shaf, bukan memposisikan posisi badan.
Berikut cara-cara berjamaah :
 Posisi satu orang makmum
Dalam hal ini berarti shalat berjamaah dilakukan oleh dua orang. Maka makmum
harus berada disamping kanan imam dengan posisi ujung jari-jari kaki makmum
bertepatan dengan ujung tumit imam.

 Posisi dua orang makmum


Jika datang satu orang makmum lainnya, maka berdiri disamping kiri imam, sejajar
dengan makmum sebelah kanan dan tidak ada peraturan mundur jika hanya dua
makmum.

 Posisi tiga orang makmum


Jika datang makmum ketiga, maka berdirilah tepat dibelakang imam dengan jarak
disesuaikan kebutuhan tempat untuk sujud. Kemudian kedua makmum pertama harus
mundur hingga sejajar dengan makmum ketiga, walaupun tanpa ada isyarat dari
makmum ketiga.

 Posisi lebih dari tiga makmum


Jika datang makmum berikutnya, maka diutamakan agar berdiri sebelah kanan hingga
penuh, baru kemudian memenuhi sebelah kiri.

9
 Niat menjadi makmum
Lafazh niat untuk  menjadi imam adalah sebagai berikut

Misal shalat dhuhur


‫ت ُم ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَ ِة اَ َد ًءا ِإ َما ًما هَّلِل ِ تَ َعالَى‬
ٍ ‫الظه ِْر َأرْ بَ َع َر َك َعا‬
ُّ   ‫ض‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّي فَر‬
Artinya :”aku sengaja shalat fardhu zuhur empat rakaat menghadap kiblat sebagai
imam karena Allah”.
Akan tetapi niat menjadi imam bukanlah hal yang wajib dilakukan. Seorang
imam bleh berniat seperti biasa tanpa ada kata IMAAMAN kecuali ketika berjamaah
untuk shalat jum’at, maka berniat menjadi imam adalah kewajiban yang apabila tidak
dilakukan shalat jum’atnya tidak sah semuanya.

 Niat menjadi makmum

Lafazh niat untuk  menjadi imam adalah sebagai berikut


Misal shalat dhuhur :
‫ت ُم ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَ ِة اَ َد ًءا َمأ ُموْ ًما هَّلِل ِ تَ َعالَى‬
ٍ ‫الظه ِْر َأرْ بَ َع َر َك َعا‬
ُّ   ‫ض‬ َ ُ‫ا‬
َ ْ‫صلِّي فَر‬
 Artinya :”aku sengaja shalat fardhu zuhur empat rakaat menghadap kiblat sebagai
makmum karena Allah”.
Dalam shalat berjama’ah ada dua istilah yang penting kita ketahui yaitu :
makmum Muafiq dan makmum Masbuq. Makmum muafiq adalah makmum yang mengikuti
berjamaah sejak pertama iqamah, atau dia adalah makmum yang menyaksikan takbiratul
ihram imam. Sedangkan makmum masbuq adalah makmum yang tidak menyaksikan
takbiratul ihram imam.

G.  Kedudukan sebagai Imam


1. Yang boleh menjadi imam
o Laki-laki makmum kepada laki-laki.
o Wanita makmum kepada laki-laki.
o Wanita makmum kepada wanita.
o Banci makmum kepada laki-laki.
o Wanita makmum kepada banci.

10
2. Wanita tidak boleh menjadi imam
o Laki-laki makmum kepada wanita.
o Laki-laki makmum kepada banci.
o Banci makmum kepada banci.
o Banci makmum kepada banci.
o Orang fasih dalam Al-Qur’an makmum kepada yang belum fasih.

H.  Makmum Masbuq
Dalam sholat berjamaah ada dua istilah yang penting kita ketahui, yaitu
Makmum Muafiq dan Makmum Masbuq.
Makmum Muafiq adalah makmum yang mengikuti berjamaah sejak pertama iqamah,
atau makmum yang menyaksikan takbiratul ihram imam.
Sedangkan makmum Masbuq adalah makmum yang tidak menyaksikan takbiratul ihram
imam.
1) Ketentuan-ketentuan makmum masbuq.
Dibanding dengan makmum muafiq, makmum masbuq memiliki ketentuan
sendiri, di antaranya sebagai berikut:
a) Tidak wajib menyelesaikan bacaan surat al-fatihah jika imam sudah rukuk. Karena
jika dia menyelesaikan bacaannya, hingga imam bangun dari rukuk, maka dia
tertinggal rakaat tersebut. Begitu pula jika makmum masbuq tiba ketika imam rukuk,
maka dia hanya wajib takbiratul ihram kemudian langsung rukuk.
b) Jika posisi makmum masbuq saling berseberangan, yaitu posisi dimana makmum
masbuq turun akan rukuk, sedangkan imam naik akan i’tidal, maka makmum masbuq
tidak mendapatkan rakaat tersebut.
c) Walaupun makmum masbuq bisa langsung mengikuti gerakan imam yang mana pun,
namun lebih utama jika menunggu hingga imam menyelesaikan rakaat tersebut
(tentunya jika bukan rakaat terakhir).
d) Jika makmum masbuq hanya menemui imam ketika tasyahud akhir, maka dia tidak
mendapatkan rakaat sama sekali, selain mendapatkan keutamaan berjamaah.
e) Selama imam belum selesai mengucapkan salam maka masih boleh untuk menjadi
makmum.

2) Tasyahud Awal bagi Makmum Masbuq

11
Kita tentu pernah mengalami kasus, misalnya tertinggal 1 rakaat sholat dzuhur.
Artinya kita (sebagai makmum masbuq) akan mendapati rakaat pertama langsung
melakukan tasyahud awal, mengikuti imam.
Pada rakaat kedua, (yang seharusnya melakukan tasyahud awal), adalah rakaat
ketiga bagi imam. Dan pada rakaat terakhir imam, kita mendapati tasyahud juga,
sedangkan ketika kita menambah satu rakaat  setelah salam imam, kita akan melakukan
tasyahud yang ketiga.
Dalam kasus seperti ini, tasyahud pertama yang kita lakukan bersama imam
bukanlah tasyahud awal, melainkan tasyahud untuk menghormati jamaah. Sedangkan
tasyahud pertama kita adalah pada saat tasyahud terakhir imam.

3) Menjadikan Makmum Masbuq sebagai Imam


Sebagaimana, telah dijelaskan, bahwa bagi seorang tidak wajib niat menjadi
imam. Maka hal ini akan memperbolehkan seorang makmum masbuq (yang sudah selesai
dari jamaah awal) menjadi imam bagi makmum masbuq berikutnya. Kasus seperti ini
berlaku hingga berkali lipat kedatangan makmum masbuq lainnya.

I.  Manfaat Salat Berjamaah


        Dengan melaksanakan salat secara berjamaah, ada beberapa manfaat yang dapat kita
petik, diantaranya :
a) Merealisasikan salat pada waktunya, karena salat pada awal waktu merupakan salah
satu pekerjaan yang paling disukai Allah swt.
b) Merespon panggilan muadzin dengan niat salat berjamaah.
c) Berjalan menuju masjid dengan tenang.
d) Allah menjadi saksi atas setiap orang yang memelihara salat berjamaah di masjid
dengan penuh keimanan.
e) Setiap langkah yang diayunlan seorang muslim untuk menegakkan salat berjamaah
terhitung di sisi Allah sebagai pahala dan ganjaran baginya.
f) Orang yang merealisasikan salat berjamaah akan terbebas dari perangkap setan
dengan segala kejahatannya, dan dengan demikian ia telah bergabung ke dalam
jamaah muslimin sehingga setan menghindar darinya.
g) Pada salat jamaah terkandung didalamnya makna ta’wun ‘alal biri wa taqwa (tolong
menolong dalaam kebijakan dan takwa) serta amar ma’ruf  dan nahi mungkar.

12
h) Di dalam salat berjamaah, suara kaum muslimin terhimpun menjadi satu, hati-hati
merekaa berpadu saling mengidentifikasi satu dengan lainnya sehingga tergalang rasa
solidaritas diantara mereka.
i) Salat berjamaah melahirkan rasa kelembutan dan kasih sayang sesama muslim,
menghilangkan sifat kesombongan dan besar diri serta dapat mempererat ikatan
persaudaraan seagama (ukhuwah Islamiyah) maka terjadilah interaksi langsung antara
kalangan tua dengan yang muda dan antara orang kaya dan yang miskin.
j) Kita dapat memetik banyak pelajaran keimanan dari salat berjamaah ini, kita dapat
mendengar langsung alunan ayat-ayat Al-Qur’an yang menggetarkan hati.
k) Di dalam salat berjamaah juga, mencerminkan di dalamnya syiar-syiar Islam dan
mampu menggentarkan musuh-musuh Islam, serta menggaukan zikrullah di masjid-
masjid yang didirikan atas dasar ketakwaan untuk meninggalkan dan menyebutkan
nama-nya.
l) Dengan masuknya seorang muslim ke dalam masjid untuk memenuhi panggilan azan,
juga secara tidak langsung ia telah mengajak kaum muslimin lainnya untuk ikut
bergabung bersama-sama dalam mendirikan salat berjamaah.
m) Dapat melaksanakan salat tahiyatul masjid ketika masuk masjid.
n) Setan menjauh  darinya dikarenakan lari ketika mendengar suara azan.
o) Terbebas dari sifat nafik dan dari kesalahpahaman orang lain terhadap dirinya yaang
mengira bahwa ia telaah meninggalkan salat yang pokok.
p) Berharap agar “amin” yang diucapkan dapat berbarengan dengan “aminnya” imam
dan “aminnya” para malaikat.
q) Menjawab perkataan imam ketika imam mengucapakan : “sami’allahu liman
hamidah”.

J.  Berbagai Kesalahan dalam Melaksanakan Salat Jamaah.


o Mendahului Gerakan Imam
o Merendahkan Takbir bagi Imam
o Mengeraskan Takbir bagi Makmum
o Menyentuh Pundak Calon Imam
o Berdiri Lebih Depan dari Imam
o Berdiri Terlalu Jauh dari Imam
o Tidak Berniat Menjadi Makmum

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Shalat jum'at adalah shalat dua rakaat yang di dahului oleh dua khutbah dan dilakukan
pada waktu zuhur dengan berjamaah, shalat jum'at hukumnya fardu'ain, artinya wajub
dilaksanakan bagi setiap muslim yang sudah balig, berakal sehat, merdeka, dan orang yang
mukim.

1) Sholat berjamaah adalah, sholat yang dilakukan secara bersama-sama, baik dua prang
atau lebih dengan memilih seorang imam untuk memimpin.
2) Banyak sekali hikmah dan manfaat sholat berjamaah, diantaranya adalah:
o Setan menjauh darinya dikarenakan mendengar suara adzan.
o Merespon panggilan muadzin dengan berniat sholat berjamaah.
o Berharap agar amiin yang diucapkan bebarengan dengan amiinnya imam
dan amiinnya para malaikat.
o Terhitung di sisi Allah sebagai pahala dan ganjaran baginya.

B.     Kritik dan Saran


Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak.

14
DAFTAR PUSTAKA

Baihaqi, Abu Yusuf. BUKU PINTAR SHALAT LENGKAP. Jalamitra Media:2009.


Muiz, Yusuf. Panduan Shalat Terlengkap. Pustaka Makmur.

Ahmad Mudjab Mahalli, HADIS-HADIS AHKAM, (Jakarta Utara : PT.Raja Grafindo


Persada), 2003, hal 246-247

Ust. Abdul Mu’iz, Panduan Sholat Lengkap, (PUSTAKA MAKMUR), hlm113-115

Ayyub, Syaikh Hasan. Terjemah Fiqh Ibadah.Terj. Abdul Rosyad. Jakarta:

PUSTAKA AL- KAUTSAR, 2004.

Azzam, Abdul Aziz Muhammad. Fiqh Ibadah. Jakarta: Azmah, 2009.

Ni’am, Syamsun. Pendidikan Agama Islam. Semarang: Aneka Ilmu, 2004.

Rifa’i, MOH. Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: Toha Putra, 2006.

Shiddieq, Dja'far. Syari'ah Ibadah. Jakarta Pusat: alGhuraba. 2006.

Ulfah, Isnatin. Fiqh ibadah. Ponorogo: STAIN Po press, 2009.

15

Anda mungkin juga menyukai