Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Idealisme dan Realisme dalam filasafat pendidikan islam


Dosen Pengampu : M. Syarifuddin,Dr.M.Ag

Disusun Oleh :
Kelompok 2
ALFIA SYAHRANI SELIAN (12110323954)
GUSMA VALDO (12110313869)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TA 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-NYA serta kemudahan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dengan makalah yang berjudul
"idealisme dan realisme dalam filsafat pendidikan islam" Shalawat beserta salam tidak
lupa pula kita kirim kan kepada junjungan alam yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman ilmu pengetahuan ini.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan. Sekaligus pula kami menyampaikan rasa terima kasih yang
sebanyak-banyaknya kepada Bapak. M. Syarifuddin,Dr.M.Ag yang telah menyerahkan
kepercayaannya kepada kami guna menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat menyadari,
bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga
rampungnya makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah ini mampu
memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR
ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................. 1
C. Tujuan.................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 2

1.ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


IDEALISME..............................................................2

2. ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


REALISME.............................................................9

BAB III
PENUTUP..................................................................................................................12

A. Kesimpulam............................................................................................................1
2
B. Saran.......................................................................................................................13

DAFTAR
PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sejarah filsafat kaya dengan ide-ide yang membahas mengenai pendidikan, sehingga
munculah salah-satu cabang filsafat dalam disiplin ilmu yang disebut dengan filsafat
pendidikan. Filsafat sebagai the mother of knowledge juga memikirkan masalah pendidikan
akhirnya muncul pandangan-pandangan filsafat dalam pendidikan.
Proses pertumbuhan filsafat sebagai hasil pemikiran para filosof dalam rentang waktu yang
dilaluinya telah melahirkan berbagai macam pandangan. Pandangan para filosof tersebut
adakalanya bersifat saling mendukung, tetapi juga tak jarang pula yang bertentangan. Hal ini
dapat dimaklumi karena hasil pemikiran filosof bukan merupakan komponen yang berdiri
sendiri, tetapi akan senantiasa dipengaruhi banyak faktor, seperti pendekatan yang dipakai
serta kondisi dan alam pikiran manusia di suatu tempat.
Dalam perjalanan sejarahnya, filsafat pendidikan melahirkan berbagai pandangan yang
cenderung menimbulkan keraguan yang sulit untuk dikompromikan. Hal ini disebabkan
karena masing-masing pandangan berusaha mempertahankan pendapatnya sebagai suatu
kebenaran. Pengaruh dari pandangan yang berbeda tersebut melahirkan berbagai aliran,
seperti, eksisitensialisme, realisme, pragmatisme, idealisme, humanisme, dan lain-lain
(Ramayulis dan Samsul Nizar,2009:15).

B. Rumusan Masalah
1. APA ITU ALIRAN FILASAFAT PENDIDIKAN IDEALISME ?
2. APA ITU ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REALISME ?
C. Tujuan
1.MENGETAHUI ALIRAN FILASAFAT PENDIDIKAN IDEALISME
2.MENGETAHUI ALIRAN FILASAFAT PENDIDIKAN REALISME

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN IDEALISME
a. Pemikiran Plato
Filsafat Idealisme adalah sistem filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan
pikiran (mind), roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang bersifat kebendaan atau
material. Hakikat manusia adalah jiwanya, rohaninya, yakni apa yang disebut “mind”.
Mind merupakan wujud yang mampu menyadari dunianya, bahkan sebagai pendorong
dan penggerak semua tingkah laku manusia. Jiwa (mind) merupakan faktor utama yang
menggerakkan semua aktivitas manusia, badan, atau jasmani tanpa memiliki apa-apa.
A. Idealisme berpendirian, bahwa kenyataan tersusun atas gagasan-gagasan (ide) atau spirit.
Segala benda yang nampak berhubungan dengan kejiwaan dan segala aktivitas adalah
aktiviatas kejiwaan. Dunia ini dipandang bukan hanya sebagai mekanisme, tetapi
dipandang sebagai sistem yang msing-masing unsurnya saling berhubungan, dunia adalah
keseluruhan (totalitas), suatu kesatuan yang logis dan bersifat spiritual.
B. Idealisme berorientasi kepada ide-ide yang bersifat theo-sentris (berpusat kepada Tuhan)
kepada jiwa, spiritualitas, hal-hal yang ideal (serba cita) dan kepada norma-norma yang
mengangung kebenaran mutlak. Oleh karena nilai-nilai idealism bercorak spiritual, maka
kebanyakan kaum idealism mempercayai adanya Tuhan sebagai ide tertinggi atau Prima
Causa dari kejadian alam semesta ini (Ramayulis dan Samsul Nizar,2009:15).
C. Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah bahwa manusia menganggap ruh atau sukma
lebih beharga dan lebih tinggi dibandingkan materi bagi kehidupan manusia. Ruh
merupakan hakikat yang sebenarnya, sementara benda atau materi disebut sebagai
penjelmaan dari ruh atau sukma. Aliran idealism berusaha menerangkan secara alami
pikiran yang keadaannya secara metafisis yang baru berupa gerakan-gerakan ruhaniah,
dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada
kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu dengan lainnya, sehingga
terbentuklah kebudayaan dan peradaban baru (Bakry,1992:56)
D. Dengan demikian Idealisme ialah aliran filsafat yang menganggap atau memandang ide
itu primer dan materi adalah sekundernya, dengan kata lain menganggap materi berasal
dari idea atau diciptakan dari ide. Idealisme disebut dengan idea sedangkan dunia
dianggap fana tanpa adanya idea-idea yang menjadi tujuan hidup.
Ø Implementasi Idealisme dalam Pendidikan
2
· Tujuan Pendidikan Menurut Paham Idealisme
Menurut Plato tujuan pendidikan adalah untuk menemukan kemampuan-kemampuan
ilmiah setiap individu dan melatihnya sehingga menjadi seorang warga negara yang baik,
masyarakat dan harmonis, yang melaksankana tugas-tugasnya secara efisien sebagai
seseorang anggota masyarakat.
Salah satu cardinal objektif idealisme dan idealis pendidikan adalah direktik Yunani
Kuno untuk “mengetahui dirimu sendiri” Self-realisasi merupakan tujuan penting dari
pendidikan, maka idealis menekankan pentingnya kegiatan semua pengarahan dalam
pendidikan. Mereka percaya bahwa pendidikan yang benar terjadi hanya dalam diri individu.
Lebih lanjut secara terperinci tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas
tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi
kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan
penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya
diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
Tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan
sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang
kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan
manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling
penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan
sebagai gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan
dalam kehidupan yang berkaitan dengan Tuhan.
Jadi dapat disimpulkan tujuan pendidikan menurut pahan idealisme lebih mengarah
kepada pengembangan pemikiran dan diri pribadi siswa, yang berkesinambungan dengan
tujuan untuk pribadu, masyarakat, dan campuran antar keduanya.
Dengan demikian, jelaslah bahwa peranan pendidikan yang paling utama bagi manusia
adalah membebaskan dan memperbaharui. Pembebasan dan pembaharuan itu akan
membentuk manusia utuh, yakni manusia yang berhasil menggapai segala keutamaan dan
moralitas jiwa yang mengantarnya ke ide yang tinggi yaitu kebajikan, kebaikan, dan
keadilan.

· Materi dan Kurikulum Pendidikan Menurut Paham Idealisme

3
Materi atau apa yang harus diketahui dalam paham idealisme sesungguhnya sudah ada
dalam jiwa. Tugas pendidik adalah membuat pengetahuan yang tersimpan dalam hati ini
menjadi kesadaran. Para pendidik berusaha agar murid mencapai kesadaran
kesempurnaannya. Untuk mencapai manusia sempurna ini seperangkat kurikulum disusun
secara terstruktur (bertingkat) dengan berdasarkan warisan pemikiran terbaik generasi demi
generasi. Paling penting tingkatnya adalah ilmu umum tentang filosofi dan teologi kedua hal
ini bersifat abstrak.
Menurut plato, pendidikan dirancang dan diprogramkan menjadi tiga tahap sesuai
tingkat usia. Pertama, pendidikan yang diberikan kepada taruna hingga sampai dua puluh
tahun. Kedua, dari usia dua puluh tahun sampai tiga puluh tahun. Ketiga dari tiga puluh tahun
sampai empat puluh tahun. Plato juga menekankan perlunya pendidikan direncanakan dan
diprogramkan dengan baik. Karena itu, dalam menanamkan program pendidikan itu,
pemerintah harus mengadakan motivasi, semangat loyalitas, kebersamaan dan kesatuan cinta
akan kebaikan dan keadilan (Jalaludin dan Abdullah Idi,2009:79).
Kurikulum pendidikan idealisme berisikan pendidikan liberal dan pendidikan
vokasional/praktis. Pendidikan liberal dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan-
kemampuan rasional dan moral. Pendidikan vokasional dimaksudkan untuk pengembangan
kemampuan suatu kehidupan/pekerjaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa materi yang digunakan guna mengembangkan pendidikan
intelektual adalah ilmu-ilmu kealaman, sosial, pendidikan teknologi, matematika, dan
pendidikan bahasa. Materi pendidikan moral dalam mengembangkan kebajikan yaitu sikap
berusaha mencapai kesempurnaan diri, sikap adil, sikap jujur, tidak memihak, sikap
mengetahui kesamaan antar sesame manusia.
Sedangkan kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus
lebih memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada
pengajaran yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
· Metode Pendidikan serta Peran Guru Menurut Paham Idealisme
Menurut plato metode terbaik untuk belajar adalah dialektika. pada dasarnya, plato
percaya bahwa kita dapat mengembangkan ide-ide kita dengan cara mencapai sintesis dan
konsep-konsep universal, dimana metode dialektika mencoba untuk mengintegrasikan
berbagai proses belajar ke pada proses belajar yang mengandung makna.
Guru tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir, sangat penting bahwa apa
yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Metode mangajar hendaknya
mendorong siswa untuk memperluas cakrawala, mendorong berfikir reflektif, mendorong
4
pilihan-pilihan moral pribadi, memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis,
memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan
sosial, meningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan mendorong siswa untuk
menerima nilai-nilai peradaban manusia.
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai: (1)
guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik; (2) guru harus seorang spesialis dalam
suatu ilmu pengetahuan dari siswa; (3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara
baik; (4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid; (5) Guru
menjadi teman dari para muridnya; (6) Guru harus menjadi pribadi yang mampu
membangkitkan gairah murid untuk belajar; (7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa; (8)
Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para
siswanya; (9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif; (10) Guru harus mampu
mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya; (11) Tidak hanya
murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar; (12) Guru harus merasa
bahagia jika anak muridnya berhasil; (13) Guru haruslah bersikap dmokratis dan
mengembangkan demokrasi; (14) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa guru peran tidak cukup mengajar siswa tentang
bagaimana berfikir, sangat penting bahwa apa yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam
perbuatan. Guru di sini haruslah memiliki keunggulan moral dan intelektualnya. Metode
pembelajaran menurut paham idealism diantaranya metode dialektika, dialog, diskusi serta
metode yang lainnya yang dapat digunakan guna mengembangkan pikiran siswa.
· Lembaga Pendidikan yang Menerapkan Aliran Idealisme
Lembaga pendidikan yang menerapkan aliran idealisme diantaranya ini bisa kita
temukan pada lembaga-lembaga pendidikan pondok pesantren, di mana di pondok pesantren
baik guru yang mengajarkan maupun siswa diharapkan mampu melaksanakan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari mereka, dengan kata lain siswa maupun guru selain
memperoleh dan memberikan keunggulan intelektual juga menekankan kepada keunggulan
moral mereka.
Di lembaga pesantren biasa kita dengar adanya Panca Jiwa Pondok pesantren yaitu jiwa
keikhlasan, kesederhnaan, kesanggupan menolong diri sendiri atau berdikari, jiwa ukhuwwah
diniyah, dan ukhuwah Islamiyah yang demokratis antar para santri, dan jiwa bebas. Hal ini
searah dengan tujuan pendidikan menurut paham idealisme yaitu membentuk manusia utuh,
yakni manusia yang berhasil menggapai segala keutamaan dan moralitas jiwa yang
mengantarnya ke ide yang tinggi yaitu kebajikan, kebaikan, dan keadilan.
5
b. Pemikiran Al-Gazali
1. Peranan pendidikan
Al-ghazali termasuk ke dalam kolompok sufistik yang banyak menaruh perhatian yang
besar terhadap pendidikan, karena pendidikan yang banyak menentukan corak kehidupan
suatu bangsa. Demikian hasil pengamatan ahmad fuad al-ahwani terhadap pemikiran
pendidikan imam al-ghazali.
Sementara itu H.M Arifin, guru besar dalam bidang pendidikan mengatakan, bila dipandang
dari segi filosifis,al-ghazali adalah penganut paham idealisme yang konsekuen terhadap
agama sebagai dasar pandangannya. Dalam masalah pendidikan al-ghazali lebih cenderung
berpaham idealisme. Hal ini antara lain di sebabakan karena ia sangat menekankan pengaruh
pendidikan terhadak anak didik. Menurut seorang anak tergantung kepada orang tua dan
orang yang mendidikanya. Hati seorang anak itu bersih dari gambaran apapun. Hal ini sejalan
dengan pesan rasulullah SAW yang menegaskan: Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan
bersih, kedua orangtualah yang menyebabkan anak itu menjadi penganut Yahudi, Nasrani,
atau Majusi. (H.R. Muslim).
Sejalan dengan hadis tersebut, al-ghazali mengatakan jika anak menerima ajaran dan
kebiasaan hidup yang baik, maka anak itu menjadi baik. Sebaliknya jika anak itu dibiasakan
melakukan perbuatan buruk dan dibiasakan padahal yang jahat, maka anak itu akan berakhlak
jelek. Pentingnya pendidikan ini didasarkan kepada pengalaman hidup al-ghazali sendiri,
yaitu sebagai orang yang tumbuh menjadi ulama besar yang menguasai berbegai ilmu
pengetahuan, yang disebabkan karena pendidikan.
2. Tujuan Pendidikan
Setelah menjelaskan peranan pendidikan sebagaimana diuraikan di atas, al-ghazali lebih
lanjut menjelaskan tujuan pendidikan. Menurutnya, tujuan pendidikan adalah untuk
mendekatkan diri kepada Allah SAW, bukan untuk mencari kedudukan yang menghasilkan
uang. Karena jika tujuan pendidikan diarahkan bukan pada mendekatkan diri kepada Allah
SWT, akan dapat menimbulkan kedengkian, kebencian, dan permusuhan.
Rumusan tujuan pendidikan yang demikian itu sejalan dengan firman Allah SWT
tentang penciptaan manusia, yaitu : Tidaklah aku jadikan jin dan manusia melainkan agar
beribadah kepada-ku (Q.S.al-Dzariyat :59) Selain itu rumusan tersebut mencerminkan sikap
zuhud al-ghazali terhadap dunia, merasa qona`ah (merasa cukup dengan yang ada), dan
banyak memikirkan kehidupan akhirat dari pada kehidupan dunia.

6
Sikap yang demikian itu diperlihatkannya pula ketika rekan ayahnya mengirim al-ghazali
beserta saudaranya, Ahmad, keMadrasah Islamiah yang menyediakan berbagai sarana,
makanan dan minuman serta fasilitas belajar lainya. Berkenaan dengan hal ini al-ghazali
``Aku datang ke tempat ini untuk mencari keridhaan Allah, bukan untuk mencari harta dan
kenikmatan.
Rumusan tujuan pendidikan al-Ghazali yang demikian itu juga karena al-Ghazali
memandang dunia ini bukan merupakan hal yang pokok, tidak abadi dan akan rusak, sedang
maut dapat memutuskan klenikmatan setiap saat. Dunia hanya tempat lewat semantara, tidak
kekal. Sedangkan akhirat adalah desa yang kekal, dan maut senantiasa mengitai setiap saat.
Lebih lanjut al-Ghazali mengatakan bahwah orang yang berakal sehat adalah orang yang
dapat menggunakan dunia untuk tujun akhirat, sehingga orang tersebut derajatnya lebih tinggi
di sisi Allah dan lebih luas kebahagiaanya di akhirat. Ini menunjukan bahwah tujuan
pendidikan menurut al-Ghazali tidak sama sekali menistakan dunia, melaikan dunia itu hanya
sebagai alat.
3. Pendidik
Sejalan dengan pentingnya pendidikan mencapai tujuan sebagaimana disebutkan di atas,
al-ghazali juga menjelaskan tentang ciri-ciri pendidik yang boleh melaksanakan pendidikan.
Ciri-ciri tersebut adalah :
- Guru harus mencintai muridnya seperti mencintai anak kandungnya sendiri.
- Guru jangan mengharapkan materi (upah) sebagaimana tujuan utama dari
pekerjaannya (mengajar), karena mengajar adalah tugas yang diwariskan oleh Nabi
Muhammad SAW sedangkan upahnya adalah terletak pada terbentuknya anak didik yang
mengamalkan ilmu yang diajarkannya.
- Guru harus mengingatkan muridnya agar tujuannya dalam menuntut ilmu bukan untuk
kebanggaan diri atau mencari keuntungan pribadi, tetapi untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT.
- Guru harus mendorong muridnya agar mencari ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang
membawa pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Di hadapan muridnya, guru harus
memberikan contoh yang baik, seperti berjiwa halus, lapang dada, murah hati, dan berakhlak
terpuji lainnya.
- Guru harus mengajarkan pelajaran yang sesuai dengan intelektual dan daya tangkap
anak didiknya.
- Guru harus mengamalkan yang diajarkannya, karena ia menjadi idola di mata anak
muridnya.
7
- Guru harus memahami minat, bakat, dan jiwa anak didiknya, ssehingga di samping
tidak akan salah dalam mendidik, juga akan terjalin hubungan yang akrab dan baik antara
guru dengan anak didiknya.
- Guru harus dapat menanamkan keimanan ke dalam pribadi anak didiknya, sehingga
akal pikiran anak didiknya tersebut akan dijiwai oleh keimanan itu.
Tipe ideal guru yang dikemukakan al-ghazali yang demikian sarat dengan norma akhlak itu,
masih dianggap relevan jika tidak dianggap hanya itu satu-satunya model, melainkan juga
harus dilengkapi dengan persyaratan akademis dan profesi. Guru yang ideal di masa sekarang
adalah guru yang memiliki persyaratan kepribadian sebagaimana dikemukakan al-ghazali dan
persyaratan akademis serta profesional.
4. Murid
Sejalan dengan prinsip bahwa menuntut ilmu pengetahuan itu sebagai ibadah dan
menetapkan diri kepada Allah, maka bagi murid dikehendaki hal-hal sebagai berikut
- Memuliakan guru dan bersikap rendah hati atau tidak takabur
- Merasa satu bangunan dengan murid yang lainnya
- Menjahukan diri dari mempelajari berbagai mazhab yang dapat menimbulkan
kekacauan dalam pikiran
- Mempelajari tidak hanya satu jenis ilmu yang bermanfaat melaikan berbagai ilmu
sehingga mencapai tujuan dari tiap ilmu tersebut
5. Kurikulum
Pandangan ghazali tentang kurikulum dapat di pahami dari pandangannya mengenai
ilmu pengetahuan. Ia membagi ilmu pengetahuan kepada anak didiknya tentang ilmu yang
terlarang dan yang wajib di pelajari,dan dibagi menjadi tiga kelompok:
- Ilmu yang tercela,ilmu ini tidak ada manfaatnya bagi manusia didunia maupun
diakhirat
- Ilmu yang terpuji ilmu yang membawa jiwa seseorang menjadi bersih dari kerendahan
dan keburukan serta dapat mendekatkan diri kepada Allah
- Ilmu yang terpuji pada taraf tertentu, yang tidak boleh diperdalam, karena ilmu ini
dapat membawa kepada kegoncangan iman dan ilhad (meniadakan Tuhan) seperti ilmu
filsafat
Selanjutnya yang menjadi titik perhatian al-Ghazali dalam mengajarkan ilmu pengetahuan
kepada anak didik adalah ilmu pengetahuan yang digali dari kandungan al-Qura’n, karena
ilmu model in akan bermafaat bagi kehidupan manusia di dunia dan di akhirat, karena dapat
menenangkan jiwa dan mendekatkan diri kepad Allah.
8
Sejalan dengan itu al-Ghazali mengusulkan beberapa ilmu pengetahuan yang harus
dipelajari di sekolah. Ilmu pengetahuan tersebut adalah: Ilmu al-Quran ilmu agama,
sekumpulan bahasa,nahwu,dan makhroj karena ilmu ini berfungsi membantu ilmu agama.
Ilmu-ilmu fardu kifayah, yaitu ilmu kedokteran, matematika, teknologi,dll. Ilmu kebudayaan
seperti syair, sejarah, dan beberapa cabang filsafat.

2. ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REALISME


a. Pemikiran Aristoteles
Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang memandang realitas sebagai dualitas. Aliran
realisme memandang dunia ini mempunyai hakikat realitas yang terdiri dari dunia fisik dan
dunia rohani. Hal ini berbeda dengan filsafat aliran idealisme yang bersifat monistis yang
memandang hakikat dunia pada dunia spiritual semata. Dan juga berbeda dari aliran
materialisme yang memandang hakikat kenyataan adalah kenyatan yang bersifat fisik semata.
Realisme membagi realistas menjadi dua bagian yaitu subjek yang menyadari dan
mengetahui di satu pihak dan yang kedua adanya realita di luar manusia yang dapat dijadikan
objek pengetahuan manusia.

Aliran realisme mempunyai berbagai macam bentuk yaitu realisme rasional, realisme
naturalis dan realisme kritis. Realisme rasional juga masih terbagi dua yaitu realisme klasik
dan realisme religius. Realisme klasik pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles. Berikut
ini kita bahas pendidikan menurut aliran realisme.

Ø Implikasi Terhadap Pendidikan


· Konsep Pendidikan
Berikut ini kita akan membahasa konsep pendidikan mengenai pengertian pendidikan dan
gambaran pendidikan menurut masing-masing bentuk aliran realisme.
A. Realisme Rasional
Realisme klasik berpandangan bahwa manusia sebenarnya memiliki ciri rasional.
Dengan demikian manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Eksistensi Tuhan merupakan
penyebab pertama dan utama realistas alam semesta. Memperhatikan intelektual adalah
penting bukan saja sebagai tujuan melainkan sebagai alat untuk memecahkan masalah.
Menurut realisme klasik pengalaman manusia penting bagi pendidikan. Menurut Aristoteles,
terdapat aturan moral universal yang diperoleh dengan akal dan mengikat manusia sebagai
mahluk rasional. Manusia sempurna menurutnya adalah manusia sempurna yang mengambil
9
jalan tengah. Konsep pendidikan pada anak bahwa anak harus diajarkan ukuran moral yang
absolut dan universal karena baik dan benar adalah untuk seluruh umat manusia. Kebiasaan
baik harus dipelajari karena kebaikan tidak datang dengan sendirinya
Sedangkan menurut realisme religius bahwa kenyataan itu dipandang berbentuk natural
dan supernatural. Pandangan filsafat ini menitik beratkan pada hakikat kebenaran dan
kebaikan. Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan diri guna mencapai
kebenaran abadi. Kebenaran bukan dibuat melainkan sudah ditentukan dan belajar harus
mencerminkan kebenaran itu. Menurut Cornerius pendidikan harus universal, seragam dan
merupakan suatu kewajiban dimulai dengan pendidikan yang lebih rendah.
B. Realisme Natural
Menurut realisme natural pengetahuan yang diakui adalah pengetahuan yang diperoleh
melalui pengalaman empiris dengan jalan observasi atau pengamatan indera. Para pengikut
realisme natural mengikuti teori pengatahuan empirisme yang mengatakan pengalaman
merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan dan merupakan sumber pengetahuan
manusia.
Pendidikan berkaitan dengan dunia di sini dan sekarang. Dunia diatur oleh hukum alam.
Pendidikan menurut aliran realisme natural haruslah ilimiah dan yang menjadi objeknya
adalah kenyataan dalam alam.
C. Realisme kritis.
Menurut pandangan Breed filsafat pendidikan hendaknya harmoni dengan prinsip-prinsip
demokrasi. Pendidikan sebagai pertumbuhan harus diartikan sebagai pengarah terhadap
tuntunan sosial dan individual. Menurut Imanuel Kant , pengetahuan mulai dari pengalaman
namun tidak semiuanua dari pengalaman. Pikiran tanpa isi adalah kosong dan tanggapan
tanpa konsepsi adalah buta.
Menurut Henderson ke semua bentuk aliran realisme pendidikan menyetujui bahwa
- Proses pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki-laki dan wanita menjadi
hebat
- Tugas manusia di dunia adalah memajukan keadilan dan kesejahteraan umum
- Tujuan akhir pendidikan adalah memecahkan masalah-masalah pendidikan.
· Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan realisme adalah untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, baik
lingkungan alam maupun lingkungan sosial budaya serta mampu melaksanakan tanggung
jawab sosial.
· Kurikulum Pendidikan
10
Kurikulum harus berisi pengetahuan dan nilai-nilai esensial agar siswa dapat
menyesuaikan diri baik dengan lingkungan alam, masyarakat, dan kebudayaannya. Menurut
filsuf Realisme, kurikulum pendidikan seharusnya meliputi:
- Sains/ilmu pengetahuan alam dan matematika
- Ilmu kemanusiaan dan ilmu-ilmu social
- Nilai-nilai
- Pegetahuan tentang alam memungkinkan umat manusia untuk dapat menyesuaikan
diri serta tumbuh dan berkembang dalam lingkungan alamnya.
- Ilmu kemanusiaan diperlukan setiap individu untuk menyesuaikan diri terhadap
lingkungan sosialnya.
· Metode Pendidikan
Metode mengajar yang disarankan para filsuf Realisme bersifat otoriter. Guru
mewajibkan para siswa untuk dapat menghafal, menjelaskan,dan membandingkan fakta-
fakta; menginterpretasi hubungan-hubungan, dan mengambil kesimpulan makna-makna baru.
Penting bagi guru untuk memberikan ganjaran terhadap setiap siswa yang yang mencapai
sukses dan memberikan penguatan (reinforces) atas apa yang seharusnya dipelajari.
· Peranan Guru Dan Siswa
1. Peranan Guru:
- Penentu materi pelajaran
- Menggunakan minat siswa yang berhubungan dengan mata pelajaran
- Mendisiplinkan siswa melalui ganjaran dan prestasi
- Mengendalikan perhatian siswa
- Membuat siswa aktif
2. Peranan Siswa:
- Menguasai pengetahuan
- Taat pada aturan dan berdisiplin, sebab aturan yang baik sangat diperlukan untuk
belajar, disiplin mental dan moral dibutuhka

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan yang telah diuraiakan sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa:
1. Idealisme dalam pendidikan beranggapan bahwa realitas atau kenyataan-
kenyataan pada diri manusia itu telah ada pada diri manusia sejak dari asalnya, yang
berasal dari realitas yang hakiki. Dalam artian, kebenaran, pengetahuan, dan nilai
sudah ada sebelum manusia lahir yang semuanya bersumber dari ide yang mutlak
yaitu dari Tuhan. Manusia tidak mengusahakan dalam arti menciptakan kebenaran,
pengetahuan dan nilai moral, melainkan bagamana manusia menemukan semanya
itu dengan menggunakan akal atau rasio. Manusi dapat memperoleh kebenaran
dengan jalan berpikir, bukan dengan pengamatan indera karena dengan berpikir
itulah manusia dapat mengetahui hakikat kebenaran dan pengetahuan. Dengan
indera, manusia hanya sampai pada memperkirakan.
2. Realitas dalam pendidikan beranggapan bahwa kebenaran diperoleh dengan
cara berpikir rasional empiris realistis, yaitu cara berpikir atas prinsip realitas yang
lebih dekat pada alam kehidupan manusia sehari-hari. Karena dalam hal ini
manusia dipandang sebagai makhluk materi sekaligus rohani. Sebagai materi, ia
menyadari bahwa manusi dalam hidupnya berada dalam kondisi alam materi dan
sosial. Sebagai makhluk rohani manusia sadar ia akan menuju pada proses yang
lebih tinggi yang menuju kepada manusia ideal, manusia sempurna. Manusia
sebagai hewan rasional memiliki kesadaran intelektual dan spiritual, ia hidup
dalam alam materi sehingga menuju pada derajat yang lebih tinggi, yaitu kehidupan
yang abadi, kehidupan supranatural.

12
B. SARAN
Saran untuk pembaca :
 Bacalah setiap isi makalah yang telah tersajikan dengan cermat dan seksama
 Tandai kalimat / bagian yang menimbulkan datangnya pertanyaan Pahami
isinya, agar ilmunya tersampaikan dan bias bermanfaat bagi pembaca
 Sampaikanlah kekurangan dalam penyusunan makalah ini kepada kelompok
penyaji. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Berri eranda. Filsafat Pendidikan Realisme. http://randa26.wordpress.com/2012/04/05/


filsafat-pendidikan-realisme/. OnLine. Diakses 10 Oktober 2012.

Eka Yunarti. Idealisme dan Pendidikan. http://www.scribd.com/doc/45080023/7/Aliran-


Idealisme. OnLine. Diakses 09 Oktober 2012

Mudyahardjo, Redja. 2010. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya

Sadulloh, Uyoh. 2004. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung. Cv Alfabeta.

http://yudistira-pandawa5.blogspot.com/2008/06/gagasan-kependidikan-al-ghazali.html

Anda mungkin juga menyukai