ORGANIZATIONAL
CULTURE
MEMAHAMI BUDAYA
ORGANISASI
01
Sekolah PascaSarjana Magister Manajemen Dr. Maman Suratman, Drs, M.Si
Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang ditemukan dan dikembangkan
oleh suatu kelompok tertentu karena mempelajari dan menguasai masalah adaptasi
eksternal dan integrasi internal, yang telah bekerja dengan cukup baik untuk
dipertimbangkan secara layak dan karena itu diajarkan pada anggota baru sebagai cara
yang dipersepsikan, berpikir dan dirasakan dengan benar dalam hubungan dengan
masalah tersebut (Edgar Schein, 1997: 12).
Geert Hoftsede menyatakan bahwa budaya terdiri dari mental program bersama
yang mensyaratkan respons individual pada lingkungannya. Definis tersebut
mengandung makna bahwa kita melihat budaya dalam perilaku sehari-hari, tetapi
dikontrol oleh mental program yang ditanamkan sangat dalam. Budaya bukan hanya
perilaku dipermukaan, tetapi sangan dalam ditanamkan dalam diri kita masing-masing
(David C. Thomas dan Kerr Inkson, 2004: 22).
Budaya didefinisikan sebagai cara hidup orang yang dipindahkan dari generasi
ke generasi melalui berbagai proses pembelajaran untuk menciptakan cara hidup
tertentu yang paling cocok dengan lingkungannya. Budaya merupakan pola asumsi
dasar bersama yang dipelajari kelompok melalui pemecahan masalah adaptasi
eksternal dan integrasi internal. Sekelompok orang terorganisasi yang mempunyai
tujuan, keyakinan dan nilai-nilai yang sama, dan dapat diukur melalui pengaruhnya
pada motivasi (Michael Zwell, 2000: 9).
Dari pendapat para pakar tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa budaya
merupakan pola kegiatan manusia yang secara sistematis diturunkan dari generasi ke
generasi melalui berbagai proses pembelajaran untuk menciptakan cara hidup tertentu
yang paling cocok dengan lingkungannya.
Namun, di antara pendapat para pakar tersebut pada umumnya bersumber pada
pandangan Edgar Schein yang mengemukakan bahwa budaya organisasi adalah
sebagai filosofi yang mendasari kebijakan organisasi, aturan main untuk bergaul, dan
Dikatakannya pula bahwa budaya organisasi adalah sebuah pola asumsi dasar
yang cukup bekerja baik untuk dipertimbangkan layak dan, karena itu diajarkan kepada
anggota baru sebagai cara yang benar untuk mempersepsikan, berpikir, dan merasa
dalam hubungannya dengan masalah tersebut (James L. Gibson, John M. Ivancevich,
dan James H. Donnelly, Jr., 2000: 30).
Adapun Jerald Greenberg dan Robert A. Baron (2003: 515) menyatakan budaya
organisasi sebagai kerangka kerja kognitif yang terdiri dari sikap, nilai-nilai, norma
perilaku dan harapan yang diterima bersama oleh anggota organisasi. Akar setiap
budaya organisasi adalah serangkaian karakteristik inti yang dihargai secara kolektif
oleh anggota organisasi.
Sementara itu, James L. Gibson, John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly, Jr.
(2000:30) memberikan pengertian budaya organisasi sebagai apa yang dirasakan
pekerja dan bagaimana persepsi ini menciptakan pola keyakinan, nilai-nilai, dan
harapan.
Menurut Barry Phegan (2000: 1), budaya organisasi adalah tentang bagaimana
orang merasa tentang melakukan pekerjaan baik dan apa yang membuat peralatan dan
orang bekerja bersama dalam harmoni. Budaya organisasi merupakan pola yang rumit
tentang bagaimana orang melakukan sesuatu, apa yang mereka yakini, apa yang
dihargai dan dihukum. Adalah tentang bagaimana dan mengapa orang mengambil
pekerjaan yang berbeda dalam perusahaan.
Victor S.L Tan (2002: 18) mendefinisikan budaya korporasi sebagai cara orang
melakukan sesuatu dalam organisasi. Budaya organisasi merupakan serangkaian
norma terdiri dari keyakinan, sikap, nilai-nilai inti dan pola perilaku, dibagikan oleh orang
dalam suatu organisasi. Keyakinan bersama, nilai-nilai inti dan pola perilaku
memengaruhi kinerja dalam organisasi. Belief atau keyakinan adalah asumsi atau
persepsi tentang sesuatu, orang dan organisasi secara keseluruhan, diterima sebagai
sesuatu yang benar dan layak. Core values adalah nilai dominan atau inti, yang
diterima di seluruh organisasi. Behavior pattern atau pola perilaku adalah cara orang
bertindak satu sama lain.
Dalam budaya organisasi dikenal adanya beberapa mitos. Mitos adalah suatu
kepercayaan yang dianut, namun belum tentu mengandung kebenaran. Mitos
berkenaan dengan budaya organisasi adalah (Terrence E. Deal dan Allan A. Kennedy,
1999: 33) sebagai berikut:
Sebenarnya budaya bukanlah sesuatu yang dapat diterapkan secara cepat untuk
semua persoalan. Namun, strategi dapat ditetapkan dengan cepat. Misalnya,
sebuah perusahaan penerbangan menghentikan rute ke kota tertentu karena
Jeff Cartwight (1999: 11) menyatakan adanya 4 (empat) tipologi budaya yang
dapat pula dipandang sebagai siklus hidup budaya, yaitu sebagai berikut:
Karakteristik kunci dari budaya menurut Michael Zwell (2000: 63) adalah: (a)
budaya dipelajari, (b) norma dan adat istiadat adalah umum diseluruh budaya, (c)
budaya kebanyakan bekerja secara tanpa sadar, (d) sifat dan karakteristik budaya
dikontrol melalui banyak mekanisme dan proses sosial, (e) elemen budaya diteruskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya, (f) menyesuaikan adat istiadat dan pola
Akar dari suatu budaya organisasi adalah serangkaian karakteristik inti yang
secara kolektif dihargai oleh semua anggota organisasi. Karakteristik budaya organisasi
menunjukkan ciri-ciri, sifat-sifat, unsur-unsur, dan elemen-elemen yang terdapat dalam
suatu budaya organisasi. Cukup terdapat banyak pandangan dari para ahli tentang
karakteristik budaya organisasi. Setiap organisasi akan menampakkan sifat dan cirinya
berdasar karakteristik budaya organisasi yang dimilikinya.
Deal, Terrence E. and Allan A. Kennedy. Webster’s New Collegiate Dictionary. 2000.
Deal, Terrence E. and Allan A. Kennedy. The myth of organizational culture. 1999.
Cartwright, Jeff. The monoculture, The superordinate, The disive culture, and The
disjuntive culture. 1999.
Deal, Terrence E. and Allan A. Kennedy. The tough-guy, macho culture, The work hard-
play hard culture, The bet-your company culture, and The process culture. 2000.