Anda di halaman 1dari 14

MODUL PERKULIAHAN

ORGANIZATIONAL
CULTURE

MEMAHAMI BUDAYA
ORGANISASI

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

01
Sekolah PascaSarjana Magister Manajemen Dr. Maman Suratman, Drs, M.Si

Dr. Ratna Komala Putri,S.E.,M.Si

Dr. Deden Sutisna, MN., S.E., M.MSi

20 1 Modul ORGANIZATIONAL CULTURE Biro Akademik Dan Pembelajaran

TIM DOSEN MATA KULIAH HRM http:// www. Widyatama.ac.id


Abstract Kompetensi

Bab 2 mengkaji tentang Memahami Mahasiswa memiliki kemampuan


Budaya Organisasi yang terdiri dari memahami, menganalisis,
sub bab: Pengertian Budaya menganalisis, dan menyimpulkan
Organisasi, Mitos Budaya tentang budaya organisasi.
Organisasi, Tipe Budaya Organisasi,
Karakteristik Budaya Organisasi.

B. Pengertian Budaya Organisasi

Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang ditemukan dan dikembangkan
oleh suatu kelompok tertentu karena mempelajari dan menguasai masalah adaptasi
eksternal dan integrasi internal, yang telah bekerja dengan cukup baik untuk
dipertimbangkan secara layak dan karena itu diajarkan pada anggota baru sebagai cara
yang dipersepsikan, berpikir dan dirasakan dengan benar dalam hubungan dengan
masalah tersebut (Edgar Schein, 1997: 12).

Geert Hoftsede menyatakan bahwa budaya terdiri dari mental program bersama
yang mensyaratkan respons individual pada lingkungannya. Definis tersebut
mengandung makna bahwa kita melihat budaya dalam perilaku sehari-hari, tetapi
dikontrol oleh mental program yang ditanamkan sangat dalam. Budaya bukan hanya
perilaku dipermukaan, tetapi sangan dalam ditanamkan dalam diri kita masing-masing
(David C. Thomas dan Kerr Inkson, 2004: 22).

Webster’s New Collegiate Dictionary mendefinisikan budaya sebagai pola


terintegrasi dari perilaku manusia termasuk pikiran, pembicaraan, tindakan, dan artifak
serta tergantung pada kapasitas orang untuk menyimak, dan meneruskan pengetahuan
kepada generasi penerus (Terrence E. Deal dan Allan A. Kennedy, 2000: 4).

20 2 Modul ORGANIZATIONAL CULTURE Biro Akademik Dan Pembelajaran

TIM DOSEN MATA KULIAH HRM http:// www. Widyatama.ac.id


Dalam pandangan Jeff Cartwright (1999: 11), budaya adalah penentu yang kuat
dari keyakinan, sikap dan perilaku orang, dan pengaruhnya dapat diukur melalui
bagaimana orang termotivasi untuk merespons pada lingkungan budaya mereka. Atas
dasar itu, Catwright mendefinisikan budaya sebagai sebuah kumpulan orang yang
terorganisasi yang berbagi tujuan, keyakinan dan nilai-nilai yang sama, dan dapat
diukur dalam bentuk pengaruhnya pada motivasi.

Budaya didefinisikan sebagai cara hidup orang yang dipindahkan dari generasi
ke generasi melalui berbagai proses pembelajaran untuk menciptakan cara hidup
tertentu yang paling cocok dengan lingkungannya. Budaya merupakan pola asumsi
dasar bersama yang dipelajari kelompok melalui pemecahan masalah adaptasi
eksternal dan integrasi internal. Sekelompok orang terorganisasi yang mempunyai
tujuan, keyakinan dan nilai-nilai yang sama, dan dapat diukur melalui pengaruhnya
pada motivasi (Michael Zwell, 2000: 9).

Dari pendapat para pakar tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa budaya
merupakan pola kegiatan manusia yang secara sistematis diturunkan dari generasi ke
generasi melalui berbagai proses pembelajaran untuk menciptakan cara hidup tertentu
yang paling cocok dengan lingkungannya.

Adapun penerapan budaya tersebut di dalam organisasi menjadi budaya


organisasi. Diantara para pakar memberikan pengertian tentang budaya organisasi
dengan cara sangat beragam, karena masing-masing memberikan tekanan pada sudut
pandang masing-masing. Hal seperti itu adalah wajar, seperti kita memandang sebuah
benda dari sudut yang berbeda, maka masing-masing akan mendeskripsikan apa yang
terlihat dalam pandangannya.

Namun, di antara pendapat para pakar tersebut pada umumnya bersumber pada
pandangan Edgar Schein yang mengemukakan bahwa budaya organisasi adalah
sebagai filosofi yang mendasari kebijakan organisasi, aturan main untuk bergaul, dan

20 3 Modul ORGANIZATIONAL CULTURE Biro Akademik Dan Pembelajaran

TIM DOSEN MATA KULIAH HRM http:// www. Widyatama.ac.id


perasaan atau iklim yang dibawa oleh persiapan fisik organisasi (Robert P. Vecchio,
1995: 618).

Dikatakannya pula bahwa budaya organisasi adalah sebuah pola asumsi dasar
yang cukup bekerja baik untuk dipertimbangkan layak dan, karena itu diajarkan kepada
anggota baru sebagai cara yang benar untuk mempersepsikan, berpikir, dan merasa
dalam hubungannya dengan masalah tersebut (James L. Gibson, John M. Ivancevich,
dan James H. Donnelly, Jr., 2000: 30).

Sementara itu, Robert P. Vecchio (1995: 618) memberikan definis budaya


organisasi sebagai nilai-nilai dan norma-norma bersama yang terdapat dalam suatu
organisasi dan mengajarkan pada pekerja yang datang. Definisi ini menganjurkan
bahwa budaya organisasi menyangkut kayakinan dan perasaan bersama, keteraturan
dalam perilaku dan proses historis untuk meneruskan nilai-nilai dan norma-norma.

Adapun Jerald Greenberg dan Robert A. Baron (2003: 515) menyatakan budaya
organisasi sebagai kerangka kerja kognitif yang terdiri dari sikap, nilai-nilai, norma
perilaku dan harapan yang diterima bersama oleh anggota organisasi. Akar setiap
budaya organisasi adalah serangkaian karakteristik inti yang dihargai secara kolektif
oleh anggota organisasi.

Budaya organisasi menurut Stephen P. Robbins (2003: 525) adalah sebuah


persepsi umum yang dipegang oleh anggota organisasi, suatu sistem tentang
keberartian bersama. Budaya organisasi berkepentingan dengan bagaimana pekerja
merasakan karakteristik suatu budaya organisasi, tidak dengan apakah seperti mereka
atau tidak.

Sementara itu, James L. Gibson, John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly, Jr.
(2000:30) memberikan pengertian budaya organisasi sebagai apa yang dirasakan
pekerja dan bagaimana persepsi ini menciptakan pola keyakinan, nilai-nilai, dan
harapan.

20 4 Modul ORGANIZATIONAL CULTURE Biro Akademik Dan Pembelajaran

TIM DOSEN MATA KULIAH HRM http:// www. Widyatama.ac.id


Adapun menurut Robert Kreitner dan Angelo Kinicki (2001: 68), budaya
organisasi adalah nilai-nilai dan keyakinan bersama yang mendasari identitas
perusahaan. Definisi Kreitner dan Kinicki ini menunjukkan tiga karakteristik penting
budaya organisasi, yaitu: (1) budaya organisasi diteruskan kepada pekerja baru melalui
proses sosialisasi, (2) budaya organisasi memengaruhi perilaku kita di pekerjaan, dan
(3) budaya organisasi bekerja pada dua tingkatan yang berbeda.

Menurut Barry Phegan (2000: 1), budaya organisasi adalah tentang bagaimana
orang merasa tentang melakukan pekerjaan baik dan apa yang membuat peralatan dan
orang bekerja bersama dalam harmoni. Budaya organisasi merupakan pola yang rumit
tentang bagaimana orang melakukan sesuatu, apa yang mereka yakini, apa yang
dihargai dan dihukum. Adalah tentang bagaimana dan mengapa orang mengambil
pekerjaan yang berbeda dalam perusahaan.

Adapun Michael Zwell (2000: 9) menyatakan budaya korporasi sebagai cara


hidup suatu organisasi yang diberikan melalui generasi penerus pekerja. Budaya
termasuk siapa kita, apa yang kita yakini, apa yang kita lakukan, dan bagaimana
melakukannya.

Victor S.L Tan (2002: 18) mendefinisikan budaya korporasi sebagai cara orang
melakukan sesuatu dalam organisasi. Budaya organisasi merupakan serangkaian
norma terdiri dari keyakinan, sikap, nilai-nilai inti dan pola perilaku, dibagikan oleh orang
dalam suatu organisasi. Keyakinan bersama, nilai-nilai inti dan pola perilaku
memengaruhi kinerja dalam organisasi. Belief atau keyakinan adalah asumsi atau
persepsi tentang sesuatu, orang dan organisasi secara keseluruhan, diterima sebagai
sesuatu yang benar dan layak. Core values adalah nilai dominan atau inti, yang
diterima di seluruh organisasi. Behavior pattern atau pola perilaku adalah cara orang
bertindak satu sama lain.

20 5 Modul ORGANIZATIONAL CULTURE Biro Akademik Dan Pembelajaran

TIM DOSEN MATA KULIAH HRM http:// www. Widyatama.ac.id


Jerome Want (2006: 42) menyatakan bahwa budaya organisasi adalah sebuah
sistem keyakinan kolektif yang dimiliki orang dalam organisasi tentang kemampuan
mereka bersaing di pasar, dan bagaimana mereka bertindak dalam sistem keyakinan
tersebut untuk memberikan nilai tambah produk dan jasa di pasar (pelanggan) sebagai
imbalan atau penghargaan finansial. Budaya organisasi diungkapkan melalui sikap,
sistem keyakinan, impian, perilaku, nilai-nilai, tata cara dari perusahaan, dan terutama
melalui tindakan serta kinerja pekerja dan manajemen.

Di antara pendapat para pakar tersebut tampak bahwa ada di antaranya


memberikan pengertian yang lebih bersifat filosofis, namun ada pula yang lebih bersifat
operasional.

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa budaya organisasi adalah


filosofi dasar organisasi yang memuat keyakinan, norma-norma, dan nilai-nilai bersama
yang menjadi karakteristik inti tentang bagaimana cara melakukan sesuatu dalam
organisasi. Keyakinan, norma-norma, dan nilai-nilai tersebut menjadi pegangan semua
sumber daya manusia dalam organisasi dalam melaksanakan pekerjaannya.

C. Mitos Budaya Organisasi

Dalam budaya organisasi dikenal adanya beberapa mitos. Mitos adalah suatu
kepercayaan yang dianut, namun belum tentu mengandung kebenaran. Mitos
berkenaan dengan budaya organisasi adalah (Terrence E. Deal dan Allan A. Kennedy,
1999: 33) sebagai berikut:

1. Budaya merupakan alat yang cepat untuk menetapkan setiap persoalan.

Sebenarnya budaya bukanlah sesuatu yang dapat diterapkan secara cepat untuk
semua persoalan. Namun, strategi dapat ditetapkan dengan cepat. Misalnya,
sebuah perusahaan penerbangan menghentikan rute ke kota tertentu karena

20 6 Modul ORGANIZATIONAL CULTURE Biro Akademik Dan Pembelajaran

TIM DOSEN MATA KULIAH HRM http:// www. Widyatama.ac.id


load factor rendah. Load factor menunjukkan tingkat jumlah penumpang per
penerbangan atau flight. Hal ini merupakan pergeseran strategis arah
perusahaan. Tidak lama kemudian, dapat saja perusahaan membuka kembali
jalur penerbangan sebagai langkah strategis menuju keberhasilan.

2. Budaya dan strategi tidak ada hubungannya satu sama lain.


Budaya merupakan pola perilaku berakar mendalam pada orang dan strategi
adalah sebuah gagasan tentang bagaimana bersaing secara efektif. Sebenarnya
antara budaya dan strategi tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara strategi,
dimana gagasan baru dan quick fix atau pengambilapn keputusan dengan cepat
dimungkinkan, dengan budaya, dimana perubahan terjadi perlahan-lahan,
sangat dekat. Ahli strategi yang baik mengetahui hal ini dan memilih strategi
yang dibangun atas dasar kekuatan natural dan kultural. Banyak ahli strategi lain
yang kegagalannya tidak diketahui, telah mengabaikan hubungan antara strategi
dan budaya.
3. Budaya menolak semua perubahan.
Mitos bahwa budaya menolak perubahan tertanam dalam jiwa banyak manajer.
Setiap saat muncul persoalan implementasi beberapa inisiatif baru, dibebankan
kesalahannya pada budaya. Budaya dalam perusahaan adalah manifestasi
kehidupan dan nafas yang paling dalam dari keinginan orang untuk melakukan
apa yang benar. Budaya menolak jika nilai utama yang sudah lama atau tata
cara atau praktik yang diterima luas dalam bahaya. Namun, sebenarnya budaya
selalu menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi disekitarnya. Kegagalan
menyesuaikan akan diancam karena kelihatan sebagai tanda bahwa budaya
tertinggal dibelakang.
4. Perubahan budaya dapat dikelola.
Perubahan budaya hanya dilakukan jika mereka merasa perlu untuk itu dan
sangat siap untuk berubah. Mereka berubaha ketika kecerdikan kolektifnya

20 7 Modul ORGANIZATIONAL CULTURE Biro Akademik Dan Pembelajaran

TIM DOSEN MATA KULIAH HRM http:// www. Widyatama.ac.id


mengenal bahwa dunia telah berubah dan bahwa budaya menerima lebih baik
dengan maksud agar bisnisnya selamat. Orang menjadi sangat terikat pada cara
budaya dan praktik. Ketika ikatannya putus, mereka merasakan kerugian
mendalam. Karena itu perubahan budaya memerlukan proses sensitif secara
kultural. Konsultan juga tidak banyak membantu memudahkan proses. Mereka
hanya memfasilitasi pertemuan untuk membantu anggota berpikir tentang apa
yang tejadi.
5. Kepemimpinan tingkat atas merupakan kunci untuk menanamkan budaya
korporasi yang kuat.
Banyak hal yang dilakukan kepemimpinan dengan membangun budaya terpadu.
Tetapi bukan hanya kepemimpinan yang memungkinkan perusahaan membawa
misi ekonomi dengan berhasil. Kepemimpinanlah yang membentuk lingkungan
kerja dimana orang pada semua tingkatan dapat mengidentifikasi.
Kepemimpinan merupakan kunci untuk membangun strong culture, tetapi tidak
perlu kepemimpinan diusahakan melalui orang luar biasa dengan misi mengubah
dunia.
6. Orang bergantung pada budaya yang diketahui bahkan ketika sudah tidak
relevan lagi.
Orang berpegangan pada masa lalu karena masuk akal dan memberikan
pekerjaan sekarang berarti, mereka berpegangan dengan cara lama karena
bekerja dan membantu mereka maju mencapai seperti mereka sekarang ini. Jika
orang menolak present dan future dan lebih menyukai menikmati good old days,
hal itu biasanya karena tidak bisa menggapai realitas dengan cukup nyaman
untuk memberikan mereka kepercayaan baru. Perusahaan yang baik akan
berusahan bertindak melawan kecenderungan ini untuk melindungi status quo
dengan membangun anarkisme terencana dalam tingkatannya. Perusahaan ini
menghargai orang yang berani mengambil risiko dan wirausaha yang
mempertanyakan kebijakan konvensional.

20 8 Modul ORGANIZATIONAL CULTURE Biro Akademik Dan Pembelajaran

TIM DOSEN MATA KULIAH HRM http:// www. Widyatama.ac.id


7. Strong culture bersifat monolitis.
Budaya monolitik timbul dalam industri dimana pola perilaku tertentu dan
konsisten merupakan jaminan terbaik bagi keberhasilan masa depan. Strong
culture timbul dimana-mana. Dimana lingkungan minta kebergamana pikiran dan
tindakan, budaya yang kuat akan bercermin pada permintaan dan memperkuat
keberagaman.
8. Budaya tidak untuk setiap orang.
Suka atau tidak suka, kita terbenam dalam budaya kerja. Apakah penting atau
tidak, adat istiadat dan norma kultural akan banyak menetukan apa yang kita
lakukan dari hari ke hari, dan menentukan bagaimana kita berpikir. Sesuai atau
tidak bukan masalah pilihan kecuali kita ingin keluar. Budaya perusahaan
meresap kedalam pori kita dan membetuk identitas. Manajer yang tidak nyaman
dengan gagasan budaya harus berhati-hati. Budaya, bukan aturan atau
kebijaksaan formal, terutama menentukan apa yang kita dapat dan tidak dapat
dilakukan. Karena budaya menjadi faktor kunci yang memengaruhi perusahaan
sukses atau gagal, perlu masuk dalam daftar prioritas tinggi manajemen.

D. Tipe Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan filosofi dasar organisasi yang memuat keyakinan,


norma-norma dan nilai-nilai bersama yang menjadi karakteristik inti tentang bagaimana
cara melakukan sesuatu dalam organisasi.

Jeff Cartwight (1999: 11) menyatakan adanya 4 (empat) tipologi budaya yang
dapat pula dipandang sebagai siklus hidup budaya, yaitu sebagai berikut:

20 9 Modul ORGANIZATIONAL CULTURE Biro Akademik Dan Pembelajaran

TIM DOSEN MATA KULIAH HRM http:// www. Widyatama.ac.id


1. The monoculture
Monoculture merupakan program mental tunggal, orang berpikir sama dan
sesuai dengan norma budaya yang sama. Orangnya mempunyai satu pikiran.
Merupakan model “ras murni” yang menyebabkan banyak konflik dalam dunia
dimana terdapat banyak etnis dan kelompok rasial berbeda.
Monoculture sangat kuat karena sangat terfokus tajam. Sebagai ekstrem,
orangnya fanatik dan fundamentalis. Dalam bisnis, monoculture didominasi oleh
satu orang atau satu sasaran, yang berpikir tunggal, dengan jiwa kewirausahaan
yang kuat.
2. The superordinate culture
Terdiri dari subkultural terkoordinasi, masing-masing dengan keyakinan dan nilai-
nilai, gagasan dan sudut pandang sendiri, tetapi semua bekerja dalam satu
organisasi dan semua termotivasi mencapai sasaran organisasi.
The superordinate culture merupakan tipe ideal budaya organisasi.
Keberagaman budaya dapat menjadi penyebab pemisahan dan konflik atau
sumber vitalitas, kreatifitas, dan energi. Good leadership membawa orang dari
berbagai budaya bekerja bersama dalam harmoni. Orang mempunyai komitmen
untuk mencapai tujuan organisasi. Pikiran difokuskan pada kebersamaan
daripada perbedaan.
3. The divisve culture
The divisve culture bersifat memecah belah. Dalam budaya ini sub-kultur dalam
organisasi secara individual mempunyai agenda dan tujuannya sendiri. Dalam
model ini, organisasi ditarik kearah yang berbeda. Tidak ada pemisahan dan
konflik antara “kita dan mereka”. Tidak terdapat arah yang jelas dan kekurangan
kepemimpinan.
Dalam kasus ekstrem, orang yang berada dalam divisve multiculture merasa
bukan bagian darinya dan melakukan pemberontakan terhadapnya. Vandalisme,

20 10 Modul ORGANIZATIONAL CULTURE Biro Akademik Dan Pembelajaran

TIM DOSEN MATA KULIAH HRM http:// www. Widyatama.ac.id


kejahatan, inefisiensi dan kekcauan merupakan gejala budaya ini. Divisve culture
adalah budaya yang paling umum dalam masyarakat atau pekerjaan.

4. The disjunctive culture


Budaya ini ditandai oleh seringnya pemecahan organisasi secara eksplosif atau
bahkan menjadi unit budaya individual. Sebagai contohnya adalah Yugoslavia,
Bonisa, dan Uni Soviet. Demikian pula perang sipil di Afrika yang
berkepanjangan.
Pecahnya konglomerasi dengan menjual unit bisnis individual dan gagalnya
merger organisasi karena tidak kompatibelnya budaya banyak kasus diamana
merger perusahaan transnasional gagal karena tidak kompatibelnya budaya atau
kepribadian mereka atau pertengkaran diantara eksekutif puncak.
Tipe budaya organisasi Jeff Cartwight tersebut apabila disimak lebih dalam
menunjukkan bahwa perbedaannya adalah terletak pada derajat kekuatan
hubungan antara dominant culture dengan subcultures.

Tereence E. Deal dan Allan A. Kennedy (2000: 107) mengelompokkan budaya


juga dalam empat tipe, namun dengan mempertimbangkan hubungan antara
tingkat risiko berkaitan dengan aktivitas perusahaan dengan kecepatan
perusahaan dan pekerjanya mendapatkan umpan balik, pada apakah keputusan
atau strategi berhasil. Dari realitas pasar tersebut dapat disusun 4 (empat)
budaya generik, yaitu sebagai berikut:
1. The tough-guy, macho culture
Merupakan dunia para individualis yang secara reguler mengambil risiko
tinggi dan mendapatkan umpan balik cepat apabila tindakan mereka benar
atau salah.
2. The work hard-play hard culture

20 11 Modul ORGANIZATIONAL CULTURE Biro Akademik Dan Pembelajaran

TIM DOSEN MATA KULIAH HRM http:// www. Widyatama.ac.id


Dalam budaya ini yang menjadi aturan adalah kegembiraan dan tindakan,
dan pekerja mengambil sedikit risiko, semuanya dengan umpan balik cepat.
Untuk bersahil, budaya mendorong mereka menjaga aktivitas dengan risiko
rendah pada tingkat yang relatif tinggi.
3. The bet-your company culture
Merupakan budaya dengan keputusan yang mengandung taruhan besar,
dimana beberapa tahun berlalu sebelum pekerja tahu bahwa keputusan telah
memberikan hasil. Budaya ini berisiko tinggi dan lingkungan dengan umpan
balik lambat.
4. The process culture
Merupakan budaya dengan tanpa atau sedikit umpan balik dimana pekerja
menemukan sulit untuk mengukur apa yang mereka lakukan, malahan
mereka mengonsentrasikan pada bagaimana hal tersebut dilakukan. Nama
lain dari budaya ini ketika prosesnya menjadi diluar kontrol adalah birokrasi.

Pemisahan dunia bisnis menjadi empat kategori ini sebenarnya merupakan


penyederhanaan. Tidak ada perusahaan sekarang ini yang secara persis
cocok dengan salah satu kategori. Kenyataannya, dalam setiap perusahaan,
akan ditemukan campuran dari keempat tipe budaya tersebut.

E. Karakteristik Budaya Organisasi

Karakteristik kunci dari budaya menurut Michael Zwell (2000: 63) adalah: (a)
budaya dipelajari, (b) norma dan adat istiadat adalah umum diseluruh budaya, (c)
budaya kebanyakan bekerja secara tanpa sadar, (d) sifat dan karakteristik budaya
dikontrol melalui banyak mekanisme dan proses sosial, (e) elemen budaya diteruskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya, (f) menyesuaikan adat istiadat dan pola

20 12 Modul ORGANIZATIONAL CULTURE Biro Akademik Dan Pembelajaran

TIM DOSEN MATA KULIAH HRM http:// www. Widyatama.ac.id


perilaku yang dapat diterima cenderung menjadi hubungan dengan kebajikan moral dan
superioritas, dan (g) seperti kebiasaan lainnya, perilaku budaya adalah nyaman dan
dikenal umum.

Akar dari suatu budaya organisasi adalah serangkaian karakteristik inti yang
secara kolektif dihargai oleh semua anggota organisasi. Karakteristik budaya organisasi
menunjukkan ciri-ciri, sifat-sifat, unsur-unsur, dan elemen-elemen yang terdapat dalam
suatu budaya organisasi. Cukup terdapat banyak pandangan dari para ahli tentang
karakteristik budaya organisasi. Setiap organisasi akan menampakkan sifat dan cirinya
berdasar karakteristik budaya organisasi yang dimilikinya.

20 13 Modul ORGANIZATIONAL CULTURE Biro Akademik Dan Pembelajaran

TIM DOSEN MATA KULIAH HRM http:// www. Widyatama.ac.id


REFERENSI

Kreitner, Robert and Angelo Kinicki. Organizational Culture. 2001.

Greenberg, Jerald and Robert A. Baron. Core Values 2003.

Robbins, Stephen P. Strong Corporate Culture. 2001.

Schein, Edgar H. Organizational Culture. 1997.

Thomas. and Kerr Inkson. Geert Hofstede. 2004.

Deal, Terrence E. and Allan A. Kennedy. Webster’s New Collegiate Dictionary. 2000.

Deal, Terrence E. and Allan A. Kennedy. The myth of organizational culture. 1999.

Cartwright, Jeff. The monoculture, The superordinate, The disive culture, and The
disjuntive culture. 1999.

Deal, Terrence E. and Allan A. Kennedy. The tough-guy, macho culture, The work hard-
play hard culture, The bet-your company culture, and The process culture. 2000.

Gibson, James L, John M. Ivancevich and James H. Donnelly, Jr. 2000.

Zwell, Michael. Characteristic Organizational. 2000.

Tan, Victor S.L. Behaviour Pattern. 2002.

20 14 Modul ORGANIZATIONAL CULTURE Biro Akademik Dan Pembelajaran

TIM DOSEN MATA KULIAH HRM http:// www. Widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai