Makalah
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Perilaku dan Budaya
Organisasi
dosen pengampu:
Oleh :
Mirasari Sonia
Resty Nuraprilianti
Yuzzaki Ayatuna
BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR
Puja dan Puji Syukur hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kasih sayang-Nya dan memberikan waktu kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Teori Perilaku dan Budaya Organisasi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas kelompok mata kuliah Teori Perilaku dan Budaya Organisasi juga
untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembacanya.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis
ataupun secara lisan.
DAFTAR ISI
i
Kata pengantar............................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................
BAB IV PENUTUP...................................................................................
A. Simpulan..................................................................................
B. Saran........................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian budaya dan perilaku oganisasi?
2. Apa saja fungsi budaya organisasi?
3. Bagaimana perilaku dan budaya organisasi di lembaga pendidikan?
4. Bagaimana hubungan antara perilaku dan budaya dalam organisasi?
5. Bagaimana proses pembentukan budaya organisasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perilaku dan budaya organisasi.
2. Untuk mengetahui fungsi budaya organisasi.
1
3. Untuk mengetahui perilaku dan budaya organisasi di lembaga
pendidikan.
4. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku dan budaya dalam
organisasi.
5. Untuk mengetahui proses pembentukan budaya organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Perilaku adalah sikap dan tindakan. Peri berarti cara berbuat,
kelakuan, laku berarti perbuatan, kelakuan dan menjalankan. Organisasi
adalah sekelompok orang yang besama-sama didalam hubungan yang
resmi untuk mencapai suatu tujuan bersama. Perilaku organisasi adalah
studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu
organisasi atau suatu kelompok tertentu. Tujuan praktis dari penelaahan
studi ini adalah untuk mendeterminasi bagaimana perilaku manusia itu
mempengaruhi usaha pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Menurut Larry
L. Cummings menekankan bahwa perilaku organisasi adalah suatu cara
berpikir, suatu cara untuk memahami persoalan-persoalan dan
menjelaskan secara nyata hasil-hasil penemuan berikut tindakan-tindakan
pemecahan. 1
Pengertian budaya menurut Vijay Santhe, budaya adalah asumsi
yang penting bahwa anggota dari sebuah komunitas berbagi di dalam
sebuah kebersamaan. Menurut Geert Hofstede, budaya adalah sistem
biologikal operasional manusia termasuk perilakunya yang bersifat
universal, seperti senyum dan tangis yang terjadi dimana-mana sepanjang
sejarah. Jadi budaya organisasi adalah studi yang menjelaskan mengenai
1
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 4.
2
pembentukan nilai yang berkembang menjadi suatu kebiasaan yang terjadi
didalam suatu organisasi.2
2
Taliziduhu Ndraha, Budaya Organisasi (Jakarta: PT Rineka Citra, 2010), hal. 43.
3
2) Perbedaan antara perilaku organisasi dengan teori organisasi
didasarkan pada dua perbedaan, antara lain unit analisisnya dan
pusat variabel tak bebas. Perilaku organisasi dirumuskan
sebagai suatu studi dari tingkah laku individu dan kelompok
didalam suatu organisasi dan penerapan dari ilmu pengetahuan
tertentu. Teori organisasi adalah studi tentang susunan, proses,
dan hasil-hasil dari organisasi itu sendiri.
3) Perbedaan antara perilaku organisasi dengan Personnel dan
Human Resources adalah: bahwa perilaku organisasi lebih
menekankan pada orientasi konsep, sedangkan Personnel dan
Human Resources menekankan pada teknik dan teknologi.
Variabel-variabel tak bebas seperti misalnya tingkah laku dan
reaksi-reaksi yang efektif dalam organisasi, seringkali muncul
pada keduanya. Personnel dan Human Resources nampaknya
berada pada permukaan antara organisasi dan individu dengan
menekankan pada perkembangan, pengangkatan, dan motivasi
dari individu-individu didalam suatu organisasi.3
B. Fungsi Budaya Organisasi
1) Perasaan identitas dan menambah komitmen organisasi.
2) Alat pengorganisasiaan anggota.
3) Menguatkan nilai-nilai dalam organisasi.
4) Mekanisme kontrol perilaku.
5) Mendorong dan meningkatkan kinerja ekonomi baik dalam jangka
pendek atau panjang.
6) Penentu arah organisasi mana yang boleh dan yang tidak boleh.4
3
Op.cit. hal.7.
4
http://www.artikelsiana.com/2015/10/pengertian-budaya-organisasi.
4
pendidikan yang memiliki peran dan fungsi untuk berusaha
mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada
para siswanya. Dalam hal ini, Larry Lashway (1996) menyebutkan bahwa
“schools are moral institutions, designed to promote social norms,…”.
Nilai-nilai yang mungkin dikembangkan di sekolah tentunya
sangat beragam. Jika merujuk pada pemikiran Spranger sebagaimana
disampaikan oleh Sumadi Suryabrata (1990), maka setidaknya terdapat
enam jenis nilai yang seyogyanya dikembangkan di sekolah. Dalam tabel
1 berikut ini dikemukakan keenam jenis nilai dari Spranger beserta
perilaku dasarnya.
5
ritual,
upacara,
prosedur belajar mengajar,
peraturan sistem ganjaran/ hukuman,
layanan psikologi sosial,
pola interaksi sekolah dengan orang tua, masyarakat dan yang
meteriil dapat berupa : fasilitas dan peralatan, artifiak dan tanda
kenangan serta pakaian seragam.
6
Yaitu kultur yang tidak berfokus pada satu sisi namun dapat
memberikan konstribusi positif tehadap perkembangan
peningkatan mutu pendidikan. Hal ini bisa berupa arisan keluarga
sekolah, seragam guru, seragam siswa dan lain-lain. (Akhmad
Sudrajat. 2008. Budaya Organisasi Di Sekolah. Jakarta. Rajawali
Pers) Hal. 98-102
7
kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman
dalam bertingkah laku.5
8
kelompok secara eksplisit. Kisah-kisah atau legenda-legenda historis bisa
diceritakan terus menerus untuk mengingatkan setiap orang tentang nilai-
nilai kelompok dan apa yang dimaksudkan dengannya.
Para manajer bisa secara eksplisit berusaha bertindak sesuai
dengan contoh budaya dan gagasan budaya tersebut. Begitu juga, anggota
senior bisa mengkomunikasikan nilai-nilai pokok mereka secara terus
menerus dalam percakapan sehari-hari atau melalui ritual dan perayaan-
perayaan khusus.
Orang-orang yang berhasil mencapai gagasan-gagasan yang
tertanam dalam budaya ini dapat terkenal dan dijadikan pahlawan. Proses
alamiah dalam identifikasi diri dapat mendorong anggota muda untuk
mengambil alih nilai dan gaya mentor mereka. Barangkali yang paling
mendasar, orang yang mengikuti norma-norma budaya akan diberi
imbalan (reward) sedangkan yang tidak, akan mendapat sanksi
(punishment). Imbalan (reward) bisa berupa materi atau pun promosi
jabatan dalam organisasi tertentu sedangkan untuk sanksi (punishment)
tidak hanya diberikan berdasar pada aturan organisasi yang ada semata,
namun juga bisa berbentuk sanksi sosial. Dalam arti, anggota tersebut
menjadi isolated di lingkungan organisasinya.
Dalam suatu organisasi sesungguhnya tidak ada budaya yang
“baik” atau “buruk”, yang ada hanyalah budaya yang “cocok” atau “tidak
cocok” . Jika dalam suatu organisasi memiliki budaya yang cocok, maka
manajemennya lebih berfokus pada upaya pemeliharaan nilai-nilai- yang
ada dan perubahan tidak perlu dilakukan. Namun jika terjadi kesalahan
dalam memberikan asumsi dasar yang berdampak terhadap rendahnya
kualitas kinerja, maka perubahan budaya mungkin diperlukan.
Karena budaya ini telah berevolusi selama bertahun-tahun melalui
sejumlah proses belajar yang telah berakar, maka mungkin saja sulit untuk
diubah. Kebiasaan lama akan sulit dihilangkan. Walaupun demikian,
Howard Schwartz dan Stanley Davis dalam bukunya Matching Corporate
Culture and Business Strategy yang dikutip oleh Bambang Tri Cahyono
9
mengemukakan empat alternatif pendekatan terhadap manajemen budaya
organisasi, yaitu : (1) lupakan kultur; (2) kendalikan disekitarnya; (3)
upayakan untuk mengubah unsur-unsur kultur agar cocok dengan strategi;
dan (4) ubah strategi. Di sekolah terjadi interaksi yang saling
mempengaruhi antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan
fisik maupun sosial. Lingkungan ini akan dipersepsi dan dirasakan oleh
individu tersebut sehingga menimbulkan kesan dan perasaan tertentu.
Dalam hal ini, sekolah harus dapat menciptakan suasana lingkungan kerja
yang kondusif dan menyenangkan bagi setiap anggota sekolah, melalui
berbagai penataan lingkungan, baik fisik maupun sosialnya. Moh. Surya
(1997) menyebutkan bahwa:
Lingkungan kerja yang kondusif baik lingkungan fisik, sosial
maupun psikologis dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk
bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu, dapat diciptakan lingkungan
fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan ruangan, tata letak,
fasilitas dan sebagainya. Demikian pula, lingkungan sosial-psikologis,
seperti hubungan antar pribadi, kehidupan kelompok, kepemimpinan,
pengawasan, promosi, bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan
dan sebagainya. “
Dalam konteks Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS, Depdiknas (2001) mengemukakan bahwa salah satu
karakterististik MPMBS adalah adanya lingkungan yang aman dan tertib,
dan nyaman sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan
nyaman (enjoyable learning).
BAB III
10
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
11
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi . 2008. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
12