Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR TEORI PERILAKU DAN BUDAYA ORGANISASI

Makalah

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Perilaku dan Budaya
Organisasi

dosen pengampu:

Ahmad Masrul Anwar, M.Pd.

Oleh :

Mirasari Sonia

Resty Nuraprilianti

Yuzzaki Ayatuna

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2016
KATA PENGANTAR

Puja dan Puji Syukur hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kasih sayang-Nya dan memberikan waktu kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Teori Perilaku dan Budaya Organisasi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas kelompok mata kuliah Teori Perilaku dan Budaya Organisasi juga
untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembacanya.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis
ataupun secara lisan.

Bandung, November 2016

DAFTAR ISI

i
Kata pengantar............................................................................................

Daftar Isi.....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................

A. Latar Belakang Masalah..........................................................


B. Rumusan masalah....................................................................
C. Tujuan......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................

A. Pengertian Perilaku dan Budaya Organisasi............................


B. Fungsi Budaya Organisasi.......................................................
C. Perilaku dan Budaya Organisasi di lembaga pendidikan.........
D. Hubungan antara kebudayaan dan perilaku.............................
E. Proses pembentukan budaya organisasi...................................

BAB IV PENUTUP...................................................................................

A. Simpulan..................................................................................
B. Saran........................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Sebuah organisasi mempunyai budaya masing-masing yang
nantinya akan menjadi sebuah perilaku dalam berorganisasi. Budaya
organisasi ada yang sesuai dengan anggota atau karyawan baru, ada juga
yang tidak sesuai sehingga seorang anggota atau karyawan baru tidak
nyaman berada dalam organisasi tersebut, tetapi bagaimanapun juga kita
harus dapat menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya.
Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam
keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa.
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan
budaya yang diciptakan. Ikatan budayan tercipta oleh masyarakat yang
bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa.
Seiring bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan
dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi
efektivitas organisasi secara keseluruhan. Berdasarkan hal tersebut,
pengenalan, penciptaan, dan pengembangan budaya organisasi dalam
suatu perusahaan mutlak diperlukan dalam rangka membangun perusahaan
yang efektif dan efisien sesuai dengan visi dan misi yang hendak dicapai.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian budaya dan perilaku oganisasi?
2. Apa saja fungsi budaya organisasi?
3. Bagaimana perilaku dan budaya organisasi di lembaga pendidikan?
4. Bagaimana hubungan antara perilaku dan budaya dalam organisasi?
5. Bagaimana proses pembentukan budaya organisasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perilaku dan budaya organisasi.
2. Untuk mengetahui fungsi budaya organisasi.

1
3. Untuk mengetahui perilaku dan budaya organisasi di lembaga
pendidikan.
4. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku dan budaya dalam
organisasi.
5. Untuk mengetahui proses pembentukan budaya organisasi.

BAB II

PEMBAHASAN

Konsep Dasar Teori Perilaku dan Budaya Organisasi

A. Pengertian
Perilaku adalah sikap dan tindakan. Peri berarti cara berbuat,
kelakuan, laku berarti perbuatan, kelakuan dan menjalankan. Organisasi
adalah sekelompok orang yang besama-sama didalam hubungan yang
resmi untuk mencapai suatu tujuan bersama. Perilaku organisasi adalah
studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu
organisasi atau suatu kelompok tertentu. Tujuan praktis dari penelaahan
studi ini adalah untuk mendeterminasi bagaimana perilaku manusia itu
mempengaruhi usaha pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Menurut Larry
L. Cummings menekankan bahwa perilaku organisasi adalah suatu cara
berpikir, suatu cara untuk memahami persoalan-persoalan dan
menjelaskan secara nyata hasil-hasil penemuan berikut tindakan-tindakan
pemecahan. 1
Pengertian budaya menurut Vijay Santhe, budaya adalah asumsi
yang penting bahwa anggota dari sebuah komunitas berbagi di dalam
sebuah kebersamaan. Menurut Geert Hofstede, budaya adalah sistem
biologikal operasional manusia termasuk perilakunya yang bersifat
universal, seperti senyum dan tangis yang terjadi dimana-mana sepanjang
sejarah. Jadi budaya organisasi adalah studi yang menjelaskan mengenai

1
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 4.

2
pembentukan nilai yang berkembang menjadi suatu kebiasaan yang terjadi
didalam suatu organisasi.2

Pengertian budaya organisasi menurut para ahli:

Susanto: Pengertian budaya organisasi menurut susanto adalah


nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi
permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam
perusahaan sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami
nilai-nilai yang ada dan sebagaimana mereka harus bertingkah laku atau
berperilaku.

Robbins: Budaya organisasi menurut Robbins adalah suatu sistem


makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan
organisasi tersebut dengan yang lain.

Gareth R. Jones: Definisi budaya organisasi menurut Gareth R.


Jones adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota
organisasi, suatu sistem dari makna bersama.

Larry L. Cummings, presiden dari Akademi Manajemen di


Amerika Serikat memberikan suatu analisis perbedaan antara perilaku
organisasi dengan disiplin lain yang erat hubungannya dengan ilmu
perilaku. Menurut Cummings perbedaan yang dimaksud sebagai berikut:

1) Perbedaan antara perilaku organisasi dengan psikologi


organisasi antara lain: psikologi organisasi membatasi
konstruksi penjelasannya pada tingkat psikologi saja, akan
tetapi perilaku organisasi konstruksi penjelasannya berasal dari
multi disiplin. Kesamaan keduanya ialah kedua bidang tersebut
menjelaskan perilaku orang-orang di dalam suatu organisasi.

2
Taliziduhu Ndraha, Budaya Organisasi (Jakarta: PT Rineka Citra, 2010), hal. 43.

3
2) Perbedaan antara perilaku organisasi dengan teori organisasi
didasarkan pada dua perbedaan, antara lain unit analisisnya dan
pusat variabel tak bebas. Perilaku organisasi dirumuskan
sebagai suatu studi dari tingkah laku individu dan kelompok
didalam suatu organisasi dan penerapan dari ilmu pengetahuan
tertentu. Teori organisasi adalah studi tentang susunan, proses,
dan hasil-hasil dari organisasi itu sendiri.
3) Perbedaan antara perilaku organisasi dengan Personnel dan
Human Resources adalah: bahwa perilaku organisasi lebih
menekankan pada orientasi konsep, sedangkan Personnel dan
Human Resources menekankan pada teknik dan teknologi.
Variabel-variabel tak bebas seperti misalnya tingkah laku dan
reaksi-reaksi yang efektif dalam organisasi, seringkali muncul
pada keduanya. Personnel dan Human Resources nampaknya
berada pada permukaan antara organisasi dan individu dengan
menekankan pada perkembangan, pengangkatan, dan motivasi
dari individu-individu didalam suatu organisasi.3
B. Fungsi Budaya Organisasi
1) Perasaan identitas dan menambah komitmen organisasi.
2) Alat pengorganisasiaan anggota.
3) Menguatkan nilai-nilai dalam organisasi.
4) Mekanisme kontrol perilaku.
5) Mendorong dan meningkatkan kinerja ekonomi baik dalam jangka
pendek atau panjang.
6) Penentu arah organisasi mana yang boleh dan yang tidak boleh.4

C. Prilaku dan budaya di lembaga pendidikan


Nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah, tentunya tidak dapat
dilepaskan dari keberadaan sekolah itu sendiri sebagai organisasi

3
Op.cit. hal.7.
4
http://www.artikelsiana.com/2015/10/pengertian-budaya-organisasi.

4
pendidikan yang memiliki peran dan fungsi untuk berusaha
mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada
para siswanya. Dalam hal ini, Larry Lashway (1996) menyebutkan bahwa
“schools are moral institutions, designed to promote social norms,…”.
Nilai-nilai yang mungkin dikembangkan di sekolah tentunya
sangat beragam. Jika merujuk pada pemikiran Spranger sebagaimana
disampaikan oleh Sumadi Suryabrata (1990), maka setidaknya terdapat
enam jenis nilai yang seyogyanya dikembangkan di sekolah. Dalam tabel
1 berikut ini dikemukakan keenam jenis nilai dari Spranger beserta
perilaku dasarnya.

Tabel 1. Jenis Nilai dan Perilaku Dasarnya menurut Spranger


No Nilai Prilaku dasar
1 Ilmu Pengetahuan Berfikir
2 Ekonomi Bekerja
3 Kesenian Menikmati keindahan
4 Kegamaan Memuja
5 Kemasyarakatan Berbakti atau berkorban
6 Politik Berkuasa atau memerintah
(Sumber : Modifikasi dari Sumadi Suryabrata. 1990. Psikologi
Kepribadian. Jakarta: Rajawali)

Hedley Beare mendeskripsikan unsur-unsur budaya sekolah dalam dua


kategori, yakni unsur kasat mata dan unsur yang tidak kasat mata.
1) Unsur yang kasat mata
Unsur yang kasat mata dapat termenifestasi secara konseptual
yang meliputi :
 visi,misi, tujuan dan sasaran,
 kurikulum,
 bahasa komunikasi,
 narasi sekolah,
 narasi tokoh-tokoh,
 struktur organisasi,

5
 ritual,
 upacara,
 prosedur belajar mengajar,
 peraturan sistem ganjaran/ hukuman,
 layanan psikologi sosial,
 pola interaksi sekolah dengan orang tua, masyarakat dan yang
meteriil dapat berupa : fasilitas dan peralatan, artifiak dan tanda
kenangan serta pakaian seragam.

2) Tidak kasat mata


Tidak kasat mata itu adalah filsafat atau pandangan dasar
sekolah mengenai kenyataan yang luas, makna hidup atau yang di
anggap penting dan harus diperjuangkan oleh sekolah. Dan itu harus
dinyatakan secara konseptual dalam rumusan visi, misi, tujuan dan
sasaran yang lebih kongkrit yang akan di capai oleh sekolah.
Djemari Mardapi (2003) membagi unsur-unsur budaya sekolah
jika ditinjau dari usaha peningkatan kualitas pendidikan sebagai
berikut :
a. Kultur sekolah yang positif
Kultur sekolah yang positif adalah kegiatan-kegiatan yang
mendukung peningkatan kualitas pendidikan, misalnya
kerjasama dalam mencapai prestasi, penghargaan terhadap prestasi,
dan komitmen terhadap belajar.
b. Kultur sekolah yang negatif
Kultur sekolah yang negatif adalah kultur yang kontra
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Artinya resisten terhadap
perubahan, misalnya dapat berupa: siswa takut salah, siswa takut
bertanya, dan siswa jarang melakukan kerja sama dalam
memecahkan masalah.
c. Kultur sekolah yang netral

6
Yaitu kultur yang tidak berfokus pada satu sisi namun dapat
memberikan konstribusi positif tehadap perkembangan
peningkatan mutu pendidikan. Hal ini bisa berupa arisan keluarga
sekolah, seragam guru, seragam siswa dan lain-lain. (Akhmad
Sudrajat. 2008. Budaya Organisasi Di Sekolah. Jakarta. Rajawali
Pers) Hal. 98-102

D. Hubungan Antara Kebudayaan dan Perilaku


Antara perilaku manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang
sangat erat, sebagaimana yang diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa
manusia pasti terlibat dalam suatu kebudayaan. Hampir semua tindakan
manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya tindakan yang sifatnya
naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian
prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut
dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar
kebudayaan yaitu proses internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.
Selanjutnya hubungan antara perilaku manusia dengan kebudayaan
juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan.
Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai
:
1) Penganut kebudayaan,
2) Pembawa kebudayaan,
3) Manipulator kebudayaan
4) Pencipta kebudayaan.
Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada
persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka
survive maka manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi
kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara.
Hal yang dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan
yang digunakan manusia dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa

7
kita sebut sebagai way of life, yang digunakan individu sebagai pedoman
dalam bertingkah laku.5

E. Proses Pembentukan Budaya Organisasi


Selanjutnya, kita akan membicarakan tentang proses terbentuknya
budaya dalam organisasi. Munculnya gagasan-gagasan atau jalan keluar
yang kemudian tertanam dalam suatu budaya dalam organisasi bisa
bermula dari mana pun, dari perorangan atau kelompok, dari tingkat
bawah atau puncak. Taliziduhu Ndraha (1997) menginventarisir sumber-
sumber pembentuk budaya organisasi, diantaranya:
1) pendiri organisasi;
2) pemilik organisasi;
3) Sumber daya manusia asing;
4) luar organisasi;
5) orang yang berkepentingan dengan organisasi (stake
holder); dan
6) masyarakat.
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa proses budaya dapat terjadi
dengan cara: (1) kontak budaya; (2) benturan budaya; dan (3) penggalian
budaya. Pembentukan budaya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang
sekejap, namun memerlukan waktu dan bahkan biaya yang tidak sedikit
untuk dapat menerima nilai-nilai baru dalam organisasi.
Setelah mapan, budaya organisasi sering mengabadikan dirinya
dalam sejumlah hal. Calon anggota kelompok mungkin akan disaring
berdasarkan kesesuaian nilai dan perilakunya dengan budaya organisasi.
Kepada anggota organisasi yang baru terpilih bisa diajarkan gaya
5
Ihromi, T.O., Pokok-pokok Antropologi Budaya, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1996.) Hal. 45-46.

8
kelompok secara eksplisit. Kisah-kisah atau legenda-legenda historis bisa
diceritakan terus menerus untuk mengingatkan setiap orang tentang nilai-
nilai kelompok dan apa yang dimaksudkan dengannya.
Para manajer bisa secara eksplisit berusaha bertindak sesuai
dengan contoh budaya dan gagasan budaya tersebut. Begitu juga, anggota
senior bisa mengkomunikasikan nilai-nilai pokok mereka secara terus
menerus dalam percakapan sehari-hari atau melalui ritual dan perayaan-
perayaan khusus.
Orang-orang yang berhasil mencapai gagasan-gagasan yang
tertanam dalam budaya ini dapat terkenal dan dijadikan pahlawan. Proses
alamiah dalam identifikasi diri dapat mendorong anggota muda untuk
mengambil alih nilai dan gaya mentor mereka. Barangkali yang paling
mendasar, orang yang mengikuti norma-norma budaya akan diberi
imbalan (reward) sedangkan yang tidak, akan mendapat sanksi
(punishment). Imbalan (reward) bisa berupa materi atau pun promosi
jabatan dalam organisasi tertentu sedangkan untuk sanksi (punishment)
tidak hanya diberikan berdasar pada aturan organisasi yang ada semata,
namun juga bisa berbentuk sanksi sosial. Dalam arti, anggota tersebut
menjadi isolated di lingkungan organisasinya.
Dalam suatu organisasi sesungguhnya tidak ada budaya yang
“baik” atau “buruk”, yang ada hanyalah budaya yang “cocok” atau “tidak
cocok” . Jika dalam suatu organisasi memiliki budaya yang cocok, maka
manajemennya lebih berfokus pada upaya pemeliharaan nilai-nilai- yang
ada dan perubahan tidak perlu dilakukan. Namun jika terjadi kesalahan
dalam memberikan asumsi dasar yang berdampak terhadap rendahnya
kualitas kinerja, maka perubahan budaya mungkin diperlukan.
Karena budaya ini telah berevolusi selama bertahun-tahun melalui
sejumlah proses belajar yang telah berakar, maka mungkin saja sulit untuk
diubah. Kebiasaan lama akan sulit dihilangkan. Walaupun demikian,
Howard Schwartz dan Stanley Davis dalam bukunya Matching Corporate
Culture and Business Strategy yang dikutip oleh Bambang Tri Cahyono

9
mengemukakan empat alternatif pendekatan terhadap manajemen budaya
organisasi, yaitu : (1) lupakan kultur; (2) kendalikan disekitarnya; (3)
upayakan untuk mengubah unsur-unsur kultur agar cocok dengan strategi;
dan (4) ubah strategi. Di sekolah terjadi interaksi yang saling
mempengaruhi antara individu dengan lingkungannya, baik lingkungan
fisik maupun sosial. Lingkungan ini akan dipersepsi dan dirasakan oleh
individu tersebut sehingga menimbulkan kesan dan perasaan tertentu.
Dalam hal ini, sekolah harus dapat menciptakan suasana lingkungan kerja
yang kondusif dan menyenangkan bagi setiap anggota sekolah, melalui
berbagai penataan lingkungan, baik fisik maupun sosialnya. Moh. Surya
(1997) menyebutkan bahwa:
Lingkungan kerja yang kondusif baik lingkungan fisik, sosial
maupun psikologis dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk
bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu, dapat diciptakan lingkungan
fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan ruangan, tata letak,
fasilitas dan sebagainya. Demikian pula, lingkungan sosial-psikologis,
seperti hubungan antar pribadi, kehidupan kelompok, kepemimpinan,
pengawasan, promosi, bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan
dan sebagainya. “
Dalam konteks Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
(MPMBS, Depdiknas (2001) mengemukakan bahwa salah satu
karakterististik MPMBS adalah adanya lingkungan yang aman dan tertib,
dan nyaman sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan
nyaman (enjoyable learning).

BAB III

10
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka

11
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi . 2008. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Taliziduhu Ndraha, Budaya Organisasi. 2010. Jakarta: PT Rineka Citra.

Ihromi, T.O., Pokok-pokok Antropologi Budaya. 1996. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

http://www.artikelsiana.com/2015/10/pengertian-budaya-organisasi (diakses pada


hari selasa tanggal 15 November 2016).

12

Anda mungkin juga menyukai