Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha
penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang kami beri judul “Sosialisasi Budaya Organisasi”
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
Dalam pembahasan materi ini, agar tersusun secara sistematis
dan efisien makatimbulah beberapa rumusan masalah diantaranya :
C. Tujuan Penulisan
1. Agar mengetahui definisi sosialisasi budaya organisasi
2. Agar mengetahui jenis dan tipe budaya organisasi
3. Agar mengetahui visi dan misi organisasi
4. Agar mengetahu tujuan organisasi organisasi
5. Agar mengetahui kendala budaya organisasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
hanya harus tahu dan terlatih tentang apa, bagaimana, dan mengapa tentang hal-
hal yang dianggap penting dalam organisasi, tetapi juga meninggalkan pikiran-
pikiran, sikap-sikap, pola perilaku, dan kebiasaan-kebiasaan lama dari
’lingkungan (organisasi)’ sebelumnya. Di dalam sebuah organisasi baru,
sosialisasi berlangsung atas prakarsa dan tanggung jawab para pendiri dan/atau
pemimpin organisasi dan melibatkan segenap anggota organisasi.
Pendiri dan/atau pemimpin organisasi mempunyai peranyang sangat
besar, yakni sebagai ’sumber nilai-nilai inti’ dan sekaligus menjadi ’suri
tauladan’ bagi segenap anggota. Di dalam organisasi yang sudah mapan,
sosialisai berlansung sebagai sebuah program yang secara khusus dirancang dan
dilaksanakan sebagai penyiapan anggota baru sebagai terjemahan dari visi dan
misi organisasi. Namun tujuan sosialisasi untuk kedua jenis organisasi itu pada
dasarnya sama, yakni mengembangkan ’budaya kuat’ (strong culture), agar
dapat mengatasi persoalan-pesoalan integrasi organisasi secara internal dan
adaptasi dengan lingkungan eksternal. Di dalam lingkungan yang penuh
persaingan lokal-regional, nasional, dan global itu berarti bahwa sosialisasi
dapat menjadikan budaya organisasi sebagai keunggulan bersaing dan kekuatan
bertahan hidup.
Singkat kata, sosialisasi yang efektif diharapkan dapat menjadikan
budaya organisasi sumber ’kekuatan integrasi’ (integrative power), ’kekuatan
adaptasi’ (adaptive power), ’keunggulan bersaing’ (competitive advantage) dan
’sumber kelangsungan hidup’ (source for survival) sebagaimana dijelaskan oleh
John P. Kotter dan James L. Heskett (1992) dalam buku berjudul Corporate
Culture and Performance dan Edgar H. Schein (1999) di dalam e Corporate
Culture Survival Guide. Namun sosialisasi budaya organisasi pada dasarnya
berlangsung sepanjang waktu tidak berhenti dengan selesainya program
sosialisasi resmi. Organisasi menyelenggarakan berbagai peristiwa penting yang
dikenal dengan sebutan ‘rites and ritual’ upacara dan perayaan-perayaan penting
sebagai tampilan nilai-nilai budaya dalam praktek organisasi. Bahkan di luar
peristiwa-peristiwa resmi tersebut, organisasi nampak aktif berkat berbagai
4
kegiatan-kegiatan tidak resmi yang digerakkan oleh jaringan budaya.1
1. Apathetic Culture
Dalam tipe ini anggota organissi terhadap hubungan antar
manusia maupun perhatian terhadap pelaksanaan tugas dua-duanya
disini penghargaan diberikan terutama berdasarkan permainan politik
dan pemanipulasian orang-orang lain.
2. Caring Culture
Budaya organisasi ini dicirikan oleh rendahnya perhatian
1
Andre A., Sosialisasi Dan Dampak Budaya Organisasi ( Jurnal Ilmu Komunikasi), Vol. 7 No.1,
Juni 2010, Hal. 6-8
5
terhadap kinerja dan tingginya perhatian terhadap hubungan antar
manusia.
3. Extacing Culture
Ciri utamanya adalah bahwa perhatian terhadap orang sangat
rendah tapi perhatian terhadap kinerja sangat tinggi.
4. Integrative Culture
Dalam tipe ini perhatian terhadap orang maupun terhadap
kinerja, keduanya sangat tinggi.2
Pentingnya Visi dan Misi Organisasi Visi dan misi merupakan kunci bagi
suatu organisasi yang bisa membantu sebagai pedoman dalam menetapkan
prioritas, mengalokasikan sumber daya, dan memastikan bahwa setiap orang
bekerja untuk mencapai tujuan dan sasaran bersama. Oleh karena itu, visi dan
misi sangat penting dalam suatu organisasi. Dengan adanya visi dan misi dalam
suatu organisasi, akan memudahkan orang-orang dalam organisasi untuk
mengetahui apa yang seharusnya mereka lakukan guna mencapai tujuan
organisasi. Sebaliknya, organisasi tanpa visi dan misi akan dihadapkan dengan
berbagai permasalahan, khususnya terkait dengan tujuan apa yang hendak
dicapai oleh organisasi tersebut.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muslim (2017) ditemukan bahwa
suatu perusahaan yang tidak memiliki visi dan misi yang jelas, tentu akan
berdampak pada keadaan yang tidak terkontrol serta tidak memiliki gambaran
yang jelas mengenai masa depan. Oleh karenanya, seorang pemimpin sebaiknya
membuat sebuah visi yang jelas.Visi dan misi organisasi merupakan hal mutlak
yang harus dimiliki oleh organisasi. Selain untuk menyusun dan merencanakan
cita-cita organisasi di masa yang akan datang, visi dan misi sangat penting guna
mengetahui langkah-langkah strategis yang harus dilakukan oleh organisasi.
Visi misi senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamdan (2001)
mengemukakan bahwa visi dan misi sebagian dari perencanaan strategis harus
dibuat dengan sungguh-sungguh karena didalamnya terkandung gambaran
mengenai masa depan yang diidamkan. Aprilianti (2022) dalam tulisannya yang
2
Hari Sulaksono, Budaya Organisasi Dan Kinerja, Deepublish( Yogyakarta), 2019, Hal. 36 -37
6
berjudul Tujuh Alasan Pentingnya Visi dan Misi Bagi Perkembangan Bisnis
mengemukakan bahwa visi dan misi adalah dua komponen penting yang sangat
diperlukan oleh perusahaan. Oleh karena itu, ada beberapa alasan mengapa visi
dan misi penting bagi perusahaan, diantaranya sebagai berikut:
1. Memberikan standar kerja yang optimal
2. Membuat karyawan bangga dan merasa pekerjaannya bermakna
3. Meningkatkan semangat kerja dan komitmen
4. Memastikan tujuan dasar dari sebuah perusahaan
5. Menjadi acuan perusahaan dalam mengembangkan bisnisnya
6. Sebagai pedoman bagi karyawan dalam bekerja
7. Sebagai sarana dalam pengambilan keputusan perusahaan3
D. Tujuan Organisasi
3
Maria dkk, perilaku dan budaya organisasi, seval literindo kreasi (nusa tenggara barat,2022),
hal. 9
7
2. Mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien karena dilakukan
bersama-sama.
3. Mengembangkan sumber daya dan teknologi bersama-sama.
4. Wadah mendapatkan jabatan dan pembagian kerja
5. Wadah mengelola lingkungan bersama-sama
6. Wadah mencari keuntungan bersama-sama
7. Wadah menggunakan kekuasaan dan pengawasan ( motif kekuasaan)
8. Wadah mendapatkan penghargaan ( motif penghargaan )
9. Wadah menambah pergaulan
10. Wadah memanfaatkan waktu luang
Organisasi merupakan proses kerja sama dua orang atau lebih untuk
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, definisi ini bersifat umum
dan berlaku bagi semua organisasi termasuk organisasi pendidikan.4
E. Kendala Organisasi
Budaya dalam organisasi selalu dinamis menyesuaikan dengan tuntutan
lingkungan. Dalam menghadapi tuntutan lingkungan pelaku budaya organisasi
menghadapi berbagai tantangan. Menurut Ndraha (2014: 181) bahwa yang
dimaksud dengan tantangan budaya di sini adalah tantangan yang bakal atau
akan dihadapi oleh pelaku budaya atau suatu lingkungan budaya (subbudaya,
subkultur) tatkala berkomunikasi atau berinteraksi dengan pelaku budaya atau
lingkungan budaya (subbudaya) lain. Dengan mengetahui tantangan budaya,
dapat dipelajari bagaimana menghadapi dan mengantisipasinya, agar tantangan
itu berubah menjadi peluang bahkan kekuatan (resilient). Tantangan budaya
menurut Ndraha (2014; 181-185) terdapat antar berbagai pihak sebagai berikut.
a. Budaya Pribadi
Tantangan budaya antar pribadi dihadapi dalam rangka
membentuk semangat tim (teamwork). Dalam manajemen modern
nilai tim lebih tinggi ketimbang kerja sama semata-mata. Team
4
Hari Sulaksono, Budaya Organisasi Dan Kinerja, Deepublish( Yogyakarta), 2019, Hal. 41
8
building didasarkan pada anggapan bahwa:
a) Tidak ada orang yang sempurna
b) Setiap orang mempunyai kelemahan, keterbatasan dan kekurangan
di samping kekuatan, keahlian, dan kelebihan dibandingkan
dengan orang lain.
c) Kepentingan seseorang dapat di-exchange dengan orang lain yang
kepentingannya berbeda, sehingga tercapai kondisi saling
menguntungkan.
d) Persamaan kepentingan dapat mengikat orang untuk bekerja sama.
e) Dalam organisasi orang saling membutuhkan dan saling
melengkapi.
f) Kelemahan dan kekuatan dapat dikelola (manageable); agar tidak
ada anggota tim yang menjadi musuh dalam selimut, menohok
kawan seiring, menggunting dalam lipatan, senjata makan tuan, atau
pagar makan tanaman; karena “bersatu kita teguh, bercerai kita
hancur”.
g) Tim adalah semangat (spirit) dan synergy: di dalam tim together
everyone achieves more (TEAM).
2. Kelompok atau Masyarakat
Dewasa ini terdapat kecenderungan pembesaran organisasi
melalui akuisisi, merger, grouping, dan kemitraan. Hal itu diterangkan
melalui hipotesis Richard N. Osborn; James G. Hurt dan Lawrence R.
Juach (2010) dan William G. Scott (2014), yang menyatakan bahwa
dalam batas-batas tertentu terdapat hubungan korelatif positif antara
besaran (size) organisasi dengan efektivitas (effectiveness) organisasi.
Dalam kehidupan organisasi adanya tudingan tentang anak emas dan
anak bawang menjalar, isu tentang unit kerja basah dan jalur cepat
merebak, dan konflik antargolongan pun mekar. Untuk mengurangi
kesengsaraan dan meningkatkan kepuasan kerja itu, eksekutif puncak
memberikan otonomi, mengelola heterogenitas kultur,mengembangkan
subkultur unit kerja level bisnis, hierarki organisasi diperpendek,
9
hubungan fungsional diperluas, kecerdasan organisasi ditingkatkan,
dan desain organisasi digepengkan.
3. Atasan dengan Bawahan, Elite dengan Floor
Seperti telah dikemukakan, terdapat perbedaan besar antara
budaya elite dan budaya floor di dalam sebuah organisasi. Elite itu
powerful sementara floor biasanya powerless. Perbedaan ini merupakan
tantangan berat bagi manajemen dalam membangun budaya
organisasional.
4. Organisasi
Tantangan budaya antar-organisasi atau perusahaan yang
budayanya berlain-lainan dihadapi di kala orang berbicara tentang
penggalangan kerja sama atau penyelesaian suatu konflik. Tantangan
ini dibahas oleh William Ouchi dalam berbagai bukunya, antara lain
Teori Z yang membahas metodologi interaksi budaya manajemen
antara perusahaan dan pemerintah di Jepang dibandingkan dengan
Amerika, dan The M-Form Society yang membahas team building
antar-organisasi yang fungsinya berbeda-beda (pemerintah,
perusahaan, dan bank), agar terjalin hubungan saling kontrol dan
supaya yang satu tidak memperalat yang lain.
5. Pusat dengan Daerah atau Cabang, Perwakilan
Jika tantangan budaya antara atasan dengan bawahan berkaitan
dengan jarak kekuasaan (power distance), tantangan budaya antar pusat
dengan daerah atau pusat dengan cabang, dan perusahaan (pabrik)
dengan toko, terletak pada asumsi bahwa daerah (cabang, toko)-lah
yang paling dekat dengan kenyataan, rakyat atau konsumer, dan
sebaliknya, pusat yang paling tahu tentang visi, misi, tujuan, sasaran,
strategi, policy, dan manajemen.
6. Kultur dengan Subkultur
Contoh yang berhasil di dalam hubungan ini adalah Amerika
Serikat, dan contoh yang keberhasilannya masih tertunda, Indonesia.
Semula, Amerika Serikat terdiri dari berbagai kultur, dan setelah
10
melalui perang saudara yang dahsyat, terbentuk sebuah kultur baru;
kultur-kultur lama menjadi subkultur baru di dalam wadah Amerika
Serikat (federalisme).
7. Negara atau Bangsa
Seperti diketahui, di seluruh dunia terdapat overlapping dan
dominasi antara negara sebagai puncak perkembangan sistem sosial
budaya. Ada bangsa yang didominasi oleh sebuah sistem kenegaraan
seperti Uni Soviet dan Yugoslavia dahulu, dan ada juga negara yang
didominasi oleh kesadaran kesebangsaan. Jarang sekali terdapat sebuah
single state yang congruent dengan sebuah single nation (nation stale).
8. Kawasan Dunia
Tantangan ini dapat juga disebut tantangan regional atau global
dengan muatannya dengan sistem nilai yang berbeda dengan nilai yang
selama ini dianut oleh elite indonesia. Sistem nilai itu dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Sistem nilai politik seperti demokrasi, HAM, liberalisme,
posisi, mundur, kontrol sosial, kebebasan pers, dan reformasi.
b. Sistem nilai ekonomi seperti kapitalisme, pasar bebas,
persaingan, keterbukaan, konsumerisme, kepuasan konsumen,
dan profesionalisme.
c. Sistem nilai sosial seperti perikemanusiaan, keadilan,
kedamaian, solidaritas, kebersamaan, keterbukaan, tanggung
jawab dan disiplin sosial.
d. Sistem nilai lingkungan seperti kelestarian, kebersihan,
ambang batas toleransi alam, dan studi dampak lingkungan.
e. Sistem nilai diatas seyogyanya dijadikan topik penelitian
tentang tantangan budaya global guna mengantisipasi sedini
mungkin peluang masa depan.5
5
Djoko Soelistiya Dkk, Budaya Organisasi Dalam Praktik, Nizamia Learning Center(Sidoarjo) , 2022
Hal. 88-91
11
BAB III
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Andre A., Sosialisasi Dan Dampak Budaya Organisasi ( Jurnal Ilmu Komunikasi),
Vol. 7 No.1, Juni 2010
Sulaksono Hari, Budaya Organisasi Dan Kinerja, Deepublish (Yogyakarta), 2019
Maria DKK, Perilaku dan Budaya Organisasi, seval literindo kreasi (nusa tenggara
barat, 2022)
Djoko Soelistiya Dkk, Budaya Organisasi Dalam Praktik, Nizamia Learning Center
(Sidoarjo), 2022
13