Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN BUDAYA ORGANISASI

DISUSUN OLEH:

MUHAMMAD GHOSAIRI 0101192061

MUHAMMAD SARIPUDDIN 0101192069

MUHAMMAD NADJIM 0101192067

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UINSU

2019
DAFTAR ISI

Daftar isi…………………………………………………………………………i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya Organisasi …………………………………………2


B. Pembentukan Budaya Organisasi ………………………………………3
C. Fungsi Budaya Organisasi ………………………………………………4
D. Karakteristik budaya organisasi…………………………………………5
E. Hal-hal Yang Mempengaruhi Budaya Organisasi ……………………….5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………7

Daftar Pustaka …………………………………………………………………8

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kajian yang juga sangat perlu terkait dengan pengelolaan organisasi
adalah pemahaman tentang pentingnya peran budaya organisai. Kajian ini menjadi
penting sebab ternyata budaya merupakan spirit yang menjiwai orang-orang di dalam
organisasi. Seringkali budaya terabaikan yang justru tidak baik bagi kemajuan suatu
organisasi. Oleh karena itu, pemahaman terhadap peranan budaya dalam organisasi
adalah suatu kemestian bagi para pengurus organisasi.

Pada hakikatnya pembahasan terhadap budaya organisasi tidak dapat


dilepaskan dari pembahasan tentang visi dan misi organisasi. Hal itu disebabkan
budaya organisasi sengaja diturunkan dari visi dan misi organisasi/perusahaan.
Dengan demikian pembahasan terhadap budaya organisasi termasuk pembahasan
terhadap budaya organisasi termasuk pembahasan manajemen atau perencanaan
strategis.

Budaya organisasi ini dapat membuat suatu organisasi menjadi terkenal dan
bertahan lama. Yang menjadi masalah adalah tidak semua budaya organisasi dapat
menjadi pendukung organisasi tersebut. Ada budaya organisasi yang tidak sesuai
dengan perkembangan zaman. Maksudnya budaya organisasi tersebut tidak cocok
dengan lingkungan dan yang lebih ditakutkan lagi organisasi itu tidak mampu
menyesuaikan budaya organisasinya dengan perkembangan jaman karena merasa
paling benar.

Dalam hal ini, budaya tidak mengacu pada keanekaragaman ras, etnis, dan
latar belakang individu. Melainkan budaya mengacu pada suatu cara hidup dalam
sebuah organisasi. Budaya organisasi mencakup iklim atau atmosfer emosional dan
psikologis. Hal ini mencakup semangat kerja karyawan, sikap, dan tingkat
produktifitas. Selain itu, budaya organisasi juga mencakup simbol, tindakan, rutinitas,
percakapan, dan lain-lain serta makna-makna lain yang dilekatkan pada simbol-
simbol ini. Makna dan pemahaman budaya dicapai melalui interaksi yang terjadi antar
karyawan dan pihak manajemen.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Budaya Organisasi

A. Pengertian Budaya Organisasi

Organisasi sebagai tempat berkumpulnya orang-orang dalam rangka mencapai


satu tujuan tertentu dengan berbagai program yang telah direncanakan sebelum suatu
kegiatan dilaksanakan, pastilah memiliki keragaman pola dan sikap diantara
anggotanya, sebelum bergabung dengan suatu organisasi, seseorang memiliki pola
dan sikap yang membentuk budaya dalam kesehariannya. Ketika memasuki suatu
organisasi, budaya yang dianutnya masih melekat pada dirinya. Tetapi oleh pimpinan
dan masyarakat atau lingkungan organisasi akan mengarahkan kepada budaya yang
dianut oleh organisasi tersebut.

Edgar H. schein, mengemukakan bahwa budaya yang ada dalam organisasi


memiliki tiga elemen dasar, yaitu; artifak, nilai-nilai yang mendukung (espoused
values), serta asumsi yang mendasari (underlying assumtions). Atrefak merupakan
hal-hal yang dilihat, didengar, dan dirasa kalau seseorang berhubungan dengan sebuah
kelompok baru dengan budaya yang tidak dikenalnya. Sedangkan yang dimaksud
dengan nilai-nilai yang didukung adalah alasan yang diberikan oleh sebuah organisasi
untuk mendukung cara organisasi tersebut dalam melakukan sesuatu. Selanjutnya,
asumsi dasar merupakan sebuah keyakinan yang dianggap sudah ada oleh anggota
suatu organisasi. Budaya menetapkan "cara yang tepat untuk melakukan sesuatu" di
sebuah organisasi, sering kali lewat asumsi yang tidak diucapkan.1

Umar Nimran mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu sistem makna


yang dimiliki bersama oleh suatu organisasi yang membedakannya dengan organisasi
lain. Artinya, bahwa budaya organisasi merupakan suatu pengalaman, sejarah,
keyakinan, dan norma-norma bersama yang menjadi ciri perusahaan atau organisasi.

1
Husnun Jauhari Ritonga, Manajemen Organisasi Pengantar Teori dan Praktek, (Medan: Perdana Publishing,
2015), h.139.

2
Dengan demikian, budaya organisasi merupakan pemahaman terhadap norma,
nilai, sikap, dan keyakinan yang dimiliki bersama oleh semua anggota organisasi.
Dapat juga dikemukakan bahwa budaya organisasi merupakan kerangka kerja yang
menjadi pedoman tingkah laku sehari-hari, pedoman dalam membuat keputusan, serta
mengarahkan tindakan anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.

Bagi organisasi, budaya organisasi merupakan tekanan normatif pada setiap


individu yang ada dalam organisasi untuk memiliki perilaku tertentu. Perilaku
tersebut antara lain perilaku untuk setia/loyal pada organisasi. Individu yang memiliki
komitment yang tinggi pada organisasi biasanya rela berkorban, memiliki tekat yang
kuat dan peduli pada kemajuan organisasi.2

B. Pembentukan Budaya Organisasi


Budaya organisasi sebagai kebiasaan, tradisi, dan cara umum organisasi
melakukan sesuatu, tidaklah muncul begitu saja tanpa melalui proses
pembentukannya. Langkah-langkah atau tahapan dalam proses pembentukan budaya
organisasi, yaitu :

Pertama, tahapan seleksi. Proses pembentukan budaya organisasi dimulai dari


proses selektifitas para karyawan yang berfikir dan merasakan cara sesuai dengan
keinginan para menejer puncak atau bahkan pendiri organisasi tersebut. Tahapan ini
berarti proses mengidentifikasi dan memperkerjakan individu yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan melakukan pekerjaan dengan sukses
didalam organisasi tersebut.

Kedua, tahapan sosialisasi dan indoktrinasi. Langkah selanjutnya melakukan


indoktrinasi dan sosialisasi cara berfikir dan cara berperasaan sesuai dengan keinginan
para menejer puncak atau bahkan pendiri organisasi tersebut. Sosialisasi dan
indoktrinasi biasanya dilakukan dengan melakukan training. Ada yang training 3 bulan,
6 bulan, 1 tahun, atau 2 tahun untuk kemudian dilakukan seleksi ulang, meski secara alamiah.
Tahapan sosialisasi dan indoktrinasi ini dilakukan dengan 3 tahapan, yaitu prakedatangan,
keterlibatan, dan metamorphosis. Tahap prakedatangan merupakan periode pembelajaran
pada proses sosialisasi yang dilakukan sebelum karyawan baru bergabung dalam organisasi.
Tahap keterlibatan merupakan tahapan dalam proses sosialisasi dimana karyawan baru
melihat apa yang sesungguhnya organisasi itu dan kenyataan yang ada. Sedangkan tahap

2
Ibid,h.140.

3
metamorphosis adalah satu tahapan dalam proses sosialisasi dimana karyawan baru berubah
dan menyesuaikan diri dengan pekerjaan, kelompok kerja dan organisasi.3

C. Fungsi Budaya Organisasi

Stephen P. Robbins mengemukakan fungsi budaya organisasi, sebagai berikut:

1. Pembeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya.


2. Membangun rasa identitas bagi anggota organisasi.
3. Mempermudah tumbuhnya komitmen.
4. Meningkatkan kemantapan sistem sosial, sebagai perekat sosial, menuju integrasi
organisasi.
5. Menetapkan batasan/menegaskan posisi organisasi secara berkesinambungan.
6. Mencetuskan atau menunjukkan identitas diri para anggota organisasi. Mewakili
kepentingan orang banyak.
7. Mempermudah timbulnya komitmen yang lebih luas dari pada kepentingan
indivudual seseorang.
8. Meningkatkan stabilitas sosial.
9. Menyediakan mekanisme pengawasan yang dapat menuntun, membentuk tingkah
laku anggota organisasi dan sekaligus menunjukkan hal-hal apa saja yang dilarang
dan diperbolehkan untuk dilakukan dalam organisasi.4

Disamping itu, ada juga yang menuliskan fungsi budaya organisasi sebagai berikut :

1. Memberi sense of identity kepada anggota organisasi untuk memahami visi, misi dan
menjadi bagian integral dari organisasi.
2. Menghasilkan dan meningkatkan komitmen terhadap misi organisasi.
3. Memberikan arah dan memperkuat standar perilaku untuk mengendalikan perilaku
organisasi agar melakukan tugas dan tanggung jawab mereka secara efektif dan
efesien untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang telah disepakati bersama.
4. Membeangun dalam mendesain kembali sistem pengendalian manajemen organisasi,
yaitu sebagai alat untuk menciptakan komitmen agar para manajer dan karyawan mau
melaksanakan perencanaan strategis programing, budgetting, controlling, monitoring,
evaluasi dan lainnya.
5. Membantu manajemen dalam menyusun skema sistem kompensasi manajemen untuk
eksekutif dan karyawan.
6. Sebagai sumber daya kompetitif organisasi apabila dikelolah secara baik.

3
Ibid,h.141.
4
Edy Sutrisno, Budaya Organisasi, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), h.7.

4
D. Karakteristik Budaya Organisasi
Penelitian menunjukan bahwa ada tujuh karakteristik utama yang secara keseluruhan
merupakan hakikat budaya organisasi.

1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko. Sejauh mana karyawan didorong untuk
bersikap inovatif dan berani mengambil resiko.
2. Perhatian pada hal-hal rinci. Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi,
analisi, dan perhatian pada hal-hal detail.
3. Orientasi hasil. Sejauh mana manejemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada
teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4. Orientasi orang. Sejauh mana keputusan-keputusan manejemen mempertimbangkan
efek dari hasil tersebut atas orang yang ada didalam organisasi.
5. Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja diorganisasi pada tim ketimbang
pada individu-individu.
6. Keagresifan. Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
7. Stabilitas. Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekan kan dipertahankannya
status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.5

E. Hal – hal Yang Mempengaruhi Budaya Organisasi

Menurut Piti Sithi-Amnuai bahwa pembentukan budaya organisasi terjadi


tatkala anggota organisasi belajar menghadapi masalah, baik masalah-masalah yang
menyangkut perubahan eksternal maupun masalah internal yang menyangkut
persatuan dan keutuhan organisasi.

Pembentukan budaya akademis dalam organisasi diawali oleh para pendiri


(founder) institusi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Seseorang mempunyai gagasan untuk mendirikan organisasi.


2. Ia menggali dan mengarahkan sumber-sumber baik orang yang sepaham dan
setujuan dengan dia (SDM), biaya dan teknologi.
3. Mereka meletakan dasar organisasi berupa susunan organisasi dan tata kerja.6

5
Hari Sulaksono, Budaya Organisasi dan Kinerja, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2015), h.8.
6
Ibid,h.11.

5
Menurut Vijay Sathe dengan melihat asumsi dasar yang diterapkan dalam
suatu organisasi yang membagi “sharing assumption” sharing bererti berbagi nilai
yang sama. Asumsi nilai yang berlaku sama ini dianggap sebagai factor-faktor yang
membentuk budaya organisasi yang dapat dibagi menjadi:

1. Share thing, misalnnya pakaian seragam seperti pakaian korpri untuk PNS
yang menjadi cirri khas organisasi tersebut.
2. Share saying, misalnya ungkapan-ungkapan bersayap, ungkapan slogan,
pemeo seperti didunia pendidikan terdapat istilah Tut wuri handayani.
3. Share doing, misalnya pertemuan, kerja bakti, kegiatan social sebagai bentuk
aktifitas rutin yang menjadi cirri khas suatu organisasi.
4. Share feeling, turut bela sungkawa, ucapan selamat, acara wisudah mahasisiwa
dan lain sebagainya.7

Sedangkan menurut pendapat dari Dr. Bennet Silalahi bahwa budaya


organisasi harus diarahkan pada penciptaan nilai (values) yang pada intinya faktor
yang terkandung dalam budaya organisasi antara lain, keyakinan, nilai, norma, gaya,
kredo, dan keyakinan terhadap kemempuan pekerja.

Untuk mewujudkan tertanamnya budaya organisasi tersebut harus didahului


oleh adanya integrasi atau kesatuan pandangan barulah pendekatan manajerial bisa
dilaksanakan antara lain berupa :

1. Menciptakan bahasa yang sama dengan warna konsep yang mucul.


2. Menentukan batas-batas antara kelompok.
3. Distribusi wewenang dan status.
4. Mengembangkan syariat, tharekat dan ma’rifat yang mendukung norma
kebersamaan.
5. Menentukan imbalan dan ganjaran.
6. Menjelaskan perbedaan agama dan ideologi.8

7
Ibid,h.12.
8
Ibid,h.13.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap organisasi mempunyai budaya yang berbeda-beda. Tidak aka nada dua
organisasi yang mempunyai budaya yang sama persis. Ini biasanya sangat
berpengaruh pada siapa pendirinya.
Dengan kekuatan budaya organisasi yang dibangun dan mengakar akan
mampu mendorong setiap individu yang terlibat di dalamnya secara sadar diri
mematuhi dan manjalankan seluruh kebijakan yang ditetapkan oleh manajemen
berlandaskan nilai-nilai dasar yang telah disepakati. Ini menunjukan bahwa budaya
organisasi berhubungan secara signifikan dengan sikap dan perilaku karyawan,
komitmen organisasi, kepuasan kerja, pergantian karyawan. Selain itu, terbukti bahwa
prestasi finansial yang lebih tinggi dicapai oleh perusahaan yang memiliki budaya
yang fleksibel

7
DAFTAR PUSTAKA

Ritonga, husnun jauhari. 2015. Manajemen Organisasi pengantar teori dan praktek.
Medan: Perdana Publishing.

Sulaksono, Hari. 2015. Budaya Organisasi dan Kinerja. Yogyakarta: CV Budi


Utama.

Sutrisno, Edy. 2010. Budaya Organisasi. Jakarta: Prenada Media Group.

Sembiring, Masana. 2012. Budaya dan Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.

Umam, Khaerul. 2012. Manajemen Organisasi. Bandung: CV Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai