Anda di halaman 1dari 11

Makalah AIKA

“TAUHID”

Disusun Oleh:

Eko edi Pratama (1904026159)


Harya Devi S (1904026139)
Nopera Kurnia Wati (1904026187)
Santa An-Nisa Mukmin (1904026206)
Mulya Sarah Donita (1904026232)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2020

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya.

Makalah ini berisikan tentang “Penyakit-penyakit Tauhid, tantangan dan solusi di Era
modern”. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan kepada kita semua pengetahuandan
pelajaran. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Kami penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami dalam mata
kuliah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Jakarta , Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penyakit-Penyakit Tauhid.................................................................... 2
a. Syirik ................................................................................................ 2
b. Al-ilhaad................................................................................................ 4
c. An-nifaq............................................................................................ 6
2.2 Pengobatan Penyakit Tauhid .............................................................. 7

BAB III PENUTUP

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu tauhid adalah ilmu yang paling penting bagi tiap-tiap Muslim. Karena bahasan ilmu
tauhid ini menyangkut akidah Islam. Tauhid menurut bahasa adalah meng-Esakan. Sedangkan
menurut syariat adalah meyakini keesaan Allah. Adapun yang disebut ilmu tauhid adalah ilmu
yang membicarakan tentang akidah atau kepercayaan kepada Allah dengan didasarkan pada
dalil-dalil yang benar. Tidak ada yang menyamainya dan tak ada padanan bagi-Nya. Mustahil
ada yang mampu menyamai-Nya. Dalilnya dari firman-firman Allah.

“Dia adalah Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan, dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan pula, dijadikan-Nya
kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Dia, dan
Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.(QS 42:11)

Ilmu Tauhid dapat dibagi menjadi berbagai macam seperti Tauhid Rububiyah, Tauhid
Uluhiyah, Tauhid Dzat dan lain lain.Setiap suatu kebaikan dimuka bumi ini pasti ada saja
rintangan ataupun ancaman-ancaman yang akan datang. Begitu pula dengan ilmu tauhid yang
memiliki berbagai macam penyakit Tauhid yang bisa saja merusak amal ibadah kita kepada
Allah SWT. Penyakit Tauhid sebisa mungin harus kita hindari. Sebelum kita menghindarinya,
maka haruslah kita ketahui dahulu macam-macam penyakit tauhid seperti Syirik, dan macam-
macam dari syirik itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apa saja penyakit-penyakit Tauhid ?
b. Bagaimana pengobatan penyakit Tauhid ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1. Penyakit-penyakit Tauhid
Penyebab utama penyakit tauhid yaitu kurangnya mengingat Allah SWT. Adapun macam-
macam penyakit tauhid seperti Syirik, Al-ilhad, An nifaaq, iri dengki, serta sombong.
a. Syirik
Syirik termasuk hal yang merusak tauhid seseorang, bahkan syirik besar dapat
menyebabkan seseorang keluar dari Islam; diharamkan masuk syurga dan ditetapkan sebagai
penghuni neraka.Syirik, bila ditinjau dari segi pengertiannya, mencakup dua macam:

 Pertama, arti umum: yakni menyamakan selain Allah dengan Allah dalam apa-apa yang
termasuk(hak-hak) khusus bagi Allah.
 Kedua, arti khusus: Yaitu menjadikan seseorang atau sesuatu selain Allah sebagai tuhan
yang berhak diibadahi disamping Allah. Sedang jenis-jenis ibadah diantaranya: doa,
takut, tawakkal, isti’anah (permintaan tolong), isti’adzah (minta perlindungan), nadzar,
menyembelih, sujud dan lainnya.

Perbuatan syirik termasuk dosa besar. Allah mengampuni semua dosa yang dilakukan
hambanya, kecuali dosa besar seperti syirik. Firman Allah SWT:

QS Luqman (31):13

ِ ‫ك لَظُ ْل ٌم ع‬
‫َظي ٌم‬ َ ْ‫ي اَل تُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ ۖ إِ َّن ال ِّشر‬ َ َ‫َوإِ ْذ ق‬
َّ َ‫ال لُ ْق َمانُ اِل ْبنِ ِه َوه َُو يَ ِعظُهُ يَا بُن‬

Artinya: “Dan ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan adalah benar-benar kezaliman yang besar.”

An-Nisaa’ : 48

‫َظي ًما‬ َ ِ‫ك بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما ُدونَ ٰ َذل‬


ِ ‫ك لِ َم ْن يَشَا ُء ۚ َو َم ْن يُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ فَقَ ِد ا ْفت ََر ٰى ِإ ْث ًما ع‬ َ ‫إِ َّن هَّللا َ اَل يَ ْغفِ ُر أَ ْن يُ ْش َر‬

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisaa’: 48).

5
Akhir-akhir ini, di negeri kita tercinta – Indonesia – sangat marak munculnya gejala
pemikiran, sikap dan perilaku yang terindikasikan sebagai ‘penyekutuan’ terhadap Allah,
menurut (Dr. ‘Imaduddin ‘Abdurrahim) layak disebut sebagai ‘fenomena kemusyrikan’.
Munculnya beragama aliran ‘antiarus utama’ yang disebut orang dengan sebutan ‘sesat’ dan –
bahkan – ‘menyesatkan’ dewasa ini, hendaknya menjadikan diri kita ‘waspada’ untuk senantiasa
membentengi diri dengan pemahaman akidah tauhid yang benar. Karena, bukan tidak mungkin,
aliran-aliran seperti ini akan menjebak diri kita dalam ‘jebakan syirik’ yang berkelanjutan.
Karena, menurut para ulama, inti tauhid tidak terlepas dari dua dimensi keimanan: “meyakini
bahwa tiada tuhan yang layak disembah (ilâh) selain Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ dan
mengikrarkan diri dengan keyakinan utuh bahwa Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam
adalah hamba dan utusan-Nya. Konsep tauhid uluhiyyah selalu berujung pada pemahamam dan
keyakinan seperti itu.

Keyakinan terhadap keesaan Allah dalam konteks tauhid uluhiyyahsesungguhnya bukan


sekadar mengakui bahwa Allah sebagai pencipta langit, bumi, dan seisinya. Ini adalah konsep
‘tauhid rububiyyah’.

Perjuangan muhammadiyah untuk membangun masyarakat di atas prinsip-prinsip tauhid


berarti juga perjuangan untuk menentang segala bentuk kemusyrikan mental. Dalam masyarakat
kontemporer banyak sekali bentuk kemusyrikan mental, seperti penyembahan terhadap jabatan,
harta benda dan hawa nafsu. Jika kemusyrikan itu melanda masyarakat dan bahkan struktur
masyarakat itu sendiri dibangun di atas fondasi kemusyrikan, maka keadlaliman akan semakin
Berjaya.Dengan demikian, kita tidak hanya bertauhid di atas “langit,” tetapi juga bertauhid di
muka “bumi,” tauhid yang pro-kemanusiaan dan pro-kehidupan.

Menyebarnya hegemoni dan wacana-wacana barat dalam kehidupan (bangsa dan agama;
keseharian) kita perlu kita perhatikan secara seksama, sebab bila tidak pola dan tatanan
kehidupan bangsa ini akan runtuh. Oleh karena itu upaya yang harus kita lakukan pertama
dengan penguatan dan pendalaman pemahaman kita terhadap aqidah dan keimanan agama Islam
sesuai dengan yang telah disyari’atkan dalam Al-Qur’an dan Hadist Nabi.

6
b. Al-Ilhaad (Menyimpang Dari Kebenaran)
Penggunaan istilah al ilhaad dalam Al-Qur’an: Al-Qur’an menggunakan istilah ilhaad di
banyak tempat, kadang berbentuk kosa kata yulhiduun sebagaimana berikut:
Dalam surat Al-A’raf:
َ‫َوهَّلِل ِ اأْل َ ْس َما ُء ْال ُح ْسنَى فَا ْدعُوهُ بِهَا َو َذرُوا الَّ ِذينَ ي ُْل ِح ُدونَ فِي أَ ْس َمائِ ِه َسيُجْ زَ وْ نَ َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬

Artinya : Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap
apa yang telah mereka kerjakan.
Dalam surat An Nahl 10:
ٌ ‫َولَقَ ْد نَ ْعلَ ُم أَنَّهُ ْم يَقُولُونَ إِنَّ َما يُ َعلِّ ُمهُ بَ َش ٌر لِ َسانُ الَّ ِذي ي ُْل ِح ُدونَ إِلَ ْي ِه أَ ْع َج ِم ٌّي َوهَ َذا لِ َس‬
ٌ ِ‫ان ع ََربِ ٌّي ُمب‬
‫ين‬
Artinya : Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata, “Sesungguhnya Al-
Qur’an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”. Padahal bahasa
orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa `Ajam,
sedang Al-Qur’an adalah dalam bahasa Arab yang terang.
Dalam surat Fushshilat:4:
َ‫ار َخ ْي ٌر أَ ْم َم ْن يَأْتِي َءا ِمنًا يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة ا ْع َملُوا َما ِش ْئتُ ْم إِنَّهُ بِ َما تَ ْع َملُون‬
ِ َّ‫إِ َّن الَّ ِذينَ ي ُْل ِح ُدونَ فِي َءايَاتِنَا اَل يَ ْخفَوْ نَ َعلَ ْينَا أَفَ َم ْن ي ُْلقَى فِي الن‬
‫صي ٌر‬
ِ َ‫ب‬

Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak


tersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam
neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada hari
kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; sesungguhnya Dia Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.

Arti al ilhaad menurut para ulama: Al-Farra’ mengatakan bahwa kata yulhiduun atau
yalhaduun artinya condong kepadanya. Imam Al-Harrani dari Ibn Sikkit mengatakan: al mulhid
artinya orang yang menyimpang dari kebenaran, dan memasukkan sesuatu yang lain kepadanya.
Dalam Lisanul Arab dikatakan: al ilhaad artinya menyimpang dari maksud yang sebenarnya.
Meragukan Allah juga termasuk ilhaad. Dikatakan juga bahwa setiap tindak kezhaliman dalam
bahasa Arab disebut ilhaad. Karenanya dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa monopoli

7
makanan di tanah haram itu termasul ilhad. Ketika dikatakan laa tulhid fil hayaati itu artinya
jangan kau menyimpang dari kebenaran selama hidupmu.

Imam Ashfahani dalam bukunya mufradaat alfadhil Qur’an mengatakan bahwa kata al
ilhaad artinya menyimpang dari kebenaran. Dalam hal ini –kata Al-Ashfahani- ada dua makna:
Pertama, ilhad yang identik dengan syirik, bila ini dilakukan maka otomatis seseorang menjadi
kafir. Kedua, ilhad yang mendekati syirik, ini tidak membuat seseorang menjadi kafir, tetapi
setidaknya telah mengurangi kemurnian tauhid nya.
Hakikat Ilhad
Berdasarkan keterangan di atas baik ditinjau dari segi bahasa maupun definisi yang
disampaikan para ulama nampak bahwa istilah ilhad digunakan untuk segala tindakan yang
menyimpang dari kebenaran. Jadi setiap penyimpangan dari kebenaran disebut ilhad. Tetapi
secara definitif ia lebih khusus digunakan untuk sikap yang menafikan sifat-sifat, nama-nama
dan perbuatan Allah. Dengan kata lain para mulhidun adalah mereka yang tidak percaya adanya
sifat-sifat, nama-nama dan perbuatan Allah.

Berbeda dengan kafir yang di dalamnya bisa berupa pengingkaran kepada Allah,
menyekutukan-Nya dan pengingkaran terhadap nikmat-nikmat-Nya. Sementara ilhad lebih
kepada pengingkaran sifat-sifat, nama-nama dan perbuatan Allah saja. Dari sini nampak bahwa
tidak setiap kafir ilhad. Karenanya –seperti dikatakan dalam buku Al-Furuuq Al-Lughawiyah-
orang-orang Yahudi dan Nasrani sekalipun mereka tergolong kafir, tetapi mereka tidak termasuk
mulhiduun. Tetapi setiap tindakan ilhad itu termasuk kafir.

Bahaya-bahaya ilhaad

Pertama, bahwa para ulama sepakat bahwa tauhid mempunyai tiga dimensi: (a) tauhid uluhiyah,
(b) tauhid rububiyah (c) tauhid asma’ dan sifat. Karena ilhad adalah tindakan menafikan sifat-
sifat, nama-nama dan perbuatan Allah maka dengan melakukan ilhad seseorang telah menghapus
satu dimensi dari dimensi tauhid yang sudah baku. Para ulama sepakat bahawa mengingkari
salah satu dari dimensi-dimensi tauhid adalah kafir. Karena itu orang-orang mulhid tergolong
orang kafir.

8
Kedua, bahwa dengan menafikan sifat-sifat dan nama-nama Allah berarti ia telah mengingkari
ayat-ayat Al-Qur’an yang menegaskan adanya nama-nama dan sifat-sifat Allah. Para ulama
sepakat bahwa mengingkari satu ayat dari ayat-ayat Al-Qur’an adalah kafir.
Ketiga, bahwa mengingkari perbuatan Allah berarti mengingkari segala wujud di alam ini
sebagai ciptaan-Nya. Bila ini yang diyakini berarti telah mengingkari kekuasaan Allah sebagai
Pencipta. Mengingkari kekuasaan Allah adalah kafir.

c. An Nifaaq (Wajahnya Islam, Hatinya Kafir)


Imam Al-Ashfahani menerangkan bahwa an nifaaq diambil dari kata an nafaq artinya
jalan tembus. Dalam surat Al-An’aam dikatakan:

‫ض أَوْ ُسلَّ ًما فِي ال َّس َما ِء فَتَأْتِيَهُ ْم بِآيَ ٍة َولَوْ َشا َء هَّللا ُ لَ َج َم َعهُ ْم َعلَى‬
ِ ْ‫ضهُ ْم فَإ ِ ِن ا ْستَطَعْتَ أَ ْن تَ ْبتَ ِغ َي نَفَقًا فِي اأْل َر‬
ُ ‫َوإِ ْن َكانَ َكب َُر َعلَ ْيكَ إِ ْع َرا‬
َ‫ْالهُدَى فَاَل تَ ُكون ََّن ِمنَ ْال َجا ِهلِين‬

Artinya : Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat
membuat lubang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan
mukjizat kepada mereka, (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki tentu saja Allah
menjadikan mereka semua dalam petunjuk, sebab itu janganlah kamu sekali-kali
termasuk orang-orang yang jahil (Al-An’aam:35).

Orang Arab berkata: naafaqal yarbu’ binatang yarbu’ telah melakukan nifak, karena ia
masuk ke satu lubang lalu keluar dari lubang yang lain. Dalam pengertian ini kata an nifaaq
digunakan. Sebab orang-orang munafik ketika bertemu dengan orang-orang Islam mereka suka
menampakkan dirinya sebagai seorang muslim, sementara ketika bertemu dengan kawan-kawan
mereka sesama kafir, mereka kembali lagi ke wajah mereka yang asli, sebagai orang-orang kafir.
Karenanya Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik”
(At Taubah:67).

Ciri-ciri orang munafik


Di pembukaan surat Al-Baqarah setelah menceritakan ciri-ciri orang-orang beriman dan
ciri-ciri orang-orang kafir, Allah lalu menceritakan ciri-ciri orang-orang munafik secara panjang
lebar. Ringkasnya sebagai berikut:

9
1) Di mulut mereka mengatakan beriman kepada Allah dan hari Kiamat, sementara hati
mereka kafir (lihat Al-Baqarah:8-10)
2) Ketika dikatakan kepada mereka agar jangan berbuat kerusakan, mereka mengaku
berbuat baik(lihat Al-Baqarah:11-12).
3) Ketika bertemu dengan orang-orang beriman mereka menampakkan keimanan, tetapi
ketika kembali ke kawan-kawan mereka sesama syaitan mereka kembali kafir.
4) Ibarat orang berbisnis mereka sedang membeli kekafiran dengan keimanan. Sebab
setiap saat wajah mereka berganti-ganti tergantung dengan siapa mereka pada saat itu
sedang bersama-sama.
5) Ibarat orang-orang yang ketakutan mendengarkan petir saat hujan turun, mereka selalu
menutup telinga karena takut kebenaran yang disampaikan Rasulullah saw. Masuk ke
hati mereka.
2. 2. Pengobatan Penyakit Tauhid
Seperti yang kita ketahui obat hati ada lima yaitu:
a. Membaca Al-qur’an
Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al- isra’ ayat 82
Artinya : “Dan kami turunkan dari al-quran suatu yang menjadi obat (penawar) dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-quran itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang dzalim selain kerugian.”
b. Memperbanyak sholat malam
Sebagaimana perintah sholat dalam QS. 20:132
Artinya : “Perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan sholat, dan
bersabarlah dalam mengerjakannya”
c. Memperbanyak dzikir
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-quran, QS. 13:28
Artinya : “ (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjafi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya mengingat Allah-lah hati menjadi
tentram”.
d. Memperbanyak puasa
e. Berkumpul dengan orang-orang sholeh.

10
BAB III

PENUTUP

Demikianlah hal-hal yang merusak kemurnian tauhid, yang secara singkat setidaknya ada
tiga: Syirik, ilhaad dan nifaq. Masing-masing dari komponen tersebut mempunyai tujuan sendiri,
hanya saja syirik lebih mengarah kepada sikap menyekutukan Allah, sementara ilhad lebih
mengarah kepada sikap menafikan sifat, asma dan perbuatan Allah. Adapun nifaq lebih
mengarah kepada penampilan dengan wajah dua. Tetapi ujung-ujungnya adalah kekafiran.
Wallahu a’lam bishshawab.

11

Anda mungkin juga menyukai