Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SUMBER AJARAN AGAMA ISLAM


Dosen Pembimbing
Mohammad Muallif.M.AG

Disusun oleh :
Dimas Adam Wijaya (2331210084)
Dimas Rifki Firdausy (2331210140)

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2023/2024

1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji Syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
konsep ajaran agama islam .
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Agama Islam. Kami
berusaha meyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekuragan baik dari segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan demi perbaikan makalah
selanjutya.
Semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai sumber ajaran agama islam dan
bermanfaat bagi pembacanya.
Akhir dari kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua Amin.

Malang, 6 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah1
BAB II2
PEMBAHASAN 2
2.1 Macam-macam sumber ajaran Islam 2
2.2 Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam 2
2.2.1 Pengertian Al-Qur’an 2
2.2.2 Asbabun nuzul Al-Qur’an 3
2.2.3 Isi dan pesan-pesan Al-Qur’an 6
2.2.4 Fungsi dan tujuan Al-Qur’an 9
2.3 Hadits sebagai sumber hukum Islam 10
2.3.1 Dalil Al-Qur’an 11
2.3.2 Dalil al-hadits 11
2.3.3 Kesepakatan ulama (ijma’) 11
2.4 Ijtihad sebagai sumber ajaran Islam setelah Al-Qur’an dan Hadits 13
2.4.1 Pengertian Ijtihad 13
2.4.2 Macam-macam Ijtihad 14
BAB III 18
PENUTUP 18
DAFTAR PUSTAKA 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama Islam berkembang sangat pesat ke seluruh penjuru dunia dengan kecepatan yang
menakjubkan, yang sangat menarik dan perlu diketahui bahwa Dinul Islam yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW adalah suatu agama yang sekaligus menjadi pandangan atau pedoman
hidup. Banyak sumber-sumber ajaran Islam yang digunakan mulai zaman muncul pertama
kalinya Islam pada masa rasulullah sampai pada zaman modern sekarang ini. Sumber-sumber
yang berasal dari agama Islam merupakan sumber ajaran yang sudah dibuktikan
kebenarannya yaitu bertujuan untuk kemaslahatan umat manusia, sumber-sumber ajaran Islam
merupakan sumber ajaran yang sangat luas dalam mengatasi berbagai permasalahan seperti
bidang akhidah, sosial, ekonomi, sains, teknologi dan sebagainya.
Islam sangat mendukung umatnya untuk mempelajari ilmu pengetahuan, terutama yang
bersumber dari sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an, Sunah, Ijma’, Qiyas dan juga ijtihad.
Begitu sempurna dan lengkapnya sumber-sumber ajaran Islam. Namun permasalahan disini
adalah banyak umat Islam yang belum mengetahui betapa luas dan lengkapnya sumber-
sumber ajaran Islam guna mendukung umat Islam untuk maju dalam bidang pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah


Apa pengertian syirik?
Apa sajakah bentuk-bentuk syirik itu?
Apa penyebab terjadinya syirik?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Syirik
Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilah adalah perbuatan yang
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Orang yang melakukan syirik disebut
musyrik. Seorang musyrik melakukan suatu perbuatan terhadap makhluk (manusia maupun
benda) yang seharusnya perbuatan itu hanya ditujukan kepada Allah seperti menuhankan
sesuatu selain Allah dengan menyembahnya, meminta pertolongan kepadanya, menaatinya,
atau melakukan perbuatan lain yang tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah SWT.
Perbuatan syirik termasuk dosa besar. Allah mengampuni semua dosa yang di lakukan oleh
hambanya, kecuali dosa besar seperti syirik. Firman Allah SWT:Artinya: Sesungguhnya Allah
tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah,
maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisaa’ 48)

Syirik adalah sebesar-besar dosa yang wajib kita jauhi, karena perbuatan syirik
(menyekutukan Allah) menyebabkan kerusakan dan bahaya yang besar, baik dalam kehidupan
pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Di antara kerusakan dan bahaya akibat
perbuatan syirik adalah:
Pertama: Syirik merendahkan eksistensi kemanusiaan
Syirik menghinakan kemuliaan manusia, menurunkan derajat dan martabatnya. Sebab Allah
menjadikan manusia sebagai hamba Allah di muka bumi. Allah memuliakannya, mengajarkan
seluruh nama-nama, lalu menundukkan baginya apa yang ada di langit dan di bumi semuanya.
Allah telah menjadikan manusia sebagai penguasa di jagad raya ini. Tetapi kemudian ia tidak
mengetahui derajat dan martabat dirinya. Ia lalu menjadikan sebagian dari makhluk Allah
sebagai Tuhan dan sesembahan. Ia tunduk dan menghinakan diri kepadanya.
Ada sebagian dari manusia yang menyembah sapi yang sebenarnya diciptakan Allah untuk
manusia agar hewan itu membantu meringankan pekerjaannya. Dan ada pula yang menginap
dan tinggal di kuburan untuk meminta berbagai kebutuhan mereka. Allah berfirman: “Dan
berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang
berhala-berhala itu (sendiri) di buat orang. (Berhala-berhala) itu benda mati, tidak hidup, dan
berhala-berhala itu tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan”.

2
(Al-Hajj: 20-21)
“Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka ia seolah-olah jatuh
dari langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ketempat yang
jauh”. (Al-Hajj: 31)
Kedua: Syirik adalah sarang khurofat dan kebatilan
Dalam sebuah masyarakat yang akrab dengan perbuatan syirik, “barang dagangan” dukun,
tukang nujum, ahli nujum, ahli sihir dan yang semacamnya menjadi laku keras. Sebab mereka
mendakwahkan (mengklaim) bahwa dirinya mengetahui ilmu ghaib yang sesungguhnya tak
seorangpun mengetahuinya kecuali Allah. Jadi dengan adanya mereka, akal manusia
dijadikan siap untuk menerima segala macam khurofat/takhayul serta mempercayai para
pendusta (dukun). Sehingga dalam masyarakat seperti ini akan lahir generasi yang tidak
mengindahkan ikhtiar (usaha) dan mencari sebab serta meremehkan sunnatullah (ketentuan
Allah).
Ketiga: Syirik adalah kedholiman yang paling besar
Yaitu dhalim terhadap hakikat yang agung yaitu (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah
selain Allah). Adapun orang musyrik mengambil selain Allah sebagai Tuhan serta mengambil
selainNya sebagai penguasa. Syirik merupakan kedhaliman dan penganiayaan terhadap diri
sendiri. Sebab orang musyrik menjadikan dirinya sebagai hamba dari makhluk yang merdeka.
Syirik juga merupakan kezhaliman terhadap orang lain yang ia persekutukan dengan Allah
karena ia telah memberikan sesuatu yang sebenarnya bukan miliknya.

Hadits Berikut tentang Anjuran


untuk berkata Baik atau lebih baik diam serta memuliakan tetangga serta tamu.

‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول‬


‫ من كان يؤمن باهلل واليوم االخر فليقل خيرًا أو‬: ‫هللا صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫ ومن كان يؤمن باهلل واليوم‬, ‫ ومن كان يوم باهلل واليوم االخر فليكرم جاره‬, ‫ليصمت‬
‫االخر فليكرم ضيفه‬

Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam


telah bersabda :
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik
atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia

3
memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka
hendaklah ia memuliakan tamunya”.

Kalimat
“barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat”, maksudnya adalah
barang siapa beriman dengan keimanan yang sempurna, yang (keimanannya itu)
menyelamatkannya dari adzab Allah dan membawanya mendapatkan ridha Allah, “maka
hendaklah ia berkata baik atau diam” karena orang yang beriman kepada Allah
dengan sebenar-benarnya tentu dia takut kepada ancaman-Nya, mengharapkan
pahala-Nya, bersungguh-sungguh melaksanakan perintah dan meninggalkan
larangan-Nya. Yang terpenting dari semuanya itu ialah mengendalikan gerak-gerik
seluruh anggota badannya karena kelak dia akan dimintai tanggung jawab atas
perbuatan semua anggota badannya, sebagaimana tersebut pada firman Allah :
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya kelak pasti akan dimintai
tanggung jawabnya”. (QS. Al Isra’ : 36)

Dan firman-Nya:
“Apapun kata yang terucap pasti disaksikan oleh Raqib dan ‘Atid”. (QS. Qaff : 18)
Bahaya lisan itu sangat banyak. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga
bersabda: “Bukankah manusia terjerumus ke dalam neraka karena tidak dapat mengendalikan
lidahnya”.
Beliau juga bersabda :
“Tiap ucapan anak Adam menjadi tanggung jawabnya, kecuali menyebut nama Allah,
menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah kemungkaran”.

Barang siapa memahami hal ini dan beriman kepada-Nya dengan keimanan yang sungguh-
sungguh, maka Allah akan memelihara lidahnya sehingga dia tidak akan berkata kecuali
perkataan yang baik atau diam.
Sebagian ulama berkata: “Seluruh adab yang baik itu bersumber pada empat Hadits, antara
lain adalah Hadits “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah
ia berkata baik atau diam”. Sebagian ulama memaknakan Hadits ini dengan pengertian;
“Apabila seseorang ingin berkata, maka jika yang ia katakan itu baik lagi benar, dia diberi
pahala. Oleh karena itu, ia mengatakan hal yang baik itu. Jika tidak, hendaklah dia menahan
diri, baik perkataan itu hukumnya haram, makruh, atau mubah”. Dalam hal ini maka

4
perkataan yang mubah diperintahkan untuk ditinggalkan atau dianjurkan untuk dijauhi Karena
takut terjerumus kepada yang haram atau makruh dan seringkali hal semacam inilah yang
banyak terjadi pada manusia.

Allah berfirman:
“Apapun kata yang terucapkan pasti disaksikan oleh Raqib dan ‘Atid”. (QS.Qaaf : 18)
Para ulama berbeda pendapat, apakah semua yang diucapkan manusia itu dicatat oleh
malaikat, sekalipun hal itu mubah, ataukah tidak dicatat kecuali perkataan yang akan
memperoleh pahala atau siksa. Ibnu ‘Abbas dan lain-lain mengikuti pendapat yang kedua.
Menurut pendapat ini maka ayat di atas berlaku khusus, yaitu pada setiap perkataan yang
diucapkan seseorang yang berakibat orang tersebut mendapat pembalasan.
Kalimat “hendaklah ia memuliakan tetangganya…, maka hendaklah ia memuliakan
tamunya” , menyatakan adanya hak tetangga dan tamu, keharusan berlaku baik kepada
mereka dan menjauhi perilaku yang tidak baik terhadap mereka. Allah telah menetapkan
di dalam Al Qur’an keharusan berbuat baik kepada tetangga dan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam bersabda :
“Jibril selalu menasehati diriku tentang urusan tetangga, sampai-sampai aku beranggapan
bahwa tetangga itu dapat mewarisi harta tetangganya”.

Bertamu itu merupakan ajaran Islam, kebiasaan para nabi dan orang-orang shalih. Sebagian
ulama mewajibkan menghormati tamu tetapi sebagian besar dari mereka berpendapat hanya
merupakan bagian dari akhlaq yang terpuji.

Pengarang
kitab Al Ifshah mengatakan : “Hadits ini mengandung hukum, hendaklah kita berkeyakinan
bahwa menghormati tamu itu suatu ibadah yang tidak boleh dikurangi nilai ibadahnya, apakah
tamunya itu orang kaya atau yang lain. Juga anjuran untuk menjamu tamunya dengan apa saja
yang ada pada dirinya walaupun sedikit. Menghormati tamu itu dilakukan dengan cara segera
menyambutnya dengan wajah senang, perkataan yang baik, dan menghidangkan makanan.
Hendaklah ia segera memberi pelayanan yang mudah dilakukannya tanpa memaksakan diri”.
Pengarang juga menyebutkan perkataan dalam menyambut tamu.

Selanjutnya

5
ia berkata : Adapun sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam “maka hendaklah ia
berkata baik atau diam” , menunjukkan bahwa perkatan yang baik itu lebih utama
daripada diam, dan diam itu lebih utama daripada berkata buruk. Demikian itu
karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam sabdanya menggunakan kata-kata
“hendaklah untuk berkata benar” didahulukan dari perkataan “diam”. Berkata baik
dalam Hadits ini mencakup menyampaikan ajaran Allah dan rasul-Nya dan
memberikan pengajaran kepada kaum muslim, amar ma’ruf dan nahi mungkar
berdasarkan ilmu, mendamaikan orang yang berselisih, berkata yang baik kepada
orang lain. Dan yang terbaik dari semuanya itu adalah menyampaikan perkataan
yang benar di hadapan orang yang ditakuti kekejamannya atau diharapkan
pemberiannya.
Keempat: Syirik sumber dari segala ketakutan dan kecemasan
Orang yang akalnya menerima berbagai macam khurofat dan mempercayai kebatilan,
kehidupannya selalu diliputi ketakutan. Sebab dia menyandarkan dirinya pada banyak tuhan.
Padahal tuhan-tuhan itu lemah dan tak kuasa memberikan manfaat atau menolak bahaya atas
dirinya. Karena itu, dalam sebuah masyarakat yang akrab dengan kemusyrikan, putus asa
dan ketakutan tanpa sebab merupakan suatu hal yang lazim dan banyak terjadi.
Allah berfirman: “Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang yang kafir rasa takut
disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak
memberikan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka adalah Neraka, dan itulah
seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang dhalim”. (Ali-Imran: 151)

Kelima: Syirik membuat orang malas melakukan pekerjaan yang bermanfaat


Syirik mengajarkan kepada para
pengikutnya untuk mengandalkan para perantara, sehingga mereka meremehkan amal
shalih. Sebaliknya mereka melakukan perbuatan dosa dengan keyakinan bahwa para
perantara akan memberinya syafa’at di sisi Allah. Begitu pula orang-orang
kristen melakukan berbagai kemungkaran, sebab mereka mempercayai Al-Masih telah
menghapus dosa-dosa mereka ketika di salib. Sebagian umat Islam mengandalkan
syafaat Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam tapi mereka meninggalkan
kewajiban dan banyak melakukan perbuatan haram. Padahal Rasul Shallallaahu
alaihi wa Sallam berkata kepada putrinya: “Wahai Fathimah binti Muhammad,
mintalah dari hartaku sekehendakmu (tetapi) aku tidak bermanfaat sedikitpun
bagimu di sisi Allah”. (HR. Al-Bukhari).

6
Keenam: Syirik menyebabkan pelakunya kekal dalam Neraka
Syirik menyebabkan kesia-siaan
dan kehampaan di dunia, sedang di akhirat menyebabkan pelakunya kekal di dalam
Neraka. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu
dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga dan tempatnya
ialah Neraka, dan tidaklah ada bagi orang-orang dhalim itu seorang
penolongpun”. (Al-Maidah: 72).

Ketujuh: Syirik memecah belah umat


“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang memper-sekutukan Allah, yaitu orang-
orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap
golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”. (Ar Ruum: 31-32)
Itulah berbagai kerusakan dan bahaya yang ditimbulkan perbuatan syirik. Yang jelas Syirik
merupakan penyebab turunnya derajat dan martabat manusia ke tempat paling hina dan paling
rendah. Karena itu Wahai para pembaca yang budiman yang dirahmati Allah, Marilah kita
bertaubat atas segala perbuatan syirik yang telah kita perbuat dan marilah kita peringatkan dan
kita jauhkan masyarakat di sekitar kita, anggota keluarga kita, sanak famili kita, dari syirik
kerusakan dan bahayanya. Agar kehinaan dan kerendahan yang menimpa ummat Islam segera
berakhir, agar kehinaan dan kerendahan ummat Islam diganti menjadi kemuliaan.

2.2.Macam-macam syirik

Dilihat dari sifat dan tingkat sanksinya, syirik dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Syirik Akbar (Syirik Besar)
Syirik akbar merupakan syirik yang tidak akan mendapat ampunan Allah. Syirik akbar dibagi
menjadi dua, yang pertama yaitu Zahirun Jali (tampak nyata), yakni perbuatan kepada tuhan-
tuhan selain Allah atau baik tuhan yang berbentuk berhala, binatang, bulan, matahari, batu,
gunung, pohon besar, sapi, ular, manusia dan sebagainya. Demikian pula menyembah
makhluk-makhluk ghaib seperti setan, jin dan malaikat. Yang kedua yaitu syirik akbar
Bathinun Khafi (tersembunyi) seperti meminta pertolongan kepada orang yang telah

7
meninggal. Setiap orang yang menaati makhluk lain serta mengikuti selain dari apa yang telah
disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya, berarti telah terjerumus kedalam lembah
kemusyrikan. Firman Allah SWT Artinya: “…dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya
kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-An’am: 121).

2. Syirik Asghar (Syirik Kecil)


Syirik asghar termasuk perbuatan dosa besar, akan tetapi masih ada peluang diampuni Allah
jika pelakunya segera bertobat. Seorang pelaku syirik asghar dikhawatirkan akan meninggal
dunia dalam keadaan kufur jika ia tidak segera bertaubat. Contoh-contoh perbuatan syirik
asghar antara lain:
a. Bersumpah dengan nama selain Allah
Rasulullah SAW bersabda : ‫َو َم ْن َح َلَف ِبَغْيِر ِهّٰللا َفَقْدَكَفَر َاْو َاْش َر َك‬
Artinya: “Dan barang siapa yang bersumpah dengan selain nama Allah, maka dia telah kufur
atau syirik”. (HR. Tirmidzi).
b. Memakai azimat
Memakai azimat termasuk perbuatan syirik karena mengandung unsur meminta atau
mengharapkan sesuatu kepada kekuatan lain selain Allah.
Sabda Rasulullah SAW: ‫َم ْن َتَع َّلَق َتِم ْيَم ًةَفَقْد َاْش َر َك‬
Artinya: “Barangsiapa menggantungkan azimat, maka dia telah berbuat syirik”. (HR.
Ahmad).
c. Mantera
Mantera yaitu mengucapkan kata-kata atau gumam-gumam yang dilakukan oleh orang
jahiliyah dengan keyakinan, bahwa kata-kata atau gumam-gumam itu dapat menolak
kejahatan atau bala dengan bantuan jin.
Sabda rasulullah SAW. : ‫ِاَّن الُّر ْقَىَو الَّتَم إِٮَم‬
‫َو الَّتَو َلَةِش ْر ٌك‬
Artinya: ”Sesungguhnya mantera, azimat dan guna-guna itu adalah perbuatan syirik”. (HR.
Ibnu Hibban).
d. Sihir
Sihir termasuk perbuatan syirik karena perbuatan tersebut dapat menipu atau mengelabui
orang dengan bantuan jin atau setan. Dan dalam sebuah hadits disebutkan artinya:

8
“Barangsiapa yang membuat suatu simpul kemudian dia meniupinya, maka sungguh ia telah
menyihir. Barangsiapa menyihir, sungguh ia telah berbuat syirik”. (HR. Nasa’i).
e. Peramalan
Yang dimaksud peramalan ialah menentukan dan memberitahukan tentang hal-hal yang ghaib
pada masa-masa yang akan datang baik itu dilakukannya dengan ilmu perbintangan, dengan
membaca garis-garis tangan, dengan bantuan jin dan sebagainya. Rasulullah SAW bersabda
artinya: “Barangsiapa yang mempelajari salah satu ilmu perbintangan, maka ia telah
mempelajari sihir”(HR. Abu Daud). Yang dimaksud ilmu perbintangan dalam hadits ini
bukanlah ilmu perbintangan yang mempelajari tentang planet yang dalam ilmu pengetahuan
disebut astronomi.
f. Dukun dan tenung
Dukun ialah orang yang dapat memberitahukan tentang hal-hal yang ghaib pada masa datang,
atau memberitahukan apa yang tersirat dalam naluri manusia. Adapun tukang tenung adalah
nama lain dari peramal atau dukun, atau orang-orang yang mengaku bahwa dirinya dapat
mengetahui dan melakukan hal-hal yang ghaib, baik dengan bantuan jin atau setan, ataupun
dengan membaca garis tangan. Dalam sebuah hadits diterangkan artinya: “Dari Wailah bin
Asqa’i ra berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa datang kepada
tukang tenung lalu menanyakan tentang sesuatu, maka terhalanglah tobatnya selama empat
puluh hari. Dan bila mempercayai perkataan tukang tenung itu, maka kafirlah ia”. (HR.
Thabrani).
g. Bernazar kepada selain Allah
Dalam masyarakat masih dijumpai seseorang bernazar kepada selain Allah. Misalnya
seseorang bernazar, “Jika aku sembuh dari penyakit aku akan mengadakan sesajian ke makam
wali”. Perbuatan seperti itu adalah perbuatan yang sesat. Firman Allah SWT artinya: “Apa
saja yang kamu nafkahkan atau apa saja yang kamu nazarkan maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya. Orang-orang yang berbuat zalim tidak ada seorang penolongpun baginya”.
(QS. Al-Baqarah: 270).
h. Riya
Riya adalah beramal bukan karena Allah, melainkan karena ingin dipuji atau dilihat orang.
Riya termasuk syirik, sebagaimana sabda Rasulullah SAW artinya: “Sesuatu yang amat aku
takuti yang akan menimpa kamu ialah syirik kecil. Nabi ditanya tentang hal ini, maka beliau
menjawab, ialah Riya”. (HR. Ahmad).

2.3.BAHAYA SYIRIK

9
1. Syirik Ashghar (tidak mengeluarkan dari agama).
a. Merusak amal yang tercampur dengan syirik ashghar.
Dari Abu Hurairah radiallahu anhu marfu (yang terjemahannya): Allah berfirman: “Aku tidak
butuh sekutu-sekutu dari kalian, barang siapa yang melakukan suatu amalan yang dia
menyekutukan-Ku padanya selain Aku, maka Aku tinggalkan dia dan persekutuannya”.
(Riwayat Muslim, kitab az-Zuhud 2985, 46).
b. Terkena ancaman dari dalil-dalil tentang syirik, karena salaf menggunakan setiap dalil yang
berkenaan dengan syirik akbar untuk syirik ashghar. (Lihat al-Madkhal, hal 124).
c. Termasuk dosa besar yang terbesar.
2. Syirik Akbar
a. Kezhaliman terbesar.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya syirik itu kezhaliman yang
besar”. (QS. Luqman: 13).
b. Menghancurkan seluruh amal.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya jika engkau berbuat syirik,
niscaya hapuslah amalmu, dan benar-benar engkau termasuk orang yang rugi”. (QS. Az-
Zumar: 65).
c. Jika meninggal dalam keadaan syirik, maka tidak akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya):
Sesungguhnya, Allah tidak akan mengampuni jika disekutukan, dan Dia akan mengampuni
selain itu (syirik) bagi siapa yang (Dia) kehendaki. (QS. An-Nisa: 48, 116).
d. Pelakunya diharamkan masuk surga.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya barang siapa menyekutukan
Allah, maka pasti Allah mengharamkan jannah baginya dan tempatnya adalah neraka, dan
tidak ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun”. (QS. Al-Maidah: 72).
e. Kekal di dalam neraka.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya orang kafir, yakni ahli kitab dan
orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka
itu adalah seburuk-buruk makhluk”. (QS. Al-Bayyinah: 6).
f. Syirik adalah dosa paling besar.
Firman Allah Ta’ala (yang terjemahannya): “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik
itu. Bagi siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya”. (QS. An-Nisa: 116).

10
g. Perkara pertama yang diharamkan oleh Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang terjemahannya): “Katakanlah: Rabbku hanya
mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun ter-sembunyi, dan perbuatan
dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan
Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menu-runkan hujjah untuk itu dan (meng-haram-kan)
mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al-Araaf: 33).
h. Dosa pertama yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Lihat Quran surah Al-Anaam: 151.
Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang
ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami
akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-
perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan
janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan
sesuatu (sebab) yang benar” Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu
memahami(nya). ( Qs. Al-Anam: 151)
i. Pelakunya adalah orang-orang najis (kotor) akidahnya.
Allah Ta’ala berfirman (yang terjemahannya): “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
orang-orang musyrik itu najis”. (QS. At-Taubah: 28).

BAB III
PENUTUP

Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa sumber ajaran islam ada tiga
macam, yaitu Al-qur’an, hadits dan ijtihad. Al-qur’an sebagai sumber hukum Islam yang
pertama yaitu Al-qu’an berisi tentang semua kehidupan yang ada di alam, perintah, akidah
dan kepercayaan, akhlak yang murni, mengenai syari’at dan hukum dan sebagai petunjuk
umat Islam. Sedangkan Hadits itu sebagai sumber ajaran islam karena dalam Dalil al-qur’an
mengajarkan kita untuk mempercayai dan menerima apa yang telah disampaikan oleh Rasul
untu dijadikan sebagai pedoman hidup.
Selain itu dalam hadits juga terdapat pertnyataan bahwa berpedoman pada hadits itu wajib,
bahkan juga terdapat dalam salah satu pesan Rasulullah berkenaan menjadikan hadist sebagai
pedoman hidup setelah Al-qur’an sebagai sumber yang pertama.

11
Ijtihad sebagai sumber ajaran karena melalui konsep ijtihad, setiap peristiwa baru akan
didapatkan ketentuan hukumnya Dari pemaparan makalah kami tersebut kita tahu bahwa
sumber ajaran islam sangat penting sebagai pedoman hidup, untuk itu hendaknya apabila kita
melenceng dari salah satu sumber ajaran tersebut, maka akan menjadikan hal yang fatal.
Bagi pembaca, hasil diskusi ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
terkat dengan macam-macam sumber ajaran islam, serta dapat diterapkan dan diamalkan
dalam kehidupan sehari hari sebagai contoh umat muslim yang baik. Dapat mempelajari
apasaja larangan-larangan yang tertulis di setiap sumber ajaran dan hukum islam dan
menjauhinya, serta apasaja yang berniai baik untuk dilakukan oleh kita sebagai umat islam
yang baik.
Kepada pihak perguruan tinggi islam agar dapat hendaknya memperbanyak literatur
yang berkaitan dengan ilmu sumber ajaran-ajaran islam. Karena melalui buku-buku seperti ini
diharapkan mahasiswa sebagai intelektual islam tidak saja mengetahuiilmu yang berkaitan
dengan ajaran agama yang dianut. Karena terbatasnya literatur tentang agama.

Kepada mahasiswa islam penulis berharap melalui tulisan ini dapat menambah keimanan kita
terhadap agama islam, mengetahui sumber-sumber ajaran islam, menjauhi larangan yang
tertulis pada Al-Qur,an dan hadist, untuk itu penulis mengharapkan supaya kita dapat
meluangkan waktu sedikit untuk membaca, memahami, dan mencoba mengerti ajaran agama
islam, karena Al-Qur,an sendiri mengajarkan supaya kita membaca.

12
DAFTAR PUSTAKA
‘Abd Az-‘azhim, Az-Zarqani Muhammad. Manhil al-‘irfan, Dar al-Fikr, Bairut, t.t, jilid I hlm
106.
Amin, Muhammad Suma. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali, 2013
Didik ahmad supadi dan sarjuni, Pengantar studi Islam, Semarang: Rajawali Pers, 2011
Mahfud, Rois. Al-Islam PendidikanAgama Islam, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011
Muhaimin, dkk. Studi Islam Dalam Ragam Dimensi dan Pendekatan, Jakarta: kencana, 2012
Musahadi HAM, Evolusi Konsep Sunnah, Semarang: CV. Aneka Ilmu, anggota IKAPI, 2000
Nata, Abuddin. Studi Islam komperehensif, Jakarta: Kencana 2011
Suparta, Munzier. Ilmu Hadits, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002
Uhbiyati, Nur. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2013

13

Anda mungkin juga menyukai