Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Sabar Jawaludiansyah

PRODI : Rekayasa Perancangan Mekanik

NIM : 40040221650067

MATA KULIAH : Agama

REVIEW JURNAL 1

Judul Melacak ruang Kajian Pemerintahan Dalam Ilmu Politik: sebuah


Riset Awal

Nama Jurnal Religious: Jurnal Agama dan Lintas Budaya

Volume dan Halaman VOL. 1 No. 1 dan 25-40


Tahun 2016
Penulis Adeng Muchtar Ghazali
Reviewer Sabar Jawaludiansyah
Tanggal Review 10 September 2021
Pendahuluan Para agamawan (juga cendikiawan) di Indonesia telah mengajukan
banyak teori berkenaan dengan toleransi beragama, tapi apabila
diringkas meliputi dua hal, yaitu: pertama, dari sisi konsep
kerukunan, yakni penjelasan teologis masing-masing doktrin agama;
dan kedua, pada aspek dialog antar cendekiawan yang direalisasikan
dalam bentuk relasi antar lembaga formal. Namun, hubungan antar
lembaga formal ini baru bersifat seremonial, belum pada tataran
konsepsional.
Rumusan Masalah Dalam junal ini secara tidak langsung mengisyaraktkan bahwa yang
ingin diteliti adalah bagaimana konsep toleransi atau pluralisme
dalam pandangan islam sebagai agama.
Tujuan Untuk mengetahui literatur dan konklusi dari konsep-konsep
toleransi yang diajarkan agama islam
Metode Penelian Metode pendekatan literarur dan studi pustaka
Hasil Penelitian Toleransi dalam Islam
Islam mengajarkan bahwa adanya perbedaan diantara manusia, baik
dari sisi etnis maupun perbedaan keyakinan dalam beragama
merupakan fitrah dan sunnatullah atau sudah menjadi ketetapan
Tuhan, tujuan utamanya adalah supaya diantara mereka saling
mengenal dan berinteraksi. Barangkali, adanya beragam perbedaan
merupakan kenyataan sosial, sesuatu yang niscaya dan tak dapat
dipungkiri.
Islam mewajibkan para pemeluknya membentuk batas yang tegas
dalam hal akidah dan kepercayaan, sambil tetap melindungi prinsip
penghargaan terhadap keberadaan para pemeluk agama lain dan
melindungi hak-hak mereka sebagai pribadi dan anggota
masyarakat. Pembatasan yang jelas dalam hal akidah atau
kepercayaan ini merupakan upaya Islam untuk menjaga para
pemeluknya agar tidak terjebak pada sinkretisme.
Penutup Islam adalah agama kemanusiaan karena diperuntukkan untuk
manusia. Landasan keyakinan dan penyerahan diri sepenuhnya
kepada Allah, menjadi dasar utama dalam pergaulan hidup antar
umat manusia, sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah. Jika
dalam studi agama-agama sering kita jumpai tipologi dalam
beragama, yaitu eksklusif dan inklusif, misalnya, bukanlah sikap
beragama yang terpisah-pisah berdasarkan tahapan cara beragama,
tetapi merupakan satu kesatuan yang melekat pada manusia
beragama.
Kelebihan Memaparkan secara jelas dan lengkap mulai dari pengantar yang
menjelaskaan persoalan apa yang menjadi masalah dan apa yang
ingin dicapai. Selain itu, penulisannya teratur, sistematis dan sesuai
EYD sehingga mudah dibaca.
Kekurangan Kelemahan tulisan ini menurut hemat kami adalah banyak sub
materi seperti tujuan, rumusan masalah, metodologi tidak ditulis
secara eksplisit.
REVIEW JURNAL 2

Judul Konsep Toleransi dalam Islam dan Implementasinya di Masyarakat


Indonesia
Nama Jurnal Jurnal Madaniyah
Volume dan Halaman VOL. 9 No. 2 dan 277-296
Tahun 2019
Penulis Mohammad Fuad Al Amin Mohammad Rosyidi
Reviewer Sabar Jawaludiansyah
Tanggal Review 10 September 2021
Pendahuluan Agama mempunyai peran strategis dalam sebuah konflik sosial. Hal
ini dikarenakan agama merupakan the deepest element (elemen yang
paling mendasar) dalam budaya dan sangat berpengaruh dalam
kehidupan masyarakat. Selain itu, agama juga bersifat fungsional
dan disfungsional. Agama bersifat fungsional artinya agama mampu
memenuhi fungsi sosial, seperti ketentraman psikologis, kohesi
sosial, sakralisasi struktur sosial yang memelihara keseimbangan
internal sebuah masyarakat. Sedangkan Agama bersifat
disfungsional yakni agama memiliki kekuatan untuk
menceraiberaikan, menghancurkan jika agama digunakan untuk
mengembangkan sentiment dalam sebuah konflik sosial.
Rumusan Masalah Dalam junal ini secara tidak langsung mengisyaraktkan bahwa yang
ingin diteliti adalah bagaimana konsep toleransi beragama di
Indonesia dalam mengatasi konflik dan persoalan sosial
dimasyarakat dalam pandangan islam.
Tujuan Untuk mengetahui kesimpulan dari implementasi ajaran toleransi
dalam islam di Indonesia.
Metode Penelian Metode pendekatan literarur dan studi pustaka
Hasil Penelitian Toleransi dalam Quran dan Sunnah
Alquran dan sunnah merupakan al-mashâdhîr al-asâsiyyah (sumber
utama) dalam kerangka epistemologi Islam. Untuk merumuskan
konsep toleransi dalam Islam, diperlukan pemahaman yang
komprehensif terhadap nilai-nilai toleransi yang terkadung dalam
keduanya. Sehingga nilai-nilai tersebut dapat terintegrasi secara
nyata dalam kehidupan saat ini. Terdapat banyak redaksi dalam
alquran dan sunnah yang menyebutkan tentang kewajiban seorang
muslim untuk berbuat baik dan adil terhadap semua manusia, tanpa
membedakan agama dan kepercayaannya.
Implementasi ajaran Toleransi dalam Islam di Indonesia
Pertama, implementasi al-hurriyah al-dîniyyah (kebebasan
beragama). Terwujudnya kebebasan beragama merupakan syarat
utama dalam membina kehidupan yang toleran dan harmonis antar
sesama. Kedua, implementasi al-insâniyyah (kemanusiaan). Islam
datang dengan membawa misi kemanusiaan. Ajarannya menekankan
kepada semangat egalitarianisme atau persamaan rasa kemanusiaan.
Islam datang dengan membawa misi kemanusiaan. Ketiga,
implementasi al-washathiyyah (moderatisme). Sikap dan perilaku
intoleransi berhubungan erat dengan nalar epistemologi seseorang.
Penutup Masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim perlu
mengimplementasikan ketiga konsep tersebut dalam kehidupan
bermasyarakat, sehingga terwujudlah toleransi antar sesama.
Terwujudnya toleransi beragama tidak mungkin tiba-tiba turun dari
langit. Seluruh pihak termasuk tokoh agama, pemerintah dan
masyarakat memiliki andil dalam mewujudkan situasi yang aman
dan damai.
Kelebihan Ulasannya lugas, interaktif, dan lengkap strukturisasi penulisannya.
Selain itu, penulisannya teratur, sistematis dan sesuai EYD sehingga
mudah dibaca.
Kekurangan Kelemahan tulisan ini menurut hemat kami adalah banyak sub
materi seperti tujuan, rumusan masalah, metodologi tidak ditulis
secara eksplisit.
REVIEW JURNAL 3

Judul Toleransi Antarumat Beragama: Perspektif Islam

Nama Jurnal Jurnal Ushuluddin UIN Suska Riau

Volume dan Halaman VOL. 23 No. 2 dan 185-200


Tahun 2015
Penulis Suryan A. Jamrah
Reviewer Sabar Jawaludiansyah
Tanggal Review 10 September 2021
Pendahuluan Bumi seyogianya menjadi tempat yang damai penuh nikmat bagi
manusia, mata’un ila hin. Namun, ini tergantung kepada manusia itu
sendiri, apakah mau hidup rukun dan damai atau sibuk dengan
konflik dan saling bertikai. Salah satu faktor yang berkontribusi
nyata dalam menciptakan suasana kehidupan manusia adalah agama.
Agama, demikian perspektif sosiologis, mempunyai peran dan
fungsi ganda, bisa konstruktif dan bisa pula destruktif. Secara
konstruktif, ikatan agama sering melebihi ikatan darah dan
hubungan nasab atau keturunan.
Rumusan Masalah Dalam junal ini secara tidak langsung mengisyaraktkan bahwa yang
ingin diteliti adalah prinsip dan landasan toleransi dalam persfektif
islam dan kendala toleransi beragama.
Tujuan Untuk memahami prinsip dan landasan toleransi dalam persfektif
islam dan kendala toleransi beragama.
Metode Penelian Metode pendekatan literarur dan studi pustaka
Hasil Penelitian Prinsip Toleransi dalam Islam
Pertama, toleransi Islam tersebut terbatas dan fokus pada masalah
hubungan sosial kemasyarakatan yang dibangun atas dasar kasih
sayang dan persaudaraan kemanusiaan, sejauh tidak bertentangan
dan atau tidak melanggar ketentuan teologis Islami. Kedua, toleransi
Islam di wilayah agama hanya sebatas membiarkan dan memberikan
suasana kondusif bagi umat lain untuk beribadah menjalankan ajaran
agamanya. Bukan akhlak Islam menghalangi umat lain agama untuk
beribadah menurut keyakinan dan tata cara agamanya, apatah lagi
memaksa umat lain berkonversi kepada Islam. Ketiga, di dalam
bertoleransi kemurnian akidah dan syariah wajib dipelihara. Maka
Islam sangat melarang toleransi yang kebablasan, yakni perilaku
toleransi yang bersifat kompromistis yang bernuansa sinkretis.
Kendala Toleransi Antar Umat Beragama anatara lain adalah
Fanatisme dan Radikalisme, penyebaran Suatu Agama Kepada Umat
Agama Lain, dan Sinkretisme atau mencapuradukkan ajaran dan
ritual agama satu dengan yang lain.
Penutup Dalam hidup berdampingan dengan umat lain secara damai melalui
akhlak toleransi Islami, Islam hanya sebatas membiarkan umat
agama lain untuk beribadah dan menjalankan ajaran agamanya,
tanpa gangguan apapun, sejauh praktik agama tersebut tidak
mengganggu ketertiban dan kepentingan umum, termasuk
kepentingan umat Islam. Maka prinsip toleransi Islam tidak boleh
merusak dan atau menodai kemurnian akidah dan syariah Islamiah.
Karena itu, toleransi Islam tidak pernah dan tidak boleh menjurus
kepada hal-hal yang berbau sinkretis.
Kelebihan Ulasannya lugas, interaktif, dan lengkap strukturisasi penulisannya.
Selain itu, penulisannya teratur, sistematis dan sesuai EYD sehingga
mudah dibaca.
Kekurangan Kelemahan tulisan ini menurut hemat kami adalah banyak sub
materi seperti tujuan, rumusan masalah, metodologi tidak ditulis
secara eksplisit.
RESUME JURNAL

Setelah me-review 3 jurnnal yang telah kami akses diatas, selanjutnya akan disimpulkan
atau menarik konklusi dari 3 jurnal diatas. Junal-jurnal tersebut punya kesamaan dari segi tema
pembahasan yaitu toleransi beragama dan sosial dalam peandangan agama islam.

1. Islam secara bahasa dimaknai tunduk, patuh dan pasrah, keselamatan, keamanan dan
kedamaian. Berdasarkan makna tersebut, sebagai seorang muslim dalam konteks
berkehidupan adalah pemberi keselamatan, menciptakan kerukunan dan pemberi rasa aman
bagi orang lain, yang disebut dengan toleran. Islam toleran atau intoleran semakin
menguatkan isunya ke publik di abad 21 ini.
2. Toleransi adalah sifat atau sikap menghargai pendapat orang lain yang berbeda dengan
pendapatnya sendiri. Dalam pandangan Barat toleransi (tolerance) dimaknai menahan
perasaan tanpa protes (to endure without protest), meskipun gagasannya itu salah.
3. Berbeda dengan Islam, Islam menyebut toleransi dengan tasamuh. Tasamuh memiliki tasahul
(kemudahan). Artinya, Islam memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk menjalankan apa
yang ia yakini sesuai dengan ajaran masing-masing, tanpa ada tekanan dan tidak mengusik
ketauhidan
4. Dalam konteks sosial dan agama, toleransi dimaknai, sikap dan perbuatan yang melarang
adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima
oleh mayoritas dalam suatu masyarakat, seperti “toleransi beragama” di mana penganut
mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.
5. Sikap toleransi dan menghargai tidak hanya berlaku terhadap orang lain, tetapi juga kepada
diri sendiri, bahkan sikap toleran harus dimulai dari diri sendiri. Rasulullah saw
mengingatkan agar ia memperhatikan dirinya dan memberi hak yang proporsional:
“Sesungguhnya tubuhmu punya hak (untuk kamu istirahatkan) matamu punya hak (untuk
dipejamkan) dan istrimu juga punya hak (untuk dinafkahkan).” (HR. Bukhari).
6. Terhadap mereka yang berbeda agama dan keyakinan, Alquran menetapkan prinsip tidak ada
paksaan dalam beragama (QS. al-Baqarah: 256). Sebab kebebasan beragama merupakan
bagian dari penghormatan terhadap hak-hak manusia yang sangat mendasar.
7. Bentuk lain dari toleransi Islam yang terkait kebebasan beragama adalah tidak cepat-cepat
menghukum kafir kepada orang yang masih menyisakan sedikit celah untuk disebut sebagai
muslim. Imam Malik mengatakan, orang yang perbuatan dan pernyataannya mengarah
kepada kekufuran dari sembilan puluh sembilan arah, tetapi masih menyisakan keimanan
walau dari satu arah, maka dihukumi sebagai orang beriman
8. Sampai batas ini, toleransi masih bisa dibawa kepada pengertian syari’ah Islamiyah. Tetapi
setelah itu berkembanglah pengertian toleransi bergeser semakin menjauh dari batasan-
batasan Islam, sehingga cenderung mengarah kepada sinkretisme agama; agama berpijak
dengan prinsip yang berbunyi: “semua agama sama baiknya”. Prinsip ini menolak
kemutlakan doktrin agama yang menyatakan bahwa kebenaran hanya ada di dalam Islam
(Innad dina 'indallahi al-Islam). Lalu bagaimana Islam memandang toleran? Seperti sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa Islam melalui tasamuh, menghargai, menghormati keyakinan
atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain.
9. Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan tahbisul haq bil batil, mencampur
adukan antara hak dan batil, suatu sikap yang sangat terlarang dilakukan seorang muslim,
seperti halnya nikah antar agama yang dijadikan alasan adalah toleransi, padahal itu
merupakan sikap sinkretis yang dilarang oleh Islam. Harus kita bedakan antara sikap toleran
dengan sinkretisme. Sinkretisme adalah membenarkan semua keyakinan/agama. Hal ini
dilarang oleh Islam karena termasuk syirik.
10. Sinkretisme mengandung tahbisul haq bil bathil (mencampur-adukkan yang hak dengan yang
batil), sedangkan toleran toleransi tetap memegang prinsip al-furqan bainal haq wal bathil
(memilah atau memisahkan antara hak dan batil). Toleransi yang disalahpahami seringkali
mendorong pelakunya pada alam sinkretisme. Gambaran yang salah ini ternyata lebih
dominan dan bergaung hanya demi kepentingan kerukunan agama.
11. Dalam pandangan Islam, toleransi bukanlah fatamorgana atau bersifat semu. Tapi ia
memiliki dasar yang kuat dan memiliki tempat utama, sesuai nash Alquran yang antara lain
tercermin dalam firman-firman Allah berikut ini: “Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi
Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19). “Barang siapa mencari agama selain Islam maka
sekali-kali tidak akan diterima daripadanya, dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
(QS. Ali 'Imran: 85). Selanjutnya firman Allah Swt: “Lakum dinukum waliyadin” (Bagimu
agamamu, bagiku agamaku).” (QS. Al-Kafirun: 5).

Anda mungkin juga menyukai