Anda di halaman 1dari 2

1.

Masalah yang dihadapi Bappeda Kota Banda Aceh sebagai instansi yang bergerak di
bidang perencanaan pembangunan Kota, tidak hanya terbatas pada masalah internah
instansinya saja. Lebih dari pada itu, masalah Kota, masalah publik, masalah instansi-
intansi lain, juga merupakan masalah paling strategis yang dihadapi Bappeda. Karena
dalam penyelesaian masalahnya, Bappeda memerlukan solusi yang terintegrasi agar lebih
efisien dan efektif. Sehingga untuk mengurai persoalan ini, saya mengacu pada RPJM
Kota Banda Aceh yang tersedia di laman resmi Bappeda Kota Banda Aceh yang bebas
akses bagi publik. Tujuannya agar kita mengetahui tema-tema besar yang menjadi fokus
Kota Banda Aceh dalam menyelenggarakan pembangunan Kota yang berkelanjutan.

Dalam Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota


Banda Aceh Tahun 2017-2022, diuraikan bahwa ada beberapa masalah yang dihadapi
Pemerintah dalah hal ini termasuk Bappeda dalam membangun perencanaan dan
penyelenggaraan pembangunan yang berkelanjutan. Masalah terbesar yang dihadapi
Bappeda adalah gap expectation antara perencanaan kerja dan program pembangungan
dengan kinerja pembangunan yang dicapai pasca perencanaan. Permasalahan ini timbul
dari masih lemahnya sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam
mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada. Padahal masih banyak peluang-peluang
yang seharusnya dapat dicapai dan masih ada kelemahan dan ancaman yang dapat
diminimalisir. Sehingga perencanaan yang telah dirumuskan dari level terbawahpun dan
diajukan hingga level paling ataspun masih dianggap sebagai angan-angan karena belum
dapat terealisasi.

Selanjutnya setelah saya melakukan pembacaan atas Dokumen Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Banda Aceh Tahun 2017-2022 tersebut, saya
dapat menyimpulkan bahwa akar dari permasalahan yang dihadapi Bappeda dalam
perencanaan pembangunan strategis yang berkelanjutan adalah minimnya kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas SDM yang saya maksud bukan hanya pada
masyarakat sebagai target pembangunan, namun juga pemerintah kota sebagai perencana
dan penyelenggara. Padahal kualitas SDM ini sangat penting dalam siklus kebijakan,
mulai dari tahap perencanaan hingga tahap evaluasi. Mari kita urai satu persatu dari
minimnya kualitas SDM masyarakat dan Pemerintah. Pertama, minimnya kualitas SDM
masyarakat sangat berpengaruh pada perencanaan pembangunan Kota, karena masyarakat
merupakan pihak paling penting dalam memberikan masukan dan saran atas perencanaan
pembangunan Kota. Selanjutnya, minimnya kualitas SDM dalam lingkungan pemerintah
seperti ASN dan tenaga-tenaga honorer, akan berdampak pada tidak optimalnya
penyerapan masukan dan pengintegrasian masalah serta solusi atas masalah masyarakat.

Kesimpulan saya untuk alternatif uraian masalah diatas adalah perlunya pemerintah
melalui Bappeda dalam memprioritaskan perencanaan pembangunan Kota dalam
meningkatkan kualitas birokrasi dan masyarakat Kota Banda Aceh. Hal ini dapat
dilakukan Bappeda Kota Banda Aceh melalui komunikasi dengan instansi-intansi yang
terkait. Sehingga dalam akumulasi perencanaan pembangunan Kota, disimpulkan bahwa
prioritas utama pembangunan Kota Banda Aceh adalah peningkatan kualitas SDM.
2. Dalam pelaksanaan magang ini, saya ditempatkan pada bidang Penelitian,
Pengembangan, Monitoring, dan Evaluasi atau Litbang. Selama kurang lebih empat bulan
melaksanakan magang, banyak pebelajaran baru yang saya dapati termasuk terkait
pengelolaan tata kerja secara struktural. Perlu kami jelaskan terlebih dahulu bahwa
litbang merupakan suatu bidang yang berperan penting dalam perencanaan, evaluasi, dan
monitoring pembangunan yang didasari atas riset yang mandalam. Sehingga dalam
menyelenggarakan tugas dan fungsinya tersebut, Litbang bekerja secara terintegrasi.
Masing-masing pegawainya memiliki job description yang berbeda-beda, namun tetap
pada tujuan dan masalah yang sama. Setiap ada suatu permasalahan yang ingin dikaji,
secara langsung para pegawai bekerja berdasarkan kemampuan dan tugas yang diberi.
Misalnya dalam melakukan riset tentang realisasi pembangunan kota, ada yang bekerja
pada proses pengumpulan data, pengolahan data, penjabaran masalah, hingga menyusun
infografis. Saya dalam proses ini beberapa kali diberi kesempatan dalam mengumpulkan
data-data terkait.

Terkait dengan pembahasan good governance, penilaian pribadi kami pelaksaan prinsip-
prinsip good governance terjalan dengan baik di bidang Litbang Bappeda Kota Banda
Aceh. Jika saya uraikan satu persatu, Bidang Litbang karena pekerjaaan yang dijalani
harus secara terintegrasi sehingga konsep efektivitas dan efisiensi sangat terjalan dengan
baik. Bagaimana pekerjaan-pekerjaan yang dijalankan sangat sistematis dikerjakan oleh
setiap pegawai. Selanjutnya jika kita meninjau perilaku pegawai juga tergolong sangat
baik mulai dari ketepatan waktu hadir masuk kantor, hingga pelaksanaan tugas yang
totalitas. Pelaksanaan tugas yang totalitas yang saya maksud adalah ketika masing-masing
pegawai ketika sudah memasuki ruangan langsung mengerjakan dari apa yang menjadi
tugasnya. Dan terkadang dalam proses tersebut, melewati dari batas jam kerja yang sudah
ditetapkan.

Kemudian pada prinsip good governance yang lain, yakni mengenai akuntabilitas dan
partisipasi publik, Bidang Litbang juga tergolong baik. Karena dalam melakukan riset-
riset Litbang acap kali melakukan kunjungan lapangan dalam meninjau persoalan
kebijakan dan pembangunan. Dalam proses tersebut selain mengunjungi instansi atau
lokasi pembangunan infrastruktur, Litbang juga berkomunikasi langsung dengan
masyarakat yang ada. Selanjutnya pada soal akuntabilitas, Litbang merupakan bidang
yang mengakumulasi akuntabilitas pemerintah kota pada tataran perencanaan
pembangunan. Penyusunan program dan masukan publik pada kegiatan seperti
Musrenbang dilakukan oleh Bidang Litbang.

Terakhir pada tata kelola kestrukturan di Bidang Litbang yang berkaitan dengan good
governance yang ingin kami bahas adalah bagaimana relasi yang dibangun Litbang
dengan bidang-bidang lain di internal Bappeda Kota Banda Aceh. Relasi yang dibangun
cukup intens, yakni dengan mengumpulkan hasil kerja dan masukan masing-masing
bidang sebagai bahan riset, dan selanjutnya disusun untuk diajukan kepada kepala kantor
Bappeda Kota Banda Aceh. Pola kestrukturan semacam ini memang adalah hal biasa dan
wajib untuk dikerjakan, namun menurut hemat kami hal tersebut juga bernilai positif.

Anda mungkin juga menyukai