Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BAHAN KULIAH

- Judul Bahan Kajian : Karakter Toleransi


- Mata kuliah : Pendidikan Karakter
- Program Studi : PSIK
- Beban Studi : 3 (tiga) SKS
- Waktu : TM = (3x 50 menit), BM (3x170 menit), TT
(3x170 menit)
- Dosen pengampu : Martawan Madari, SKM,MKM
- Mhs penyusun bahan : Nurul Hidayati (22.14201.91.19.P)

URAIAN MATERI
Dijelaskan oleh : Ns. Raden Surahmat, M.Kes, M.Kep

KARAKTER TOLERANSI

A. PENDAHULUAN
Toleransi atau sikap tenggang rasa merupakan salah satu elemen penting dalam
kehidupan yang berguna untuk menjaga kerukunan dalam kehidupan bermasyarakat. Kata
toleransi sering kali diasosiasikan atau dimaknai sebagai toleransi dalam kaitannya
kehidupan antar umat beragama yaitu toleransi antar umat beragama. Padahal sebenarnya,
toleransi tidak hanya dalam aspek agama tetapi menyangkut hal lain termasuk toleransi
antar suku, etnis, ras, hak-hak bernegara dan sebagainya yang merupakan ruang lingkup
dari akhlak.
Di derasnya arus globalisasi dalam kehidupan masyarakat modern sekarang ini,
untuk mewujudkan kehidupan masyarakat modern yang demokratis adalah dengan
menampilkan sikap yang saling menghargai kemajemukan perbedaan suku, ras, etnis,
budaya maupun agama. Masyarakat majemuk memiliki budaya dan aspirasi yang berbeda-
beda satu sama lain. Akan tetapi memiliki kedudukan setara, tidak ada superioritas antar
suku, ras, etnis, maupun agama. Perbedaan-perbedaan yang timbul dapat menimbulkan
konflik antar suku, ras, etnis budaya maupun agama apabila tidak disikapi dengan baik.
Hampir semua masyarakat yang berbudaya kini mengakui kemajemukan sosial dan
asimilasi budaya. Tetapi kenyataanya masih terdapat konflik-konflik. Adanya toleransi
merupakan hal yang sangat penting, sebab keberadaan toleransi dapat menciptakan
kerukunan hidup terutama terkait hal yang sensitif di Indonesia yaitu toleransi antar umat
beragama. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, toleransi merupakan sifat atau sikap
toleran, batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan dan
penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja. Sedangkan nilai,
kaitannya dengan keagamaan adalah konsep penghargaan tinggi yang diberikan oleh warga
masyarakat pada beberapa masalah pokok dalam kehidupan keagamaan yang bersifat suci
sehingga menjadikan pedoman bagi tingkah laku keagamaan warga masyarakat yang
bersangkutan.
Dengan demikian, nilai-nilai toleransi dapat dikatakan sebagai ukuran-
ukuran tingkah laku dalam menghargai perbedaan di kehidupan bermasyarakat. Sering
sekali kita temui sikap egois, intoleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti sikap
kurang demokratis dalam menyampaikan pendapat, tidak menghargai hak-hak orang lain,
SARA dan sejenisnya. Itu merupakan cerminan bahwa nilai-nilai toleransi belum
ditanamkan sepenuhnya dalam kehidupan bermasyarakat.

B. PENGERTIAN TOLERANSI
Kata toleransi berasal dari bahasa latin, “tolerare” yang diartikan menahan diri,
bersikap sabar, menghargai orang lain berpendapat lain, berhati lapang dan tenggang rasa
kepada orang yang mempunyai pandangan atau agama yang berlainan. Toleransi diartikan
menurut UNESCO sebagai suatu sikap saling menghormati, saling menerima, saling
menghargai di tengah keragaman budaya kebebasan berekspresi dan karakter manusia.
Toleransi harus didukung oleh cakrawala pengetahuan yang luas, bersikap terbuka, dialog,
kebebasan berfikir dan beragama. Secara singkat toleransi dapat dikatakan sebagai suatu
sikap positif, dan menghargai orang lain dalam rangka menggunakan kebebasan asasi
sebagai manusia.
Kata toleransi dalam bahasa Inggris, “tolerance” memiliki arti sikap membiarkan,
mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan.
Sedangkan dalam bahasa Arab istilah toleransi ini merujuk kepada kata “tasamuh, as-
samahah” yaitu saling mengizinkan atau saling memudahkan.Menurut Micheal Wazler
(1997) mendefinisikan toleransi sebagai keniscayaan dalam ruang individu dan ruang
publik karena salah satu tujuan toleransi adalah untuk membangun hidup damai (peaceful
coexistence) diantara berbagai kelompok masyarakat dari berbagai perbedaan latar
belakang sejarah, kebudayaan dan identitas.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa toleransi adalah sikap menghargai perbedaan,
pandangan dan keyakinan antar individu maupun kelompok dalam rangka menciptakan
kehidupan yang damai. Dalam kehidupan sehari-hari diperlukan adanya sikap toleransi
agar manusia dapat hiduP berdampingan satu sama lain dan tidak terjadi gesekan-gesekan
antar sesama manusia yang berbeda pandangan ataupun keyakinan.
1. Toleransi dalam Islam

Kata toleransi secara eksplisit tidak ditemukan dalam Al-Qur’an, namun secara
implisit, bila yang dimaksud adalah sikap saling menghargai, menerima serta menghormati
keragaman budaya, perbedaan berekspresi maka hal itu jelas terdapat dalam Al-Qur’an
tentang hal-hal diatas.
Islam merupakan agama yang lengkap dan sempurna ajarannya meliputi seluruh
aspek kehidupan termasuk di dalamnya tentang hubungan antar manusia yang dapat
menciptakan kerukunan di antara mereka. Islam mengakui adanya titik temu yang bersifat
esensial dari berbagai agama, khususnya agama-agama samawi yakni kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai landasan untuk hidup bersama, hal ini dijelaskan
dalam firman Allah QS. ALI Imran : 64
Artinya: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah
kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula)
sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". Jika mereka
berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-
orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. Ali Imran: 64).
Maka dari itu dalam agama Islam, Al-Qur’an telah menjelaskan bahwa esensi dari
kehidupan adalah menghilangkan perselisihan yang mana hal ini apabila dibesar-besarkan
dapat menimbulkan permusuhan dan perpecahan antar manusia. dalam artian umat Islam
dianjurkan untuk senantiasa menjaga kedamaian dengan bersikap toleransi dan kerukunan
agar tida k menimbulkan perpecahan dan permusuhan antar umat manusia. Dalam Al-
Qur’an Allah berfirman:
Artinya: Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu
sembah. dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang aku sembah. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS.
Al-Kafirun: 1-6).
Dari surat Al-Kafirun tersebut terdapat konsep sikap toleransi dalam Islam.
Pertama, tidak diperkenankan selain umat muslim untuk beribadah sebagaimana umat
muslim. Kedua, orang Islam dilarang beribadah sebagaimana ibadah dan ritual yang
dilakukan oleh umat lain selain Islam dalam hal keagamaan. Ketiga, bahwa dalam
berkeyakinan itu sesuai dengan pilihan dan panggilan hati nurani masing-masing dan itu
berurusan dengan keyakinan masing-masing.

C. NILAI-NILAI TOLERANSI
Toleransi merupakan awal terbentuknya kerukunan, tanpa adanya toleransi tidak
mungkin tercipta sikap saling hormat-menghormati, kasih-mengasihi dan gotong-royong
salah satunya antar umat beragama. Tetapi pada masa sekarang ini toleransi sering disalah-
artikan dengan mengakui kebenaran semua agama, sehingga tidak jarang ada orang
mengikuti perayaan keagamaan lain tanpa diketahui, apakah itu acara biasa atau acara
meriah dengan dalih toleransi.
Makna toleransi dalam beragama adalah sebagai bentuk keterbukaan
akan adanya agama-agama lain sealain agama Islam dan juga adanya perbedaan dengan
agama-agama lain dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan, sistem dan
cara beribadah agama masing-masing. Dan selain itu menjaga kerukunan antar umat
bergama agar tercapainya kedamain antar sesama manusia. Allah berfirman dalam Q.S Al-
Baqarah ayat 256:
Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256).
Ibnu Abbas mengatakan ayat “laa ikraha fid din” diturunkan berkenaan dengan
seorang dari suku Bani Salim bin Auf bernama Al- Husaini bermaksud memaksa kedua
anaknya yang masih kristen. Hal ini disampaikan pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat tersebut.
Demikian pula Ibnu Abi Hatim meriwayatkan telah berkata bapakku dari Amr bin
Auf, dari Syuraih, dari Abi Hilal, dari Asbaq ia berkata, “Aku dahulu adalah abid (hamba
sahaya) Umar bin Khaththab dan beragama nasrani. Umar menawarkan Islam kepadaku
dan aku menolak. Lalu Umar berkata: laa ikraha fid din, wahai Asbaq jika anda masuk
Islam kami dapat minta bantuanmu dalam urusan-urusan muslimin”. Dari ayat ini terdapat
pesan bahwa Islam tidak memperkenankan pemeluk agama lain untuk memeluk agama
Islam dengan paksaan, hal ini dikarenakan seperti yang terdapat di ayat tersebut, tidak ada
paksaan dalam beragama.
Dalam sejarah kehidupan Islam, toleransi sudah ditunjukkan oleh kisah teladan
Nabi Muhammad SAW saat membagun Madinah. Setelah Nabi Muhammad SAW tiba di
Madinah, Nabi SAW melihat adanya pluralitas di kota Madinah. Jenis pluralitas yang ada
bukan karena etnis saja, tetapi juga perbedaan karena agama. Disamping penduduk yang
beragama Islam, ada pula penduduk yang beragama Yahudi, Nasrani bahkan Musyirikin.
Dengan adanya pluralitas tersebut, akhirnya Nabi SAW membangun toleransi dengan
Piagam Madinah.
Piagam Madinah adalah dokumen politik resmi pertama yang membicarakan
prinsip kebebasan beragama. Diantara butir-butir Piagam Madinah adalah penegasan
toleransi beragama untuk saling menghormati antar agama dan tidak menyakiti serta
melindungi anggota-anggota yang terikat dalam Piagam Madinah. Selain itu, saling tolong
menolong tanpa memperdulikan perbedaan juga masuk kedalam bentuk toleransi, karena
manusia adalah makhluk sosial dan akan kehilangan sifat kemanusiaanya bila tidak saling
tolong menolong.
Nilai-nilai toleransi dalam berbagai bidang kehidupan terutama antar umat
beragama memiliki nilai yang sama, yaitu:
1. Menghargai perbedaan pendapat, dan keyakinan orang lain
2. Tidak membeda-bedakan atau mendiskriminasi seseorang baik dari segi fisik,
ekonomi maupun aspek yang berbeda lainnya
3. Tidak memaksakan kehendak orang lain
4. Rukun, tolong menolong, gotong royong dalam kebaikan
5. Menghormati hak dan kewajiban antar umat beragama

D. RUANG LINGKUP AKHLAK


Pembagian akhlak berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua bagian yaitu akhlak
mahmudah (terpuji) dan akhlak madzmumah (tercela). Akhlak mahmudah yaitu perbuatan-
perbuatan terpuji, mulia atau baik seperti taat beribadah, selalu menepati janji,
melaksanakan amanah, sabar, berlaku sopan dalam ucapan dan segala perbuatan yang baik
menurut pandangan atau ukuran Islam. Sementara akhlak madzmumah adalah akhlak yang
jelek seperti perbuatan riya’, takabbur, mengadu domba, dengki, iri, kikir, dendam,
khianat, memutus silaturrahmi, durhaka terhadap orang tua, putus asa dan segala perbuatan
tercela menurut pandangan Islam.
Menurut Kahar Mansyur, ruang lingkup akhlak meliputi bagaimana seseorang
harus bersikap terhadap penciptanya, sesama manusia, terhadap keluarga, serta terhadap
masyarakatnya. Disamping lain meliputi bagaimana seharusnya bersikap terhadap makhluk
lain, seperti malaikat, jin, iblis, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
Ahmad Azhar Basyri menyebutkan cakupan akhlak meliputi semua aspek
kehidupan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk
sosial, makhluk penghuni, dan yang memperoleh bahan kehidupan dari alam, serta sebagai
makhluk ciptaan Allah. Dengan kata lain, akhlak meliputi akhlak pribadi, akhlak keluarga,
akhlak sosial, akhlak politik, akhlak jabatan, akhlak terhadap Allah dan akhlak terhadap
alam.
Berdasarkan uraian diatas, maka ruang lingkup akhlak dapat dibagi menjadi:
1. Akhlak Pribadi
Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya
seseorang itu menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insaf dan sadar kepada diri
sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri
dari jasmani dan rohani, di samping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan
semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan di mana pun saja manusia mempunyai
perbuatan.
2. Akhlak Berkeluarga
Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat. Kewajiban orang
tua terhadap anak, dalam Islam mengarahkan para orang tua dan pendidik untuk
memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran-ajaran yang bijak, setiap agama
telah memerintahkan kepada setiap orang yang mempunyai tanggung jawab untuk
mengarahkan dan mendidik, terutama ayah dan ibu untuk memiliki akhlak yang luhur,
sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara sabar,
terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai harga
diri, kehormatan dan kemuliaan.

Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia

dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. (Q.S Al-Isra: 23).
Seorang anak haruslah mencintai, berbakti kedua orang tuanya karena mereka lebih
berhak dari segala manusia lainnya untuk dicintai, ditaati dan dihormati. Karena keduanya
memelihara, mengasuh, dan mendidik, menyekolahkan, mencintai dengan ikhlas agar
menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat.
3. Akhlak Bermasyarakat
Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial
kemasyarakatan, kesusilaan/moral timbul di dalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu
tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak
dahulu manusia tidak dapat hidup sendiri–sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi
berkelompok-kelompok, bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling mempengaruhi,
ini merupakan apa yang disebut masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat
dapat lancar dan tertib jika tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak
menuruti aturan-aturan yang sesuai dengan norma-norma kesusilaan yang berlaku.
4. Akhlak Bernegara
Akhlak bernegara merupakan akhlak terkait dengan kehidupan dalam bernegara
seperti menghormati pemimpin (ulil amri), mencintai tanah air, musyawarah mufakat dan
sebagainya yang berhubungan dengan kebangsaan dan kenegaraan mencakup orang
banyak. Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang
sama denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup
bersama mereka dengan nasib dan penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa
engkau adalah salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka.
5. Akhlak Beragama
Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena
itulah ruang lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara
vertikal dengan Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.

E. PENUTUP

Setelah mendalami tentang nilai-nilai toleransi dan ruang lingkup akhlak pada bab
pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Toleransi adalah sikap menghargai perbedaan, pandangan dan keyakinan antar
individu maupun kelompok dalam rangka menciptakan kehidupan yang damai.
2. Islam merupakan agama yang menjadikan sikap toleransi sebagai bagian yang
penting untuk menciptakan kedamaian dan menghindari perpecahan. Dalam sejarah
Islam, toleransi telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam membangun
Madinah yang memiliki pluralitas budaya dan agama dengan dibuatnya Piagam
Madinah.
3. Nilai-nilai toleransi dapat berupa menghargai perbedaan pendapat, dan keyakinan
orang lain; tidak membeda-bedakan atau mendiskriminasi seseorang baik dari segi
fisik, ekonomi maupun aspek yang berbeda lainnya; tidak memaksakan kehendak
orang lain; rukun, tolong menolong, gotong royong dalam kebaikan; menghormati
hak dan kewajiban antar umat beragama.
4. Ruang lingkup akhlak dibagi menjadi 5 yaitu akhlak pribadi, akhlak berkeluarga,
akhlak bermasyarakat, akhlak bernegara dan akhlak beragama.

  
DAFTAR PUSTAKA.

Ahmad A.K. Muda. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta:


Reality Publisher. Hal 45-50
Arifin, M. Z. (2019). KONSEP TOLERANSI BERAGAMA DALAM
SURAT AL-BAQARAH MENURUT TAFSIR AL-IBRIZ DAN TAFSIR FAIDH
AR-RAHMAN (STUDI KOMPARASI).
Aslati, A. (2012). Toleransi Antar Umat Beragama dalam Perspektif Islam
(suatu Tinjauan Historis). TOLERANSI: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama,
4(1), 52-58.

Roviqi, Mugi Fikri Faris. 2019. Nilai Akhlak Toleransi Persepektif Tafsir
Ibnu Katsir (Kajian Nilai Akhlak Toleransi dalam Q.S. Al-Fath). Skripsi,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Diakses dari
http://digilib.uin- suka.ac.id/36924/1/12410091_BAB
%20I_IV_daftar_pustakapdf.pdf.
Toleransi (Def. 1, 2, 3) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Online. Diakses melalui https://kbbi.web.id/toleransi, 14 Oktober 2020.
Nilai (Def. 6) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online.
Diakses melalui https://kbbi.web.id/nilai, 14 Oktober 2020.

Anda mungkin juga menyukai