Anda di halaman 1dari 6

Kerajaan Kutai dan Kerajaan Hindu – Budha

Disusun Oleh :

Anugrah

Ramzi

Zaki

Adit

Kelas X TOI

SMK NEGERI 2 TEBING TINGGI

TAHUN AJARAN 2023/2024


Kerajaan Kutai dan Kerajaan Hindu-Budha

1. Kerajaan Kutai

Sejarah Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai diyakini sebagai kerajaan Hindu tertua di Indonesia berdasarkan adanya
prasasti Yupa. Yupa diidentifikasi sebagai bukti sejarah kerajaan ini dengan pengaruh Hindu-
Buddha karena bahasa yang digunakannya adalah bahasa Sanskerta dengan bentuk huruf
tulisannya yaitu Pallawa

Sanskerta adalah bahasa Hindu asli, sementara Pallawa adalah huruf penulisan yang dipakai
oleh penganut Hindu di India Selatan sekitar tahun 400 Masehi.

Dari Yupa diketahui pendiri Kerajaan Kutai adalah Aswawarman, bukan Kudungga yang
merupakan raja pertama kerajaan itu. Kudungga diduga merupakan kepala suku daerah
setempat yang setelah ia mengenal kebudayaan Hindu India mengubah struktur pemerintahan
menjadi kerajaan.

Dilihat dari namanya pula, Kudungga diyakini merupakan nama Indonesia asli. Ini karena
nama Kudungga mirip dengan nama Bugis Kadungga. Meski begitu, penguasa Kutai
berikutnya adalah keturunan dari Kudungga.

Raja Kutai selanjutnya memeluk agama Hindu dan memakai nama Sanskerta, yakni
Aswawarman. Bisa dilihat dari kata 'warman' pada namanya yang menjadi ciri bahwa ia
adalah penganut Hindu secara penuh.
Dengan begitu, Aswawarman dipercaya merupakan pendiri Kerajaan Kutai. Kudungga tidak
dianggap sebagai pendiri lantaran keluarga raja pada kala itu terbatas pada orang yang telah
menyerap kebudayaan Hindu India dalam kehidupan sehari-harinya.

Raja-raja yang Memerintah Kerajaan Kutai

Penguasa Kerajaan Kutai yang pertama adalah raja Kudungga, dan ia memiliki putra bernama
Aswawarman. Aswawarman kemudian menggantikan ayahnya dan ia dipercaya sebagai raja
pertama Kutai yang menganut Hindu.

Karena itu juga, Aswawarman juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kutai, sehingga ia diberi
gelar 'Wangsakerta' yang artinya pembentuk keluarga. Ia mempunya tiga orang anak, dan
yang menjadi raja berikutnya menggantikan dirinya adalah Mulawarman.

Raja Mulawarman merupakan penguasa Kerajaan Kutai yang terbesar dan memeluk agama
Hindu-Siwa. Ia kerap disamakan dengan Dewa Matahari karena sangat dekat dengan
kaumnya, mulai dari rakyat biasa sampai golongan brahmana yang datang ke Kutai.

Menurut cerita, Raja Mulawarman sangat dermawan. Ia memberikan hadiah berupa minyak,
lampu, beserta 20.000 ekor lembu kurban untuk kaum brahmana sebagai ungkapan terima
kasih. Sebagai balasannya, para brahmana mendirikan Yupa untuk memperingati upacara
kurban tersebut.

Kondisi Kerajaan Kutai

Kerajaaan Kutai memiliki stabilitas politik yang baik di era Raja Mulawarman. Disebutkan
dalam Yupa bahwa Mulawarman adalah penguasa yang bijaksana dan kuat.

Dari segi sosial, Kerajaan Kutai memiliki perpaduan kebudayaan antara India dan lokal. Ini
bisa dilihat dari prasasti Yupa yang berbahasa Sanskerta dan bertuliskan huruf Pallawa. Yupa
diyakini dibuat oleh golongan brahmana karena merekalah yang menguasai bahasa dan
tulisan tersebut.
Kaum lain di Kerajaan Kutai adalah golongan ksatria yang terdiri dari kerabat Raja
Mulawarman. Selain itu, ada juga kaum rakyat Kutai Purba yang merupakan penduduk
setempat yang masih memegang kepercayaan asli leluhur mereka.

Kehidupan sosial Kerajaan Kutai memiliki hubungan yang baik antara satu sama lainnya. Ini
karena Raja Mulawarman yang dekat dengan rakyatnya. Ia juga sangat dihormati dan
disegani oleh masyarakat Kutai.

Perekonomian Kerajaan Kutai dianggap sudah maju lantaran Raja Mulawarman yang
sanggup memberi hadiah sebanyak 20.000 ekor sapi. Ini juga menjadi ciri bahwa mata
pencaharian penduduk Kutai adalah beternak.

Selain itu, mata pencaharian lainnya diduga terletak pada bidang pertanian dan perdagangan,
mengingat letak kerajaan ini yang berada di tepi Sungai Mahakam. Lalu lintas perdagangan
memanfaatkan jalur sungai itu juga. Diperkirakan pula, perniagaan Kutai telah terhubung
dengan sejumlah negara internasional, seperti Filipina, India, hingga Cina.
2. Kerajaan Hindu-Budha

Hindu-Buddha menjadi salah satu agama yang berkembang pesat di Nusantara pada masa
lampau. Pengaruh agama Hindu mencapai Nusantara diperkirakan sejak abad ke-1.
Perkembangan pesat agama Hindu diikuti dengan berdirinya banyak kerajaan bercorak Hindu
saat itu. Beberapa kerajaan yang berdiri sekitar abad ke-4, yaitu Kerajaan Kutai Martapura di
Kalimantan Timur, Tarumanagara di Jawa Barat, Kerajaan Kalingga di Pantai Utara Jawa
Tengah, dan Kerajaan Bedahulu di Gianyar.

Adapun kerajaan Hindu kuno di Nusantara yang menonjol adalah Kerajaan Medang karena
dikenal membangun Candi Prambanan. Sejak itulah, agama Hindu kemudian menyebar
bersama dengan Buddhisme di seluruh Nusantara dan mencapai puncak pengaruhnya pada
abad ke-14.

Agama Buddha di sisi lain pertama kali masuk ke Nusantara (sekarang Indonesia) sekitar
abad ke-5 Masehi jika dilihat dari penginggalan prasasti-prasasti yang ada. Diduga pertama
kali dibawa oleh pengelana dari Tiongkok bernama Fa Hsien. Kerajaan Buddha pertama kali
yang berkembang di Nusantara adalah Kerajaan Sriwijaya yang berdiri pada 600 sampai
1377.

Kerajaan Sriwijaya pernah menjadi salah satu pusat pengembangan agama Buddha di Asia
Tenggara. Hal ini terlihat melalui catatan seorang sarjana dari Tiongkok bernama I-Tsing,
yang melakukan perjalanan ke India dan Nusantara, serta mencatat perkembangan agama
Buddha di sana.
Berikut beberapa kerajaan Hindu-Buddha yang pernah berdiri di Nusantara dan memiliki
pengaruh besar pada masa kejayaannya.

Daftar Kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia

1. Kerajaan Kutai Martapura

2. Kerajaan Tarumanagara

3. Kerajaan Medang

4. Kerajaan Sriwijaya

5. Kerajaan Kadiri

6. Kerajaan Singhasari

7. Kerajaan Majapahit

Anda mungkin juga menyukai