intelektual sebagai tolok ukur keberhasilan belajar seorang anak. Berikan pendapat
Anda tentang fenomena ini
NAMA : RIYAN PRAYOGA
NIM : 855755441
UPBJJ : PALEMBANG
POKJAR : MUARA BELITI
Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ (Intelligence Quotient)
memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar. Menurut penyelidikan, IQ atau daya
tangkap seseorang dapat ditentukan seorang tersebut umur 3 tahun. Daya tangkap sangat dipengaruhi oleh
garis keturunan genetik yang dibawanya dari keluarga ayah dan ibu disamping faktor gizi makan yang
cukup.
IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai orang dewasa, kecuali bila ada sebab
kemunduran fungsi otak seperti penuaan dan kecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seorang murid
belajar dan memahami berbagai ilmu. Daya tangkap yang kurang merupakan penyebab kesulitan belajar
pada seorang murid, di samping faktor lain, seperti gangguan fisik (demam, lemah, sakit) dan gangguan
emosional. Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada saat ia mulai berkata-kata. Ada hubungan
langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya. Apabila seorang anak dengan IQ tinggi
maasuk sekolah, penguasaan bahasanya akan cepat dan banyak. Kematangan intelektual menjadi persyarat
pelajar yang baik bagi siswa. Demikian juga kematangan psikologis dan kepribadian. Salah satu ciri
kematangan intelektual siswa adalah kemampuannya mentoleransi ketidakpastian, menahan persetujuan,
kemampuan untuk kontradiksi, serta mengakui manfaat atas konsep dan pendapat yang berlawanan tanpa
skeptisme dan rivalitas. Sedangkan Setiap orang memiliki kecerdasan yang beragam, baik intelektual
maupun non intelektual. Tolak ukur keberhasilan anak dengan pemikiran seperti itu adalah keliru, karena
kita semua diciptakan dengan talenta yang berbeda-beda. Keberhasilan anak yang sebenarnya ialah saat
anak mampu berprestasi dengan bakat yang ia miliki, bukan terpaku pada kecerdasan intelektual.
Permasalahan 1
Pada masa kemerdekaan muncul beberapa usaha pada pendidikan nonformal dan
informal, jelaskan apa dampak positif dan negatif dari pergerakan pendidikan tersebut
?
Permasalahan 2
Menurut anda, apakah pendidikan informal pada saat ini sudah berkualitas baik ?
Jelaskan disertai alasan
Forum diskusi 4 ini akan membahas permasalahan yang terkait dengan persoalan
integrasi bangsa.
Indonesia adalah negara yang majemuk. Dari segi sosial Indonesia adalah negara yang
terdiri atas berbagai macam suku, agama, ras yang berbeda-beda. Salah satu yang
hingga kini masih menjadi persoalan adalah persoalan intoleransi beragama. Dalam
beberapa kasus, perilaku intoleransi yang dilakukan oleh masyarakat masih saja
terjadi.
Menurut pendapat Anda, mengapa perilaku intoleransi ini bisa terjadi? Lalu, apa
gagasan yang bisa Anda sumbangkan untuk mengatasi persoalan intoleransi ini?
Petunjuk umum dalam melakukan diskusi : Silahkan anda kemukakan pendapat anda
dengan berdasar pada studi kasus, teori, bersumber dari BMP, dan juga dasar hukum
yang berlaku saat ini. Jangan lupa cantumkan sumber referensi
Indikator penilaian :
Mengemukakan pendapat dengan berdasar pada studi kasus, teori, bersumber dari
BMP, dasar hukum yang berlaku saat ini, mencantumkan sumber referensi.!!
Selamat Berdiskusi...
NIM : 855755441
UPBJJ : PALEMBANG
POKJAR : MUARA BELITI
Tidak ada orang yang begitu lahir lalu bisa membenci dan intoleran. Pasti ada yg mengajari. Jika
orang bisa dijari untuk intoleran, pastinya juga bisa diajari untuk toleran. Mengingat toleransi dapat
mewujudkan kehidupan beragama yang rukun dan damai, maka sikap toleransi antar umat beragama
harus lebih ditingkatkan lagi. Oleh karena itu, pemahaman tentang arti dari toleransi sendiri sangat
diperlukan.
Bisa diartikan, toleransi adalah suatu sikap saling menghormati dan menghargai antar kelompok atau
antar individu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Seseorang yang memiliki sikap toleransi,
terutama terkait dengan agama, akan melihat perbedaan tidak sebagai pertentangan, permusuhan,
tetapi sebagai suatu keniscayaan. Karena orang beragama adalah orang yang toleran mampu
menerima, menghargai, dan memberi kebebasan kelompok lain bagi yang seagama maupun yang
berbeda agama.
Pengamatan saya adalah bahwa intoleransi mengakar kuat pada 'insecurity', rasa tidak aman akan
perbedaan, rasa tidak aman karena dis-informasi yang terjadi turun temurun. Rasa tidak aman
terhadap perbedaan berasal dari otak purba dimana jika kita tidak berkumpul dalam suku maka
kemungkinan survival kita lebih kecil. Sayangnya mentalitas seperti ini masih terbawa sampai
sekarang dan membuat manusia berpikir sempit bahwa agama-ku lah yang paling benar, diluar itu
salah.
Di Indonesia sendiri yang diketahui mayoritas besar penduduknya beragama muslim, sering terjadi di
beberapa daerah terjadi konflik agama. Dan bisa dikatakan beberapa umat muslim di Indonesia
kurang bisa menghargai agama lain karena merasa agama Islamlah yang paling benar. Dan
perpecahan yang sering terjadi di Indonesia salah satu penyebabnya adalah kekurangan
pengetahuan yang dalam mengenai agama. Ijtihad sebetulnya secara inheren melibatkan banyak
ilmu. Bukan ijtihad bila dilakukan tanpa ilmu. Ijtihad memerlukan pengetahuan yang komprehensif
tentang Islam, dan ini berarti, hanya sekelompok orang kecil yang dapat melakukannya. (Rakhmat,
2006)
Contoh kasus, seperti penolakkan terhadap pembangunan rumah ibadah diluar agama Islam.
Sederhananya saja, rumah ibadah yang dijadikan sebagai tempat ternyaman untuk melakukan
pendekatan kepada Tuhan harus dilarang keras. Padahal memberikan izin untuk membangun sebuah
rumah ibadah untuk umat lain bukanlah dosa besar.
Pernah muncul dimedia sosial twitter, foto mengenai surat dari pemerintah disuatu daerah yang
melarang agama lain untuk mengganggu kegiatan umat muslim di bulan Ramadhan. Padahal
menurut umat agama lain sendiri, mereka sama sekali tidak pernah mengganggu apalagi ikut campur
dalam kegiatan tersebut. Mereka benar-benar merasa sedih, kecewa dan marah mengenai hal
tersebut.
Lalu kasus yang paling sering dibahas saat menjelang akhir tahun, mengucapkan selamat natal
kepada umat kristen yang sedang merayakan. Terdapat pro dan kontra dalam hal ini, ada kubu yang
memperbolehkan, ada yang tidak. Sekali lagi lihat dari sudut pandang toleransi, bukankah kita bisa
banyak larangan untuk berinteraksi terhadap umat agama lain?" Dan Al-Qur'an memberi jawabannya.
"Untuk tiap-tiap diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekirannya Allah
menghendaki niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, Tetapi Allah hendak menguji kamu
terhadap pemberiannya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah
kembali kamu semuanya. Lalu diberitahukannya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu" -
(Q.S al-Maidah : 48)
Sudah jelas ayat diatas, bahwa Allah memang menciptakan agama berbeda-beda, karena keragaman
tersebut dimaksudkan untuk menguji kita semua agar berlomba-lomba dalam mengejar kebaikan.
Karena pada akhirnya semua agama itu akan kembali kepada Allah, baik Islam, Kristen Protestan,
Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Cu, dan macam-macam agama lain di dunia. Dan tugas kita disini
untuk menyelesaikan perbedaan di antara berbagai agama dengan sikap toleransi. Kita tidak boleh
mengambil perbedaan agama dengan cara apapun, termasuk dengan fatwanya. Ingatlah bahwa
Gagasan yang bisa saya sumbangkan? setiap orang sebaiknya belajar mengolah kesadaran nya,
mengolah pikiran, logika dan empati nya. Belajar open minded bahwa kebenaran selalu relatif dan
kontekstual. Belajar menyadari bahwa agama adalah benar2 urusan vertikal, belajar 'secure' terhadap
perbedaan.
Sumber : https://www.kompasiana.com/farahaliyya1592/5d0e1d820d82305e9a62d2c3/sikap-
toleransi-masyarakat-indonesia-terhadap-perbedaan-agama-di-indonesi
NAMA : RIYAN PRAYOGA
NIM : 855755441
UPBJJ : PALEMBANG
POKJAR : MUARA BELITI
Pendidikan formal adalah pendidikan disekolah yang dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang diluar pendidikan formal
yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan Nonformal dan informal pada lingkungan keluarga sebagai cerminan Baik buruknya
pendidikan keluarga itu ditentukan oleh kepala keluarga yang masing-masing dalam mengatur
anggota keluarganya. Dampak positif dari pendidikan nonformal dan informal adalah anak dapat
menjadi lebih dekat dengan orang tuanya dan orangtua dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki
anaknya secara langsung, sehingga dapat membentuk karakter pada diri anak dari usia dini hingga
dewasa.
Dampak positif
Menjadikan masyarakat yang tidak paham tentang ilmu menjadi lebih tau.
Dapat menjadikan masyarakat Indonesia menjadi lebih kreatif dan mau mengembangkan diri.
Masyarakat memiliki bekal untuk mencari pekerjaan.
Dampak negatif
Permasalahan 2
Pendidikan informal Yaitu Pendidikan yang menekankan pada proses yang jauh lebih bermakna
dibandingkan dengan pendidikan formal maupun non formal. Hasil dari pendidikan formal juga
dapat dijadikan bahan belajar baik dalam pendidikan formal maupun masih dalam lingkup
pendidikan formal. Dari masyarakatlah kita mengenal adat istiadat, gotong royong, dll.
Jadi, pendidikan informal itu penting. Karena bukan hanya disekolah kita belajar, tapi lingkungan
keluarga dan masyarakat juga tempat kita belajar dan mengambil berbagai pelajaran berharga
sehingga pendidikan tersebut dapat berlangsung secara alamiah tanpa kita sadari terjadi di dalam
lingkungan hidup sehari hari. dan Pendidikan informal berlangsung di dalam keluarga dan
masyarakat. Pengetahuan, sikap, nilai-nilai, norma-norma, adat, kebiasaan, dan keterampilan-
keterampilan tertentu diwariskan masyarakat dan diperoleh anak atau individu anggota masyarakat
antara lain melalui pendidikan informal. Akan menambahkan pendidikan dalam keluarga yang
bertujuan agar anak menjadi pribadi yang mantap, bermoral, dan menjadi anggota masyarakat yang
baik.Sudah menjadi tanggung jawab orang tua untuk mendidik anaknya menjadi individu-individu
yang memiliki akhlak mulia, sehingga siap menjadi anggota masyarakat. Tugas dan kewajiban
tersebut tidak mudah dipindah tangankan.
Menurut saya pada saat ini pendidikan informal belum berkualitas baik
Contoh:
Saat ini kebanyakan kedua orang tua sibuk bekerja hingga melupakan tugasnya sebagai orang tua.
Kebanyakan mereka dengan cara tidak langsung menyerahkan tugasnya kepada sekolah. tugas itu
juga dibebankan kepada guru. Dan ketika anaknya nakal, secara otomatis orang tuanya akan kembali
menyalahkan guru.Proses pendidikan informal terjadi ketika orang tua mengajarkan anaknya
berbicara, berjalan, makan, memakai pakaian, berbicara santun, dan lain-lain. Karakter seorang anak
tidak jauh dengan karakter orang tuanya. Anak akan menjadikan orang tua sebagai contoh yang
teladan untuknya. Tapi, bagaimana bisa dijadikan teladan, sedangkan waktu untuk bersama anaknya
sangat jarang. Selain dalam keluarga, pendidikan informal juga terjadi di masyarakat. Lingkungan
masyarakat baik dari pergaulan anak sebaya, dan percakapan sehari-hari yang mengandung
berbagai muatan pengetahuan, nilai-nilai, norma-norma, sikap, keterampilan yang tanpa di sadari
merupakan suatu kegiatan pendidikan. Pendidikan informal menekankan pada proses yang jauh
lebih bermakna dibandingkan dengan pendidikan formal maupun non formal. Hasil dari pendidikan
formal juga dapat dijadikan bahan belajar baik dalam pendidikan formal maupun masih dalam
lingkup pendidikan formal. Dari masyarakat, kita dapat mengenal adat istiadat, gotong royong, dan
lain-lain.
Alasanya
Karena pendidikan informal itu sangat penting, dan bukan hanya disekolah saja kita belajar, tapi
lingkungan keluarga dan masyarakat juga tempat kita belajar dan mengambil berbagai pelajaran
yang berharga dan disitulah anak akan terbentuk kepribadiannya dilihat dari pendidikan
informalnya dirumah dengan orang tua juga keluarganya.
Sumber referensi:
1).https://ariefrahmans.wordpress.com/pengaruh-pendidikan-formal-non-formal-dan-informal-
terhadap-prestasi-pendidikan
2).https://news.detik.com/kolom/d-5251863/menata-kembali-pendidikan-informal
3. https://www.kompasiana.com/bahasa.kita/5528cfa3f17e61440a8b456b/pendidikan-informal-
seberapa-penting