Anda di halaman 1dari 3

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang didalamnya terdapat beragam suku bangsa,

kepercayaan, seni dan budaya, agama, bahasa daerah dan sebagainya. Negara Indonesia juga
merupakan negara yang menjunjung tinggi sikap toleransi. Semangat toleransi ini sudah melekat
pada masyarakat Indonesia sejak zaman penjajahan untuk mempersatukan bangsa demi melawan
penjajah.

Advertisement
Seiring dengan berjalannya waktu, sebagian manusia saat ini lebih mementingkan diri sendiri
sehingga sikap toleransi dari waktu ke waktu mulai memudar. Dengan banyaknya peristiwa yang
menyudutkan nilai toleransi, Indonesia yang menjunjung tinggi semangat toleransi kini
dipertanyakan. Apa jadinya Negara Indonesia jika tidak lagi menjunjung semangat toleran?

Sebagai masyarakat Indonesia, wajib hukumnya untuk menjunjung tinggi Pancasila sebagai dasar
negara yang mengandung penuh arti toleransi.

Adanya toleransi yang tertanam dalam diri masyarakat Indonesia akan membuat masyarakat
Indonesia saling menghormati dan menghargai antar sesama, menumbuhkan rasa nasionalisme,
terhindar dari pengaruh eksternal yang dapat memutuskan keeratan bangsa, membangun
perkembangan negara, serta menyejahterakan kehidupan masyarakat Indonesia.

Advertisement
Hal ini mengakibatkan perpecahan yang disebabkan oleh adanya perbedaan akan minim terjadi
karena berpegang teguh dengan arti Bhinneka Tunggal Ika.

Pada kenyataannya, saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang menghiraukan semangat
toleransi sehingga timbul berbagi kasus intoleransi di Indonesia. Kasus intoleransi yang sering
terjadi biasanya bersangkutan dengan agama.

Advertisement
Kasus intoleransi dan kekerasan beragama akhir-akhir ini seperti penyerangan terhadap ulama yang
terjadi di Lamongan, bom yang diledakkan di gereja yang berada di Surabaya sehingga mengambil
beberapa nyawa manusia, perusakan masjid di Tuban, ancaman bom di klenteng yang bertempat di
Karawang, dan masih banyak lagi.

Bahkan, intoleransi sudah masuk ke dalam dunia pendidikan yang terjadi pada tahun 2017 lalu
bahwa terdapat siswa yang menolak ketua OSIS karena perbedaan agama. Hal ini sangat
disayangkan dan memprihatinkan karena siswa merupakan penerus bangsa yang seharusnya
memegang teguh nilai Pancasila yang diajarkan dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan.
Semangat toleransi bukan hanya dipelajari melalui teori, tetapi juga harus diterapkan dalam
kehidupan.

Maraknya peristiwa intoleransi sangat mengganggu perdamaian kehidupan masyarakat karena


bersangkutan dengan keamanan masyarakat. Berbagai ancaman dapat datang karena tidak adanya
sikap toleransi. Konflik yang sangat hangat dibahas akhir-akhir ini adalah seperti bidang politik yang
dicampur dengan unsur agama sehingga banyak sekali kontra yang datang dari masyarakat dan
menimbulkan perpecahan.

Masyarakat sesungguhnya berhak untuk menyampaikan pendapat mengenai peristiwa yang terkait,
akan tetapi lebih baik mengungkapkan dengan tutur kata yang benar dan tidak menyinggung SARA
atau pihak tertentu. Intoleransi tidak hanya menyebabkan konflik dan perpecahan, tetapi juga dapat
menghambat perkembangan negara.

Dari kasus intoleransi yang ada, dapat dilihat bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak
memahami dan mempelajari arti kesatuan dan kebersamaan yang diterapakan oleh para pahlawan
dan rakyat Indonesia dalam melindungi negara dari para penjajah tanpa mengenal perbedaan.

Selain itu, terlihat juga bahwa masyarakat yang intoleran masih belum bisa berpikir, bertutur kata
dan berperilaku secara intelektual atau terdidik. Pendidikan kewarganegaraan harus lebih
ditegaskan mengenai arti toleransi dan mengajarkan para pelajar untuk menerapkan semangat
toleransi dalam kehidupan. Apa jadinya negara Indonesia apabila generasi penerus bangsa
kehilangan semangat toleran?

Keamanan dan kesejahteraan bangsa berawal dari masyarakat didalamnya. Karena persatuan antar
masyarakat dan umat beragama merupakan unsur utama agar tidak terjadi perpecahan dalam
negara serta menimbulkan kedamaian dan kesejahteraan bangsa.

Peran dan tindakan nyata masyarakat harus diawali dengan hati nurani dan kesadaran akan
pentingnya menjaga keutuhan negara Indonesia dengan menumbuhkan semangat toleransi.
Tumbuhnya toleransi dari diri masyarakat akan berlanjut pada rasa menjalin hubungan silaturahmi
antar masyarakat dan antar umat beragama.

Apabila dilihat dari sudut keagamaan, hal ini dapat dilakukan dengan cara menghargai setiap umat
beragama yang sedang beribadah, seperti tidak makan atau minum di depan umat Islam yang
sedang menjalankan ibadah puasa, umat yang beragama Muslim dan yang tidak merayakan natal
dapat menjaga gereja pada saat berjalannya ibadah, tidak membuat gaduh pada saat nyepi di Bali,
dan sebagainya.

Hal lain yang dapat dilakukan adalah menghargai perbedaan perilaku dan budaya masyarakat yang
datang dari daerah yang berbeda-beda. Mengapa harus gaduh karena perbedaan sedangkan
semangat toleransi menimbulkan kedamaian?

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika harus ditanamkan untuk menghindari runtuhnya semangat
toleransi dengan menyatukan perbedaan yang ada. Sikap toleransi harus mulai diterapkan kepada
anak-anak sejak dini. Perilaku anak-anak merupakan cerminan dari perilaku orang dewasa yang
ada disekitarnya, khususnya orang tua.

Pendidikan tidak hanya didapatkan di sekolah, tetapi juga dari lingkungan sosial dan keluarga.
Orang tua harus mulai mengajarkan nilai-nilai toleransi kepada anaknya dengan mengajarinya untuk
berperilaku, bertutur kata dan tidak boleh membeda-bedakan antar sesama.

Salah satu tindakan nyata yang dapat dilakukan orang tua untuk mengajarkan sikap toleransi adalah
membaurkan anak dengan teman atau saudara-saudaranya yang berbeda keyakinan dengannya
agar menimbulkan keakraban. Anak akan tumbuh menjadi manusia yang memiliki kepribadian dan
moral yang baik apabila telah dibimbing sejak dini.

Mencegah adanya konflik dan perpecahan dalam negara merupakan tugas masyarakat Indonesia.
Termasuk juga seorang mahasiswa yang merupakan cerminan diwajibkan menjunjung tinggi nilai
toleransi pada era globalisasi ini dengan menerima berbagai perbedaan pendapat dalam
berorganisasi, bersikap jujur, bertindak dan berpikir sebagai manusia secara intelektual, saling
menghormati tanpa membedakan etnis dan ras.
Hal ini dilakukan oleh masyarakat Indonesia guna merendamkan ketegangan konflik yang
menimbulkan perpecahan dalam negara.

https://news.idntimes.com/indonesia/rochmanudin-wijaya/linimasa-kasus-intoleransi-dan-kekerasan-
beragama-sepanjang-2/full

Anda mungkin juga menyukai