Anda di halaman 1dari 16

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap negara memiliki ragam budaya dan karakter yang khas yang
membedakannya dengan negara lain. Keragaman budaya ini dapat menimbulkan
kekhasan yang unik pada setiap masyarakat dari bahasa, agama, suku, ras, warna
kulit, dan adat istiadat. Padangan positif tentang keragaman menimbulkan
persatuan bangsa dengan berbagai tantangan di era globalisasi. Indonesia
merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dan
1.128 suku bangsa,dengan kultur budaya dan sosial yang sangat beragam.
Berbagai suku, budaya, agama, ras dan tata berperilaku masyarakatnya dalam
bersosialisasi mewarnai kehidupan bertoleransi di Negara Indonesia. Bahkan di
era perjuangan kemerdekaan hingga akhirnya Indonesia dapat meraih
kemerdekaan secara mandiri, dikarenakan semangat toleransi para pejuang
kemerdekaan dengan menanggalkan latar belakang suku, ras, serta agama, yang
menimbulkan semangat persatuan dan kesatuan seluruh masyarakat Indonesia
untuk mengusir para penjajah dari Indonesia.

Semangat toleransi yang dibalut dengan rasa nasionalisme dan rasa cinta
tanah air saat ini harus tetap dijunjung tinggi dalam rangka mengisi kemerdekaan
Indonesia terutama oleh para generasi muda kita. Dengan menghayati makna
toleransi tersebut, maka kehidupan bermasyarakat dalam perbedaan suku, agama
dan ras dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Bahkan toleransi dapat memberi
peran dan manfaat yang luas bagi berbagai masyarakat yang memiliki perbedaan
latar belakang yang berankeragam terkhusus di Indonesia. Adanya kemajemukan
ini juga menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang
mengerti dan memahami serta menghargai akan perbedaan baik dari segi bahasa,
suku, budaya, dan agama dengan berlandaskan sikap toleransi.
commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id

Toleransi sendiri berasal dari bahasa latin tolerantia, berarti kelonggaran,


kelembutan hati, keringanan dan kesabaran (Hornby, 1995:67). Secara umum
istilah toleransi mengacu pada sikap terbuka, lapang dada, suka rela dan
kelembutan. Sementara itu, (Walzer, 1997:56) mengartikan toleransi sebagai
sikap saling menghormati, saling menerima, saling menghargai di tengah
keragaman budaya, kebebasan berekspresi dan karakter manusia. Toleransi harus
didukung oleh cakrawala pengetahuan yang luas, bersikap terbuka, dialog,
kebebasan berpikir dan beragama. Pendek kata toleransi setara dengan sikap
positif, dan menghargai orang lain dalam rangka menggunakan kebebasan asasi
sebagai manusia.

Sementara itu, Ahmad Atabik menjelaskan dalam jurnal Percampuran


Budaya Jawa Dan Cina. Harmoni dan Toleransi Beragama Masyarakat Lasem,
sabda, volume 11, tahun 2016, Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi
berasal dari kata "toleran" yang mempunyai padanan dalam bahasa Inggris
tolerance. Toleransi dalam bahasa Arab adalah tasamuh, (Ibnu Mandzur,
Maktabah Syamilah) berarti membiarkan sesuatu untuk dapat saling mengizinkan
dan saling memudahkan. Toleransi juga mempunyai arti kesabaran, ketahanan
emosional, dan kelapangan dada.

Agus Supriyanto (2017:63) menjelaskan melalui teori yang dikembangkan


Tillman (2004) mengenai butir-butir refleksi dari karakter toleransi tersebut
adalah: kedamaian adalah tujuan; toleransi adalah terbuka dan reseptif pada
indahnya perbedaan; toleransi menghargai individu dan perbedaan; toleransi
adalah saling menghargai satu sama lain; benih dari intoleransi adalah ketakutan
dan ketidakpedulian; benih dari toleransi adalah cinta; jika tidak cinta tidak ada
toleransi; yang tahu menghargai kebaikan dalam diri orang lain dan situasi
memiliki toleransi; toleransi berarti menghadapi situasi sulit; dan toleransi
terhadap ketidaknyamanan hidup dengan membiarkan berlalu, ringan, dan
membiarkan orang lain. Butir-butir refleksi karakter toleransi tersebut akan
mengantarkan kedamaian antar individu di masyrakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 3
digilib.uns.ac.id

Menurut Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK)


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017:2), meski dikatakan sebagai
sikap yang sederhana akan tetapi toleransi memiliki dampak yang sangat positif
bagi integritas bangsa dan kerukunan masyarakat. Mengingat Indonesia
merupakan negara dengan keragaman budaya, suku bangsa, kepercayaan, agama,
dan bahasa daerah. Maka menanamkan sikap toleransi adalah penting untuk
menciptakan ketentraman dalam hidup bermasyarakat sekaligus untuk
mendukung keberhasilan pembangunan Indonesia.

Toleransi itu cukup mensyaratkan adanya sikap membiarkan dan tidak


menyakiti orang atau kelompok lain, baik yang berbeda maupun yang sama
(Casram, 2016:191). Toleransi ditumbuhkan oleh kesadaran yang bebas dari
segala macam bentuk tekanan atau pengaruh serta terhindar dari hipokrisis.
Toleransi mengandung pengertian untuk memungkinkan terbentuknya sistem
yang menjamin keamanan pribadi, harta benda dan unsur-unsur minoritas yang
terdapat dalam masyarakat. Ini direalisasikan dengan menghormati perbedaan dari
berbagai aspek latar belakang, moralitas dan lembaga-lembaga mereka serta
menghargai pendapat orang lain dan perbedaan-perbedaan yang ada di
lingkungannya tanpa harus berselisih dengan sesamanya hanya karena berbeda
pendapat dan latar belakang. Dalam kaitan dengan masyarakat yang majemuk,
toleransi mencakup masalah-masalah sosial masyarakat yang ada pada diri
manusia.

Akan tetapi dewasa ini, sikap toleransi belum sepenuhnya dijadikan


landasan dalam bermasyarakat terutama generasi muda kita yang sebagian besar
merupakan anak usia sekolah. Hal ini ditunjukkan bahwa semua survei
menunjukkan indikasi bahwa masyarakat Indonesia semakin tidak toleransi
terhadap berbagai perbedaan. Hal tersebut diperkuat penelitian Yuni Maya Sari
(2014:16), bahwa sikap toleransi yang merupakan jati diri bangsa Indonesia kini
mengalami penurunan, sehingga berimbas pada berbagai aspek dalam kehidupan.
Berbagai permasalahan di kalangan siswa sekolah dapat diamati dalam kehidupan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 4
digilib.uns.ac.id

sehari-hari, seperti pemberitaan media massa yang menunjukkan bahwa sikap


toleransi dalam kehidupan berbangsa di kalangan pelajar semakin menurun.

Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Sekretariat Jenderal


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017:4), menyatakan terdapat satu
temuan yang memperihatinkan dari indikator sikap toleransi ini adalah jika
membandingkan data Susenas tahun 2012 dengan data Susenas tahun 2014 karena
ditemukan sedikit penurunan tren sikap toleransi. Apabila mencermati kondisi
Indonesia belakangan ini di mana mulai muncul berbagai konflik antar suku
bangsa dan antar agama. Hal ini cukup membahayakan bagi persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia dan jika kondisi ini terus dibiarkan maka
dikhawatirkan dapat menimbulkan perpecahan yang semakin luas dan dapat
berdampak mengganggu kelancaran pembangunan di Indonesia. Oleh karena itu
salah satu elemen terpenting dalam penanaman sikap toleransi adalah melalui
pendidikan.

Kompleksitas permasalahan seputar toleransi, karakter atau moralitas telah


menjadi pemikiran sekaligus keprihatinan bersama. Krisis karakter atau moralitas
yang berdampak pada rendahnya toleransi di tandai oleh meningkatnya kejahatan
tindak kekerasan, tawuran antar pelajar, penyalah gunaan obat terlarang,
pornografi dan pornoaksi, serta serta pergaulan bebas yang menjadi patologi
dalam dalam masyarakat. Kondisi seperti ini muncul karena proses pembelajaran
cenderung mengajarkan pendidikan moral dan budi pekerti sebatas tekstual
semata dan kurang mempersiapkan pembelajar untuk menyikapi kehidupan yang
kontradiktif tersebut. Permasalah tersebut hanyalah secara umum yang ada
dikalangan remaja. Masih banyak lagi permasalah yang muncul dengan seiring
dengan perkembangan zaman yang semakin lama semakin memprihatinkan.

Pendidikan adalah salah satu bidang yang sangat menentukan dalam


kemajuan suatu Negara. Indonesia adalah Negara kesatuan yang terdiri dari
berbagai macam suku, adat, agama, bahasa, dan lain-lain. Kesatuan ini akan
menjadi bentuk Negara secara plural
commitmelalui
to userpendidikan. Perbedaan ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id

disatukan agar tidak terjadi diskriminasi yang menyudutkan pada salah satu
golongan sehingga pembangunan Indonesia terlambat. Pada prinsipnya,
pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai perbedaan.
Pendidikan multikultural senantiasa menciptakan struktur dan proses dimana
setiap kebudayaan bisa melakukan ekspresi. Tentu saja untuk mendesain
pendidikan multikultural secara praksis, itu tidaklah mudah.Tetapi, paling tidak
kita mencoba melakukan ijtihad untuk mendesain sesuai dengan prinsip-prinsip
pendidikan multikulturalisme. Setidaknya ada dua hal bila kita akan mewujudkan
pendidikan multikultural yang mampu memberikan ruang kebebasan bagi semua
kebudayaan untuk berekspresi. Akan tetapi, kenyataannya masih sering terjadi
saling merendahkan satu sama lain atas dasar perbedaan suku dan budaya, dan
rendahnya sikap toleransi dalam berinteraksi sosial.

Pendidikan hadir di tengah-tengah masyarakat memiliki banyak fungsi


yang tidak hanya untuk mencerdaskan kehidupan Bangsa, tetapi juga berfungsi
sebagai pencerdas diri, sosial, Negara Bangsa, bahkan dunia. Lebih khusus di
Indonesia, fungsi pendidikan sedikit disinggung pada bab II pasal 3 dalam UU
Sisdiknas 2003, bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban Bangsa yang bermartaban
dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa. Tujuan pendidikan adalah siswa
diarahkan supaya nantinya dapat menjadi warga negara yang menghargai sesama
warga, termasuk yang berbeda. Pendidikan itu diselenggrakan secara demokratis
dan tidak diskriminatif dengan menjunjung HAM, nilai keagamaan, nilai kultural,
dan pluralitas bangsa. Dengan demikian tujuan pendidikan dapat mewujudkan
kerukunan dan sikap toleransi.

Jauhar Fuad (2018:568) dengan pendidikan peserta didik dapat dibantu


untuk menerima, mengakui, dan menghargai perbedaan atau keragaman sosial
budaya, aspirasi politik, dan kemampuan ekonomi. Dengan saling menerima,
orang yang berbeda itu dapat saling melengkapi dan saling membantu. Hak asasi
setiap orang diakui dan kekhasan tiap kelompok diakui, bahkan dikembangkan.
commit to
Sikap saling menerima dan menghargai usercepat berkembang bila dilatihkan
akan
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

dan didikkan pada peserta didik dalam sistem pendidikan nasional. Dengan
pendidikan tersebut, peserta didik dilatih dan disadarkan akan pentingnya
penghargaan pada orang lain, dan budaya lain, bahkan melatihnya dalam hidup
sehingga ketika mereka dewasa sudah mempunyai sikap itu. Untuk itu,
pemerintah, sekolah, dan guru perlu memikirkan model dan bentuk yang sesuai.

Dalam upaya meningkatkan mutu sumberdaya manusia, mengejar


ketertinggalan di segala aspek kehidupan dan menyesuaikan dengan perubahan
global serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), bangsa
indonesia melalui DPR dan presiden pada tanggal 11 juni 2003 telah
mengesahkan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) yang
baru, sebagai pengganti Undang-undang Sisdiknas Nomor 2 Tahun 1989.

Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 yang terdiri dari 22 Bab


dan 77 pasal tersebut juga merupakan pengejawantahan, dari salah satu tuntutan
informasi yang marak sejak tahun 1998. Perubahan yang mendasar di cnangkan
dalam Undang-undang Sisdiknas yang baru tersebut antara lain adalah (1)
demokratisasi dan disentralisasi pendidikan, (2) peran serta masyarakat, (3)
tantangan globalisasi, (4) kesetaraan dan keseimbangan, (5) jalur pendidikan, dan
peserta didik, (Mahfud, 2011:56).

Winkel (2012:27), menjelaskan bahwa pendidikan merupakan bantuan


yang diberikan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, untuk
mencapai tingkat kedewasaan. Pendidikan merupakan prioritas utama dalam
menjalani kehidupan bersosial dari tingkatan keluarga, sekolah, dan utamanya
lingkungan sosial masyarakat. Pendidikan juga aspek terpenting dalam
membentuk sebuah kepribadian, watak, dan kemampuan generasi muda yang
notabene asalah peserta didik dalam melihat, mengamati, dan menganalisis
sebuah fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya untuk dapat diambil
manfaat dan makna yang terkandung didalamnya dan kemudian untuk di
implementasikan. Oleh karena itu, untuk mencapai hal-hal yang telah disebutkan
harus mengacu pada pembelajaran yang to
commit efektif,
user inovatif, dan efisien. Selain iut
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

juga diperlukannya penunjang pembelajaran seperti bahan ajar yang dibutuhkan


sesuai dengan kebutuhan zaman dengan menggunakan nila-nilai budaya bangsa
Indonesia.

Pendidikan multikultural merupakan upaya kolektif suatu masyarakat


majemuk untuk mengelola berbagai prasangka sosial yang ada, dengan cara-cara
yang baik. Tujuannya adalah untuk menciptakan hubungan yang lebih serasi dan
kreatif diantara berbagai golongan penduduk. Melalui pendidikan multikultural,
siswa yang datang dari berbagai latar belakang dibimbing untuk saling mengenal
cara hidup mereka, adat-istiadat, kebiasaan, memahami aspirasi-aspirasi mereka,
serta untuk mengakui dan menghormati tiap golongan memiliki hak untuk
menyatakan diri menurut cara masing-masing.

Pendidikan multikultural sangatlah penting diterapkan guna


meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah. Melalui
pendidikan berbasis multikultural, sikap dan mindset (pemikiran) siswa akan lebih
terbuka untuk memahami dan menghargai keberagaman. Dengan pengembangan
bahan ajar pendidikan berbasis multikultural, menurut Tilaar (2007), diharapkan
mampu menjadi salah satu metode efektif meredam konflik. Selin itu, pendidikan
multikultural bisa menanamkan sekaligus mengubah pemikiran peserta didik
untuk benar-benar tulus menghargai keberagaman etnis, agama, ras, dan antar
golongan.

Banks (1993:3) mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai


pendidikan untuk People Of Color. Artinya, pendidikan multikultural ingin
mengeksplorasi perbedaan sebagai keiscayaan. Kemudian, bagaimana kita mampu
menyikapi perbedaan tersebut dengan penuh toleran dan semangat egaliter.
Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang memperhatikan keterampilan
dan pengetahuan dasar bagi warga dunia, penting bagi semua siswa, menembus
seluruh aspek sistem pendidikan, mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang memungkinkan siswa bekerja bagi keadilan sosial.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

Salah satu penanaman pendidikan multikultural yang dapat meningkatkan


sikap toleransi adalah melalui budaya pencak silat. Pencak silat tidak hanya
mengajarkan tentang gerakan fisik, akan tetapi terdapat nilai-nilai kerohanian dan
falsafah didalamnya. Menurut Mulyana (2014:17) falsafah di dalam pencak silat
merupakan falsafah berbudi pekerti luhur, falsafah yang memandang budi pekerti
luhur sebagai sumber dari keluhuran sikap, perilaku dan perbuatan manusia yang
diperlukan untuk mewujudkan cita-cita agama dan moral masyarakat. Sementara
itu, menurut (Mahligaiyani, 2018:36) pendidikan dalam pencak silat memiliki
tujuan membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan,
berkepribadian luhur, senantiasa menjaga persahabatan dan perdamaian, toleransi,
rendah hati dan disiplin. Di sisi lain, dalam pergaulan sosial manusia senantiasa
mengedepankan sikap rendah hati, ramah dan sopan santun dalam berbicara

Penelitian ini menggunakan pendidikan multikultural pada pencak silat


Persaudaraan Setia Hati Terate. Adapun materi yang terdapat pada pendidikan
multikultural meliputi: Ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate, Panca Dasar
Persaudaraan Setia Hati Terate, Memayu Hayuning Bawana dan Pendidikan
manusia Berbudi Pekerti Luhur (Abdurrachman, 1946:105). Materi pendidikan
multikultural yang diberikan bertujuan agar manusia didalam berkiprah ditengah-
tengah masyarakat senantiasa mengedepankan dan menjaga persaudaraan,
kesetiaan, kemanusiaan, toleransi, ketenteraman, perdamaian dan senantiasa
bermanfaat dalam berbagai latar belakang lingkungan masyarakat. Ajaran itu
terangkum dalam konsep pembelajaran yang dinamakan Pendidikan Kerohanian
yang merupakan living values Persaudaraan Setia Hati Terate.

Menurut (Tillman, 2004:9) Living Values An Education Progam adalah


progam pendidikan nilai-nilai, progam ini bertujuan untuk menyajikan berbagai
aktivitas pengalaman dan metodologis untuk membantu mengeksplorasi dan
mengembangkan nilai-nilai kunci pribadi dan sosial berupa nilai kedamaian,
penghargaan, cinta, tanggung jawab, kebahagiaan, kerja sama, kejujuran,
kerendahan hati, toleransi, kesederhanaan, dan persatuan. Hal ini sangat relevan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

apabila nilai-nilai luhur pendidikan multikultural pencak silat dijadikan inovasi


dalam pembelajaran sejarah di sekolah.

Dalam pembelajaran sejarah di dalam kelas, masih banyak ditemukan


hambatan-hambatan salah satunya mengenai kurangnya pemahaman nilai-nilai
multikultural dalam sejarah itu sendiri. Penelitian yang dilakukan Arif Musadad
(2015:258), menyatakan bahwa rendahnya nilai-nilai tersebut dikalangan peserta
didik ditandai dengan beberapa indikator berikut ini: (1) pada umumnya peserta
didik memiliki sifat egois, hanya mau menang sendiri, dan tidak siap menerima
perbedaan yang sering mengarah kepada diskriminasi antar peserta didik, (2)
peserta didik mengaku sanggup dan rela berkorban untuk bangsa dan Negara,
akan tetapi mereka kurang rajin belajar dan kurang memahami sejarahnya, (3)
kurangnya kesadaran akan identitas nasional, (4) kurangnya menjunjung tinggi
nilai kegotongroyongan serta nilai multikultural, dan (5) menipisnya semangat
patriotisme.

Hal senada diperkuat oleh penelitian dari Dadang dan A. Razak


(2009:106), bahwa pengaruh nilai-nilai multikultural di kalangan siswa masih
rendah terhadap solidaritas jika dibandingkan dengan interaksi antar etnis
tersebut. Dapat diketahui bahwa akar permasalahan ini adalah berkaitan dengan
sikap penerimaan siswa tentang rendahnya keadilan, tingginya kemiskinan,
menipisnya dignity dan rasa memiliki negeri ini, masih adanya stereotipe antar di
kelas dan lingkungan sekolah. Penilain siswa tentang lingkungan dan meluasnya
gaya hidup mereka yang individualis, materialis, hedonis.

Sementara itu, rendahnya toleransi di kalangan siswa juga sebagian besar


dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Madiun merupakan wilayah yang memiliki
berbagai jenis kelompok organisasi pencak silat, konflik dan pertikaian antar
organisasi menimbulkan sentimen-sentimen negatif yang kemudian terbawa oleh
siswa di lingkungan sekolah. Hal ini diperkuat oleh Alport (1954) dalam bukunya
The Nature of Prejudice bahwa asal mula terjadi diskriminasi antar kelompok
terjadi karena penilaian tanpa adanya
commitpemeriksaan
to user kebenaran terlebih dahulu.
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Menurut Susan (2009:4) bahwa konflik antar organisasi pencak silat merupakan
pertentangan ide yang kemudian dibawa ke pertentangan fisik yang kemudian
menimbulkan prasangka buruk terhadap individu yang berbeda latar belakang
organisasi pencak silat.

Melihat salah satu faktor rendahnya toleransi adalah konflik, diperlukan


sebuah usaha untuk mewujudkan hubungan harmonis termasuk di kalangan siswa
di sekolah. Menurut Tillman (2004:94) dalam bukunya Living Values Activities
For Young Adults bahwa kedamaian merupakan tujuan, dan metodenya adalah
toleransi. Sikap toleransi mengajarkan untuk menghargai individu dan
perbedaannya melalui pengertian. Oleh karena itu, dengan menunjukkan sikap
toleransi maka hubungan dapat berkembang dengan baik.

Sementara itu, berdasarkan kenyataan di sekolah MAN 2 Kota Madiun,


penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran sejarah cenderung hanya pada buku
teks sebagai materi utama dan LKS (lembar kerja siswa). Berdasarkan hasil
observasi, dokumentasi dan wawancara yang dilakukan di MAN 2 Kota Madiun,
guru dalam menyampaikan materi masih menggunakan metode ceramah dan
menghafal, penggunaan bahan ajar hanya menggunakan buku teks, LKS, dan
internet, sehingga peserta didik hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa
yang disampaikan kemudian diharuskan untuk dapat menghafal materi yang telah
disampaikan. Bahan ajar yang digunakan sudah terdapat nilai-nilai pendidikan
multikultural, akan tetapi guru tidak mengembangkan dan mengimplementasikan
nilai-nilai tersebut kepada siswa, guru juga tidak memberikan pembelajaran
mengenai pentingnya sikap toleransi pada siswa melalui pembelajaran sejarah di
kelas. Hal ini merupakan faktor pembelajaran sejarah di kelas kurang menarik dan
bermakna bagi siswa.

Dalam pembelajaran di MAN 2 Kota Madiun dibutuhkan bahan ajar yang


inovatif dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era
modern, penggunaan bahan ajar yang menarik dapat mendukung keberhasilan
tujuan pembelajaran sejarah, commit
dapat tomenciptakan
user suasana belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

menyenangkan dan materi pembelajaran sejarah yang memuat nilai-nilai


pendidikan multikultural dapat memberikan pemahaman mengenai keberagaman
dan pentingnya sikap tolerasi yang dapat di implementasikan dalam lingkungan
sekolah dan masyarakat. Pendidikan sejarah di sekolah masih berkutat pada
pendekatan cronicle dan cenderung menuntut siswa agar menghafal suatu
peristiwa, siswa tidak dibiasakan untuk mengartikan suatu peristiwa guna
memahami dinamika suatu perubahan. Pembelajaran sejarah tidak akan efektif
apabila materi atau bahan ajar yang disajikan kurang menarik minat siswa dalam
memahami sebuah peristiwa atau nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah.

Berdasarkan permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran sejarah, dan


dengan memperhatikan tuntutan pada era modern yang berorientasi digital,
peneliti bermaksud mengembangkan bahan ajar sejarah dalam bentuk digital
berbasis pendidikan multikultural Persaudaraan Setia Hati Terate dengan
menggunakan Pendekatan Value Clarification Tehnique (VCT). Peneliti
mengambil judul “Pengembangan Bahan Ajar Digital Sejarah Berbasis
Pendidikan Multikultural Persaudaraan Setia Hati Terate Melalui
pendekatan Value Clarification Technique (VCT) Untuk Meningkatkan
Sikap Toleransi Siswa MAN 2 Kota Madiun.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dibahas dalam


penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penggunaan bahan ajar sejarah selama ini di MAN 2 Kota


Madiun? Dengan pertanyaan penelitian:
a. Bagaimana penggunaan bahan ajar dalam pembelajaran sejarah di
MAN 2 Kota Madiun?
b. Bagaimana sikap toleransi siswa di MAN 2 Kota Madiun?
c. Bagaimana bentuk kebutuhan terhadap bahan ajar sejarah yang dapat
meningkatkan sikap toleransi siswa di MAN 2 Kota Madiun?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

2. Bagaimana pengembangan bahan ajar digital sejarah berbasis pendidikan


mutlikultural Persaudaraan Setia Hati Terate? Dengan pertanyaan penelitian:
a. Bagaimana draft awal bahan ajar digital sejarah berbasis pendidikan
multikultural Persaudaraan Setia Hati Terate untuk meningkatkan
sikap toleransi siswa di MAN 2 Kota Madiun?
b. Bagaimana hasil validasi dan hasil uji coba bahan ajar digital sejarah?
c. Bagaimana produk akhir bahan ajar digital sejarah?
3. Bagaimana efektivitas bahan ajar digital sejarah berbasis pendidikan
multikultural Persaudaraan Setia Hati Terate melalui pendekatan Value
Clarification Technique (VCT) untuk meningkatkan sikap toleransi siswa di
MAN 2 Kota Madiun?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:


Adapun tujuan pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan bahan ajar sejarah di MAN 2 Kota Madiun selama ini,


meliputi:
a. Mendeskripsikan bahan ajar sejarah yang digunakan di MAN 2 Kota
Madiun.
b. Mendeskripsikan sikap toleransi siswa di MAN 2 Kota Madiun
c. Mendeskripsikan bentuk kebutuhan terhadap bahan ajar sejarah yang dapat
meningkatkan sikap toleransi siswa di MAN 2 Kota Madiun.
2. Mendeskripsikan pengembangan bahan ajar digital sejarah berbasis
pendidikan multikultural Persaudaraan Setia Hati Terate:
a. Mendeskripsikan draft awal bahan ajar digital sejarah berbasis pendidikan
multikultural Persaudaraan Setia Hati Terate untuk meningkatkan sikap
toleransi siswa di MAN 2 Kota Madiun.
b. Mendeskripsikan hasil validasi dan hasil uji coba bahan ajar digital.
c. Mendeskripsikan hasil akhir pengembangan bahan ajar digital sejarah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

3. Mendeskripsikan efektivitas bahan ajar digital sejarah berbasis pendidikan


multikultural Persaudaraan Setia Hati Terate melalui pendekatan VCT (Value
Clarification Technique) untuk meningkatkan sikap toleransi siswa di MAN 2
Kota Madiun.

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Bentuk yang diharapkan dalam penelitian ini adalah bahan ajar digital
sejarah berbasis pendidikan multikultural Persaudaraan Setia Hati Terate.
Karakteristik dari hasil pengembangan bahan ajar digital sejarah berbasis
pendidikan multikultural Persaudaraan Setia Hati Terate antara lain :

1. Bahan ajar digital sejarah berbasis pendidikan multikultural Persaudaraan


Setia Hati Terate untuk meningkatkan sikap toleransi siswa di MAN 2 Kota
Madiun.
2. Bahan ajar digital sejarah berbasis pendidikan multikultural Persaudaraan
Setia Hati Terate untuk meningkatkan sikap toleransi siswa di MAN 2 Kota
Madiun dengan merujuk pada Kurikulum 2013 dengan Kompetensi Dasar
(KD): KD 3.3. Menganalisis dampak politik, budaya, sosial, ekonomi, dan
pendidikan pada masa penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda,
Inggris) dalam kehidupan bangsa Indonesia masa kini.

E. Pentingnya Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan informasi secara ilmiah
mengenai pengembangan sumber belajar sejarah siswa melalui bahan ajar
digital sejarah berbasis pendidikan multikultural Persaudaraan Setia Hati
Terate untuk meningkatkan sikap toleransi siswa.
b. Dapat digunakan sebagai sumber data penelitian selanjutnya untuk
memahami lebih jauh mengenai aplikasi pengembangan bahan ajar sejarah
terutama yang berkaitan dengan pencak silat dan berbasis pendidikan
multikultural. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

c. Menambah wawasan dan pengetahuan khususnya kepada penulis dan


umumnya kepada pembaca
d. Digunakan sebagai rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan bahan ajar sejarah yang berbasis digital.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran dalam
berinteraksi sosial baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun
lingkungan masyarakat. Siswa mampu menjunjung tinggi sikap toleransi
dalam kehidupan sosialnya.
b. Bagi guru, pengembangan bahan ajar digital ini diharapkan dapat memiliki
bahan ajar yang lebih efektif untuk siswa dalam pembelajaran sejarah.
Guru diharapkan dapat mengembangkan materi pembelajaran sejarah
dengan bahan ajar yang lebih kreatif, inovatif sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Bagi sekolah, sekolah memiliki aset berupa bahan ajar digital yang dapat
digunakan baik dalam konteks pembelajaran sejarah ataupun saat-saat
tertentu.
d. Peneliti dapat memberikan sumbangsih pengetahuan dan pengalaman
sebagai bahan rujukan dan penelitian selanjutnya.

F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian

Asumsi penelitian pengembangan bahan ajar adalah kurangnya bahan ajar


sejarah berbasis pendidikan multikultural yang dapat meningkatkan sikap
toleransi siswa di MAN 2 Kota Madiun. Melihat perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, sudah seharusnya diperlukan inovasi dan kreativitas dalam
pembelajaran sejarah terutama yang berkaitan dengan bahan ajar berbasis digital.
Asumsi selanjutnya, guru dan siswa kelas XI IPS di MAN 2 Kota Madiun sudah
mampu menggunakan dan memanfaat teknologi dalam pembelajaran. Dari asumsi
tersebut, maka peneliti berkesimpulan bahwa bahan ajar digital sejarah berbasis
pendidikan multikultrual Persaudaran Setia
commit to Hati
user Terate untuk meningkatkan sikap
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

toleransi siswa dapat digunakan oleh siswa. Keterbatasan pengembangan bahan


ajar digital ini adalah terbatas siswa kelas XI IPS dan materi yang digunakan
adalah Kompetensi Dasar (KD) 3.3. Menganalisis dampak politik, budaya, sosial,
ekonomi, dan pendidikan pada masa penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol,
Belanda, Inggris) dalam kehidupan bangsa Indonesia masa kini.

G. Definisi Istilah

Adapun beberapa istilah yang dijelaskan dalam penelitian ini agar tidak
terjadi kesalahan dalam penafsiran dari pembaca yang tidak sesuai dengan
penelitian adalah:

1. Pembelajaran Sejarah, pembelajaran mengenai masa lampau, masa lampau


yang diamksudkan adalah cara pandang terhadap masa lampau, tujuan
pembelajaran sejarah, dan materi tentang pembelajaran sejarah. Pembelajaran
sejarah bertujuan untuk mengembangkan siswa agar dapat menghargai
warisan budaya dan menyadari adanya hal-hal kuno yang tidak di inginkan
dan perlu untuk ditinggalkan. (Kochar, 2008:46)
2. Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan
materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang
didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau sub kompetensi dengan segala
kompleksitasnya (Widodo dan Jasmadi dalam Lestari, 2013:1)
3. Pendidikan Multikultural, merupakan rangkaian kata pendidikan dan
multikultural yang berarti bahwa pendidikan multikultural adalah proses
pengembangan seluruh potensi siswa melalui penerapan konsep pendidikan
berbasis pada pemanfaat keberagaman yang ada di lingkungan masyarakat,
khususnya yang ada pada siswa berupa keberagaman etnis, budaya, bahasa,
agama, status sosial, gender, kemampuan, umur, suku dan ras. Pada penerapan
pendidikan multikultural, strategi pendidikan tidak hanya bertujuan agar siswa
mudah memahami pelajaran di dalam kelas, akan tetapi juga meningkatkan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

kesadaran siswa agar selalu berperilaku humanis, pluralis, dan senantiasa


mengedepankan kebersamaan. (Ainul Yaqin, 2005:5).
4. Persaudaraan Setia Hati Terate, merupakan organisasi pencak silat yang
didirikan pada tahun 1922 di Kota Madiun oleh pahlawan perintis
kemerdekaan Ki Hajar Harjo Utomo. Persaudaraan Setia Hati Terate
berasaskan Pancasila, bersifat persaudaraan yang kekal, keolahragaan, dan
kesenian yang bersifat jasmani dan rohani, kekeluargaan, kebersamaan dan
tidak membeda-bedakan latar belakang kehidupan serta tidak berafiliasi
dengan organisasi politik (AD/ART 2016, Pasal 3). Tujuan Persaudaraan Setia
Hati Terate adalah mempertebal cinta kasih antar sesama manusia,
melestarikan dan mempertinggi seni olahraga pencak silat dengan berpedoman
pada Wasiat Setia Hati, menciptakan manusia berbudi pekerti luhur tahu benar
dan salah, serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (AD/ART 2016,
Pasal 5).
5. Toleransi, Dalam kamus besar bahasa Indonesia toleransi berarti bersifat atau
bersikap menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian (pendapat,
pandangan kepercayaan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian
sendiri. (KBBI, 2005:1204)

commit to user

Anda mungkin juga menyukai