0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan13 halaman
Dokumen tersebut membahas sejarah berdirinya Kesultanan Aceh Darussalam pada abad ke-16 yang berlokasi strategis di Semenanjung Malaka. Kesultanan Aceh muncul untuk melawan penjajahan Portugis dan berhasil memperluas wilayah dengan menaklukan beberapa kerajaan. Masa kejayaannya terjadi pada pemerintahan Sultan Iskandar Muda dengan wilayah yang luas dan kemakmuran rakyat. Namun Kesultanan mulai mengalami kemunduran
Dokumen tersebut membahas sejarah berdirinya Kesultanan Aceh Darussalam pada abad ke-16 yang berlokasi strategis di Semenanjung Malaka. Kesultanan Aceh muncul untuk melawan penjajahan Portugis dan berhasil memperluas wilayah dengan menaklukan beberapa kerajaan. Masa kejayaannya terjadi pada pemerintahan Sultan Iskandar Muda dengan wilayah yang luas dan kemakmuran rakyat. Namun Kesultanan mulai mengalami kemunduran
Dokumen tersebut membahas sejarah berdirinya Kesultanan Aceh Darussalam pada abad ke-16 yang berlokasi strategis di Semenanjung Malaka. Kesultanan Aceh muncul untuk melawan penjajahan Portugis dan berhasil memperluas wilayah dengan menaklukan beberapa kerajaan. Masa kejayaannya terjadi pada pemerintahan Sultan Iskandar Muda dengan wilayah yang luas dan kemakmuran rakyat. Namun Kesultanan mulai mengalami kemunduran
Aulia Maratusshofiah (K4421020) 01. Sejarah Berdirinya Kesultanan Aceh Darussalam Kesultanan Aceh Darussalam (1516-1700 M) yang berada di lokasi strategis di Semenanjung Malaka. Awal dari munculnya Kesultanan Aceh ini karena Bangsa Portugis yang mulai bertindak menguasai Malaka. Dari situlah Kerajaan Aceh mulai melakukan peperangan dan penaklukan untuk memperluas wilayahnya serta berusaha melepaskan diri dari belenggu penjajahan bangsa Portugis. Sekitar tahun 1524, Kerajaan Aceh bersama pimpinanya Sultan Ali Mughayat Syah berhasil menaklukan Pedir dan Samudra Pasai. Kerajaan Aceh dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah tersebut juga mampu mengalahkan kapal Portugis yang dipimpin oleh Simao de Souza Galvao di Bandar Aceh. (Poesponegoro, 2010 : 28) 02. Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi Kehidupan politik Kerajaan Aceh sebelum dan sesudah pemerintahan Sultan Iskandar Muda sangat berbeda. Pada periode awal, konsentrasi politik lebih tercurah untuk pembentukan kekuatan militer dalam upaya mempertahankan keberadaannya dari ancaman yang datang dari dalam ataupun luar. Di samping itu, kekuatan militernya diperlukan untuk ekspansi ke daerah sekitar guna menambah wilayah kekuasaan. Ketika Sultan Iskandar Muda berkuasa, ia tidak hanya melanjutkan kegiatan ekspansi wilayah seperti para pendahulunya. Sultan Iskandar Muda juga berusaha menata rapi sistem politik dalam kerajaan, terutama yang berkaitan dengan konsolidasi dan peletakan pengawasan terhadap wilayah-wilayah yang dikuasainya. Kehidupan ekonomi Kesultanan Aceh berkembang dengan pesat. Daerahnya yang subur banyak menghasilkan lada. Kekuasaan Aceh atas daerah-daerah pantai timur dan barat Sumatera menambah jumlah ekspor ladanya. Penguasaan Aceh atas beberapa daerah di Semenanjung Malaka menyebabkan bertambahnya badan ekspor penting timah dan lada. Aceh dapat berkuasa atas Selat Malaka yang merupakan jalan dagang internasional. Selain bangsa Belanda dan Inggris, bangsa asing lainnya seperti Arab, Persia, Turki, India, Siam, Cina, Jepang, juga berdagang dengan Aceh. Barang-barang yang di ekspor Aceh seperti beras, lada (dari Minagkabau), rempah-rempah (dari Maluku). Bahan impornya seperti kain dari Koromendal (india), porselin dan sutera (dari Jepang dan Cina), minyak wangi (dari Eropa dan Timur Tengah). Kapal-kapal Aceh aktif dalam perdagangan dan pelayaran sampai Laut Merah. Kehidupan Sosial Kesultanan Aceh berkembangnya sisitem feodalisme dan ajaran agama Islam di Aceh. Kaum bangsawan yang memegang kekuasaan dalam pemerintahan sipil disebut golongan Teuku, sedangkan kaum ulama yang memegang peranan penting dalam agama disebut golongan Teungku. Namun antara kedua golongan masyarakat itu sering terjadi persaingan yang kemudian melemahkan Aceh. Sejak berkuasanya Kerajaan Perlak (abad 12-13 M) telah terjadi permusuhan antara aliran Syiah dengan Sunnah Wal Jamma’ah. Tetapi pada masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda aliran Syiah memperoleh perlindungan dan berkembang sampai di daerah-daerah kekuasaan Aceh. Aliran ini diajarkan oleh Hamzah Fasnsuri yang diteruskan oleh muridnya yang bernama Syamsudin Pasai. Sesudah Sultan Iskandar Muda wafat, aliran Sunnah wal Jama’ah mengembangkan islam beraliran Sunnah wal Jama’ah, ia juga menulis buku sejarah Aceh yang berjudul Bustanussalatin (taman raja-raja dan berisi adat istiadat Aceh beserta ajaran agama Islam). 03. Masa Kejayaan Hingga Masa Kemunduran Masa Kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam mengalami masa kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1697-1636 M. Ia adalah seorang pemimpin yang tegas terhadap penjajah untuk melindungi rakyat serta wilayahnya. Berada di bawah komando Sultan Iskandar Muda, Aceh memiliki kekuatan militer yang kuat. Wilayah kekuasaannya sangat luas. Selain itu, kesejahteraan rakyatnya terbilang makmur. Pada masa itu Kesultanan Aceh berusaha untuk merangkul daerah atau wilayah sekitar agar tidak mudah tergoda oleh bujukan bangsa-bangsa asing. Masa Kemunduran Kesultanan Aceh Darussalam mulai mengalami kemunduran setelah Sultan Iskandar Muda meninggal pada 1636. Diketahui ada beberapa faktor penyebab Kesultanan Aceh Darussalam mengalami kemunduran, yaitu tidak ada pemimpin yang tegas dan cakap setelah Sultan Iskandar Muda wafat, terjadinya perpecahan internal antara kaum birokrat (bangsawan kerajaan) dengan kaum agama, Banyak negeri taklukan yang memisahkan diri, termasuk Johor, Pahang, Perlak, Minangkabau, Siak, dan lainnya. 04. Peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam Kesusateraa Karya Arsitektur n Agama Peninggalan arsitektur pada masa Karya kesusateraan yang paling kesultanan yang masih bisa dilihat Para ulama Aceh banyak terkenal adalah terlibat dalam karya di bidang sampai saat ini antara lain : Bustanus Salatin (Taman Para Sultan) keagamaan yang dipakai luas di Benteng Indra Patra, Masjid Tua karya Syaikh Nuruddin Ar Raniry, Asia Tenggara. Yang paling Indrapuri, Komplek Kandang XII Tajus Salatin (1603), Sulalatus terkenal adalah Sirath al- (Komplek Pemakaman Keluarga Salatin (1612), dan Hikayat Mustaqim, kitab fiqih pertama Kesultanan Aceh), Pinto Khop, Aceh (1606-1636). terlengkap dalam bahasa Leusong dan Gunongan dipusat Kota Banda Aceh. melayu. APAKAH ADA PERTANY AAN?