Anda di halaman 1dari 13

Kesultanan Aceh

Darussalam
Kelompok 5 :

Amarros Afiq Muhammad (K4421008)


Aulia Maratusshofiah (K4421020)
01.
Sejarah Berdirinya Kesultanan Aceh
Darussalam
Kesultanan Aceh Darussalam (1516-1700 M) yang
berada di lokasi strategis di Semenanjung Malaka. Awal
dari munculnya Kesultanan Aceh ini karena Bangsa
Portugis yang mulai bertindak menguasai Malaka. Dari
situlah Kerajaan Aceh mulai melakukan peperangan dan
penaklukan untuk memperluas wilayahnya serta
berusaha melepaskan diri dari belenggu penjajahan
bangsa Portugis. Sekitar tahun 1524, Kerajaan Aceh
bersama pimpinanya Sultan Ali Mughayat Syah berhasil
menaklukan Pedir dan Samudra Pasai. Kerajaan Aceh
dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah tersebut
juga mampu mengalahkan kapal Portugis yang dipimpin
oleh Simao de Souza Galvao di Bandar Aceh.
(Poesponegoro, 2010 : 28)
02.
Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi
Kehidupan politik Kerajaan Aceh sebelum dan sesudah pemerintahan
Sultan Iskandar Muda sangat berbeda. Pada periode awal, konsentrasi
politik lebih tercurah untuk pembentukan kekuatan militer dalam
upaya mempertahankan keberadaannya dari ancaman yang datang
dari dalam ataupun luar. Di samping itu, kekuatan militernya
diperlukan untuk ekspansi ke daerah sekitar guna menambah wilayah
kekuasaan. Ketika Sultan Iskandar Muda berkuasa, ia tidak hanya
melanjutkan kegiatan ekspansi wilayah seperti para pendahulunya.
Sultan Iskandar Muda juga berusaha menata rapi sistem politik dalam
kerajaan, terutama yang berkaitan dengan konsolidasi dan peletakan
pengawasan terhadap wilayah-wilayah yang dikuasainya.
Kehidupan ekonomi Kesultanan Aceh berkembang dengan pesat. Daerahnya
yang subur banyak menghasilkan lada. Kekuasaan Aceh atas daerah-daerah
pantai timur dan barat Sumatera menambah jumlah ekspor ladanya.
Penguasaan Aceh atas beberapa daerah di Semenanjung Malaka menyebabkan
bertambahnya badan ekspor penting timah dan lada. Aceh dapat berkuasa atas
Selat Malaka  yang merupakan jalan dagang internasional. Selain bangsa
Belanda dan Inggris, bangsa asing lainnya seperti Arab, Persia, Turki, India,
Siam, Cina, Jepang, juga berdagang dengan Aceh. Barang-barang yang di
ekspor Aceh seperti beras, lada (dari Minagkabau), rempah-rempah (dari
Maluku). Bahan impornya seperti kain dari Koromendal (india), porselin dan
sutera (dari Jepang dan Cina), minyak wangi (dari Eropa dan Timur Tengah).
Kapal-kapal Aceh aktif dalam perdagangan dan pelayaran sampai Laut Merah.
Kehidupan Sosial Kesultanan Aceh berkembangnya sisitem feodalisme dan ajaran
agama Islam di Aceh. Kaum bangsawan yang memegang kekuasaan dalam
pemerintahan sipil disebut golongan Teuku, sedangkan kaum ulama yang
memegang peranan penting dalam agama disebut golongan Teungku. Namun
antara kedua golongan masyarakat itu sering terjadi persaingan yang kemudian
melemahkan Aceh. Sejak berkuasanya Kerajaan Perlak (abad 12-13 M) telah
terjadi permusuhan antara aliran Syiah dengan Sunnah Wal Jamma’ah. Tetapi pada
masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda aliran Syiah memperoleh perlindungan dan
berkembang sampai di daerah-daerah kekuasaan Aceh. Aliran ini diajarkan oleh
Hamzah Fasnsuri yang diteruskan oleh muridnya yang bernama Syamsudin Pasai.
Sesudah Sultan Iskandar Muda wafat, aliran Sunnah wal Jama’ah mengembangkan
islam beraliran Sunnah wal Jama’ah, ia juga menulis buku sejarah Aceh yang
berjudul Bustanussalatin (taman raja-raja dan berisi adat istiadat Aceh beserta
ajaran agama Islam).
03.
Masa Kejayaan Hingga Masa Kemunduran
Masa Kejayaan
Kesultanan Aceh Darussalam mengalami masa kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan
Iskandar Muda pada tahun 1697-1636 M. Ia adalah seorang pemimpin yang tegas
terhadap penjajah untuk melindungi rakyat serta wilayahnya. Berada di bawah
komando Sultan Iskandar Muda, Aceh memiliki kekuatan militer yang kuat. Wilayah
kekuasaannya sangat luas. Selain itu, kesejahteraan rakyatnya terbilang makmur.
Pada masa itu Kesultanan Aceh berusaha untuk merangkul daerah atau wilayah
sekitar agar tidak mudah tergoda oleh bujukan bangsa-bangsa asing.
Masa Kemunduran
Kesultanan Aceh Darussalam mulai mengalami
kemunduran setelah Sultan Iskandar Muda
meninggal pada 1636. Diketahui ada beberapa
faktor penyebab Kesultanan Aceh Darussalam
mengalami kemunduran, yaitu tidak ada pemimpin
yang tegas dan cakap setelah Sultan Iskandar
Muda wafat, terjadinya perpecahan internal antara
kaum birokrat (bangsawan kerajaan) dengan kaum
agama, Banyak negeri taklukan yang memisahkan
diri, termasuk Johor, Pahang, Perlak, Minangkabau,
Siak, dan lainnya.
04.
Peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam
Kesusateraa Karya
Arsitektur
n Agama
Peninggalan arsitektur pada masa Karya kesusateraan yang paling
kesultanan yang masih bisa dilihat Para ulama Aceh banyak
terkenal adalah  terlibat dalam karya di bidang
sampai saat ini antara lain :
Bustanus Salatin (Taman Para Sultan) keagamaan yang dipakai luas di
Benteng Indra Patra, Masjid Tua
karya Syaikh Nuruddin Ar Raniry, Asia Tenggara. Yang paling
Indrapuri, Komplek Kandang XII
Tajus Salatin (1603), Sulalatus terkenal adalah Sirath al-
(Komplek Pemakaman Keluarga
Salatin (1612), dan Hikayat Mustaqim, kitab fiqih pertama
Kesultanan Aceh), Pinto Khop,
Aceh (1606-1636). terlengkap dalam bahasa
Leusong dan Gunongan dipusat
Kota Banda Aceh. melayu.
APAKAH
ADA
PERTANY
AAN?

Anda mungkin juga menyukai