Anda di halaman 1dari 4

OPINI

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL SEBAGAI UPAYA MEMUTUS


KONFLIK RASISME DI INDONESIA
Disusun Guna Melengkapi Ujian Akhir Semester (UAS) Mata Kuliah
Jatidiri Kanjuruhan
Dosen Pengampu:
Romadhon, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:
Izza Nuril Ilma (190403070001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS PGRI KANJURUHAN MALANG
2021
Negara Indonesia merupakan negara dengan sejuta keragaman didalamnya yang
mencangkup bahasa, suku, status sosial, budaya dan agama. Indonesia merupakan negara yang
memiliki keragaman yang begitu kompleks. Hal ini membuat Indonesia mendapat julukan
sebagai negara multikultural. Multikultural di Indonesia menjadi sebuah mozaik khazanah bagi
kehidupan di dalamnya.
Multikultural yang terjadi di Indonesia disadari ataupun tidak disadari sering berujung
dengan berbagai konflik yang mendorong potensi ancaman bagi persatuan bangsa dan negara.
Salah satu konflik yang sering terjadi adalah konflik rasial. Di Indonesia misalnya, konflik rasial
ini pernah terjadi antara pribumi dengan etnis tionghoa pada tanggal 10 Mei 1964 di Jawa Barat,
kemudian antara orang Madura dengan suku dayak pada tanggal 30 Desember 1996 di
sanggauledo Kalimantan barat dan peristiwa kerusuhan issu anti Tionghoa pada tanggal 13-15
Mei 1998 di Jakarta, Solo dan Medan.
Konflik-konflik rasial tersebut di atas juga masih sering ditemukan dalam masyrakat
modern yang dikenal sebagai masyarakat yang sangat menjunjung tinggi kemerdekaan dan nilai-
nilai kemanusian sebagai hak asasi yang paling viral. Dan masih banyak sekali faktor penyebab
konflik rasial tersebut, salah satunya karena adanya ketidak adilan, penindasan dan diskriminasi
rasial yang dilakukan oleh kelompok tertentu terhadap kelompok lainnya.
Dalam survei berjudul “Survei penilaian masyarakat terhadap upaya penghapusan
diskriminasi ras dan etnis di 34 propinsi” tersebut ditemukan bahwa sebanyak 81, 9 persen
responden mengatakan lebih nyaman hidup dalam keturunan yang sama.
Kemudian, sebanyak 82, 7 persen responden dalam survei tersebut mengatakan bahwa
mereka lebih nyaman hidup dalam lingkungan ras yang sama. Sementara sebanyak 83,1 persen
mengatakan lebih nyaman hidup dalam kelompok etnis yang sama.
Peneliti Komnas HAM Elfansuri mengatakan hail survei tersbeut mengindikasikan
bahwa tingkat segregasi sosial di masyarakat masih tinggi. “Potensi akan adanya tindakan
diskriminasi ras dan etnis memiliki probalititas yang cukup besar, atau setidaknya hal ini
mengindentifikasi sikap permisif sebagian masyrakat atas tidnakan diskriminasi ras dan etbis
yang terjadi di masyarakat” Jelas Elfansuri dalam keterangan resmi komnas HAM. Hal ini
terbukti bahwa rasisme merupakan suatu masalah serius yang harus segera dicarikan solusi. Di
antara usaha untuk menghilangkan konflik rasial diperlukan pendidikan yang berwawasan
multikultural.
Azymumardi azra mendefiniskan pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk atau
tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografi dan kultur lingkungan
masyarakat tertentu atau bahkan demi secara keseluruhan.
Penerapan pembelajaran multikultural sangat penting untuk untuk meminimilasi dan
mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah. Pembelajaran multikultural bisa menamkan
sekaligus mengubah pemikiran peserta didik untuk benar-benar tulus menghargai keberagaman
etnis, agama ras dan antar golongan.
Pendidikan multikutural memberi peluang yang sama pada seluruh anak bangsa tanpa
membedakan perlakuan etnik, budaya dan agama yang memberikan penghargaan terhadap
keragaman, dan yang memberikan hak-hak sama bagi etnik minoritas dalam uapaya memperkuat
persatuan dan kesatuan, identitas nasional dan citra bangsa di mata dunia internasional.
Sehingga pada posisi ini, model pendidikan multikultural pula akan menciptakan karakter
kedirian anak bangsa, karakter prulalitas untuk menghargai segala perbedaan yang ada,
tumbuhnya karakter seperti ini memberikan rasa percaya diri sekaligus kebanggaan warga
Negara pada identitas pribadi ataupun budaya mereka, sehingga terciptanya penghormatan
terhadap keragaman budaya dan tidak ada dominasi budaya terhadap budaya lain.
Dengan demikian, kita tahu bahwa pendidikan multikultural dapat dijadikan sebagai
jembatan menuju Indonesia yang baik dan bermartabat sekaligus sebagai perekat budaya bangsa.
Dengan terlaksananya pendidikan multikultural diseluruh elemen pendidikan diharpakan dapat
mengurangi konflik-konflik kemajemukan yang ada di Indonesia.
Dan dengan adanya mata kuliah jatidiri Kanjuruhan dapat membentuk karakter
mahasiswa untuk selalu mengedepankan toleransi sikap, menjunjung tinggi kejujuran dalam
berbuat.

SUMBER:
https://www.sulselsatu.com/2019/09/06/opini-memutus-banalitas-rasisme-dengan-pendidikan-
multikutural.html
https://www.patinews.com/moderasi-beragama-dalam-multikulturalisme-di-indonesia/
https://tirto.id/bagaimana-menangani-masalah-karena-keberagaman-budaya-di-indonesia-ggnA
https://www.kompasiana.com/angelitazefaya/hidup-masyrakat-multikultural-penyelesaian-
konflik-rasisme-di-kota-sorong
https://amp.kompas.com/lifestyle/read/2020/10/31/cerita-besar-soal-virus-toleransi-dari-tempat-
kecil-dipangandaran
Dede, Rosyada. (2014). Pendidikan Multikutural di Indonesia Sebuah Pandangan Konspsional.
Jurnal Pendidikan Multikutural di Indonesia.
Muslimin.(2012).Pendidikan Multikultural Sebagai Perekat Budaya Nusantara Menuju Indonesia
yang Lebih Baik.Jurnal Multikutural & Globalisasi.
Abd, Muid; dkk.(2018).Solusi Konflik Rasial Pada Masyrakat Multikultural dalam Perspektif
Al-Qur’an.

Anda mungkin juga menyukai