Anda di halaman 1dari 10

KEWARGANEGARAAN KULTURAL : PENDIDIKAN MULTIKULTURALISME

DALAM KEBERAGAMAN BANGSA INDONESIA

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Kelompok


Mata Kuliah Ilmu Kewarganegaraan
Oleh ::
1. Fajri Alfi Syahrin (K6419026)
2. Hima Yuliana Zahroh (K6419034)
3. Ismi (K6419036)
4. Maharani Tasya Nugrahani (K6419040)
5. Meilani Safira Putri (K6419042)
6. Putri Theresia Malau (K6419055)
7. Rahma Nur Raihan (K6419056)
8. Yunan Ali Firdaus (K6419084)
9. Zahro Dhea Risa (K6419085)

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2019
ABSTRAK

Makalah ini merupakan makalah yang disusun untuk menjelaskan lebih detail tentang
pendidikan multikultural dalam keberagaman bangsa Indonesia. Indonesia adalah negara
yang memiliki keanekaragaman suku bangsa, agama, etnis, budaya, strata sosial dan ras.
Sehingga perlu adanya pedoman dalam bertindak di kehidupan sehari-hari. Keberagaman
multikultural itu dilandaskan dalam Bhineka Tunggal Ika serta Pancasila. Karya tulis ilmiah
ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengertian multikultural dan pengertian pendidikan
multikultural, penerapan Pendidikan multikultural dalam sekolah formal, dan perbedaan
signifikansi pendidikan multikultural bagi kelompok minoritas

Kata kunci : Pendidikan multikultural, keberagaman dalam bangsa Indonesia, signifikan,


kelompok minoritas
PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.667 pulau besar dan
pulau kecil yang tersebar dari sabang sampai Merauke. Indonesia juga memiliki kurang lebih
740 suku dan memiliki lebih dari 1001 bahasa daerah yang berbeda dan menjadi aset yang
harus dilestarikan bangsa Indonesia. Melestarikan kebudayaan Indonesia merupakan salah
satu wujud rasa cinta dan bangga akan kebudayaan Indonesia.

Mengutip Usman Pelly, etnisitas merupakan sumber kekayaan hakiki yang dimiliki insan
Indonesia guna saling mengenal dan memperkaya budaya. Bagi mereka, persamaan adalah
anugerah dan perbedaan adalah berkah1. Dengan keadaan tersebut bangsa Indonesia tidak
dapat memungkiri adanya keragaman budaya di sekitarnya. Hal tersebut seyogyanya dapat
menjadi potensi kekayaan bangsa Indonesia. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa
keragaman justru menjadi tantangan sekaligus ancaman bagi bangsa Indonesia. Perbedaan ini
bukan untuk disatukan tetapi justru menjadi semakin renggang. Karena setiap individu belum
bias menerima gagasan mengenai sebuah tatanan multikultural.

Berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat terutama mengenai masalah perbedaan


terhadap kaum minoritas dapat menimbulkan kegaduhan. Hal tersebut sebagai tanda bahwa
ke-Bhinekaan Indonesia mengalami krisis pemikiran multikultural.

Guna menghadapi berbagai ancaman yang terjadi, diperlukan adanya pendidikan yang
membahas mengenai pemikiran suatu konsep yang dapat mengembangkan individu dan
masyarakat dengan perbedaan yang ada. Dengan kata lain, pendidikan ini harus mampu
mengubah pandangan masyarakat tentang keragaman etnis dan budaya melalui pendidikan
“konsep kebudayaan Indonesia”. Konsep pendidikan multikultural dapat dijadikan alternatif
karena pendidikan ini memandang masyarakat dari berbagai perbedaan yang dimiliki.
Pendidikan multikultural mengacu terhadap berbagai ketidakadilan penindasan dan
keterbelakangan kelompok – kelompok tertentu dalam berbagai bidang.

Dalam penerapannya, pendidikan multikultural dituntut untuk berpedoman pada beberapa


prinsip. Pertama, pendidikan multikultural harus menawarkan berbagai kurikulum yang
menyajikan berbagai sudut pandang dan perspektif banyak orang. Kedua, pendidikan
multikultural harus didasarkan pada anggapan bahwa tidak ada pemikiran tunggal mengenai
kebenaran tentang suatu sejarah. Ketiga, kurikulum harus dicapai sesuai dengan penekanan
analisis komparatif berdasarkan berbagai pendangan kebudayaan yang beranekaragam.
Keempat, pendidikan multikultural harus dapat mendukung terhadap prinsip – prinsip dasar
dalam memberantas pandangan umum tentang ras, budaya dan agama.

Tulisan ini hendak membahas, apa yang dimaksud dengan multikultural?. Dan apa pula yang
dimaksud dengan pendidikan multikultural?. Serta bagaimana penerapan pendidikan
multikultural dalam sekolah formal?.

METODE PEMECAHAN MASALAH

Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah metode studi pustaka. Metode
studi pustaka yaitu metode yang digunakan dengan mengumpulkan informasi dan data yang
relevan dengan topic permasalahan yang dibahas. Informasi dan data yang diperoleh melalui
buku-buku literatur, tesis, disertasi, karya ilmiah, ensiklopedia, internet maupun sumber-
sumber lainnya.

Tenaga kependidikan dalam perannya menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus


metransformasikan, mengembangkan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Menurut UU
No. 20 Tahun 2003 pasal39 : (1) tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.

Pendidikan multikultural menurut Muhaemin el-Ma'hady dalam Mahpud, menjelaskan bahwa


pendidikan mengenai keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan
kultural dari suatu masyarakat tertentu. Kesimpulannya pendidikan multikultural adalah
proses dalam meningkatkan kualitas hidup manusia dalam segala aspek tanpa membedakan
suku, ras, agama, etnik, dan strata sosial.

Kondisi masyarakat Indonesia yang multilultural berpotens imenjadi penyebab benturan antar
ras, etnik, budaya, agama, dan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Dalam kondisi demikian,
dirasa sangat penting memberikan pendidikan multicultural dalam porsi sebagai wacana baru
dalam system pendidikan di Indonesia agar peserta didik dapat memahami dan menyikapi
dengan bijak gejala-gejala serta masalah-masalah social dalam hal perbedaan karena suku,
ras, strata sosial, agama, dan tata nilai yang terjadi di lingkungan masyarakatnya. Hal ini
dapat diterapkan baik pada substansi maupun model pembelajaran yang meyakini, mengakui,
dan menghormati keanekaragaman budaya Indonesia.
Dalam kearifan sosial dan juga kearifan budaya dapat menjadi pengikat dalam usaha untuk
berinteraksi antar individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.
Sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan juga merupakan tindakan yang sangat
penting.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penerapan Pendidikan Multikultural di Indonesia

Pendidikan adalah suatu fenomena sadar dan terencana akan persiapan mengikuti proses
pembelajaran agar mendapatkan suatu ilmu pengetahuan untuk mengusung peranan di masa
yang akan datang. Pendidikan digunakan sebagai upaya rekonstruksi dan adanya
keberagaman di kehidupan, hal ini diharapkan bias mengurangi perbedaan yang ada di dalam
kehidupan bermasyarakat.

Sedangkan pengertian multikultural adalah suatu pandangan hidup manusia terhadap semua
kehidupan dunia yang mengesampingkan adanya keberagaman, dan berbagai macam budaya
dengan tujuan menciptakan kedamaian, ketentraman, dan membentuk kesatuan budaya
bangsa dan negara. Multikultural sering juga disebut dengan suatu perbedaan kebudayaan
dengan kebudayaan lainnya. Sehingga masyarakat multikultural biasa disebut juga dengan
sekelompok manusia yang tinggal disuatu lingkungan yang harus menyesuaikan terhadap
masyarakat lainnya dengan menitikberatkan kebudayaan yang baru dengan meciptakan
kedamaian, ketentraman, dan membentuk kesatuan budaya bangsa dan negara.

Dari pengertian pendidikan dan multikultural diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
multikultural adalah suatu proses pengajaran pendidikan yang sewajarnya melapang-dadakan,
menerima, dan ikhlas pada suatu perbedaan atau persamaan keberagaman seseorang.
Pendidikan multikultural juga dapat diartikan untuk member pengertian yang detail tentang
budaya yang ada dan untuk adaptasi dengan orang lain. Keberagaman sendiri merupakan
suatu perbedaan dalam berbagai bidang kebudayaan masyarakat yang mengusung semboyan
kita yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tapi tetap satu jua. Dengan
adanya keberagaman sendiri, maka perlu adanya penerapan pendidikan multikultural pada
pendidikan formal di Indonesia. Hal yang paling penting dalam pendidikan multikultural
adalah menumbuhkan kepekaan peserta didik terhadap kebudayaan, Hal ini bertujuan agar
dapat ditanamkan sikap respek, empati dan simpati terhadap orang lain yang memiliki budaya
atau agama yang berbeda. Peserta didik harus meningkatkan kesadaran mereka agar perilaku
mereka sesuai dengan norma-norma yang ada. Pendidikan multikultural merupakan hal
penting dalam kehidupan karena pendidikan ini ditujukan untuk membahas tentang
keragaman kebudayaan dalam memberikan penilaian perubahan, baik itu perubahan
demografis atau kultural. Lingkungan pendidikan multikultural memandang perbedaan
adalah hal yang harus di eksplorasi dan dikembangkan dengan sikap toleran yang ada di
dalam setiap manusia

Gibson (dalam Hermandez, 2001) menyebutkan bahwa pendidikan multicultural adalah


sebuah proses dimana individu mengembangkan cara-cara mempersepsikan, mengevaluasi
berperilaku dalam sistem kebudayaan yang berbeda dari sistem kebudayaannya sendiri.
Dengan demikian dalam pandangan Gibson tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
pendidikan multikultural tidak hanya melalui pendidikan formal di sekolah yang memberikan
teori saja, tetapi lebih luas daripada itu.

Pendidikan multikultural di sekolah memang penting. Dengan menanamkan nilai-nilai


multikultural, baik dijadikan sebagai mata pelajaran khusus atau di masukan pada setiap mata
pelajaran umum lainnya, diharapkan mampu menumbuhkan sikap menghormati, toleransi,
dan tulus terhadap keanekaragaman yang ada di Indonesia yang plural ini. Hal tersebut agar
tidak terjadi diskriminasi ataupun intoleransi sehingga tidak menimbulkan konflik yang akan
mengakibatkan perpecahan persatuan di Indonesia.

Tetapi selain itu penerapan pendidikan multikultural juga harus diimplementasikan dengan
nyata. Seorang guru atau dosen diharap tidak hanya memberikan teori saja, melainkan juga
melalui tindakan dengan memberikan contoh dengan sikap dan keteladanan yang ada pada
nilai-nilai multikultural yang diajarkan. Seperti sikap seorang dosen, guru ataupun pengajar
yang dapat menerima tingkat kemampuan peserta didik yang berbeda-beda. Dari sini peserta
didik bisa memiliki sikap toleran, serta menghormati maupun menghargai pengajarnya.
Sehingga anak didiknya mampu mengikuti sikapnya, karena mempunyai role model yang
dijadikan panutan. Dengan adanya role model yang dapat dijadikan panutan ini, peran
multikultural bisa diimplementasikan kepada peserta didik. Dengan ini multikulturalisme pun
bisa menjadi pluralisme yang statis maupun dinamis serta damai.

Dengan multikultural yang banyak di setiap negara, pengembangan dalam


mengimplementasikan multikultural ditiap negara juga berbeda-beda. Dimana dilandaskan
pada aspek permasalahan yang berbeda-beda disetiap negara. Banks (1993) berpendapat ada
pendekatan yang terbagi menjadi 4. Pembagian ini ditujukan pada materi pendidikan
multikultural di lingkungan pendidikan. Pendekatan tersebut antara lain :

1. Pendekatan Kontribusi (The contributions approach)

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang umum. Dimana pendekatan ini berfokus pada
gerakan kebangkitan etnis. Dengan cara memasukan etnis / pahlawan / budaya dalam proses
ajar mengajar dilingkungan pendidikan.

2. Pendekatan Adiktif (Adiktif approach)

Pendekatan ini dimaksudkan agar para siswa mengetahui karakteristik pada dasarnya.
Dengan penambahan pembelajaran dalam bentuk, tema, dan cara pandang dalam kurikulum
tanpa mengubah awalnya (struktur). Pendekatan ini sering dilengkapi buku-buku maupun
modul yang berkaitan dengan kurikulum sistem pembelajaran dalam proses ajar mengajar di
lingkungan pendidikan.

3. Pendekatan Transformasi (The transformation approach)

Berbeda dengan pendekatan kontribusi dan pendekatan adiktif yang mendekati pada
umumnya. Pendekatan transformasi ini mengubah isu atau asumsi di dalam kurikulum yang
berfokus pada tujuan agar peserta didik mampu melihat isi ataupun problema dari sudut
pandang yang berbeda.

4. Pendekatan aksisosial (The sosial action aapproach)

Jika pendekatan transformasi mengarah pada perubahan sudut pandang isu maupun
problema. Pendekatan aksi sosial cenderung menambahkan susunan-susunan dimana sebagai
syarat peserta didik dalam memiliki aksi yang secara langsung maupun tidak langsung
berkaitan dengan isu maupun problema dalam sistem pembelajaran ajar mengajar.
Pendekatan ini memiliki tujuan mengembangkan peserta didik dalam berkritik. Dimana
sekolah dapat membantu peserta didik menjadi seorang kritikus sosial yang baik.

Signifikansi pendidikan multikultural bagi kelompok minoritas

Sampai saat ini problem kelompok minoritas di Indonesia belum dapat diterima secara
universal. Tetapi, yang digunakan dalam suatu negara lazimnya kelompok minoritas
merupakan suatu kelompok individu yang tidak didominasi dengan ciri bangsa, suku bangsa,
agama, ataupun bahasa yang berbeda dari penduduk mayoritas. Sebagai kelompok yang
dilihat dari jumlahnya, kelompok minoritas lebih kecil dibanding jumlah penduduk lain dari
berbagai negara yang bersangkutan didalam posisi yang tidak dominan. Karakteristik etnis,
agama maupun bahasa dan strata sosial keanggotaan minoritas berbeda dengan populasi lain
dan ditunjukan secara implisit, sikap solidaritas untuk melestarikan tradisi budaya, bahasa
dan agama.

Kelompok minoritas juga bisa diartikan sebagai orang-orang dimana asal-usul keturunannya
maupun ciri fisik tubuh nyater pisah dari orang lain dan diperlakukan dengan tidak sederajat
atau dengan kata lain tidak adil dalam masyarakat tempat mereka hidup. Oleh karena itu
mereka merasa terdiskriminasi dengan 2 usulan definisi minoritas yang menjadi acuan
sehingga akan mengganggu pikiran kita.

Pertama, kedua defisini tersebut pertama-tama minoritas ditunjukan dengan perbedaan


numerik dari sisa populasi yang lebih besar artinya suatu kelompok dapat dikatakan minoritas
apabila jumlah signifikannya lebih sedikit dari populasi lain dalam sebuah negara.

Kedua, minoritas mengandaikan sebuah posisi yang tidak dominan dalam suatu konteks
negara yang tidak dijelaskan secara spesifik artinya dominan dapat dipahami sebagai suatu
makna yang melingkupi segala sektor kehidupan sosial.

Ketiga, dalam minoritas juga mengandaikan adanya perbedaan salah satu atau semua dari
ketiga wilayah yaitu etnik, linguistik, dan agama lalu sisa populasi lainnya.

Keempat, minoritas mengharuskan seseorang atau sekelompok orang memiliki rasa


solidaritas antar sesama dan bersama membagi keinginan untuk melestarikan bahasa, tradisi,
budaya, agama, dan kepentingan yang lain untuk meraih persamaan dimuka hukum dengan
populasi diluarnya. Berhubungan dengan hal-hal tersebut, masalah yang dihadapi diberbagai
daerah di Indonesia masih banyak diskriminasi kelompok minoritas baik etnis, agama,
maupun strata sosial. Padahal sebagai masyarakat atau suku bangsa pemberlakuannya harus
sama dengan kelompok mayoritas lain dalam keberadaan kelompok minoritas selalu ada
kaitan dan pertentangan dengan kelompok dominan, yakni mereka yang menikmati status
sosial yang lebih tinggi dan keistimewaan yang banyak.

Mereka memiliki prasangka terhadap golongan minoritas yang terdapat pada masyarakatnya.
Prasangka tersebut berkembang berdasarkan adanya:

A. Suatu perasaan superioritas dari kelompok mayoritas.


B. Perasaan intrinsik mereka bahwa golongan minoritas rendah derajatnya berbeda dari
golongan mereka dan minoritas sebagai orang asing.

C. Klaim golongan mayoritas bahwa sebagai aksi sumber daya merupakan milik mereka dan
disertai ketakutan bahwa kelompok minoritas yang rendah derajatnya itu mengambil sumber
daya golongan mayoritas.

Praktek diskriminasi di Indonesia terhadap kaum minoritas yang dilakukan oleh kaum
mayoritas menjadi masalah aktual. Guru besar UI, James Danandjaya menulis diskriminasi
kelompok minoritas di Indonesia terjadi kepada minoritas yang berbasis kelompok agama,
suku bangsa (etnis), maupun kelompok gender. Seperti kaum perempuan dan kaum
homosexsual. Hal tersebut telah terjadi sejak zaman kolonial Belanda lalu oleh rezim orde
lama dilanjutkan dan puncaknya pada masa orde baru bahkan hingga era reformasi.

KESIMPULAN

Pendidikan multikultural adalah proses dalam meningkatkan kualitas hidup manusia dalam
segala aspek tanpa membedakan suku, ras, agama, etnik, dan strata sosial. Pendidikan
multikultural dapat dijadikan alternatif karena pendidikan ini memandang masyarakat dari
berbagai perbedaan yang dimiliki dan harus mengacu terhadap berbagai ketidakadilan
penindasan dan keterbelakangan kelompok – kelompok tertentu dalam berbagai bidang.
Pendidikan multikultural dituntut untuk berpedoman pada beberapa prinsip dan harus
diimplementasikan dengan nyata. Suatu proses pengajaran pendidikan yang sewajarnya
melapang-dadakan, menerima, dan ikhlas pada suatu perbedaan atau persamaan keberagaman
seseorang. Pendidikan multikultural juga dapat diartikan untuk member pengertian yang
detail tentang budaya yang ada dan untuk adaptasi dengan orang lain. Tenaga kependidikan
dalam perannya menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus metransformasikan,
mengembangkan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Pendekatan aksi sosial cenderung
menambahkan susunan-susunan dimana sebagai syarat peserta didik dalam memiliki aksi
yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan isu maupun problema dalam
sistem pembelajaran ajar mengajar. Pendekatan ini memiliki tujuan mengembangkan peserta
didik dalam berkritik. Dimana sekolah dapat membantu peserta didik menjadi seorang
kritikus sosial yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati Rahim, Jurnal SIgnifikansi Pendidikan Multikultural Terhadap Kelompok


Minoritas, IAIN Raden Fatah Semarang
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Jantra Jurnal Sejarah dan budaya, Vol. VI, No.
12, Hal. 109-249, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, Yogyakarta, Desember
2011, ISSN 1907-9605
Dr. Farida Hanum, Pentingnya Pendidikan Multikultural Dalam Mewujudkan Demokrasi
di Indonesia.
Dr. Farida Hanum, Pendidikan Multikultural Dalam Pluralisme Bangsa.
Fattah Hanurawan, Peter Waterworth, Multicultural Perspectives in Indonesian Social
Studies Education Curriculum.

Anda mungkin juga menyukai