Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ilham Kurniawan

NIM : 11200960000023

Kelas : KIMIA 20A

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Pancasila sebagai budaya toleransi dan perdamaian

Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman baik sisi budaya, bahasa, etnis
dan agama. Merujuk pada sensus penduduk oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2010,
Indonesia memiliki sekitar 1.340 suku bangsa. Suku Jawa yang berasal dari Pulau Jawa bagian
tengah hingga timur sebagai kelompok suku terbesar dengan populasi sebanyak 85,2 juta jiwa
atau sekitar 40,2 persen dari populasi penduduk Indonesia. Suku bangsa terbesar kedua adalah
Suku Sunda yang berasal dari Pulau Jawa bagian barat dengan jumlah mencapai 36,7 juta jiwa
atau 15,5 persen. Suku Batak menyusul sebagai terbesar ketiga dengan jumlah mencapai 8,5 juta
jiwa atau 3,6 persen yang berasal dari Pulau Sumatra bagian tengah utara. Terbesar ke empat
adalah Suku asal Sulawesi selain Suku Makassar, Bugis, Minahasa dan Gorontalo. Jumlah
terbesar keempat ini sendiri merupakan gabungan dari 208 jenis suku bangsa Sulawesi, Untuk
terbesar kelima adalah Suku Madura. Kemajemukan bangsa Indonesia tidak hanya terlihat dari
beragamnya jenis suku bangsa, namun terlihat juga dari beragamnya agama yang dianut
penduduk. Dilansir dari situs resmi Kementerian Sekretariat Negara, dari jumlah suku yang
terdata, Suku Jawa merupakan kelompok yang terbesar di Indonesia, kemudian ada Kalimantan
dan Papua. Pembagian kelompok suku di Indonesia tidak mutlak dan tidak jelas. Hal ini akibat
dari perpindahan penduduk, pencampuran budaya, dan saling memengaruhi.

Ada beberapa faktor munculnya keberagaman, yakni: Letak geografis Indonesia, luas
wilayah Indonesia yang besar berpengaruh terhadap banyaknya keberagaman yang dimiliki,
Kondisi itu menjadikan sumber keberagaman tercipta, seperti suku, budaya, ras, dan golongan.
Dengan kondisi tersebut menimbulkan perbedaaan dalam masyarakat. Pastinya satu pulau
dengan pulau yang lain memiliki perbedaan atau karakteristik masing- masing. Pengaruh
kebudayaan asing Keberagaman bisa muncul karena pengaruh kebudayaan asing yang memiliki
ciri yang berbeda, biasanya lewat komunikasi atau mereka datang ke Indonesia. Sehingga terjadi
akulturasi atau pencampuran unsur kebudayaan asing dengan kebudayaan Indonesia. Perbedaan
musim hujan dan kemarau antar daerah, perbedaan kondisi alam seperti pantai dan pegunungan
mengakibatkan perbedaan pada masyarakat. Sehingga membuat komunitas masyarakat memiliki
kebudayaan yang berbeda. Ada komunitas masyarakat yang mengandalkan laut untuk sumber
pemenuhan kebutuhan kehidupannya. Dikutip situs, Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia
adalah negeri yang kaya “gemah ripah loh jinawi”. Kekayaan itu tidak sebatas pada hasil alam
saja, tetapi juga pada ragam suku, bahasa, agama, kepercayaan, dan adat istiadat. Pada kekayaan
suku bangsa, Indonesia memiliki ratusan nama suku. Kemajuan teknologi dan kemudahan di
bidang transportasi mendorong peningkatan mobilitas penduduk. Dampak dari mobilitas
penduduk mempercepat perubahan komposisi suku di suatu wilayah. Ini menjadi potensial
konflik sosial, ekonomi, maupun politik. Data suku di Indonesia pertama kali dihasilkan melalui
Sensus Penduduk (SP) pada 1930 oleh Pemerintah Belanda. Pada era Orde Baru, pengumpulan
data terhenti karena adanya "political taboo" yang memandang bahwa membahas suku adalah
upaya yang dapat mengancam keutuhan bangsa.

Namun, pada sisi lain, kemajemukan bisa pula berpotensi menimbulkan sosial konflik
antarumat beragama yang bisa mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), terutama bila kemajemukan tersebut tidak disikapi dan dikelola secara baik. Dalam
konteks kemajemukan agama di Indonesia tersebut, maka toleransi beragama dalam
pengertian kesediaan umat beragama hidup berdampingan secara damai dengan penganut
agama lain merupakan isu penting dalam kehidupan bangsa Indonesia. Toleransi merupakan
elemen dasar yang dibutuhkan untuk menumbuhkan sikap saling memahami dan menghargai
perbedaan yang ada, serta menjadi entry point bagi terwujudnya suasana dialog dan kerukunan
antarumat beragama dalam masyarakat. Agar tidak terjadi konflik antarumat beragama,
toleransi harus menjadi kesadaran kolektif seluruh kelompok masyarakat, dari tingkat anak-
anak sampai dewasa. Lebih dari itu, prinsip-prinsip toleransi harus bekerja mengatur
perikehidupan masyarakat secara efektif.

Beberapa pendapat dari para ahli mengumakan mengenai toleransi , menurut Tillman,
toleransi adalah sebuah sikap untuk saling menghargai, melalui pengertian dengan tujuan untuk
kedamaian. Toleransi disebut-sebut sebagai faktor esensi dalam terciptanya sebuah perdamaian.
Max Isaac Dimont berpendapat, pengertian toleransi adalah sikap untuk mengakui perdamaian
dan tidak menyimpan dari norma-norma yang diakui dan berlaku. Toleransi juga diartikan
sebagai sikap menghormati dan menghargai setiap tindakan orang lain. Friedrich Heiler
berpendapat, pengertian toleransi adalah sikap seseorang yang mengakui adanya pluralitas
agama dan menghargai setiap pemeluk agama tersebut. Ia menyatakan, setiap pemeluk agama
mempunyai hak untuk menerima perlakuan yang sama dari semua orang.

Pancasila sebagai budaya toleransi dan perdamaian memiliki makna bahwa Pancasila
menjadi landasan dalam bertoleransi yaitu dalam hal beragama, berpolitik dan berbudaya.

Toleransi beragama adalah sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan agama
yang ada dalam kehidupan. Sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dapat dipahami bahwa
Indonesia merupakan negara yang mempercayai adanya Tuhan. Bahkan Indonesia mengakui
adanya keberagaman agama yang sama-sama menjunjung tinggi nilai ketuhanan.Sila pertama ini
dilambangkan oleh simbol bintang berkepala lima dengan warna kuning keemasan yang berada
di dalam perisai hitam. Simbol ini mencerminkan sebuah cahaya seperti layaknya Tuhan yang
menjadi penerang bagi setiap jiwa manusia. Selain itu, nilai Ketuhanan yang dijadikan sebagai
sila pertama menunjukkan bahwa Tuhan menjadi pedoman paling utama bagi setiap manusia
untuk menjalankan kehidupan.Dalam beragama, contoh toleransi adalah dengan menghormati
hak setiap orang untuk memilih agamanya serta memberikan ruang bagi mereka untuk
menjalankan ibadah sesuai agamanya masing-masing.

Toleransi berpolitik, lebih mengarah pada bagaimana setiap orang dapat menghargai dan
menghormati pendapat politik yang dimiliki oleh orang lain. Dengan toleransi, setiap orang dapat
sama-sama menjaga hak politiknya masing-masing. Sila kedua mengangkat nilai kemanusiaan
yang adil dan beradab. Hal ini tercermin oleh simbol rantai yang tersambung utuh satu dengan
yang lain. Gelang-gelang kecil yang menyusun rantai tersebut menunjukkan eratnya hubungan
manusia satu dengan yang lain. Di mana masing-masing saling membantu dan bergotong royong
dalam hal kebaikan. Sila ini juga menunjukkan kehidupan manusia yang rukun, damai dan
sejahtera. Sila keempat ini dilambangkan oleh simbol kepala banteng yang berwarna hitam
dengan latar perisai berwarna merah. Simbol kepala banteng ini dipilih untuk menunjukkan sikap
demokrasi dan musyawarah dalam pengambilan setiap keputusan. Di mana masyarakat bisa
berkumpul, saling mengutarakan pendapat, menampung setiap gagasan dan mengambil
keputusan berdasarkan hasil kesepakatan yang terbaik. Berkumpul dan berdiskusi menjadi solusi
untuk setiap perbedaan atau pertentangan yang terjadi di kehidupan. Sila ini juga mengajarkan
untuk tidak menggunakan kekerasan untuk menyelesaikan setiap masalah dan konflik di
masyarakat.

Toleransi budaya, di Indonesia yang memiliki ragam budaya, toleransi adalah kunci
untuk hidup rukun satu sama lain. Dengan toleransi, tidak ada sikap merendahkan atau
superioritas antarbudaya. Karena itu, setiap orang harus mampu untuk memandang sama rata
terhadap budaya yang lain. sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” dilambangkan oleh
simbol pohon beringin yang besar dan kokoh. Pohon beringin ini berada di dalam perisai
berwarna putih. Pemilihan simbol ini menggambarkan nilai kesatuan dan persatuan yang harus
dijunjung tinggi oleh setiap warga negara Indonesia.Meskipun bangsa Indonesia terdiri dari
berbagai macam suku, agama, dan unsur latar belakang yang berbeda namun bisa tetap bersatu
untuk negara. Hal ini juga menunjukkan bahwa perbedaan bukan menjadi halangan untuk
mewujudkan kehidupan yang damai dan sejahtera.

Manfaat dari Toleransi

1. Menerima nilai-nilai orang lain

2. Menguatkan tali persaudaraan

3. Menumbuhkan dan menguatkan rasa nasionalisme

4. Melancarkan pembangunan negara

5. Menciptakan keharmonisan dan kedamaian

6. Meningkatkan kekuatan iman


Dari pembahasan diatas, sebagai warga negara yang mengakui kemajemukan Indonesia
hendaknya selalu berpegang teguh dan menjadikan pancasila sebagai budaya toleransi dan
perdamaian, setiap sila pancasila mencerminkan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat.
Pancasila sudah menjadi perjanjian luhur yang telah final disepakati oleh para leluhur, dengan
mengikuti ideologi Pancasila, kehidupan bermasyarakat menjadi lebih aman, tentram dan damai.

REFERENSI

Isti Prabandari, Ayu.2020.” Mengenal Makna Pancasila, Pahami Arti dari Setiap
Lambangnya”.https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-makna-pancasila-pahami-arti-dari-setiap-
lambangnya-kln.html?page=2

Nur Hafizah, Tiara.2018. “Toleransi dan Kebhinekaan dalam


Pancasila”.https://www.kompasiana.com/aisyahjamil0992/5b8ff06512ae943cd14096c4/toleransi-dan-
kebhinekaan-dalam-pancasila

Tri Nugroho, Fauzan.2020.” Pengertian Toleransi Secara Umum dan Menurut Ahli, Ketahui Jenis-
jenisnya”.https://www.bola.com/ragam/read/4409596/pengertian-toleransi-secara-umum-dan-
menurut-ahli-ketahui-jenis-jenisnya

Triyono, Leonard.2020.” Kebebasan Beragama dan Toleransi di Indonesia Dinilai


Membaik”.https://www.voaindonesia.com/a/kebebasan-beragama-dan-toleransi-di-indonesia-dinilai-
membaik-/5471614.html

DamilahRI.2018. “Pancasila, Wadah Perbedaan dalam


Perdamaian”.https://kumparan.com/damailahri/pancasila-wadah-perbedaan-dalam-perdamaian-
21dM5TZ8yq

Anda mungkin juga menyukai