Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Komunikasi Dengan Kelompok Keluarga Dengan Lansia


Keperawatan Gerontik

OLEH : KELOMPOK 04
KELAS 7/A

ANGGOTA KELOMPOK

Ajie Febriarta 1130019008


Intan Priyaningtyas 1130019092
Tasya Sal Sabilla 1130019110

FASILITATOR :
Chilyatiz Zahroh, S.Kep.Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Puji syukur
atas kehadirat Allah yang selalu memberikan Rahmat serta taufik hidayahnya
sehingga kami bisa mengerjakan tugas resume ini dengan judul Komunikasi
Dengan Kelompok Keluarga Dengan Lansia dalam Keperawatan Gerontik. Dan
kami juga bersyukur atas terselesainya resume ini.
Pada kesempatan ini, perkenankan kami menyampaikan terima kasih yang
besar-besarnya kepada Ibu Chilyatiz Zahroh, S.Kep.Ns., M.Kep yang telah
memberi arahan dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar sepenuhnya bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu
pula dengan resume ini. Oleh karena itu masukan, kritik dan saran sangat penting
penulis harapkan demi perbaikan dan sempurnanya tulisan di masa mendatang.
Harapan penulis, semoga resume ini berguna bagi pembaca.

Surabaya, 19 September 2022

Kelompok 04

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................................................... i

Daftar Isi ................................................................................................................... ii

Bab 1, Pendahuluan

1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
1.3. Tujuan ................................................................................................................ 2

Bab 2, Tinjauan Teori

2.1 Pola Komunikasi Dengan Kelompok Keluarga Dengan Lansia. .................... 3

2.2 Pengalaman Berkomunikasi Keluarga Dengan Lansia. .................................. 4

Bab 3, Penutup

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 6

3.2 Saran ................................................................................................................... 6

Daftar Pustaka .......................................................................................................... 7

Lembar Konsul .......................................................................................................... 8

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat.


Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
adanya keterikatan aturan dan emosional serta setiap individunya memiliki
peranan masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998).
Menurut Littlejohn (1996) setiap keluarga memiliki sejumlah aspek masing-
masing yang meliputi saling ketergantungan, hierarki, perubahan lingkungan,
aturan aturan, tujuan, dan keseimbangan. Berdasarkan definisi diatas, keluarga
juga dapat diartikan sekumpulan dua orang atau lebih yang tinggal dalam satu
atap yang sama dalam jangka waktu yang lama. Anggotanya memiliki
keterikatan satu sama lain, memiliki hubungan darah, saling bergantung satu
sama lain dan mempertahankan budayanya. Keluarga merupakan sumber emosi
positif yang mendorong pertumbuhan dan memperkaya diri bagi semua anggota
(Sandra Metts, dalam Braithwaite, Suter, & Floyd, 2003). Karena keluarga yang
harmonis dapat mendorong pertumbuhan psikis menjadi lebih baik. Keluarga
juga memiliki fungsi dan peranan sebagai tempat konseling atau terapi. Karena
keluarga seringkali dijadikan sebagai tempat kembali, tempat untuk berkumpul,
dan tempat ternyaman untuk dijadikan berbagi masalah serta kendala-kendala
dalam menjalani kehidupan, hingga saling bantu dalam menyelesaikan masalah.

Lansia atau lanjut usia menurut World Health Organization (WHO)


merupakan sebutan untuk kelompok usia 60 tahun ke atas. Dalam kelompok usia
60 keatas, lansia sudah tidak berada dalam usia produktif. Dalam usia yang sudah
tidak produktif lagi, lansia seharusnya berada dibawah pengawasan keluarga dan
dirawat oleh anggota keluarga yang lebih muda. Dalam usia lanjut, seorang lansia
akan mengalami penurunan fungsi tubuh. Tubuh dan beberapa organ ataupun
indera seorang lanjut usia mengalami penurunan fungsi. Melihat dari fungsi

1
keluarga yang seharusnya memiliki fungsi perlindungan, seorang lansia sangat
perlu untuk dirawat oleh pihak keluarga. Karena keluarga merupakan unit
pelayanan dasar.

Dalam Pola Komunikasi Keluarga (Family Communication Pattern) yang


berdasarkan orientasi percakapan dan konformitas (kesesuaian) terdapat empat
pola komunikasi keluarga yang mempengaruhi perilaku dan kebiasaan anggota
keluarga. Fitzpatrick (2002) memberikan label Consensual pada pola komunikasi
keluarga yang memiliki orientasi percakapan (conversation) dan konformitas
yang tinggi. Untuk keluarga yang menerapkan orientasi percakapan yang kuat
dan konformitas rendah diberi label Pluralistic. Keluarga dengan orientasi
percakapan yang rendah dan orientasi konformitas tinggi diberi label Protective.
Kemudian, keluarga dengan menerapkan orientasi percakapan yang rendah dan
konformitas yang rendah diberi label Laissez-faire. Fitzpatrick (dalam
Braithwaite, Dawn O., Suter, 2003) berpendapat bahwa orientasi percakapan dan
orientasi konformitas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola komunikasi dengan kelompok keluarga dengan


lansia?
2. Apa saja pengalaman berkomunikasi keluarga dengan lansia ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pola komunikasi dengan kelompok keluarga


dengan lansia
2. Untuk mengetahui pengalaman berkomunikasi keluarga dengan
lansia.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pola Komunikasi Dengan Kelompok Keluarga Dengan Lansia.


Keluarga usia lanjut adalah keluarga yang di dalamnya terdapat penduduk
lansia atau anggota keluarga yang seluruhnya berusia lanjut. Salah satu peran
keluarga dalam merawat lansia ialah mempertahankan dan meningkatkan status
mental lansia (Mubarok dkk, 2011). Keluarga dan lansia harus memiliki
hubungan yang baik. Berkomunikasi merupakan salah satu cara menjaga
hubungan keluarga dan lansia.
Komunikasi penting untuk lansia karena dapat meningkatkan hubungan sosial
di keluarga maupun masyarakat. Komunikasi dapat menggerakkan dan
memelihara kehidupan. Manusia mampu mengorganisir, memperbaiki,
mengembangkan, dan memperluas cara berkomunikasi sehingga manusia
dapat bertahan hidup. Akibat perubahan lansia, keluarga maupun petugas
kesehatan khususnya perawat harus memiliki keyakinan bahwa lansia harus
dipertahankan kemampuan komunikasinya dan menghilangkan pandangan
bahwa lansia sulit diajak berkomunikasi, tidak perlu diajak berkomunikasi, dan
tidak memerlukan komunikasi dengan orang lain atau mengabaikannya.
Keluarga merupakan support sistem utama bagi lansia dalam mempertahankan
kesehatannya. Peran keluarga diantaranya menjaga atau merawat lansia,
mempertahankan atau meningkatkan status mental lansia, mengantisipasi
perubahan sosial ekonomi, dan memberikan motivasi. Ada beberapa hal yang
dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam melakukan perannya yaitu
membantu mencukupi kebutuhannya, menghormati dan menghargai, tidak
menganggap sebagai beban, mengajak bepergian, mempertahankan kehangatan
keluarga, dan melakukan komunikasi terarah. Tujuan lansia harus selalu diajak
berkomunikasi ialah menumbuhkan rasa percaya diri lansia kepada pemberi
asuhan; memberi rasa aman nyaman kepada lansia dalam mengungkapkan

3
perasaan; memenuhi kebutuhan lansia akan kasih sayang; melatih lansia
mengembangkan berbicara, mendengar, dan menerima rangsangan;
mempertahankan kemampuan lansia mengambil keputusan; dan menciptakan
atau meningkatkan hubungan sosial dalam masyarakat.

2.2 Pengalaman Berkomunikasi Keluarga Dengan Lansia.


Keluarga mempunyai pengalaman yang baik saat berkomunikasi dengan lansia,
bagi keluarga lansia merupakan orang tua yang menjadi suri tauladan, keluarga
selalu mendukung lansia untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan anggota
keluarga di rumah, terlepas dari berbagai hambatan dan tantangan yang ada.
Upaya keluarga untuk menunjang kelancaran berkomunikasi dengan lansia
antara lain memberi kesempatan lansia yang memulai pembicaraan, perasaan
lansia yang lagi senang, susana lingkungan yang kondusif, ngobrol berduaan
dengan lansia, duduk berhadapan dengan lansia serta kesabaran saat
berkomunikasi dengan lansia.
Pengalaman keluarga dalam berkomunikasi dengan lansia yang meliputi :
pandangan keluarga terhadap lansia, perasaan keluarga dalam berkumunikasi
dengan lansia, hambatan yang dialami keluarga dalam berkomunikasi dengan
lansia, upaya keluarga mengurangi hambatan komunikasi serta penunjang
kelancaran komunikasi dengan lansia cukup mewakili beberapa teori yang
sudah ada. Agar komunikasi berhasil secara efektif, diperlukan beberapa syarat
yang disebut “The Seven C’s of Communication” yaitu : Credibility
(kredibilitas), keberadaan penyampai pesan diakui dan dapat dipercaya oleh
penerima pesan. Context (kontek), situasi dan kondisi tempat berlansung
komunikasi relevan dengan keadaan si penerima pesan. Content (isi), materi
arau isi pesan yang disampaikan mempunyai arti penting bagi si penerima.
Clarity (kejelasan), pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan dapat diterima
dan dimengerti oleh si penerima. Continuity and consistency (kontinuitas dan
konsistensi), pesan yang disampaikan konsisten dan berkesinambungan dan
tidak menyimpang dari topik pembicaraan. Channel (saluran) adanya saluran

4
yang digunakan dalam proses komunikasi. Capability of the audience
(kemampuan sasaran), pesan yang disampaikan sesuai dengan tingkat
penerimaan sasaran, mudah diterima dan tidak sulit dipahami (Ellis & Abbott,
2017).
Banyak faktor yang mempengaruhi proses komunikasi, faktor-faktor tersebut
dapat dibagi menjadi faktor penunjang dan faktor penghambat. Salah satu
faktor penunjang yaitu pemahaman atau pengetahuan serta pengalaman dari
pembawa pesan. Sementara faktor yang menghambat komunkasi yaitu :
pembawa pesan tidak menguasai isi pesan yang disampaikan, kurangnya
pengalaman dalam penyampaian pesan penampilan yang kurang meyakinkan,
pesan yang disampaikan kurang jelas atau mengandung makna, Lalu Bahrudin
(2020). Bima Nursing ganda, media yang digunakan tidak sesuai dengan topik
permasalahan yang disampaikan, pengetahuan penerima pesan terlalu rendah
sehingga kurang mampu mencerna pesan yang disampaikan serta lingkungan
tempat komunikasi berlangsung terlalu bising sehingga pesan yang
disampaikan tidak jelas (Ellis & Abbott, 2017).

5
Bab 3
Penutup

3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi yang dari pengirim
pesan kepada penerima pesan sehingga menimbulkan respon tingkah laku
sesuai dengan informasi yang diterima oleh penerima pesan.
Dalam berkomunikasi dengan lansia terdapat beberapa hambatan seperti,
gangguan neurologi, penurunan daya fikir, perawat sering memanggil nenek,
mendengarkan dengan penuh perhatian, perbedaan budaya, overload, sensoris,
gangguan, penglihatan, hambatan,fisik, hambatan pribadi, dan gangguan
suasana kenyamanan.

3.2 Saran
Bagi pembaca khusunya perawat harus memahami tentang aplikasi terapeutik
pada lansia agar pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit berjalan dengan,
lancar, selain itu juga penting mengetahui apa saja kemungkinan yang akan
menjadi hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia serta dapat mengetahui
cara mengatasi hambatan tersebut

6
Daftar Pustaka

bahrudin, Lalu. 2020. Pengalaman Keluarga Berkomunikasi dengan Lansia di


Wilayah Kerja Puskesmas Pemenang Kabupaten Lombok Utara. Google
schooler. diakses dari : http://jkp.poltekkes-
mataram.ac.id/index.php/bnj/article/view/620/231
dukalang, Salma. (2020). Makalah Komunikasi Pada Lansia. Diakses dari
https://www.scribd.com/document/431824156/Makalah-Komunikasi-Pada-
Lansia
Friedman. (1998). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.
Littlejohn, S. W. (1996). Theories of Human Communication (Edisi ke-3).
Belmont: Wadsworth.

7
LEMBAR KONSUL

Hari / Tanggal Paraf


Chilyatiz Zahroh, S.Kep.Ns., M.Kep

Chilyatiz Zahroh, S.Kep.Ns., M.Kep

Chilyatiz Zahroh, S.Kep.Ns., M.Kep

Anda mungkin juga menyukai