Anda di halaman 1dari 29

RESUME KEPERAWATAN KELUARGA

TERAAPI KOMPLEMENTER DAN FAMILY CENTERED CARE


DALAM KEPERAWATAN KELUARGA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5 KELAS 6A
ANGGOTA KELOMPOK :
Irfa Nikmatul Khuluq 1130019001
Nurul Khasanah 1130019045
Sindy La Hamida 1130019109
Tasya Sal Sabilla 1130019110

FASILITATOR :
Chilyatiz Zahroh, S.Kep., Ns., M.Kep.

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2022
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa :

Kami mempunyai copy dari resume ini yang bisa kami reproduksi jika makalah
yang dikumpulkan hilang atau rusak.

Resume ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupaka karya orang lain
kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang
membuat resume ini untuk kami.

Jika kemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia


mendapatkan sanksi sesuai peraw=turan yang berlaku

Surabaya, 12 maret 2022


Nama NIM Tanda Tangan
Irfa Khikmatul Khuluq 1130019001

Nurul Khasanah 10030019045

Sindy La Hamida 1130019109

Tasya Sal Sabila 1130019110

ii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini tepat waktunya. Rsume ini disusun agar para peembaca
tugas ini tepat pada waktunya. Resume ini disusun agar para pembaca dapat
mengetahui tahan perkembangan keluarga. Fguna memenuhi tugas untuk mata
kuliah Keperawatan Keluarga dengan judul “Terapi Komplementer dsn Fambily
Centered Care Dalam Keperawatan Keluarga” .

Selama pembuatan makalah ini penulis meemperoleh banyak bantuan dari


berbagai sumber, untuk itu kami mengucapkan terima asih banyak kepada ibu
pembimbing yakni,Chilyatiz Zahroh., S.Kep.,Ns.,M.Kep. yang telah memberikan
dukungan dan kepercayaan yang begitu besar. Disanalah semua kesuksesan ini
berawal, semoga semua ini memberikan sedikit kebahagiaan menuntun pada
Langkah yang lebih baik lagi.

Dalam penuliaj ini penyusun menyadari bahwa masih banyak kekeliruaan


dan masih sangat sederhana, karena pengetahuan peyusun masih kurng. Untuk itu
dengan adanya kekuaranagn tersebut yang bersifat membangun dan bisa
digunakan untuk perbaikan dimasa mendatang.

Akhir kata kami berharap makalah ini menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca dan bagi para penysuun khususnya

Surabya, 12 Maret 2022

Kelompok 5

iii
DAFTAR ISI

RESUME KEPERAWATAN KELUARGA...................................................................i


LEMBAR PERNYATAAN..............................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iv
BAB 1................................................................................................................................1
ISI PEMBAHASAN.........................................................................................................1
1.1 Definisi Terapi Komplementer..............................................................................1
1.2 Tipe Terapi Komplementer...................................................................................2
1.3 Fokus Terapi Komplementer................................................................................3
1.4 Teknik Terapi Komplementer...............................................................................5
1.5 Penggunaan Terapi Komplementer....................................................................10
1.6 Family Centered Care (FCC)........................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19
LAMPIRAN – LAMPIRAN..........................................................................................20

iv
BAB 1
ISI PEMBAHASAN
1.1 Definisi Terapi Komplementer
Terapi komplementer adalah terapi yang digunakan selain keperawatan
kesehatan tradisional (Stanhope & Lancaster, 2014). Kramlich (2014)
menyebutkan terapi komplementer merupakan cara atau terapi tambahan
bersamaan dengan pengobatan konvensional. Sedangkan Peraturan Menteri
Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa pengobatan komplementer
alternative sebagai pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat menggunakan upaya kesehatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative yang diperoleh melalui
pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, efektifitas yang tinggi
berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik. Upaya ini belum diterima
kedokteran konvensional (Permenkes RI No. 1109, 2007).
Terapi komplementer adalah semua terapi yang digunakan sebagai
tambahan untuk terapi konvesional yang direkomendasikan oleh
penyelenggara pelayanan kesehatan individu. Terapi komplementer dikenal
dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam pengobatan modern.
Terapi komplementer juga ada yang menyebutkan dengan pengobatan
holistic. Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi
individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk
mengintegrasikan pikiran, badan dan jiwa dalam kesatuan fungsi.
Terapi komplementer termasuk didalam praktik dan ide yang didefinisikan
oleh penggunaan sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi
kesehatan. Terapi komplementer sebagai pengembangan terapi tradisional
dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang memperngaruhi
keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil
dari terapi yang terintegrasi tersebut ada yang lulus uji klinis sehingga sudah
disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip
keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistic (bio,
psiko, sosial dan spiritual).

1
1.2 Tipe Terapi Komplementer
Tipe yang dijelaskan mengikuti klasifikasi National Center of
Complimentary and Alternative Medicine (NCCAM) tahun 2012, terbagi
menjadi lima (Lindquistm, Snyder, & Tracy, 2014), yaitu:
1.2.1 Terapi Pikiran dan Tubuh
Terapi ini mempraktikkan pikiran dan tubuh agar focus kepada
interaksi antara otak, pikiran, tubuh, dan kebiasaan dengan tujuan
untuk menggunakan pikiran dalam mempengaruhi fungsi tubuh
dan mempromosikan kesehatan. Jenis terapi ini yang menggunakan
beberapa teknik seperti meditasi, yoga, akupuntur, latihan napas
dalam, guided imagery, hipnoterapi, relaksasi progresif, qi-gong,
dan tai chi.
1.2.2 Produk Alami
Terapi produk alami yaitu terapi yang menggunakan zat yang
ditemukan pada alam, contohnya yaitu: preparat turunan tumbuhan
(herbal dan minyak esensial), peraturan diet khusus, pengobatan
orthomolecular (nutrisi dan suplemen makanan).
1.2.3 Praktik Manipulasi dan Sistem Tubuh
Praktik manipulasi dan dasar tubuh focus utamanya pada struktur
dan sistem tubuh termasuk tulang dan sendi, jaringan lunak, serta
sistem sirkulasi dan limpa. Contoh dari terapi ini yaitu: manipulasi
spinal, chiropractic dan terapi masase seperti rolfing.
1.2.4 Terapi energy.
Terapi energy yaitu terapi yang focus pada penggunaan energy dari
lingkungan seperti magnetic dan biofields yang dipercaya sebagai
energy yang didapatkan dari lingkungan sekitar dan dapat diserao
tubuh, contoh dari terapi ini yaitu: healing touch, reiki energy qi-
gong dan magnet.
1.2.5 Sistem Pemeliharaan Kesehatan
Sistem pemeliharaan kesehatan yaitu suatu sistem besar yang
merupakan unit pelayanan yang dibangun berdasarkan teori dan

2
fakta praktik serta dilibatkan sebagai bagian serta lebih dahulu
digunakan dibandingkan pengobatan barat. Beberapa kategori yang
telah berkembang dari budaya dan tradisi spiritual digunakan
dalam praktik. Contohnya: pengobatan ayuverdic, tradisional
china, folk, homeopathy, dan naturopathy.
1.3 Fokus Terapi Komplementer
Perawat penting mengenal terapi komplementer, karena masyarakat
termasuk di indonesia masih banyak yang menggunakan terapi
tradisional.klien dapat memilih tindakan yang tepat sesuai masalah yang
dialaminya. Perawat yang menguasai terapi komplementer juga dapat
memberikan tindakan sesuai kebutuhan klien. Hal ini sesuai dengan tujuan
penyelenggaraan terapi komplementer dan alternatif yaitu memberi
perlindungan kepada klien, mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan serta memberi kepastian hukum kepada masyarakat dan
tenaga pengobatnya (Permenkes RI No. 1109, 2007).
Perawat yang melakukan tindakan terapi komplementer perlu
diintergrasikan ke dalam asuhan keperawatan klien sebagai pelengkap
tindakan keperawatan kepada klien. Hal ini didasari pleh undang-undang
keperawatan No. 38 tahun 2014 pasal 30 yang menjelaskan tentang tugas dan
wewenang perawat dalam penatalaksanaan teindakan komplementer dan
alternatif. Perawat juga harus mengaplikasikan prinsip keperawatan selama
melaksanakan terapi komplementer.
Prinsip keperawatan yang perlu diaplikasikan dalam terapi komplememter
dan alternatif adalah holistik, komprehensif, dan kontinum. Prinsip holistik
pada terapi komplementer sesuai dengan pendekatan perawat yang mengacu
pada kebutuhan biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual (Bermen, et
al 2015: Potter,Perry, Stoctker & Hall, 2013). Artinya perawat dalam
melaksanakan terapi komplementer perlu berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan biopsiko-sosio kultural dan spiritual klien. Perawat dapat
menggunakan prinsip ini karena mengakui adanya kemampuan alami dalam
pemulihan tubuh dengan menggabungkan berbagai intervensi sebagai
komplementer termasuk memberikan terapi musik, life review, relaksasi,

3
healing touch, dan guided imaginery (imajinasi tertuntun) karena terapi
tersebut menyesuaikan kondisi dan kemampuan klien, non ivasif yang
ekonomis, dan non farmakologis (Potter, Perry, Stockert & Hall). Pandangan
yang memenuhi semua aspek ini dapat diterapkan dalam berbagai level
pencegahan.
level pencegahan terdiri dari primer, sekunder, dan tersier. Terapi
komplementer dapat dilaksanakan disemua level pencegahan tersebut.
Penerapan terapi komplementer dalam semua level ini sesuai dengan prinsip
komprehensif dalam keperawatan (Potter, Perry, Stockert & Hall). Terapi
komplemeneter untuk semua level pencegahan tersebut juga memperhatikan
sistem klien.
Klien sebagai individu yang memiliki sistem yang saling terkait di dalam
tubuh dan lingkungannya. Gangguan yang ada pada diri seseorang akan
mempengaruhi sistem klien sebagai individu, keluarga, ataupun anggota
masyarakat. Misalnya klien dengan gamgguan psikososial akan berdampak
[pada diri dan keluarganmya. Menurut Stozier & Carpenter (2008). Terapi
komplementer melakukan pendekatan psikoterapi yang dianggap sebagai
bagian dari sistem yang melengkapi untukproses penyembuhan selain
pengobatan konvensional.
Intervensi keperawatan melalui pencegahan diberbagi level ini dapat
dilakukan dalam keadaan sehat dan sakit, diberikan disemua tingkat
pelayanan kesehatan. Terapi komplementer ini dapat diterapkan pada klien
dalam keadaan sehat dan sakit yang ada dirawat di rumah ataupun di
pelayanan kesehatan secara mandiri atau kolaborasi, artinya memenuhi
prinsip kontinum. Pelayanan kesehatan yang diberikan hendaknya dilakukan
secara intergrasi untuk mendapatkan hasil terbaik untuk klien.
Pelayanan kesehatan terintegrasi menekankan pentingnya hubungan antara
terapis atau praktisi dengan klien, fokus pada individu secara menyeluruh,
menginformasikan berdasarkan bukti, dan menggunakan pendekatan
terapeutik yang tepat, pelayanan kesehatan profesional dan lintas disiplin
sehingga mencapai kesehatan yang optimal (Kreitzer et al, 2009 dalam potter,
Perry, Stockert & Hall, 2013). Pemberian terapi yang berkelanjutan baik di

4
rumah ataupun di pelayanan kesehatan secara konvemsional maupun
komplementer diharapkan dapat memberikan intervensi terbaik untuk
kebutuhan klien (Stanhope & Lancaster, 2014). Artinya terapi komplementer
dapat diberikan diberbagai level layanan sesuai dengan kebutuhan dan
ketersediaannya, hal ini menunjukkan bahwa terapi komplementer apabila
diberikan pada seseorang telah sesuai dengan prinsip dan konsep
keperawatan.

1.4 Teknik Terapi Komplementer


Terapi komplementer setiap jenisnya memiliki teknik tertentu. Lima tipe
berikut sesuai sesuai klasifikasi NCCAM tahun 2012 yaitu: pikiran dan tubuh
(mind body therapies), sistem pemeliharaan kesehatan, produk alami, praktik
manipulasi, dan sistem tubuh & terapi energi. Klasifikasi terapi dan pikiran
tubuh contohnya yaitu meditasi, yoga, terapi musik, berdoa, terapi seni,
imagery, journaling, biofeedback, humor, dan tai-chi. Alternatif sistem
pemeliharaan kesehatan contohnya pengobatan tradisional china, ayuvedia
(pengobatan india), dan curanderismo (pengobatan asli amerika). Terapi
biologis yaitu natural dan pratik biological dan hasil-hasilnya misalnya
herbal, terapi diet, pengobatan orthomolekuler (suplemen nutrisi dan
makanan). Terapi energi misalnya reiki, healing touch dan magnet.
Berikut beberapa teknik terapi yang banyak digunakan, antara lain:
1.4.1 Meditasi
Meditasi adalah suatu teknik yang memungkinkan seseorang
mampu menggunakan kesadaran dan pengalamannya sehingga
membuat seseorang lebih sadar akan dirinya (snyder & lindquist).
Meditasi merupakan sarana seseorang untuk fokus terhadap suatu
objek. Terapi ini menggunakan sikap tubuh yang spesifik,
memfokuskan perhatian atau sikap terbuka terhadap gangguan.
Indikasi meditasi dilakukan pada saat stres, cemas, denyut jantung
dan tekanan darah meningkat. Kontraindikasi melakukan meditasi
adalah klien yang kurang mampu menyimpan emosi dan kurang
mampu menganalisis sebab akibat yang kompleks.

5
1.4.1.1 Tahap pertama diawali dengan persiapan ruangan yakni
tempat yang tenang dan waktu yang dianggap paling sesuai
oleh klien, gunakan pakaian yang longgar dan nyaman,
serta dapat menggunakan musik.
1.4.1.2 Tahap kedua menyiapkan posisi yang nyaman, misalnya
menggunakan posisi duduk atau berbaring.
1.4.1.3 Tahap ketiga memulai meditasi dengan mata ditutup atau
dibuka, fokus pada keluar ,asuknya naps terutama gunakan
pernapasan perut, rasakan sensasinya, tahap ini dilakukan
dengan hati ikhlas sehingga tercapai tujuan untuk mengatasi
masalah.
1.4.1.4 Tahap keempat yakni melakukan evaluasi sesuai dengan
maslaah yang dirasakan misalnya kemampuan merubah
diri, fisik lebih segar dan bugar, perasaan lebih menerima
keadaan.
1.4.2 Akupresur
Jeni terapi ini termasuk dalam salah satu pengobatan tradisional
Cina yang dikenal dengan Tradicional Chinise Medicine disingkat
dengan TCM. Tindakannya melibatkan stimulasi dari titik-titik
spesifik pada tubuh. Akupresur menggunakan jari atau alat (kayu,
magnet) yang ditekan pada titik di permukaan kulit tersebut
sedangkan pada akupuntur menggunakan jarum yang kemudian
dimanipulasi dengan tangan atau stimulasi elektrik. Pada titik
tertentu seperti kedua telapak tangan merupakan titik bagi jantung,
paru, mata, kelenjar tiroid, hati, pankreas dan sinus. Fungsi dari
terapi akupuntur dan akupresur adalah untuk meregenerasi sel-sel
tubuh yang mengalami penurunan kualitas serta membentuk sistrm
pertahanan dalam tubuh sehingga dapat bermanfaat pada proses
pemcegahan, penyembuhan, pemulihan dari penyakit serta
peningkatan daya tahan tubuh (Fengge, 2012).
Titik akupresur dibagi menjadi tiga yaitu titik akupresur
umum uang dijumpai di sepanjang saluran meridien, titik

6
akupresur istimewa yaitu titik yang tidak menentu di sepanajng
ataupun diluar jalur meridien, yang terakhir adalah titik nyeri yaitu
titik yang berada pada daerah keluhan. Terapi akupresur dapat
dilakukan secara mandiri dengan memijat bagian tubuh sendiri.
Hal ini berguna untuk mengatasi keluhan gangguan kesehatan
akibat aktivitas kerja, seperti sakit kepala, sakit leher atau tengkuk,
mata lelah, nyeri bahu, nyeri peregangan tangan, nyeri pinggang,
nyeri lutut, dan keluahan psikis yang ditimbulkan dari stress kerja.
Bagaian tubuh yang dapat digunakan untuk memijat titik akupresur
adalah jari-jari tangan.
1.4.3 Terapi Massase
Teknik dengan cara menekan, mengusap dan memanipulasi otot
dan jaringan lunak lainnya pada tubuh. Masase dapat berfungsi
sebagai salah satu terapi untuk meredakan stress serta kelelahan
fisik. Masasemembantu mengurangi ketegangan otot dengan
menstimulasi sirkulasi sehingga efektif meningkatkan berat badan.
Tindakan masase untuk desawa dan anak-anak tindakannya
berbeda-beda.
Teknik masase ada berbagai macam cara gerakan, misalnya
menggunakan cara mengusap, friction (gerakan melingkar kecil-
kecil menggunakan jari dengan penekanan), meremas, mencincang,
memukul dan menggetar (fibrasi) merupakan gerakan dasar. Hal
yang perlu diperhatikan adalah hindari tindakan pada daerah yag
ada pembengkakan, infeksi kulit, mengalami penyakit pembulu
darah (seperti srterisklerosis, hemofilia, trombosis), hamil muda,
sambungan patah tulang yang baru sembuh dan penyakit lain yang
sekiranya berdampak apabila mendapatkan pijatan.
1.4.4 Yoga
Yoga merupakan suatu sarana untuk mencapai suatu tingkat
aktivitas untuk pikiran dan jiwa agar berfungsi bersama secara
harmonis. Teknik ini mengkombinasikan postur fisik, teknik napas
dalam, dan meditasi atau relaksasi. Untuk mampu melakukan

7
dengan benar dapat menggunakan buku-buku panduan yang ada,
mengikuti kelas yoga, ataupun video. Latihan yoga harus
memperhatikan kemampuan dan keterbatasan individu seperti
faktor usia, jenis kelamin, kondisi kesehatan, kondisi fisik dan
emosional. Jenis yoga yang direkomendasikan adalah mild yoga.
Mild yoga adalah adalah jenis yoga yang dikhususkan untuk
wanita yang sedang berada pada tahap kehamilan, menstruasi,
lansia, dan menapause yang bertujuan untuk mencapai
keseimbangan kondisi mental dan fisik yang sehat.
1.4.5 Bekam
Pengertian bekam adalah melakukan suction pada bagian
tertentu (lokal) dengan menggunakan cups pada area yang telah
dipilih pada tubuh, setelah beberapa menit cup akan dipindahkan
dan dilakukan penyayatan kecil dengan menggunakan scalpel.
Suction kedua menggunakan cup pada bagian tersebut akan
mengeluarkan darah dari dalam tubuh dengan kuantitas kecil yang
berfungsi untuk mengeluarkan racun dari tubuh. Tujuan utama dari
terapi ini adalah untuk mempercepat aliran darah dan membantu
mengeluarkan darah yang sudah tidak memiliki manfaat bagi
tubuh, bekam juga berguna untuk mengeluarkan racun dari
sirkulasi kulit dan kompartemen intersial.
Terdapat dua tipe utama dari bekam yaitu kering (dry
cupping) yaitu dengan melakukan suction pada kulit secara
langsung dilakukan oenyedotan oleh vakum pada cup. Area
pemasangan vakum diletakkan cup di atas area kongesti atau titik
akupuntur. Bekam basah (wet cupping) pada area tersebut di insisi
pada bagian superfisial kulit, lebih aman apabila menggunakan
lancet, sehingga darah dapat keluar pada bagian kulit yang
dilakukan penyedotan oleh vakum. Kedua tipe tersebut sangat
dianjurkan untuk meningkatkan intake air terlebih dahulu sebelum
tindakan.
1.4.6 Terapi Benson

8
Terapi ini dikenal dengan respon relaksasi, yaitu kondisi
fisiologis dan psikologis yang melawan stress. Teknik relaksasi
benson menggabungkan antara meditasi dengan relaksasi napas
dalam. Tujuan kombinasi tersebut adalah untuk meningkatkan
ventilasi alveoli. Memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi
paru. Meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress fisik
maupun emosional, serta membantu keluhan sulit tidur.evaluasi
tindakan paska latihan adalah tercapainya tujuan, klien mampu
mengikuti tindakan sesuai arahan pemandu.
1.4.7 Hipnoterapi
Teknik terapi ini digunakan untuk membantu orang lain
dalam menciptakan kemungkinan hidupnya lebih berarti melalui
cara mengekspresikan diri dalam berbagai hal. Kamus besar bahasa
indonesia hipnosis adalah keadaan seperti tidur karena sugesti,
pada taraf permulaan orang tersebut berada dibawah [engaruh
orang yang mensugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi
tidak sadar sama sekali. Keadaan hipnosis dikaitkan dengan adanya
peningkatan sugesti, memfasilitasi interaksi antara terapis dan
subjek yeng memungkinkan praktisi membuat sugesti untuk
memfasilitasi seseorang agar mengubah cara berpikir, perasaan
atau reaksi terhadap peristiwa atau situasi tertentu. Contohnya
klien lansia yang diberi sugesti tidur sehat dapat membantu
meningkatkan kualitas tidurnya. Perawat dapat membantu klien
melakukan terapi ini misalnya klien yang ingin menghentikan
kebiasaan buruk seperti adiktif pada nikotin, makanan, obat-
obatan, alkohol dan kebiasaan lainnya.
Komplikasi hipnosis umumnya bersifat sementara misalnya
terjadi lelah, gelisah, bingung, pusing, dan mual. Kontraindikasi
hipnosis adalah gangguan psikiatri, trauma psikologis yang dalam,
dan epilepsi. Hal yang harus diperhatikan saat tindakan adalah
kondisi lingkungan yang tenang, memperhatikan klien secara
saksama selama proses dan kesiapan klien.

9
1.4.8 Food combining
Food combining adalahpola makan yang diselerakan
dengan mekanisme alamiah tubuh manusia. Artinya cara ini
menggunakan pola makan yang benar sesuai siklus pencernaan
sehingga mengatur waktu makan dan kombinasi makanan yang
serasi. Tujuan dilaksanakan food combining adalah untuk
mempermudah pekerjaan sistem pencernaan sehingga pemakaian
energi tubuh lebih efisien dan tubuh menjadi sehat serta
membentuk berat badan dan tinggi badan yang ideal.

1.5 Penggunaan Terapi Komplementer


Masyarakat di indonesi perkotaan akan cenderung memilih pengobatan
modern guna mengatasi masalah-masalah kesehatan di tahap awal
penyakitnya, namun saat hasilnya belum menunjukkan perbaikan yang di
inginkan, mereka akan beralih ke terapi komplementer dan juga pengobatan
tradisional.masyarakat Indonesia yang tinggal di wilayah pedesaan akan lebih
mengutamakan penggunaan obat-obatan tradisional terlebih dahulu untuk
mengatasi penyakitnya di tahap awal dan beralih ke pengobatan modern saat
hasilnya belum sesuai harapan. Salah satu bentuk tata cara dalam
menggunakan pengobatan tradisional adalah pasien akan sering memilih
menggunakan obat-obatan tradisional saat mengalami gejala-gejala sakitnya,
entah dengan cara menggunakan obat-obatan tradisioanal dan melakukan
cara-cara pengobatan tradisional (Tasalim & Astuti, 2021, p. 11)
Penggunaan obat-obatan di indonesia mengalami penurunan yang
mungkin berkaitan dengan kesadaran masyarakat yang beralih ke pengobatan
tradisional. Kejadian ini membuat peningkatan pelatihan keterampilan teknik
pengobatan tradisional seperti pijat, bekam, akupuntur dan lainnya. Masalah
kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga diperlakukan juga cara
penanganan yang multidisipliner, keilmuan dan multikulural (Tasalim &
Astuti, 2021, pp. 11-12)
Terapi komplementer dan terapi konvensional jika dilihat dari metode
pengobatannya memiliki perbedaan dimana terapi pengobatan konvensional
lebih mengandalakan kimia dan juga operasi, dan terapi komplementer yang

10
merupakan terapi tambahan dari terapi-terapi utama konvensional lebih
berfungsi sebagai suportif mengontrol gejala-gejala penyakit yang timbul
serta untuk meningkatkan kualitas hidup.
Alasan-alasan menggunakan metode pengobatan komplementer yakni:
1. Terapi konvensional tidak sepenuhnya menghasilkan
kesembuhan
2. Terapi komplementer lebih memiliki tanggung jawab terhadap
kesehatan serta kehidupan irinya.
3. Efek samping pengobatan komplementer lebih sedikit
4. Terapi komplementer bersifat holistic
5. Terdapat filosofi yang berbeda tentang praktik pengobatan yang
disebabkan oleh latar belakang kultur (Tasalim & Astuti, 2021,
p. 12)

Terapi komplementer bertujuan untuk memperbaiki fungsi dari sistem –


sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan pertahanan tubuh agar tubuh
dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh kita
sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri,
asalkan kita mau mendengarkannya dan memberikan respon dengan asupan
nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat (Prasetyaningati &
Rosyidah, 2019, p. 3)

Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah


ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam
pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :

1.5.1 Akupunktur medik


Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum
berdasarkan kompetensinya. Metode yang berasal dari Cina ini
diperkirakan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kondisi
kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi (pereda nyeri). Cara
kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul signal
yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan

11
molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak
berperan pada sistem tubuh.
1.5.2 Terapi hiperbarik
Terapi hiperbarik, yaitu suatu metode terapi dimana pasien
dimasukkan ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan
udara 2 – 3 kali lebih besar daripada tekanan udara atmosfer
normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan oksigen murni (100%).
Selama terapi, pasien boleh membaca, minum, atau makan untuk
menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan udara.
1.5.3 Terapi Herbal Medik
Terapi herbal medik, yaitu terapi dengan menggunakan
obat bahan alam, baik berupa herbal terstandar dalam kegiatan
pelayanan penelitian maupun berupa fitofarmaka. Herbal terstandar
yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik pada cell line atau
hewan coba, baik terhadap keamanan maupun efektivitasnya.
Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih lanjut
oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1.5.3.1 Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu
sebagai berikut :
1.5.3.1 Sumber daya manusia harus tenaga dokter dan atau
dokter gigi yang sudah memiliki kompetensi.
1.5.3.2 Bahan yang digunakan harus yang sudah terstandar dan
dalam bentuk sediaan farmasi.
1.5.3.3 Rumah sakit yang dapat melakukan pelayanan
penelitian harus telah mendapat izin dari Departemen
Kesehatan Republik Indonesia dan akan dilakukan
pemantauan terus - menerus.

Daya efektivitasnya untuk mengatasi berbagai jenis


gangguan penyakit tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya
karena masing – masing mempunyai teknik serta fungsinya sendiri
– sendiri. Terapi hiperbarik misalnya, umumnya digunakan untuk
pasien – pasien dengan gangren supaya tidak perlu dilakukan

12
pengamputasian bagian tubuh. Terapi herbal, berfungsi dalam
meningkatkan daya tahan tubuh. Sementara, terapi akupunktur
berfungsi memperbaiki keadaan umum, meningkatkan sistem imun
tubuh, mengatasi konstipasi atau diare, meningkatkan nafsu makan
serta menghilangkan atau mengurangi efek samping yang timbul
akibat dari pengobatan kanker itu sendiri, seperti mual dan muntah,
fatigue (kelelahan) dan neuropati.

1.5.3.2 Obat – Obat yang Digunakan dalam Terapi


Komplmenter:

1. Bersifat natural yaitu mengambil bahan dari alam, seperti


jamu – jamuan, rempah yang sudah dikenal (jahe, kunyit,
temu lawak dan sebagainya).
2. Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu
yang mampu mempercepat proses penyembuhan, hingga
menggunakan doa tertentu yang diyakini secara spiritual
memiliki kekuatan penyembuhan (Prasetyaningati &
Rosyidah, 2019, pp. 4-5)

1.6 Family Centered Care (FCC)


1.6.1 Pengertian
Family Centered Care (FCC) atau perawatan yang berpusat
pada keluarga didefinisikan sebagai filosofi perawatan berpusat
pada keluarga, mengakui keluarga sebagai konstanta dalam
kehidupan anak. Family Centered Care meyakini adanya
dukungan individu, menghormati, mendorong dan meningkatkan
kekuatan dan kompetensi keluarga. Intervensi keperawatan
dengan menggunakan pendekatan family centered care
menekankan bahwa pembuatan kebijakan, perencanaan program
perawatan, perancangan fasilitas kesehatan, dan interaksi sehari-
hari antara klien dengan tenaga kesehatan harus melibatkan
keluarga. Keluarga diberikan kewenangan untuk terlibat dalam
perawatan klien, yang berarti keluarga dengan latar belakang

13
pengalaman, keahlian dan kompetensi keluarga memberikan
manfaat positif dalam perawatan anak. Memberikan kewenangan
kepada keluarga berarti membuka jalan bagi keluarga untuk
mengetahui kekuatan, kemampuan keluarga dalam merawat anak
(Ns. Yuliastati & Amelia Arnis, M.Nurs, 2016, p. 7).
Konsep family centered care di Indonesia kemungkinan
sudah di terapkan di setiap rumah sakit yang ada, tetapi tidak
mudah untuk mewujudkannya secara ideal karena masih banyak
petugas kesehatan terutama perawat yang belum memahami
konsep family centered care. Kondisi ini mengakibatkan asuhan
keperawatan di Indonesia sering terjebak dalam kegiatan rutinitas
di rumah sakit. Berbeda dengan negara-negara maju, konsep
familycentered care sudah dilaksanakan denganbaik dan
terstandar di setiap rumah sakit (Tanaem, Dary, & Istiarti, 2019)
1.6.2 Manfat Penerapan Family Centered Care (FCC)
Manfaat penerapan family centered care adalah sebagai berikut:
1.6.2.1 Hubungan tenaga kesehatan dengan keluarga semakin
menguat dalam meningkatkan kesehatan dan perkembangan
setiap anak.
1.6.2.2 Meningkatkan pengambilan keputusan klinis berdasarkan
informasi yang lebih baik dan proses kolaborasi.
1.6.2.3 Membuat dan mengembangkan tindak lanjut rencana
perawatan berkolaborasi dengan keluarga.
1.6.2.4 Meningkatkan pemahaman tentang kekuatan yang dimiliki
keluarga dan kapasitas pemberi pelayanan.
1.6.2.5 Penggunaan sumber-sumber pelayanan kesehatan dan
waktu tenaga profesional lebih efisien dan efektif
(mengoptimalkan manajemen perawatan di rumah,
mengurangi kunjungan ke unit gawat darurat atau rumah
sakit jika tidak perlu, lebih efektif dalam menggunakan cara
pencegahan).
1.6.2.6 Mengembangkan komunikasi antara anggota tim kesehatan.

14
1.6.2.7 Persaingan pemasaran pelayanan kesehatan kompetitif.
1.6.2.8 Meningkatkan lingkungan pembelajaran untuk spesialis
anak dan tenaga profesi lainnya dalam pelatihan-pelatihan.
1.6.2.9 Menciptakan lingkungan yang meningkatkan kepuasan
profesional.
1.6.2.10 Mempertinggi kepuasan anak dan keluarga atas pelayanan
kesehatan yang diterima (Ns. Yuliastati & Amelia Arnis,
M.Nurs, 2016, pp. 7-8).
1.6.3 Elemen-elemen Family Centered Care (FCC)
Dalam family centered care kebutuhan semua anggota keluarga tidak
hanya harus dipertimbangkan, dengan mengacu pada elemen penting
family centered care yang meliputi:
1.6.3.1 Memasukkan pemahaman ke dalam kebijakan dan praktik
bahwa keluarga bersifat konstan dalam kehidupan anak,
sementara sistem pelayanan dari personal pendukung di dalam
sistem tersebut berubah-rubah.
1.6.3.2 Memfasilitasi kolaborasi keluarga/profesional pada semua
tingkat pelayanan keperawatan di rumah sakit, rumah, dan di
masyarakat. Perawatan anak secara individual, pengembangan
implementasi dan evaluasi program serta pembentukan
kebijakan.
1.6.3.3 Saling bertukar informasi yang lengkap dan jelas antara
anggota keluarga dan profesional dalam hal dukungan tentang
cara yang supportif di setiap saat.
1.6.3.4 Menggabungkan pemahaman dan penghormatan terhadap
keanekaragaman budaya, kekuatan dan individualitas di dalam
dan diantara seluruh keluarga termasuk keanekaragaman suku,
ras, spiritual, sosial, ekonomi, bidang pendidikan dan geografi
ke dalam kebijakan praktik.
1.6.3.5 Mengenali dan menghormati metode koping yang berbeda dan
menerapkan program dan kebijakan menyeluruh yang
menyediakan pelayanan perkembangan, pendidikan, emosi,

15
lingkungan dan dukungan keuangan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga yang berbeda-beda.
1.6.3.6 Mendorong dan memfasilitasi dukungan dan jaringan kerja
sama keluarga dengan keluarga.
1.6.3.7 Menetapkan bahwa rumah, rumah sakit, dan pelayanan
masyarakat dan sistem pendukung untuk anak-anak yang
memerlukan pelayanan kesehatan khusus dan keluarganya
bersifat fleksibel, dapat diakses, dan komprehensif dalam
menjawab pemenuhan kebutuhan keluarga yang berbeda sesuai
yang diperlukan.
1.6.3.8 Menghargai keluarga sebagai keluarga, dan anak-anak sebagai
anak-anak, mengakui bahwa mereka memiliki beragam
kekuatan, perhatian, emosi dan cita-cita yang melebihi
kebutuhan mereka untuk mendapatkan layanan dan dukungan
kesehatan serta perkembangan khususnya (Ns. Yuliastati &
Amelia Arnis, M.Nurs, 2016, p. 8)
1.6.4 Prinsip-prinsip Family Centered Care (FCC)
Beberapa prinsip Family Centered Care meliputi:
1.6.4.1 Menghormati setiap anak dan keluarganya.
Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak
menghormati anak dan keluarga sebagai subjek perawatan.
Perawat menghormati anak dan keluarga memiliki pilihan
yang terbaik bagi perawatan mereka.
1.6.4.2 Menghargai perbedaan suku, budaya, sosial, ekonomi,
agama, dan pengalaman tentang sehat sakit yang ada pada
anak dan keluarga.
Perawat menghargai perbedaan suku, budaya, sosial ekonomi,
agama dan pengalaman tentang sehat sakit anak dan keluarga
dalam memberikan asuhan keperawatan. Pelayanan yang
diberikan mengacu kepada standar asuhan keperawatan dan
diperlakukan sama pada semua pasien dan keluarga.

16
1.6.4.3 Mengenali dan memperkuat kelebihan yang ada pada anak
dan keluarga.
Mengkaji kelebihan keluarga dan membantu mengembangkan
kelebihan keluarga dalam proses asuhan keperawatan pada
klien.
1.6.4.4 Mendukung dan memfasilitasi pilihan anak dan keluarga
dalam memilih pelayanan kesehatannya.
Memberikan kesempatan kepada keluarga dan anak untuk
memilih fasilitas kesehatan yang sesuai untuk mereka,
menghargai pilihan dan mendukung keluarga.
1.6.4.5 Menjamin pelayanan yang diperoleh anak dan keluarga
sesuai dengan kebutuhan, keyakinan, nilai, dan budaya
mereka.
Memonitor pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan, nilai, keyakinan dan budaya pasien dan
keluarga.
1.6.4.6 Berbagi informasi secara jujur dan tidak biasa dengan
anak dan keluarga.
sebagai cara untuk memperkuat dan mendayagunakan anak
dan keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan. Petugas
kesehatan memberikan informasi yang berguna bagi pasien
dan keluarga, dengan benar dan tidak memihak. Informasi
yang diberikan harus lengkap, benar dan akurat.
1.6.4.7 Memberikan dan menjamin dukungan formal dan
informal untuk anak dan keluarga. Memfasilitasi
pembentukan support grup untuk anak dan keluarga,
melakukan pendampingan kepada keluarga, menyediakan
akses informasi support grup yang tersedia dimasyarakat.
1.6.4.8 Berkolaborasi dengan anak dan keluarga dalam
penyusunan dan pengembangan program perawatan anak
di berbagai tingkat pelayanan kesehatan. Melibatkan
keluarga dalam perencanaan program perawatan anak,

17
meminta pendapat dan ide keluarga untuk pengembangan
program yang akan dilakukan.
1.6.4.9 Mendorong anak dan keluarga untuk menemukan
kelebihan dan kekuatan yang dimiliki, membangun rasa
percaya diri, dan membuat pilihan dalam menentukan
pelayanan kesehatan anak.
Petugas kesehatan berupaya meningkatkan rasa percaya diri
keluarga dengan memberikan pengetahuan yang keluarga
butuhkan dalam perawatan anak (Ns. Yuliastati & Amelia
Arnis, M.Nurs, 2016, pp. 8-9)

18
DAFTAR PUSTAKA
Hidayah,2019, Buku Seri Keperawatan Komplementer: "Totok Punggung"
(TOPUNG) untuk Penderita Stroke yang Mengalami Gangguan Mobilitas
Fisik,Surabaya,Media Sahabat Cendekia.
Rufaida,Zulfa, Lestari,Sri Wardini Puji, Sari,Dyah Permata,2018,Terapi
Komplementer,Mojokerto,STIKes Majapahit Mojokerto.
Nies, A. Mary & McEwen, Melanie 2019, Keperawatan Kesehatan Komunitas
dan Keluarga, Edisi Indonesia Pertama Singapore, Elsevier.
Ns. Yuliastati, S. M., & Amelia Arnis, M.Nurs. (2016). Keperawatan Anak.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan .
Prasetyaningati, D., & Rosyidah, I. (2019). MODUL PEMBELAJARAN
KOMPLEMENTER. Jombang: Icme Press.
Ns. Yuliastati, S. M., & Amelia Arnis, M.Nurs. (2016). Keperawatan Anak.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan .
Prasetyaningati, D., & Rosyidah, I. (2019). MODUL PEMBELAJARAN
KOMPLEMENTER. Jombang: Icme Press.
Tanaem, G. H., Dary, M., & Istiarti, E. (2019). FAMILY CENTERED CARE
PADA PERAWATAN ANAKDI RSUDSOETIMOR TENGAH
SELATAN. , Jurnal Riset Kesehatan, 21 - 27.
Tasalim, R., & Astuti, L. W. (2021). Terapi Komplementer . Banjarmasin :
Guepedia.

19
LAMPIRAN – LAMPIRAN

20
21
22
23
24
25

Anda mungkin juga menyukai