Anda di halaman 1dari 28

Konsep dan Asuhan Keperawatan

pada Kasus Dukacita dan


Distress Spiritual

TESHA HESTYANA SARI


KJFD KEPERAWATAN JIWA-KOMUNITAS
Definisi Dukacita

Duka Cita yaitu proses kompleks yang normal meliputi respons dan perilaku emosional, fisik,
spiritual, social, dan intelektual ketika individu memasukkan kehilangan yang actual, adaptif atau
dipersepsikan kedalam kehidupan sehari-hari (NANDA-I, 2018).
Penyebab:

 Kematian keluarga atau orang yang berarti/dicintai


 Antisipasi kematian keluarga atau orang yang berarti
 Kehilangan (objek,pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh, hubun
gan sosial)
 Antisipasi kehilangan (objek,pekerjaan, fungsi, status, bagian tubu
h, hubungan sosial)
 Kehilangan persahabatan, impian pribdai, dan hewan kesayangan
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi berduka?

Faktor Biologi
 Riwayat keluarga : diturunkan melalui kromosom orangtua, ada depresi
 Riwayat janin: prenatal dan perinatal
 Kondisi fisik: neurotransmiter dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar se
rotonin
 Status nutrisi: KEP dan malnutrisi, rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa
 Status kesehatan secara umum: adanya keluhan fisik (nyeri perut, nyeri dada, nafas
pendek, rasa tercekik, konstipasi, impotensi,infertilitas, kelemahan, penurunan aktivi
tas, cacat fisik, penyakit terminal dan keganasan), kurang tidur, gangguan irama sir
kadian dan jam biologis, masa menopause, amputasi
 Riwayat penggunaan zat: intoksikasi obat, aspirin, kafein, kokain, halusinogen
 Riwayat putus zat: alkohol, narkotik, sedatif-hipnotik
 Riwayat kerusakan pada otak lobus frontal, pasokan oksigen dan glukosa kurang
 Sensitivitas biologi: Secara anatomi (ggn pd sistem limbik, talamus, korteks frontal),
sistem neurokimiawi : ketidakseimbangan GABA, norephineprin dan serotonin, riwa
yat infeksi dan trauma, radiasi dan pengobatan lainnya
 Paparan terhadap Racun: riwayat keracunan CO, asbestosis
Lanjutan…

Faktor Psikologis

 Kepribadian: depresif, mudah kecewa, mudah putus


asa, kecemasan tinggi, introvert
 Pengalaman masa lalu: pengalaman kehilangan pad
a masa kanak-kanak
 Peristiwa krisis hidup sebelum kehilangan: bencana
 Karakteristik kehilangan sebelumnya: usia, waktu,
peringatan sebelumnya, persiapan, pencegahan
 Kemampuan mengekspresikan perasaan
 Stres sekunder
Lanjutan..

Faktor Sosiokultural

 Usia Remaja, dewasa awal, lansia


 Gender : riwayat ketidakjelasan identitas dan kegagalan peran gender
 Pendidikan : rendah, riwayat putus sekolah, kurikulum pendidikan terlalu ketat
 Penghasilan rendah
 Pekerjaan : pengangguran, pekerjaan stressfull, pekerjaan resiko tinggi
 Status sosial: tunawisma, kehidupan terisolasi, dengan label negatif (PSK, tran
seksualisme, homoseksualisme)
 Latar belakang : tuntutan sosial budaya, stigma masyarakat negatif
 Agama dan Keyakinan : Riwayat tidak bisa menjalankan aktivitas keagamaan s
ecara rutin, kesalahan persepsi terhadap ajaran tertentu, pengikut aliran sesat
 Riwayat kegagalan dalam aktivitas politik
 Perubahan kehidupan karena adanya bencana, perang, kerusuhan, kesulitan d
alam mencari pekerjaan, memperoleh anak, riwayat berulang kegagalan
Rentang Respon Kehilangan/Berduka
Denial —– > Anger  —– > Bergaining —— > Depresi —— > Acceptance

(Kubler Ross Grief Cyrcle)

1. Fase denial
a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
 b. Verbalisasi;‖ itu tidak mungkin‖, ― saya tidak percaya itu terjadi ‖.
 c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat,menangis, gelisah

Seseorang yang baru saja mengalami kejadian menyedihkan akan berpikir “ini tidak mungkin terjadi.” Reaksi penolakan ini adalah sebuah reaksi yang normal dilakukan banyak orang yang sed
ang dipenuhi dengan emosi. Reaksi pertamanya yaitu: kaget, tidak percaya, atau mengingkari kenyataan. Berlangsung beberapa menit hingga beberapa tahun.

2. Fase anger / marah


a. Mulai sadar akan kenyataan 
b. Marah diproyeksikan pada orang lain
c. Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
d. Perilaku agresif.
Memudarnya efek penyangkalan dan isolasi akan diiringi dengan rasa sakit yang belum bisa diterima seseorang.
Seseorang dengan rasa sakit rentan terpicu emosi untuk melampiaskan rasa sakitnya melalui kemarahan
3. Fase bergaining / tawar- menawar.
a. Verbalisasi; ― kenapa harus terjadi pada saya ? ― kalau saja yang sakit bukan saya ― seandainya saya ha
ti-hati ―.
Pada fase ini, seseorang mulai percaya terhadap apa yang sudah menimpanya.
Setelah kemarahan mulai pudar, mulai timbul perasaan bersalah atau penyesalan dan biasanya diiringi dengan pikiran “kalau saja...” seperti “kalau saja saya sadar
sebelumnya...”

 4. Fase depresi


a. Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa. 
b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
Depresi ini berisi kesedihan, kekhawatiran, dan kegelisahan. Depresi ini bisa jadi sebuah persiapan untuk melepas dan menerima seluruh keadaan. Dalam tahapan ini menunjukkan sikap
menarik diri, bersikap sangat penurut, menyataan keputusasaan, kesedihan , keragu-raguan, bahkan merasa tidak berharga. serta mungkin mengalami pikiran untuk bunuh diri - berpikir "a
pa gunanya hal ini terjadi?“

5. Fase acceptance
a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
 b. Verbalisasi ;‖ apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh‖, ― yah, akhirnya sayaharus operasi ..
Pada tahapan ini emosi mereka akan kembali stabil. Munculnya rasa penerimaan terhadap realita yang semula ditolak dan mulai menghadapi kejadian buruk tersebut sebagai bagian dari se
buah siklus hidup. Pada tahap ini akan memahami bahwa orang yang dicintai tidak akan pernah bisa tergantikan, tetapi Anda bergerak, tumbuh, dan berkembang menjadi realitas yang bar
u.
Teori dari Proses Berduka
TANDA DAN GEJALA

Mayor Minor
Data Subjektif: Data Subjektif
• Merasa sedih • Mimpi buruk atau pola mimpi
• Merasa bersalah berubah
• Menyalahkan • Merasa tidak berguna
• Tidak menerima kehilangan • Fobia
• Merasa tidak ada harapan
Data Objektif
Data Objektif • Memelihara hubungan dengan
• Marah yang hilang
• Menangis • Fungsi imunitas terganggu (mudah
• Pola tidur berubah sakit)
• Tidak mampu berkonsentrasi
• Memisahkan diri
Diagnosis Medik Terkait
– Penyakit kronis (diabetes melitus, hipertensi, stroke,
TBC paru, kanker)
– Amputasi
– Melahirkan meninggal
Tujuan Asuhan Keperawatan

Kognitif Psikomotor Afektif


klien mampu: Klien mampu: Klien mampu:
• Memahami proses • Menyadari respons • Merasakan manfaat
kehilangan yang kehidupan latihan
dialami • Menyebutkan fakta- • Merasa mampu
• Mengetahui cara fakta kehilangan beradaptasi dengan
mengatasi kehilangan • Melakukan keadaan
secara bertahap manajemen rasa • Merasakan lebih optimis
marah
• Melatih diri bergerak
dari harapan ke realita
• Melatih diri melihat
aspek positif
• Melatih rencana yang
baru
Proses Keperawatan Duka Cita
1.1 Wawancara
a. Tanyakan apa yang dirasakan
b. Tanyakan penyebab dukacita
c. Tanyakan situasi pencetus dukacita
d. Tanyakan akibat dari dukacita
e. Tanyakan apa yang dilakukan saat mengalami dukacita
f. Tanyakan bagaimana hasilnya

1.2 Observasi
a. Observasi perilaku pasien
2. Diagnosa Keperawatan

Identifikasi Data Dukacita


Tindakan Keperawatan
Tindakan Pada Klien:
Kaji tanda dan gejala berduka dan identifikasi kehilangan yang terjadi
Jelaskan proses terjadinya berduka sesuai dengan tahapan kehilangan berduk
a, yaitu mengingkari, marah, tawar-menawar, depresi, dan menerima
Latih melalui tahapan kehilangan/berduka
• Mengingkari: diskusikan fakta-fakta tentang kehilangan, misalnya:
 Kehilangan kesehatan: sampaikan hasil pemeriksaan penunjang
 Kehilangan orang yang dicintai: sampaikan proses kematiannya
• Marah: latih relaksasi dan mengekspresikan emosi dengan konstruktif
• Tawar-menawar: diskusikan harapan/rencana yang tidak tercapai dan kait
kan dengan kenyataan
• Depresi: latihan mengidentifikasi aspek positif dari kehilangan dan kehidu
pan yang masih dijalani
• Menerima: latih melakukan kegiatan hidup sehari-hari dengan pendampin
gan
 Beri pujian, motivasi dan bimbingan
Tindakan Keperawatan
Tindakan pada keluarga:
Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien yang berduka
Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses/tahapan berduka/kehilangan
serta memutuskan cara merawat
Latih keluarga cara merawat dan mendampingi klien melalui tahapan berduka/
kehilangan sesuai dengan asuhan keperawatan yang telah diberikan
Latih keluarga menciptakan suasana yang mendukung proses kehilangan. Mis
alnya, telah ada yang menemani klien melalui masa berdukanya
Diskusikan tanda dan gejala berduka yang belum selesai dan memerlukan ruju
kan segera ke fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya bersedih lebih dari ming
gu
DOKUMENTASI HASIL
ASUHAN KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN KOMORBID TERINTEGRASI (CPPT)
Nama: Ny.a Usia: 28 th

WAKTU PPA SOAP INSTRUKSI VERIFIKASI


TGL 27 / RELAWA S:
04/21 N: 1.
JAM 10.00 A O: LAKSANAK
AN ASKEP
A: Dx: Dukacita DUKA
Tindakan: CITA 2 SD
P: 4
P pasien:

P keluarga:
Konsep dan Asuhan Keperawat
an pada Pasien dengan Distres
s Spiritual
Definisi
•Spiritualitas merupakan suatu aktivitas individu untuk
mencari arti dan tujuan hidup yang berhubungan dengan
kegiatan spiritual atau keagamaan.
•Distres spiritual yaitu suatu respon akibat suatu
kejadian yang traumatis baik fisik maupun emosional yang
tidak sesuai dengan keyakinan atau kepercayaan pasien dalam
menerima kenyataan yang terjadi.
• Distres spiritual adalah suatu keadaan menderita yang berhubun
gan dengan hambatan kemampuan untuk mengalami makna hid
up melalui hubungan diri sendiri, dunia atau kekuatan yang Mah
a Tinggi ( NANDA-I, 2018).
•Distres spiritual adalah suatu gangguan yang berhubungan denga
n prinsip kehidupan, keyakinan, kepercayaan, atau
keagamaan pasien yang menyebabkan gangguan pada aktivitas spi
ritual akibat masalah-masalah fisik atau psikososial yang
dialami.
Apa tanda dan gejalanya?
MAYOR
Subjektif Objektif
Mengeluh menderita Insomnia, menangis, ketakutan,
Mempertanyakan makna hidup menolak bertemu dengan
Merasa tidak dicintai pemuka agama dan orang
Merasa bersalah terdekat, ritual religius berubah
Kurang pasrah
MINOR
Subjektif Objektif
Perasaan diabaikan Tidak dapat melakukan kegiatan
Perasaan asing ibadah, mengisolasi diri
Faktor Penyebab?

Faktor fisik: kecacatan akibat kecelakaan atau


bencana alam atau buatan manusia.

Faktor psikologis: kehilangan orang yang


berarti atau harta benda akibat bencana.

Faktor lingkungan: gangguan akibat kerusakan


atau hilangnya potensi atau situasi lingkungan
yang selama ini akrab dengan pasien.
Kondisi Klinis Terkait
1. Menjelang ajal
2. Penyakit kronis dan paliatif
3. Kehilangan fungsi, bentuk struktur tubuh
4. Proses pengobatan yang lama
Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan pada pasien yang mengala


mi gangguan berkaitan
dengan prinsip dan aktivitas kehidupan spiritual at
au keagamaan akibat
masalah fisik atau psikososial yang dialami oleh pa
sien adalah Distres
spiritual.
Tujuan Asuhan Keperawatan
1. Kognitif, Klien mampu:
a. Menyampaikan penderitaan yang dialami
b. Mengenali makna hidup dan kekuatan yang Mahatinggi

2. Psikomotor, klien mampu:


a. Membuat daftar makna hidup
b. Melakukan kegiatan kehidupan yang berguna
c. Melakukan spiritual dan merasakan maknanya

3. Afektif, klien mampu:


c. Merasakan kekuatan yang Mahakuasa
d. Merasakan diperhatikan dan dicintai oleh orang terdekat
e. Merasakan kebahagiaan hidup
Tindakan Keperawatan
Tindakan pada klien:
a. Kaji tanda dan gejala distres spiritual
b. Jelaskan proses terjadinya distres spiritual
c. Diskusikan dengan klien:
1) Penderitaan yang dialami
2) Kekuatan yang mahatinggi
3) Makna hidup
d. Latih kegiatan hidup sehari-hari dan memaknainya
e. Latih kegiatan ritual spiritual dan memaknainya
f. Berikan pujian dan motivasi dalam melakukan kegiatan sehari-hari dan
ritual spiritual.
Tindakan Keperawatan
Tindakan pada Keluarga:

a. Kaji masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien


b. Jelaskan pengertian, tanda gejala, serta proses terjadinya
distres spiritual serta memutuskan cara merawat
c. Latih keluarga cara merawat dan membimbing klien meningkatk
an ritual spiritual dan manfaatnya sesuai dengan asuhan yang
telah diberikan kepada klien.
d. Latih keluarga untuk menciptakan suasana yang mendukung
klien melakukan kegiatan bermakna.
e. Diskusikan tanda dan gejala distres spiritual yang memerlukan
rujukan segera serta menganjurkan follow-up ke fasilitas
pelayanan kesehatan secara teratur.
Dokumentasi

•Dokumentasi asuhan keperawatan dengan distres spiritual adalah berfokus pada


kemampuan pasien, keluarga, dan perawat yang menangani pasien dan keluarganya.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai