Anda di halaman 1dari 76

Nursing Care of

Delusions and
Hallucinations

RIDHOYANTI HIDAYAH
Waham
oKeyakinan salah yang didasarkan oleh kesimpulan yang salah tentang realita eksterna dan
dipertahankan dengan kuat

oSuatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau terus menerus namun tidak
sesuai dengan kenyataan
Penyebab
Genetik

Biologis yaitu ketidakseimbangan neurotransmitter

Diisolasi oleh lingkungan

Mudah kecewa, kecemasan tinggi, mudah putus asa dan menutup diri

Konsep diri yang negatif


Kondisi klinis terkait
Skizofrenia

Gangguan bipolar

Obsessive compulsive disorder (OCD)

Epilepsi
Proses Terjadinya Waham

1. Fase kurangnya pemenuhan kebutuhan dari manusia (lack of human need)

2. Fase kurangnya harga diri (lack of self esteem)

3. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)

4. Fase lingkungan yang mendukung (environment support)

5. Fase nyaman (comforting)

6. Fase peningkatan (improving)


Rentang Respon Neurobiologi

Adaptif Maladaptif

• Pikiran logis •Gangguan proses


•Kadang proses pikir tidak berpikir/waham
• Persepsi akurat terganggu
• Emosi konsisten •Halusinasi
•Ilusi •Kesukaran proses
dengan pengalaman • Emosi tidak stabil
• Perilaku sesuai emosi
•Perilaku tidak biasa • Perilaku tidak
• Hubungan sosial • Menarik diri
harmonis terorganisasi
•Isolasi sosial
Jenis Waham

a. Waham kebesaran

Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai kenyataan

Contoh:

“Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “Saya punya tambang emas”
b. Waham curiga

Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mecederai dirinya,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.

Contoh:

“Saya tahu.. seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan
kesuksesan saya”
c. Waham agama

Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai kenyataan.

Contoh:

“Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih setiap hari”
d. Waham somatik

Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, diucapkan


berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.

Contoh:

“Saya sakit kanker”

setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus
mengatakan bahwa ia terserang kanker
e. Waham nihilistik

Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucapkan berulangkali tetapi
tidak sesuai kenyataan.

Contoh:

“Ini kan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”
Pengkajian
MAYOR

Subyektif:

1. Mengatakan bahwa ia adalah artis, nabi, presiden, wali dan lainnya yang sebenarnya tidak
sesuai dengan kenyataan

2. Curiga dan waspada berlebih pada orang tertentu

3. Merasa diintai dan akan membahayakan dirinya

4. Merasa yakin menderita penyakit fisik


Cont’
Obyektif:

1. Mudah tersinggung

2. Marah

3. Waspada

4. Menarik diri

5. Inkoheren

6. Perilaku seperti isi wahamnya


Cont’
MINOR
Subyektif:
1. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Merasa khawatir sampai panik
Obyektif:
1. Bingung
2. Perubahan pola tidur
3. Kehilangan selera makan
Pohon Masalah
Perilaku Kekerasan

Perubahan proses pikir: waham

Harga Diri Rendah Kronik

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi


Diagnosis Keperawatan

Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan isolasi sosial


Tujuan Asuhan keperawatan
1. Kognitif, klien mampu:
a. Menyebutkan orientasi terhadap realitas (orang,tempat dan waktu)
b. Menyebutkan kebutuhan yang belum terpenuhi
c. Menyebutkan aspek positif yang di miliki
2. Psikomotor, klien mampu:
a. Berorientasi terhadap realitas (orang,tempat dan waktu)
b. Memenuhi kebutuhan
c. Melatih aspek positif yang dimiliki
d. Minum obat dengan prinsip 8 benar (benar obat, benar klien, benar
waktu, benar cara, benar dosis, benar maaf, benar kadaluwarsa dan
benar dokumentasi)
Cont’
3. Afektif, klien mampu:
a. Merasa manfaat dari latihan yang dilakukan
b. Merasa nyaman dan tenang
Strategi Pelaksanaan untuk Klien

SP 1

Identifikasi tanda & gejala waham

Bantu orientasi realita: panggil nama, orientasi waktu, orang dan tempat/lingkungan

Diskusikan kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi

Bantu pasien memenuhi kebutuhannya yang realistis

Masukkan dalam jadual kegiatan utk pemenuhan kebutuhan


SP 2

Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien dan beri pujian

Diskusikan kemampuan yang dimiliki

Latih kemampuan yang dipilih dan beri pujian

Masukkan dalam jadual kegiatan utk pemenuhan kebutuhan dan kegiatan yang telah dilatih
SP 3

Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien, kegiatan yang dilakukan pasien


dan beri pujian

Jelaskan tentang obat yang diminum (manajemen 8 benar: pasien, obat, dosis,
waktu, rute, informasi, respon, dokumentasi)

Masukkan dalam jadwal pemenuhan kebutuhan, kegiatan yang telah dilatih dan
obat
SP 4

Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan pasien, kegiatan yang dilakukan pasien dan minum
obat. Beri pujian.

Diskusikan kebutuhan lain dan cara memenuhinya.

Diskusikan kemampuan yang dimiliki dan memilih yang akan dilatih. Kemudian dilatih.

Masukkan dalam jadwal pemenuhan kebutuhan, kegiatan yang telah dilatih dan obat
SP 5 dst
Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan harian pasien, kegiatan yang dilakukan pasien dan beri
pujian

Nilai kemampuan yang telah mandiri

Nilai apakah waham terkontrol


Strategi Pelaksanaan untuk Keluarga

SP 1

Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, dan proses terjadinya waham (bisa gunakan booklet)

Jelaskan cara merawat pasien: tidak disangkal, tidak diikuti/diterima (netral)

Latih cara mengetahui kebutuhan pasien dan mengetahui kemampuan pasien

Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian


SP 2

Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien memenuhi kebutuhannya. Beri pujian.

Latih cara memenuhi kebutuhan pasien

Latih cara melatih kemampuan yang dimiliki pasien

Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian


SP 3

Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien memenuhi kebutuhan


pasien dan membimbing pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih. Beri
pujian.

Jelaskan obat yang diminum oleh pasien dan cara membimbingnya

Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian


SP 4

Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing pasien memenuhi kebutuhan pasien


dan membimbing pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih dan minum obat. Beri
pujian.

Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh dan rujukan

Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian


SP 5 dst
Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing memenuhi kebutuhan pasien, membimbing
pasien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih dan minum obat. Beri pujian.

Nilai kemampuan keluarga merawat pasien

Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke PKM


Prinsip Tindakan Keperawatan

Pengkajian:
1. Kaji tanda dan gejala
2. Penyebab waham
3. Kemampuan klien mengatasinya
Jika ada waham katakan: Anda tahu, namun sulit untuk mempercayainya karena klien saat
ini……………. (orientasikan sesuai realita)

Diagnosis :Jelaskan proses terjadinya waham


Tindakan Keperawatan

1. Sikap Perawat : kalem, lembut, netral, jujur, hindari, pertentangan, bicara, jelas, dan simple
2. Tidak mendukung dan tidak membantah waham klien
3. Yakin klien berada pada lingkungan yang aman
4. Bantu klien untuk orientasi realitas (orang,tempat dan waktu)
5. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
6. Bantu klien dalam memenuhi kebutuan klien yang realistis
7. Diskusikan kemampuan/aspek positif yang dimiliki klien
8. Latih klien dalam melakukan kemampuan/aspek positif yang dimiliki
Tindakan pada Keluarga

a. Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien


b. Menjelaskan pengertian penyebab, tanda dan gejala, serta proses terjadinya waham yang dialamai
klien
c. Mendiskusikan cara merawat waham dan memutuskan cara merawat yang sesuai dengan kondisi
klien
d. Melatih keluarga cara merawat waham:
1)Tidak mendukung dan tidak membantah waham klien (netral)
2)Membimbing klien melakukan latihan cara mengendalikan waham sesuai dengan yang dilatih
perawat kepada klien
3)Memberi pujian atas keberhasilan klien
Cont’

e.Melibatkan seluruh anggota keluarga dalam membimbing orientasi realita (orang, tempat dan
waktu), memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi, memotivasi melakukan
kemampuan/aspek positif yang dimiliki. Memberi pujian atas keberhasilannya.
f.Menjelaskan tanda dan gejala yang memerlukan rujukan segera serta melakukan follow up ke
pelayanan kesehatan secara teratur.
Tindakan pada kelompok klien

1. Tindakan Keperawatan Ners Generalis:

Terapi aktivitas kelompok: orientasi realita


a. Sesi 1: Pengenalan orang
b. Sesi 2: Pengenalan tempat
c. Sesi 3: Pengenalan waktu
Tindakan Kolaborasi

1. Melakukan kolaborasi dengan dokter menggunakn ISBAR dan TbaK


2. Memberikan program terapi dokter (obat): edukasi 8 benar pemberian obat
dengan konsep safety pemberian obat
3. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat
Discharge Planning

1. Menjelaskan rencana persiapan pasca rawat di rumah untuk memandirikan


klien
2. Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
3. Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan
Evaluasi

1. Penurunan tanda dan gejalah waham


2. Peningkatan kemampuan klien mengendalikan waham
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien
Rencana Tindak Lanjut
Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis keperawatan jiwa

Rujuak klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan primer di
puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier dir uamh sakit

Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa, kelompok swabantu
dan fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di masyarakat
Halusinasi  gangguan jiwa yang ditandai oleh adanya respon panca-indra, yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan terhadap sumber yang tidak nyata

Penyebab:
1. Kurang tidur
2. Isolasi social
3. Mengurung diri
4. Kurang kegiatan social
5. Pengaruh terapi farmakologi
Halusinasi Penglihatan

DO :

Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu

Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.

DS:

Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartoon, melihat hantu atau monster
Halusinasi Penciuman

DO:

Membaui bau-bauan tertentu

Menutup hidung

DS:

Membaui bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan.
Halusinasi Pengecapan

DO:

Sering meludah

Muntah

DS:

Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses


Halusinasi Perabaan

DO:
Menggaruk-garuk permukaan kulit

DS:
Mengatakan ada serangga di permukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik
Fase Halusinasi
1. Comforting

Klien mengalami ansietas sedang, kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk
berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas

Di sini klien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik
2. Condemning

Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan

Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber
yang dipersepsikan

Terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-
tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah)

Asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi
dengan realita
3. Controlling

Halusinasi mengontrol pada hampir seluruh activity daily living klien

Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut

Klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi
perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika
akan berhubungan dengan orang lain.
4. Conquering

Klien menunjukkan perilaku panik

Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi

Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah
yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.

Kondisi klien sangat membahayakan karena kemungkinan dapat terjadi perilaku kekerasan dan
upaya bunuh diri
Tanda dan Gejala
Mayor

Subjektif:
1. Mendengar suara orang bicara tanpa ada orangnya
2. Melihat benda, orang atau sinar tanpa ada objeknya
3. Mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti bau badan padahal tidak
4. Merasakan pengecapan yang tidak enak
5. Merasakan rabahan atau Gerakan badan
Cont’
Obyektif
1. Bicara sendiri
2. Tertawa sendiri
3. Melihat ke satu arah
4. Mengarahkan telinga kearah tertentu
5. Tidak dapat memfokuskan pikiran
6. Diam sambil menikmati halusinasi
Minor
Subjektif
1. Sulit tidur
2. Khawatir
3. Takut

Objektif
1. Konsentrasi Buruk
2. Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi
3. Afek datar
4. Curiga
5. Menyendiri, melamun
6. Mondar-mandir
7. Kurang mampu merawat diri
Kondisi Klinis Terkait
Psikotik akut

Skizofrenia

Gangguan bipolar

Parkinson

Delirium

Dimensia
Pohon Masalah

Risiko Perilaku Kekerasan

Perubahan persepsi sensosi:


halusinasi

Isolasi sosial

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi


Diagnosa Keperawatan
Perubahan persepsi sensor: halusinasi berhubungan dengan menarik diri
Tujuan Asuhan Keperawatan
Kognitif, klien mampu:

1. Menyebutkan penyebab halusinasi

2. Menyebutkan karakteristik halusinasi yang dirasakan: jenis, isi, frekunsi, durasi, waktu, situasi
pencetus

3. Menyebutkan akibat yang ditimbulkan dari halusinasi

4. Menyebutkan cara yang selama ini digunakan mengendalikan halusinasi

5. Menyebutkan cara mengendalikan halusinasi yang tepat


Cont’
Afektif, klien mampu:

1. Merasakan manfaat cara-cara mengatasi halusinasi

2. Membedakan perasaan sebelum dan sesudah latihan


Cont’
Psikomotor, klien mampu:

1. Melawan halusinasi dengan menghardik

2. Mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek

3. Mengalihkan halusinasi dengan cara distraksi yaitu bercakap-cakap dan melakukan aktivitas

4. Minum obat dengan prinsip 8 benar: benar nama, obat, manfaat, dosis, frekuensi, cara,
tanggal kadaluwarsa dan dokumentasi
SP 1
Identifikasi halusinasi: isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi
muncul

Jelaskan cara mengontrol halusinasi: hardik, obat, bercakap-cakap, melakukan kegiatan

Latih pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik

Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik


SP 2
Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian.

Latih cara mengontrol hasusinasi dengan obat (jelaskan 8 benar: pasien, obat, dosis, waktu,
rute, informasi, respon dan dokumentasi)

Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik dan minum obat
SP 3

Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan minum obat. Beri pujian.

Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat terjadi halusinasi

Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat dan bercakap-cakap
SP 4
Evaluasi kegiatan latihan menghardik, obat dan bercakap-cakap. Beri pujian.

Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan).

Masukkan dalam jadual kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat, bercakap-cakap dan
kegiatan harian.
SP 5 dst
Evaluasi kegiatan latihan menghardik, obat, bercakap-cakap, dan kegiatan harian. Beri pujian.

Latih kegiatan harian

Nilai kemampuan yang telah mandiri

Nilai apakah halusinasi terkontrol


Menghardik Halusinasi

 Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara
menolak halusinasi yang muncul

Pasien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya

Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi
yang muncul

Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk
menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Menggunakan Obat secara Teratur

Dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program

Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat sehingga
akibatnya pasien mengalami kekambuhan

Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit 
menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan.
Bercakap-cakap dengan Orang Lain

 Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi; fokus perhatian pasien
akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut.
Melakukan Aktivitas yang Terjadwal

 Menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur

Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri
yang seringkali mencetuskan halusinasi

Beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
Tindakan Keperawatan pada klien
Pengkajian:

1. kaji tanda dan gejala

2. penyebab dan kemampuan klien mengatasi halusinasi

Jika ada halusinasi katakan anda percaya pada klien, tetapi anda sendiri tidak
mendengar/melihat/mencium/merasakan.

Diagnosis: jelaskan proses terjadinya halusinasi


Tindakan keperawatan
1. Tidak mendukung dan tidak membantah halusinasi

2. Latih klien melawan halusinasi dengan menghardik

3. Latih klien mengabaikan halusinasi dengan bersikap cuek

4. Latih klien mengalihkan halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan secara
teratur
Cont’
5. Latih klien minum obat dengan prinsip 8 benar obat

6. Diskusikan manfaat yang didapatkan setelah mempraktikkan latihan mengendalikan emosi

7. Berikan pujian pada klien saat mampu mempraktikkan latihan mengendalikan halusinasi
Tindakan Keperawatan pada Keluarga
Kaji masalah klien yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, serta proses terjadinya halusinasi yang dialami klien
Diskusikan cara merawat halusinasi dan memutuskan cara merawat yang sesuai dengan kondisi klien
Melatih keluarga cara merawat halusinasi:
1. Menghindari situasi yang menyebabkan halusinasi
2. Membimbing klien melakukan latihan cara mengendalikan halusinasi sesuai dengan yang dilatih perawat
kepada klien
3. Memberi pujian atas keberhasilan klien
Cont’
Melibatkan seluruh anggota keluarga untuk bercakap-cakap secara bergantian, memotivasi klien
melakukan latihan dan memberi pujian atas keberhasilannya

Menjelaskan tanda dan gejala halusinasi yang memerlukan rujukan segera yaitu isi halusinasi
yang memerintahkan kekerasan, serta melakukan follow up ke pelayanan kesehatan secara
teratur
Tindakan pada Kelompok Klien
TAK stimulasi persepsi untuk halusinasi

1. Sesi 1: mengenal halusinasi (jenis, isi, frekuensi, waktu, situasi, respon)

2. Sesi 2: melawan halusinasi dengan menghardik

3. Sesi 3: melawan halusinasi dengan melakukan kegiatan terjadwal

4. Sesi 4: melawan halusinasi dengan bercakap-cakap dan den-enskalasi

5. Sesi 5: patuh 8 benar minum obat: benar nama klien, nama obat, dosis obat, waktu
pemberian, cara, manfaat, kadaluwarsa dan dokumentari
Tindakan Kolaborasi
1. Melakukan kolaborasi dengan dokter mengunakan ISBAR dan Tbak
2. Memberikan program terapi dokter (obat) : edukasi 8 benar pemberian obat dengan
mengunakan konsep safety pemberian obat
3. Mengobservasi manfaat dan efek samping obat
Discharge Planning
a. Menjelaskan rencena persiapan pasca rawat di rumah untuk memandiri klien
b. Menjelaskan rencana tindak lanjut perawatan dan pengobatan
c. Melakukan rujukahan kefasilias kesehatan
Evaluasi

1. Penurunan tanda dan gejalah halusinasi


2. Peningkatan kemampuan klien mengendalikan halusinasi
3. Peningkatan kemampuan keluarga dalam merawat klien
Rencana Tindak Lanjut
Rujuk klien dan keluarga ke fasilitas praktik mandiri perawat spesialis keperawatan jiwa

Rujuak klien dan keluarga ke case manager di fasilitas pelayanan kesehatan primer di puskesmas,
pelayanan kesehatan sekunder dan tersier dir uamh sakit

Rujuk klien dan keluarga ke kelompok pendukung, kader kesehatan jiwa, kelompok swabantu dan
fasilitas rehabilitasi psikososial yang tersedia di masyarakat
Referensi

Keliat, B.A. dkk. 2019. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Stuart, G. W. 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Edisi Indonesia: Elsevier.

Townsend, M. 2017. Psychiatric Mental Health Nursing: Concepts of Care in Evidence-based Practice
(9ed). Philadelphia: F.A. Davis Company.

Videbeck, Sheila. 2020. Psychiatric-Mental Health Nursing. Eight Edition. Lippincott: Wolters Kluwer.
Terima Kasih & Selamat Belajar

Jurusan Keperawatan - Fakultas Kedokteran – Universitas Brawijaya

www.psik.fk.ub.ac.id Page 76

Anda mungkin juga menyukai