Anda di halaman 1dari 30

Asuhan keperawatan jiwa klien dan keluarga akibat covid 19 dan

penyakit kronis:HIV AIDS

Ns Riris Ocktryna Silitonga, MKep, Sp Kep J


MASALAH KESEHATAN
JIWA-PSIKO-SOSIAL
STRESOR – STRES – KOPING/KEMAMPUAN

1. COVID-19
2. MERAWAT
COVID-19
3. PERPISAHAN DG ADAPTIF
KEL

STRESOR STRES KOPING

MAL
ADAPTIF
SRQ
1. Jantung: berdebar-
debar
2. Paru: Nafas Cepat
3. Ginjal: Sering
kebelakang
4. Pencernaan: sering
BAB
5. Kepala: Pusing,
sakit kepala
Ansietas dan Depresi saat Pandemi Covid-19

Pandemi Covid-19 dapat menyebabkan munculnya berbagai


gangguan jiwa dan yang cukup sering terjadi adalah ansietas
(gangguan cemas) dan depresi

Ansietas dan depresi memiliki tanda dan gejala yang perlu


dikenali dengan cepat agar dapat diberikan
penatalaksanaan yang tepat

Bila ditangani dengan baik maka ansietas dan depresi dapat


PULIH sehingga fungsi, aktivitas dan produktivitas dapat
kembali seperti semula.
Tanda dan gejala Ansietas

Gejala
Gejala Fisik
Psikologis
Cemas, khawatir Jantung berdebar

Gelisah Nafas sesak, berat, pendek

Takut mati Mual, kembung, diare

Takut kehilangan kendali Nyeri kepala, otot

Panik Keringat dingin

Pada pemeriksaan fisik, laboratorium dan penunjang lainnya tidak ditemukan adanya masalah
Tanda dan gejala Depresi

Gejala
Gejala Tambahan
Utama
Gangguan pola tidur

Mood sedih, murung, menangis Gangguan pola makan

Fokus, konsentrasi menurun

Nyeri, gatal di beberapa anggota tubuh yg


Semangat/minat menurun, hilang, berpindah dan hilang timbul
tidak bergairah
Pandangan masa depan suram

Rasa bersalah, berdosa, pikiran berulang


Energi berkurang, hilang, mudah
lelah Pikiran tentang kematian, bunuh diri
Penyebab Ansietas dan Depresi
• Ansietas dan depresi adalah gangguan jiwa yang
disebabkan oleh multifaktor yaitu : Bio-Psiko-Sosial

Biologi Psikologis Sosial


• Genetik • Pengalaman psikologis • Kehidupan sosial yang
• Trauma kepala yang traumatis menjadi stresor,
• Infeksi (harapan yg tidak contoh : Pandemi
• Penggunaan narkoba tercapai, kekecewaan, Covid-19
• kehilangan, dll) • Pola asuh orang tua
Keseimbangan • Relasi yang tidak baik /
neurotransmiter di • Nilai, norma, agama,
otak kurang dengan sekitar budaya
• Lingkungan sosial
sehari hari
Penatalaksanaan Ansietas dan Depresi

Transcranial
Pola Hidup Psikofarmak Rehabilitasi
Psikoterapi Magnetik
Sehat a Psikososial
Stimulation

Obat anti
Makanan bergizi Remediasi
depresi Suportif
kognitif

Hindari rokok, Memberikan


Obat anti stimulasi
kopi, alkohol,
ansietas Reedukatif gelombang
narkoba Latihan
(CBT=cognitive elektromagneti
keterampilan
behaviour k di otak untuk
sosial
Olah raga Obat anti therapy) memulihkan sel
teratur psikotik saraf otak yang
terganggu
Rekonstruktif
Latihan okupasi
Obat ‘Mood (psikodinamik,
Tidur cukup dan vokasional
Stabilizer” psikoanalisis)
Angka kejadian depresi pada penyakit terminal dan kronik mencapai 20% hingga 50%,
depresi terbanyak dialami oleh pasien kanker (50%), HIV (41%). Diabetes (9%-27%),
dan penyakit stroke (20%-30%) (Varcarolis dan Halter (2010).

Prevalensi pasien HIV Pasien AIDS 10-20% mengalami depresi dan kemungkinan besar
terjadi setelah terinfeksi (Gibbie et al., 2006; et al.Moneyham et al. 2005 dalam
Fontaine 2009).

Beberapa kriteria gangguan depresi yang disebabkan oleh HIV/AIDS adalah kurang
tidur dan penurunan berat badan (Kaplan& Saddock's, 2003).
Depresi adalah suatu keadaan sedih, kurang minat dalam kegiatan hidup sehati- hari
selama 2 minggu atau lebih atau lebih disertai gejala depresi yaitu ahedonia,
perubahan berat badan, tidur, energi, konsentrasi, pembuatan keputusan, harga diri
dan tujuan (Videbeck, 2008)

 diperkirakan 1 dari 8 orang pernah mengalami depresi dalam kehidupannya dengan


angka kejadian pada wanita lebih tinggi dari pada laki- laki yaitu 2 banding 1 (WHO ).

 Resiko terjadi depresi pada laki- laki 7-12% sedangkan pada wanita 20-30% (Stuart,
2009)

Prevalensi pasien HIV Pasien AIDS 10-20% mengalami depresi dan kemungkinan besar
terjadi setelah terinfeksi (Gibbie et al., 2006; et al.Moneyham et al. 2005 dalam
Fontaine 2009)

penyebab munculnya depresi pada pasien HIV/AIDS adalah karena kondisi penyakit
kronis, stigma dari masyarakat, nyeri dan ketidaknyamanan dari fisiknya dan depresi
dapat terjadi setelah terinfeksi oleh virus yang menyerang bagian otak yang
berhubungan dengan alam perasaannya.
Suasana hati yang lain yang sering menyertai depresi adalah ansietas
Gangguan ansietas dapat saling melengkapi dengn gangguan depresi,
klien dengan gangguan ansietas mungkin lebih mudah mengalami depresi diwaktu
yang akan datang.
Depresi dan ansietas dapat terlihat bervariasi dengan pola yang pasti dari waktu
ke waktu dan dari hari ke hari bisa di pagi hari atau sore secara konsisten lebih
buruk atau lebih baik (Stuart, 2009).
Depresi berat dan gangguan ansietas sering terjadi pada waktu yang bersamaan,
17 % mengalami gangguan ansietas yang umum diperkirakan 80% orang dewasa
yang mengalami depresi juga mengalami ansietas (Fontaine, 2009).
Ansietas adalah respons emosi seperti takut akan sesuatu yang akan terjadi, ketegangan,
perasaan gelisah untuk antisipasi dari bahaya dengan sumber sebagian besar tidak
diketahui atau tidak dikenali (Townsend, 2009).

Ansietas adalah masalah yang sering terjadi pada penderita HIV/AIDS, dengan perkiraan
sepertiga dari penderita HIV/AIDS mengalami masalah ansietas dan ini kadang- kadang
terjadi selama mengalami penyakitnya (Fontaine, 2009).
TINJAUAN PUSTAKA

Depresi
Ggn alam perasaan sedih, perubahan pola tidur, nafsu makan, psikmotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa, tidak berdaya serta
keinginan utk bunuh diri (Kaplan,2010)

Stroke DM
20-30% Menurunkan sel limfosiit CD4
9-27%
Menurun daya tahan tubuh
Infeksi oppurtunistik
Penyakit kronik
Cara penularan:
Kanker HIV hubungan seksual tidak aman,
50% 41% penggunaan narkoba dengan alat
suntik,
ibu HIV ke janin atau lewat ASI

Depresi pada HIV/AIDS 10-20% terjadi setelah infeksi,


karena penyakit kronisnya, stigma sosial, nyeri,
tidaknyaman fisik dan kemungkinan kematian

21/09/2023 Temu Ilmiah 2013 _ Riris Ocktryna


Ansietas Depresi

Daignosa Medik
Gangguan Depresi (DSM-IV-
TR)
Penatalaksnaan Medis
1/3 pasien HIV/AIDS mengalami
Psikofarmaka HIV/AIDS ARV,
ansietas da terjadi selama
asupan nutrisi
mengalami penyakitnya,
Depresi: anti depresan
Adanya trauma pada otak

Intervensi Kep:
Generalis: sp ansietas, koping tidak Diagnosa Kep
efektif Ansietas, berduka,
Spesialis: harga diri rendah,
ACT, FPE, relaksasi progresif, ketidakberdayaan
logoterapi,penghentian pikiran

21/09/2023 Temu Ilmiah 2013 _ Riris Ocktryna


Diagnosa Keperawatan (PPNI, 2017)
• Ansietas
• Ketidakberdayaan
• Isolasi sosial
• Harga diri rendah situasional
• Risiko bunuh diri
Ansietas Diagnosa Keperawatan (PPNI, 2017)

pasien menyatakan pasien tampak


 merasa kebingungan  gelisah
 takut akan penyakitnya  tegang
 merasa khawatir dengan  sulit tidur
kondisi yang dihadapi  tekanan darah, nadi, nafas meningkat
 diaforesis
 sulit konsentrasi
 tremor
 merasa tidak berdaya
 suara bergetar
 mengeluh pusing
 kontak mata kurang
 anoreksi
 berorientasi pada masa lalu
 palpitasi
Ketidakberdayaan Diagnosa Keperawatan (PPNI, 2017)

pasien menyatakan pasien tampak


 frustasi atau tidak mampu  bergantung pada orang lain
melaksanakan aktifitas • terlihat lelah dan lemah
sebelumnya • tidak berpartisipasi dalam perawatan
 merasa lelah dan lemah • menarik diri
 merasa tidak punya energi
 meragukan tentang kinerja peran
 kurang kontrol
 rasa malu
 Rasa tertekan (depresi)
Harga diri rendah Situasional Diagnosa Keperawatan (PPNI, 2017)

pasien menyatakan pasien tampak


 menilai diri negative (tidak berguna, tidak  enggan mencoba hal baru
tertolong)
 merasa malu/bersalah  berjalan menunduk
 merasa tidak mampu melakukan apapun  postur tubuh menunduk
 meremehkan kemampuan mengatasi • kontak mata kurang
masalah
• lesu dan tidak bergairah
 merasa tidak memiliki kelebihan atau • bicara pelan
kemampuan positif
• pasif
 menolak penilaian positif tentang diri
sendiri • perilaku tidak asertif
• bergantung pada pendapat orang lain
• sulit membuat keputusan
Isolasi sosial Diagnosa Keperawatan (PPNI, 2017)

pasien menyatakan pasien tampak


 menarik diri
 merasa ingin sendirian
 tidak berminat/menolak berinteraksi
 merasa tidak aman ditempat dengan orang lain atau lingkungan
umum • afek datar, sedih
 merasa berbeda dengan orang lain • riwayat ditolak
 merasa asyik dengan pekerjaan sendiri • menunjukan permusuhan
 merasa tidak mempunyai tujuan yang • tidak mampu memenuhi harapan orang lain
jelas • kondisi difabel
• tindakan tidak berarti
• tidak ada kontak mata
• tidak bergairah
Ansietas Tindakan:
Reduksi Ansietas
Tujuan : Tingkat ansietas menurun Terapi Relaksasi

Ketidakberdayaan Tindakan:
Tujuan : keberdayaan meningkat Promosi Harapan
Promosi Koping

Harga Diri Rendah Situasional Tindakan:


Tujuan : harga diri meningkat Manajemen Perilaku
Promosi harga diri

Tindakan:
Isolasi Sosial
Promosi sosialisasi
Tujuan keterlibatan sosial
Terapi aktivitas
meningkat
ANSIETAS Tindakan Reduksi Ansietas
Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
 identifikasi • ciptakan suasana terapeutik • jelaskan prosedur termasuk • Kolaborasi
tingkat untuk menumbuhkan sensasi yang akan dilami pasien pemberian obat
kepercayaan • informasikan secara factual ansietas jika
ansietas • temani pasien untuk tentang diagnosis, pengobatan perlu
 identifikasi mengurangi kecemasan dan prognosis
kemampuan • dengarkan pasien dengan • anjurkan pasien untuk
mengambil penuh perhatian mengungkapkan perasaan dan
keputusan • gunakan pendekatan yang persepsi pasien
tenang • latih tehnik relaksasi
 monitor • motivasi untuk mengenal • latih kegiatan
tanda-tanda pemicu ansietas pengalihan/distraksi untuk
ansietas • diskusikan rencana yang mengurangi ketegangan
akan datang dengan realistis • latih menggunakan mekanisme
koping yang adaptif
ANSIETAS Tindakan Terapi Relaksasi
Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi
 identifikasi • ciptakan lingkungan yang • jelaskan tujuan manfaat, batasan • Kolaborasi
tehnik relaksasi tenang dan jenis relaksasi yang tersedia pemberian obat
efektif yang • Berikan informasi yang jelas • jelaskan secara rinci intervensi ansietas jika
pernah tentang persesiapan dan relaksasi yang dipilih perlu
digunakan prosedur relaksasi • anjurkan pasien mengambil
 identifikasi • Gunakan pakaian yang posisi yang nyaman
kesediaan, longgar • anjurkan rileks dan merasakan
kemampuan • Gunakannada suara lembut sensasi latihan relaksasi
penggunaan • motivasi untuk mengenal • anjurkan untuk mengulangi
tehnik relaksasi pemicu ansietas tehnik relaksasi yang dipilih
sebelumnya • diskusikan rencana yang • demonstrasikan dan latih tehnik
 monitor respon akan datang dengan realistis relaksasi
terhadap terapi
relaksasi
KETIDAKBERDAYAAN Tindakan Promosi Harapan
Observasi Terapeutik Edukasi
 identifikasi • sadarkan bahwa kondisi yang • anjurkan mengungkapkan perasaan
harapan pasien dialami memiliki nilai penting terhadap kondisi yang realitas
dan keluarga • bimbing pasien mengingat kembali • anjurkan mempertahankan hubungan
dalam kenangan yang menyenangkan • anjurkan pasmempertahankan
pencapaian • libatakan pasien secara aktif dalam hubungan terapeutik dengan orang lain
hidup pengobatan • latih menyusun tujuan yang sesuai
• kembangkan rencana perawatan harapan
perawatan • latih cara mengembangkan spiritual diri
• berikan kesempatan pada pasien • latih cara mengenang dan menikmati
dankeluarga untuk terlibat dalam masa lalu
kelompok
• ciptakan lingkungan yang
memudahkan dalam kegiatan
spritual
KETIDAKBERDAYAAN Tindakan Promosi Koping
Observasi Terapeutik Edukasi
 identifikasi kegiatan • diskusikan perubahan peran yang • anjurkan menjalin hubungan dengan
jangka pendek dan dialami yang memilki tujun dan kepentingan
panjang • gunakan pendekatan yang tenang dan yang sama
 identifikasi meyakinkan • anjurkan mengungkapkan perasaan
kemampuan yang • diskusikan alasan mengkritik diri dan persepsi
dimiliki sendiri • anjurkan melibatkan keluarga
 identifikasi sumber • diskusikan risiko yang membahayakan • anjurkan membuat tujuan yang
daya yang tersedia diri spesifik
 identifikasi • motivasi untuk menentukan harapan • anjurkan cara memecahkan masalah
pemahaman proses yang realistis yang konstruktif
penyakit • motivasi terlibat dalam kegiatan sosial • latih penggunaan tehnik relaksasi
 identifikasin metode • dampingi saat berduka • latih ketrampilan sosial
penyelesaian • dukung penggunaan mekanisme • latih mengembangkan penilaian yang
masalah pertahanan yang tepat obyektif
• kurangi rangsangan lingkungan yang
mengancam
Harga diri Rendah situasional Tindakan Manajemen Perilaku
Observasi Terapeutik Edukasi
 identifikasi harapan • diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku • informasikan pada keluarga
untuk • jadwalkan kegiatan terstruktur tentang peran keluarga dalam
mengendalikan • ciptakan dan pertahankan lingkungan yang membentuk pikiran positif
perilaku konsisten
• tingkatkan aktifitas fisik sesuai kemampuan
• bicara dengan nada rendah dan tenang
• lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber
agitasi
• hindari bersikap menyudutkan dan
menghentikan pembicaraan
• cegah perilaku pasif agresif
• hindari sikap mengancam dan berdebat
Harga diri Rendah situasional Tindakan Promosi harga diri
Observasi Terapeutik Edukasi
 identifikasi • motivasi untuk verbalisasi positif pada diri • jelaskan pada keluarga perlunya
budaya, sendiri dukungan keluarga
agama,ras, jenis • motivasi untuk menerima tantangan baru • anjurkan mengidentifikasi kekuatan
kelamindan usia • diskusikan tentang peningkatan harga diri yang dimiliki
terhadap harga • diskusikan keperayaan diri dalam menilai • anjurkan mempertahankan kontak
diri diri positif matasaat berkomunikasi dengan
 monitor • diskusikan tentang pengalaman yang orang lain
verbalisasi yang meningkatkan harga diri • anjurkan membuka diri terhadap
merendahkan diri • diskusikan tentang persepsi negatif diri kritik negative
sendiri • diskusikan alasan mengkritik diri atau • anjurkan mengevaluasi perilaku
 monitor tingkat perasaan bersalah • latih meningkatkan tanggung jawab
harga diri • diskusikan dalam menetapkan tujuan yang • latih mentatakan positif diri
realistis • latih cara berpikir positif dan
• berikan umpan balik positif ataas pencapai berperilaku positif
diri pasien • latih meningkatkan kepercayaan diri
• fasilitasi lingkungan meningkatkan diri

Anda mungkin juga menyukai