Anda di halaman 1dari 5

DEFINISI

Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita yang mengenai kulit tubuh tidak berambut
(globorous skin) di daerah muka, badan, lengan dan glutea. Tinea kruris adalah infeksi jamur jamur
dermatofita yang mengenai lipat paha, daerah genitalia dan di sekitar anus yang dapat meluas ke
bokong dan perut bagian bawah, (1,3.4)

EPIDEMIOLOGI

Tinea korporis dan kruris banyak diderita oleh semua umur, terutama lebih sering menyerang orang
dewasa, terutama pada orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat
panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Lebih sering menyerang
pria dari pada wanita. Tersebar ke seluruh dunia, terutama pada daerah tropis, dan insidensi
meningkat pada kelembaban udara yang tinggi. 24

ETIOPATOGENESIS

Tinea korpons disebabkan jamur Dermatofita, terutama oleh Epidermophyton floccosum atau
Trichophyton rubrum. Tinea kruris disebabkan jamur dermatofita terutama oleh Epidermophyton
floccosum, Trichophytonrubrum, dan Trichophyton mentagrophytes. (1.4

Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dengan individu yangterinfeksi atau tidak langsung
melalui benda yang mengandung jamur, misalnya handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel
dan lain-lain.

Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya di dalam

jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke dalam jaringan
epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan.

Pertumbuhan jamur dengan pola radial di dalam stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit
yang sirsinar dengan batas yang jelas dan meninggi. Reaksi kulit semula berbentuk papul kemudian
berkembang menjadi suatu reaksi peradangan berupa suatu dermatitis.

F. GEJALAKLINIS

Gambaran klinis dari tinea korporis merupakan lesi anular, bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri
atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah tengahnya biasanya
lebih tenang ( tanda peradangan lebih jelas pada daerah tepi ) yang sering disebut dengan central
healing. Tapi kadang juga dijumpai erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya
merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit dapat juga terlihat sebagai
lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Selain itu lesi
dapat berupa arsiner, atau sinsiner. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi
menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi dan skuamasi
saja. Kelainan-kelainan ini dapat terjadi bersama-sama dengan tinea kruris (1,2,3,7)
Pada tinea kruris keluhan utama adalah rasa gatal yang dapat hebat. Lesi umumnya bilateral
walaupun tidak simetris, berbatas tegas, tepi meninggi yang

dapat berupa bintil-bintil kemerahan atau lenting-lenting kemerahan, atau kadang terlihat lenting-
lenting yang berisi nanah. Bagian tengah menyembuh berupa daerah coklat kehitaman bersisik. Lesi
aktif, polisiklik, ditutupi skuama dan kadang-kadang disertai dengan banyak vesikel kecil-kecil.
Biasanya disertai rasa gatal dan kadang-kadang rasa panas. Garukan terus-menerus dapat
menimbulkan gambaran penebalan kulit. Buah zakar sangat jarang menunjukkan keluhan, meskipun
pemeriksaan jamur dapat positif. Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak
hanya macula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi, 0.6.7)

G. DIAGNOSA BANDING

Tinea korporis dapat didiagnosa banding dengan dermatitis kontak, Pitiriasis rosea, Psoriasis vulgaris,
sifilis stadium II tipe makulopapular, dan

dermatitis seboroik. (2.3.6,8)

Tinea kruris dapat didiagnosa banding dengan kandidiasis inguinal, eritrasma, psoriasis, dan
dermatitis kontak (2,3,4,8)

H. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan: 1. Anamnesa

Dari anamnesa didapatkan rasa gatal yang sangat mengganggu, dan gatal

bertambah apabila berkeringat. Karena gatal dan digaruk, maka timbul lesi sehingga lesi bertambah
meluas, terutama pada kulit yang lembab

2. Gejala klinis yang khas

3. Pemeriksaan laboratorium Pada kerokan kulit dengan KOH 10-20% bila positif memperlihatkan
elemen jamur berupa hifa panjang dan artrospora (hifa yang bercabang) yang khas pada infeksi
dermatofita. Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung
sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah
medium Agar Dekstrosa Sabouraud, 4.5,7)

I.PENATALAKSANAAN

1. Umum

Meningkatkan kebersihan badan dan menghindari berkeringat yang berlebihan

Mengurangi kelembaban dari tubuh pasien dengan menghindari pakaian yang panas dan tidak
menyerap keringat (karet, nylon)

Menghindari sumber penularan yaitu binatang, kuda, sapi, kucing, anjing. atau kontak pasien lain.

Menghilangkan fokal infeksi ditempat lain misalnya di kuku atau di kaki.

Faktor-faktor predisposisi lain seperti diabetes mellitus, kelaian endokrin yang lain, leukemia, harus
dikontrol. (7)

2. Khusus

Topikal

Derivat azol misalnya mikonazol 2%, klotrimasol 1%, ketokonazol 1%

Salep Whitfield

Asam benzoat 6-12%

Asam sa lisi lat 2-4% (4.7)

Sistemik
Griseofulvin 500 mg sehari untuk dewasa, sedangkan anak-anak 10-25 mg/kgBB sehari. Lama
pemberian griseofulvin pada tinea korporis adalah 3-4 minggu, diberikan bila lesi luas atau bila
dengan pengobatan topikal tidak ada perbaikan.

Pada kasus yang resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan derivat

azol seperti ketokonazol 200 mg per hari selama 2-4 minggu pada pagi hari setelah makan,
itrakonazol 100-200 mg/hari selama 2-4 minggu atau 200 mg/hari selama 1 minggu, flukonazol 150
mg 1x/mgg selama 2-4 minggu, terbinafin 250 mg/hari selama 1-2 minggu.

Antibiotika diberikan bila terdapat infeksi sekunder. 6.7,9)

J.PROGNOSIS

Tinea korporis dan tine kruris mempunyai prognosa baik dengan pengobatan yang adekuat dan
kelembaban dan kebersihan kulit yang selalu

dijaga (1.4

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. halaman 92

Mikosis

dangkal,

diunduh

dari

httn:// renositorv.usu.ac.id/ bitstream/ 123456789/1174/1/ fkø- trelial.pdf.


Harahap M. 2002. Ilmu Penyakit Kulit Cetakan I. Jakarta: Hippokrates. halaman 77-78

Tinea kruris, diunduh dari http://www.klikdokter.com/illness/detail/140 Budimulja, U. 2009.


Diagnosis dan penatalaksanaan dermatomikosis. Jakarta: FKUI, halaman 47-53

Abdullah B. Dermatologi pengetahuan dasar dan kasus di rumah sakit.

Surabaya: Percetakan Universitas Airlangga. Halaman 69-76 Infeksi Kulit, diunduh dari

httn://ilmukesehatankulitdankelamin.blogspot.com/2009 06 01 archive html

Siregar, R. S. 2008. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Ed 2. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 17-33 James WD, Berger TG, Elston DM. 2010. Andrew's
Diseases of the Skin

Dermatologi Klinis edisi ke-10. Filadelfia: Saunders Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai