Anda di halaman 1dari 57

BAB I

PENDAHULUAN
Periode emas
Gizi sekaligus periode
kritis

Asupan Gizi Asupan Gizi


Sesuai Tidak Sesuai

Kritis (usia
EMAS
6-24 bulan
Stunting

prevalensi balita
stunting di Metro 47,34%
Indonesia sebesar balita pendek
37,2 %. Provinsi Lampung berada dan sangat
di atas rerata nasional pendek di
yaitu 42,64% untuk balita provinsi
sangat pendek dan Lampung.
pendek diantara seluruh
provinsi di indonesia
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Stunting

Berat Badan
Pengetahuan Ibu Lahir
tentang Makanan
Bergizi bagi Balita
ASI Eksklusif
MP-ASI
Rumusan Masalah

• Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah Apakah Pengetahuan Ibu tentang makanan
bergizi bagi balita, pemberian ASI ekslusif, MP-ASI, dan berat badan
lahir merupakan faktor risiko kejadian stunting pada balita di
Kelurahan Ganjar Asri?
Tujuan Penelitian

• Menganalisis Pengetahuan Ibu tentang makanan bergizi bagi balita,


ASI ekslusif, MP-ASI, dan berat badan lahir sebagai faktor risiko
kejadian stunting pada balita di Kelurahan Ganjar Asri.
Manfaat Penelitian

Manfaat Akademis
• Memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya tentang Pengetahuan
Ibu tentang makanan bergizi bagi balita, ASI ekslusif, MP-ASI, dan
Berat Badan Lahir sebagai faktor risiko kejadian stunting pada balita
di Kelurahan Ganjar Asri.
Manfaat Praktis

Bagi Pemerintah Daerah


• Sebagai dasar dalam melakukan intervensi pengambilan kebijakan
penanggulangan stunting di Kelurahan Ganjar Asri
Bagi Peneliti
• Menambah wawasan peneliti dalam meneliti masalah stunting.
Bagi Masyarakat
• Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan peran aktif
masyarakat untuk menyadari dan memahami tentang pentingnya
pemenuhan nutrisi demi menunjang pertumbuhan anak usia dini.
Pengetahuan
• Pengetahuan =“tahu” dan setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2007).
• Pengetahuan gizi = pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik
(memberikan zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh >>> status gizi yg baik).
• Tingkat pengetahuan
• Tahu (Know & recall)
• Memahami
• Aplikasi
• Analisa
• Sintesis
• Evaluasi
• Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
• Faktor Internal = Umur, IQ (Intelegency Quotient), Keyakinan (Agama)
• Faktor Eksternal = Pendidikan, Informasi, Sosial Budaya, Pekerjaan
Sikap
• Sikap = reaksi suatu stimulus atau objek, bersifat emosional terhadap
stimulus sosial, merupakan prediposisi suatu perilaku(Notoatmodjo,
2007).
• Tingkatan sikap =
• Menerima (Receiving)
• Merespon (Responding)
• Menghargai (Valuing)
• Bertanggung Jawab (Responsible)
• faktor yang mempengaruhi sikap = Pengalaman pribadi, Pengaruh orang
lain yang dianggap penting, Pengaruh kebudayaan, Media massa, Lembaga
pendidikan dan lembaga agama, Faktor emosional
Perilaku
• Perilaku (manusia) = semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
sekitar (Notoadmojo, 2007).
• Perubahan perilaku dipengaruhi 3 faktor utama
• faktor prediposisi (predisposing factor)
• faktor pemungkin (enabling factor)
• faktor penguat (reinforcing factor)
TEORI ASI Ekslusif
ASI ekslusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja, tanpa
cairan atau makanan padat apapun kecuali
vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes
atau sirup sampai usia 6 bulan (WHO, 2010).

Kandungan ASI (sudah


disesuaikan dengan usia
kebutuhan bayi) ASI mudah dicerna.
- Karbohidrat Perbandingan protein unsur
- Protein whey dan casein dalam ASI
- Lemak adalah 65 : 35, sedangkan
- Mineral dalam PASI 20 : 80.
- Vitamin
Manfaat ASI dari berbagai aspek

Aspek Aspek Aspek


Imunologik Psikologik Kecerdasan

Aspek Aspek
Aspek
Ekonomis Penundaan
Neurologis
kehamilan
MP-ASI

Makanan atau minuman yang mengandung zat


gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24
bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari
ASI.
MP-ASI merupakan peralihan asupan yang
semata berbasis susu menuju ke makanan yang
semi padat
Jenis MP-ASI
Buah, terutama pisang yang mengandung cukup kalori. Buah jenis lain yang sering
diberikan pada bayi adalah : pepaya, jeruk, dan tomat sebagai sumber vitamin A dan C.
Makanan bayi tradisional :
• Bubur susu buatan sendiri dari satu sampai dua sendok makan tepung beras sebagai
sumber kalori dan satu gelas susu sapi sebagai sumber protein.
• Nasi tim saring, yang merupakan campuran dari beberapa bahan makanan, satu
sampai dua sendok beras, sepotong daging, ikan atau hati, sepotong tempe atau
tahu dan sayuran seperti wortel dan bayam, serta buah tomat dan air kaldu.
Makanan bayi kalengan, yang diperdagangkan dan dikemas dalam kaleng, karton,
karton kantong (sachet) atau botol : untuk jenis makanan seperti ini perlu dibaca
dengan teliti komposisinya yang tertera dalam labelnya (Lewis, 2003).
FREKUENSI PEMBERIAN MP-ASI
Umur Frekuensi Jumlah

6-9 bulan 3 x makanan lumat + Secara bertahap

ASI ditingkatkan sampai

2/3 mangkuk ukuran

250 ml tiap makan

9-12 bulan 3 x makanan lembek ¾ mangkuk ukuran

+ 2 x makanan 250 ml

selingan + ASI

12-24 bulan 3 x makanan keluarga Semangkuk penuh

+ 2 x makanan ukuran 250 ml


Bayi berat lahir rendah (BBLR)

• Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat saat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Dalam
pedoman tersebut bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang
lahir dengan berat kurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau
sampai hari ke tujuh setelah lahir (Manuaba et al., 2007).
Klasifikasi BBLR dapat dibagi berdasarkan derajatnya
dan masa gestasinya
Berdasarkan derajatnya, BBLR diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok, antara lain :
• Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW) dengan
berat lahir 1500 – 2499 gram.
• Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight
(VLBW) dengan berat badan lahir 1000 – 1499 gram.
• Berat bayi lahir ekstrem rendah (BBLER) atau extremely low birth
weight (ELBW) dengan berat badan lahir < 1000 gram
BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor
• Faktor dari ibu meliputi berat badan sebelum hamil rendah,
penambahan berat badan yang tidak adekuat selama kehamilan,
malnutrisi, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir rendah,
remaja, tubuh pendek, sudah sering hamil, dan anemia. Infeksi pada
ibu selama kehamilan, sosial ekonomi rendah, dan stres maternal, juga
dapat menyebabkan terjadinya kelahiran (Winkjosastro H, 2005).
BBLR dipengaruhi oleh beberapa faktor

• Faktor janin dan plasenta yang dapat menyebabkan BBLR antara lain
kehamilan ganda, hidroamnion, dan cacat bawaan. Status pelayanan
antenatal (frekuensi dan kualitas pelayanan antenatal, tenaga kesehatan
tempat periksa hamil, umur kandungan saat pertama kali pemeriksaan
kehamilan) juga dapat beresiko untuk melahirkan BBLR
(Winkjosastro H, 2005).
Nutrisi Bayi BBLR
• Frekuensi dari pemberian makan diakukan pemberian makan setiap 3
jam sekali untuk bayi > 1250 gram. Angka kejadian dari intoleransi
makanan, apnea, hipoglikemik, dan necrotizing enterocolitis (NEC)
tidak terlalu berbeda, tetapi waktu rawat dalam pemberian makan setiap
3 jam sekali, menjadi berkurang. Waktu untuk memulai, volume, serta
durasi disarankan volume minimal dari pemberian susu (10 – 15
mL/kg/day). Hal ini dilakukan pada 24 jam pertama kehidupan.
• Jika pada 24 – 48 jam, tidak ada ASI maupun susu donor, pertimbangkan
susu formula. Pengenalan lebih dini pada pemberian makan awal
dibandingkan dengan bayi yang dipuasakan, tidak menunjukkan hasil
yang signifikan pada kejadian NEC (Dutta et al., 2015).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
• Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
desain case control
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
• Penelitian dilakukan di Aula Puskesmas Ganjar Agung pada tanggal 29
Agustus 2018
Populasi penelitian
• Populasi penelitian ini adalah balita di seluruh Posyandu Balita di
wilayah Ganjar Asri binaan UPT. Puskemas Ganjar Agung. Jumlah
balita sebanyak 297 orang.
Kriteria inklusi
• Balita 0 tahun sampai 5 tahun
• Balita yang memiliki status gizi stunting sebagai kelompok kasus nilai z score <
-2 SD, dan anak yang normal sebagai kelompok kontrol balita stunting dengan
nilai z-score ≥ -1 SD
• Orang tua balita bersedia mengikuti penelitian
Kriteria eksklusi
• Orang tua balita tidak bersedia mengikuti penelitian
• Balita tidak memiliki ibu kandung

Besar Sampel

Maka didapatkan jumlah sampel sebesar 30 responden. Sehingga peneliti


mengambil sampel sebesar 70 responden, 40 sampel untuk kelompok
kasus (stunting) dan 30 sampel untuk kelompok kontrol (normal).
Teknik sampling
• Teknik atau pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Cluster Random Sampling
Identifikasi variabel penelitian
• Varibel bebas : Pengetahuan ibu tentang makanan bergizi , pemberian
ASI Eksklusif, pemberian MP-ASI, Berat Badan Lahir
• Variabel terikat : Status gizi Stunting
Definisi Operasional
Stunting
• Definisi : status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U dimana
dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran
tersebut berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai dengan -3 SD
(pendek/ stunted) dan <-3 SD (sangat pendek / severely stunted) (Kemenkes
RI, 2010).
• Alat Ukur : Kurva status gizi WHO
• Kategori :
• Stunting : nilai z score < -2 SD
• Normal : nilai z-score ≥ -1 SD
Pengetahuan Gizi Ibu
• Definisi : Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan dan
konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. (Almatsir, 2004).
• Alat Ukur : Kuesioner
• Skala Ukur : Ordinal
• Kategori :
• Tinggi 76% - 100%
• Sedang : 56 % - 75 %
• Buruk ≤ 55% (Arikunto, 2002)
ASI Eksklusif
• Definisi : bayi hanya diberi ASI saja, tanpa cairan atau makanan padat apapun
kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia
6 bulan (Depkes, 2006)
• Alat Ukur : Kuesioner
• Skala Ukur : Nominal
• Kategori :
• Eksklusif ≥ 50%
• Tidak Eksklusif< 50%
MP-ASI
• Definisi : makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan
kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain
dari ASI (Depkes, 2006).
• Alat Ukur : Kuesioner
• Skala : Nominal
• Kategori :
• Baik ≥ 50%
• Tidak Baik < 50%
Berat Badan Lahir
• Berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir (Manuaba et al.,
2007; Damanik, 2008).
• Alat Ukur : Kuesioner
• Skala : Nominal
• Kategori :
• Normal > 2500 - 4000 gr
• BBLR < 2500 gr
• BBLSR 1000 - < 1500
Rancangan Penelitian
Instrumen Penelitian

• Lembar informed consent dan identititas orang tua dan balita untuk
menjadi subjek penelitian
• Kuesioner Pengetahuan ibu tentang makanan bergizi bagi balita, ASI
Eksklusif, MP-ASI, dan Berat Badan Lahir
• Alat ukur tinggi badan dan panjang badan, Timbangan
Prosedur Penelitian

• Menjaring balita stunting dan normal di posyandu kelurahan Ganjar Asri


• Menghubungi kader dan menyebar undangan untuk mengumpulkan balita
stunting dan normal di aula puskesmas Ganjar Agung.
• Menjelaskan maksud, tujuan, prosedur dan mendapat persetujuan
keikutsertaan dalam penelitian dengan penandatanganan informed consent.
• Pengisian identitas responden
• Pengumpulan data kuesioner
• Mendapatkan data
• Melakukan perhitungan analisis statistika
Teknik Analisis Data

• Setelah data terkumpul, peneliti melakukan analisis data dengan


menggunakan SPSS dan membuat laporan hasil penelitian
Hasil & Pembahasan

Pengumpulan Data >>> sampel penelitian 70 orang dari total populasi 297 orang.

Status Gizi Frekuensi (Jumlah Balita) Presentase (%)

Normal 248 83,5

Stunting 49 16,5

Total 297 100

Tabel Distribusi Frekuensi dan Persentase Stunting balita di kelurahan Ganjar Asri Bulan Agustus 2018
Pengetahuan Ibu & Stunting

Pengetahuan Ibu Frekuensi (Jumlah Balita) Presentase (%)

Baik 68 97,1

Sedang 2 2,9

Buruk 0 0

Total 70 100

Tabel Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Bergizi di Kelurahan Ganjar Asri Bulan Agustus 2018
Analisis Bivariat Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Bergizi Dengan Kejadian Stunting
Berdasarkan analisa statistik hubungan antara pengetahuan ibu tentang makanan begizi dengan dengan kejadian stunting didapatkan
nilai koefisien Fisher test sebesar 0,503 dengan nilai (p) < 0,05 dan confident interval 95% ini berarti bahwa tidak ada hubungan
antara pengetahuan ibu tentang makanan bergizi terhadap stunting di Kelurahan Ganjar Asri Bulan Agustus 2018.

Pengetahuan Status Gizi p-value


Ibu
Normal Stunting 0,503

n % n %

Baik 30 100 38 95

Sedang 0 0 2 5

Buruk 0 0 0 0

Tabel Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Bergizi Dengan Kejadian Stunting di kelurahan Ganjar Asri Bulan Agustus 2018
• Dari hasil ini peneliti berasumsi bahwa selain pengetahuan banyak faktor yang
mempengaruhi status gizi, secara umum dipengaruhi oleh status kesehatan, tingkat
pendidikan, sosial ekonomi, politik, dan juga sosial budaya serta secara langsung
dipengaruhi oleh komsumsi makanan (Suhardjo, 1992).
• Hasil penelitian dimana didapatkan pendidikan ibu sebagian besar adalah 52,9% tamat
SMU, tamat SD 8,6%, tamat SMP 17,1%, dan tamatan diploma/sarjana 21,4%. Sesuai
dengan teori bahwa pendidikan merupakan salah satu factor eksternal yang dapat
mempengaruhi pengetahuan. Menurut Notoadmodjo (2003), banyak faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan , persepsi, motivasi dan pengalaman.
• Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Ada 2 faktor yang mempengaruhi
terbentuknya perilaku yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi
objek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan acuan dalam
mewujudkan bentuk perilaku. Sedangkan faktor internal berupa persepsi, kecerdasan,
motivasi, minat, dan emosi mengelola pengaruh- pengaruh dari luar Jika seseorang
mendapatkan pengetahuan baru maka akan menimbulkan respon dalam bentuk tidakan
atapun praktek.
• faktor-faktor lain yang mempengaruhi status gizi balita:
• Faktor ketersedian pangan di suatu daerah, serta tingkat pendapatan.
• Faktor sosial budaya >>> bagaimana, kapan dan dalam kombinasi yang bagaimana pangan
disajikan di dalam keluarga.
• Faktor pribadi >> kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan tentang
makanan bergizi kedalam pemilihan pangan dan pengembangan cara pemanfaatan pangan
• Walaupun kesadaran dan pengetahuan masyarakat sudah tinggi akan kesehatan,
namun praktek tentang kesehatan atau prilaku hidup sehat masyarakat yang
masih rendah akan mempengaruhi terhadap kesehatannya, hal ini bisa
disebabkan oleh faktor- faktor lain selain faktor predisposisi yang salah satunya
adalah pengetahuan.
• Oleh karena itu, dalam penelitian ini faktor pengetahuan ibu tentang makanan
bergizi bukanlah faktor utama yang mempengaruhi status gizi balita di Kelurahan
Ganjar Asri, Kota Metro.
Asi Eksklusif & Stunting

ASI Ekslusif Frekuensi (Jumlah Balita) Presentase (%)

Eksklusif 48 68,6

Tidak Eksklusif 22 31,4

Total 70 100

Tabel Distribusi Frekuensi dan Persentase pemberian ASI Ekslusif pada balita di Kelurahan Ganjar Asri
Analisis Bivariat Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting

ASI Eksklusif Status Gizi  

Normal Stunting p-value

n % n % 0,128

Baik 24 80 24 60

Tidak Baik 6 20 16 40

Sebagian besar responden dengan kategori normal mendapatkan ASI Eksklusif yaitu 24 responden (80%) dari 30 responden. Responden
stunting juga sebagian besar mendapatkan ASI Eksklusif yaitu 24 responden (60%) dari 40 responden. Hasil analisa statistik Hubungan
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita di kelurahan Ganjar Asri, diperoleh -value = 0,128 dengan taraf signifikansi 5% -
value (0,128> 0,05). Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian stunting pada balita di Kelurahan
Ganjar Asri.
• Pada penelitian ASI Eksklusif tidak berhubungan dengan kejadian
stunting disebabkan ASI Eksklusif bukan merupakan satu-satunya
faktor yang mempengaruhi kejadian stunting, terdapat faktor lain
seperti penyakit infeksi, ketersediaan pangan, status Gizi ibu hamil,
berat badan lahir, panjang badan lahir. (Kemenkes R.I, 2012).
• Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Anugraheni dkk di
Kecamatan Pati Kabupaten Pati 2012 penelitian ini menunjukkan,
faktor risiko kejadian stunting pada balita 12-36 bulan adalah
prematuritas (p=0,025; OR=10,67) dan panjang badan lahir rendah
(p=0,000; OR=2,81). Berat badan lahir (p=0,112), lama pemberian ASI
eksklusif (p=0,195), usia makan pertama (p=0,113) dan skor MP-ASI
(p=1,000) bukan merupakan faktor risiko kejadian stunting pada
penelitian ini.
• Keberhasilan ASI secara Eksklusif dapat dipengaruhi oleh faktor
seperti status pekerjaan. Ibu yang tidak bekerja, akan memiliki banyak
waktu untuk merawat bayinya termasuk memberikan ASI Eksklusif.
Hasil penelitian ini menunjukkan sejumlah 22 responden (31,4%)
tidak memberikan ASI Eksklusif.
• Pada penelitian ini didapatkan bahwa ibu yang diwawancarai
mengenai pengetahuan mengenai makanan bergizi pada balita
sebagian besar dinilai baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
menunjukkan dari 70 responden, 42 responden (68,6%) memberikan
ASI Ekslusif karena pengetahuan ibu sebagian besar baik.
MP-ASI & Stunting

MP-ASI Frekuensi (Jumlah Presentase (%)


Balita)

Baik 58 82,9

Tidak Baik 12 17,1

Total 70 100

Tabel Distribusi Frekuensi dan Persentase pemberian MP-ASI pada balita di Kelurahan
Ganjar Asri
Analisis Bivariat Hubungan pemberian MP-ASI yang sesuai dengan kejadian stunting pada balita di Kelurahan
Ganjar Asri
MP-ASI Status Gizi  

Normal Stunting p-value

n % n % 0,292

Baik 27 90 31 77,5

Tidak Baik 3 10 9 22,5

Sebagian besar responden dengan kategori normal mendapatkan MP-ASI baik yaitu 27 responden (90%) dari
30 responden. Responden dalam kategori stunting juga sebagian besar mendapatkan MP-ASI baik yaitu 31
responden (77,5%) dari 40 responden. Hasil analisa statistik hubungan pemberian MP-ASI dengan kejadian
stunting pada balita di kelurahan Ganjar Asri, diperoleh -value = 0,292 dengan taraf signifikansi 5% -value
(0,292> 0,05). Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting pada
balita di Kelurahan Ganjar Asri.
• Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (Nai, H, Gunawan, I Made
& Nurwanti, E 2016) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara usia pengenalan MP-ASI, frekuensi pemberian MP-
ASI, kergamanan MP-ASI dengan kejadian stunting pada anak usia 6-
23 bulan.
• Pada penelitian tersebut usia pengenalan MP-ASI, keragaman MP-ASI,
dan frekuensi pemberian MP-ASI hanya mampu memprediksi kejadian
stunting 6,4% setelah mengendalikan tinggi badan ibu dan riwayat
penyakit infeksi
• Pada penelitian ini hasil wawancara dengan beberapa responden,
didapatkan bahwa ibu memberikan MP-ASI sudah sesuai
rekomendasi. Sebagian besar responden menyatakan bahwa MP-ASI
diberikan kepada anak pada usia 6 bulan, frekuensi pemberian MP-
ASI minimal 3 kali pemberian dalam sehari, dan pemberian MP-ASI
mencakupi karbohidrat, protein, dan sayuran atau buah-buahan.
• Pada penelitian ini ASI Eksklusif dan MP-ASI tidak berhubungan
dengan kejadian stunting karena sebagian besar ibu balita dalam
penelitian ini dengan pengetahuan baik, sehingga perilaku pemberian
makanan untuk balita juga baik.
• Selain itu, saat usia bayi menginjak 6 bulan alasan beberapa ibu
dengan balita stunting yang tidak memberikan MP-ASI sesuai
kebutuhan gizi adalah karena anak tidak mau makan, diberikan susu
formula atau jajanan sebelum makan, dititipkan dengan orang tua
sehingga saat anak rewel jajanan kehendak anak harus dituruti, ibu
tidak ada waktu untuk menyuapi anak dan membujuk anak untuk
makan.
• Pada penelitian ini, bias faktor lain seperti panjang lahir dan tinggi
badan ibu dan ayah tidak dimasukkan kedalam kriteria inklusi.
BBLR & Stunting

Berat Badan Lahir Frekuensi (Jumlah Balita) Presentase (%)

Normal 62 88,6

BBLR 7 10

BBLSR 1 1,42

Total 70 7

Tabel Distribusi Frekuensi dan Persentase Berat Badan Lahir pada balita di Kelurahan Ganjar Asri
Analisis Bivariat Hubungan Berat Badan Lahir dengan kejadian stunting pada balita di Kelurahan Ganjar Asri
BBLR Status Gizi p-value

Normal Stunting 0,424

N % N %

Normal 26 86,7 36 90

BBLR 3 10 4 10

BBLSR 1 3,3 0 0

Responden status gizi normal dengan berat badan lahir normal sebanyak 26 responden (86%), BBLR sebanyak 3
responden (10%), BBLSR sebanyak 1 responden (3,3%). Responden dalam kategori stunting juga sebagian besar
dengan berat badan lahir normal yaitu 36 responden (90%), BBLR sebanyak 4 responden (10%), BBLSR sebanyak 0
responden (0%). Hasil uji bivariat Hubungan Berat Badan Lahir dengan kejadian stunting pada balita di kelurahan
Ganjar Asri, diperoleh -value = 0,424 dengan taraf signifikansi 5% -value (0,424> 0,05). Hal ini berarti tidak
terdapat hubungan antara Berat Badan Lahir dengan kejadian stunting pada balita di Kelurahan Ganjar Asri.
• Berdasarkan hasil penelitian ini menjelaskan tidak ada hubungan berat
badan lahir dengan stunting karena ditemukan dari 70 responden riwayat
berat badan lahir rendah hanya dialami 8 orang, hal ini juga menjadi
faktor yang memungkinkan terjadinya data yang kurang signifikan.
Kejadian stunting dipengaruhi oleh banyak faktor. Anak yang mengalami
BBLR mampu mengejar keterlambatan pertumbuhan layaknya anak yang
memiliki berat badan lahir normal, faktor yang mempengaruhi yaitu
asupan yang dikonsumsi sehingga untuk mecapai pertumbuhan dan status
gizi baik, selain asupan juga pola asuh yang sudah baik. Berdasarkan
penelitian ini, faktor lain seperti ASI Eksklusif dan MP-ASI termasuk
dalam kategori baik. Sehingga hal inilah salah satu faktor mengapa
BBLR tidak berpengaruh terhadap kejadian stunting.
Kesimpulan dan Saran
• Dari 70 balita yang diteliti, 30 balita (42,9%) dengan status gizi normal, sedangkan 40
balita (57,1%) mengalami stunting.
• Dari 70 balita yang diteliti didapatkan bahwa ibu yang berpengetahuan baik tentang
makanan bergizi bagi balita sebanyak 68 orang (97,1%) dan yang berpengetahuan
sedang sebanyak 2 orang (2,9%). Hasil uji bivariat yang dilakukan tidak ada hubungan
antara pengetahuan ibu tentang makanan bergizi dengan kejadian stunting di
Kelurahan Ganjar Asri Bulan Agustus 2018.
• Dari 70 balita sebagian besar responden dengan kategori ASI Ekslusif baik yaitu
sebanyak 48 responden (68,6%), 22 responden (31,4%) dengan kategori ASI Ekslusif
tidak baik. Hasil uji bivariat Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
stunting pada balita di kelurahan Ganjar Asri, diperolleh bahwa tidak terdapat
hubungan antara pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian stunting pada balita di
Kelurahan Ganjar Asri.
• Dari 70 balita yang diteliti, balita kategori MP-ASI baik yaitu sebanyak 58
responden (82,9%), 12 responden (17,1%) dengan kategori MP-ASI tidak baik. Hasil
uji bivariat Hubungan pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting pada balita di
kelurahan Ganjar Asri, diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara
pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting pada balita di Kelurahan Ganjar Asri.
• Dari 70 balita yang diteliti balita dengan kategori berat badan lahir normal yaitu
sebanyak 62 responden dengan persentase (88,6%), kategori berat badan lahir
rendah yaitu 10 responden dengan persentase (10%), kategori berat badan lahir
sangat rendah yaitu 1 responden dengan persentase (1,42%). Hasil uji bivariat
Hubungan Berat Badan Lahir dengan kejadian stunting pada balita di kelurahan
Ganjar Asri diperoleh hasil tidak terdapat hubungan antara Berat Badan Lahir
dengan kejadian stunting pada balita di Kelurahan Ganjar Asri.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari 70 balita yang diteliti, 30 balita (42,9%) dengan status gizi normal, sedangkan 40
balita (57,1%) mengalami stunting.
2. Dari 70 balita yang diteliti didapatkan bahwa ibu yang berpengetahuan baik tentang
makanan bergizi bagi balita sebanyak 68 orang (97,1%) dan yang berpengetahuan
sedang sebanyak 2 orang (2,9%). Hasil uji bivariat yang dilakukan tidak ada hubungan
antara pengetahuan ibu tentang makanan bergizi dengan kejadian stunting di Kelurahan
Ganjar Asri Bulan Agustus 2018.
3. Dari 70 balita sebagian besar responden dengan kategori ASI Ekslusif baik yaitu
sebanyak 48 responden (68,6%), 22 responden (31,4%) dengan kategori ASI Ekslusif
tidak baik. Hasil uji bivariat Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting
pada balita di kelurahan Ganjar Asri, diperolleh bahwa tidak terdapat hubungan antara
pemberian ASI Ekslusif dengan kejadian stunting pada balita di Kelurahan Ganjar Asri.
4. Dari 70 balita yang diteliti, balita kategori MP-ASI baik yaitu sebanyak 58
responden (82,9%), 12 responden (17,1%) dengan kategori MP-ASI tidak baik.
Hasil uji bivariat Hubungan pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting pada
balita di kelurahan Ganjar Asri, diperoleh bahwa tidak terdapat hubungan antara
pemberian MP-ASI dengan kejadian stunting pada balita di Kelurahan Ganjar Asri.
5. Dari 70 balita yang diteliti, balita dengan kategori berat badan lahir normal yaitu
sebanyak 62 responden dengan persentase (88,6%), kategori berat badan lahir
rendah yaitu 10 responden dengan persentase (10%), kategori berat badan lahir
sangat rendah yaitu 1 responden dengan persentase (1,42%). Hasil uji bivariat
Hubungan Berat Badan Lahir dengan kejadian stunting pada balita di kelurahan
Ganjar Asri diperoleh hasil tidak terdapat hubungan antara Berat Badan Lahir
dengan kejadian stunting pada balita di Kelurahan Ganjar Asri.
Saran
Saran untuk puskesmas Ganjar Agung :
1. Perlunya pendidikan dan pelatihan secara khusus bagi petugas kesehatan dan kader posyandu dalam
melakukan pengukuran antropometri secara benar, sehingga didapatkan prevalensi status gizi balita
yang valid dan reliabel
2. Dapat memberikan pendidikan dan penyuluhan kepada ibu-ibu yang memiliki balita agar benar - benar
menerapkan pengetahuan yang mereka miliki sehingga status gizi anak dapat ditingkatkan. Serta orang
tua juga diminta untuk bekerja sama dengan pengasuh balita mereka dalam mengedukasi masalah
stunting.

Saran untuk Dinas Kesehatan Kota Metro


3. Adanya perencanaan program gizi yang menyentuh kelompok remaja putri pranikah agar dapat
memutus mata rantai masalah gizi stunting.
4. Untuk penelitian selanjutnya
5. Dalam melaksanakan penelitian tentang gizi balita, diharapkan lebih mengkaji secara komperhensif
faktor-faktor lain yang mempengaruhi status gizi balita, sehingga dapat menempatkan intervensi yang
tepat.

Anda mungkin juga menyukai