Anda di halaman 1dari 10

Makalah Gizi dan Diet

Gizi pada Bayi dan Balita

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Kebutuhan Nutrisi pada bayi dan balita ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas [Ns. Edi
Yuswantoro, S.Kep.M.Kep pada Mata kuliah Gizi dan Diit. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Kebutuhan Nutrisi pada bayi dan balita bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Ns. Edi Yuswantoro, S.Kep.M.Kep,
selaku dosenMata Kuliah Gizi dan Diit telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Trenggalek, 30 Januari 2022

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor
eksternal maupun intaernal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga
uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang
terdapat di dalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak. Anak
balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi mereka pun bisa
menolak makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita
juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang memang menjadi
kegemaran si anak. Intake gizi yang baik berperan penting didalam mencapai pertumbuhan badan yang
optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat
menentukan kecerdasan seseorang. Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah
kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu
biasanya memberikan makan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut
mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang
mengandung banyak gizi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Nutrisi, bayi dan balita

2. Prinsip kebutuhan gizi bayi dan balita

3. ASI eksklusif

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian makanan

7. Pengaruh status gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Nutrisi, bayi dan balita

2. Prinsip kebutuhan gizi bayi dan balita

3. ASI eksklusif

4. Cara dan siklus pemberian ASI

5. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian makanan


7. Pengaruh status gizi terhadap pertumbuhan dan perkembangan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertiaan Nutrisi, bayi dan balita

2.1.1 Pengertian Nutrisi

Nutrisi atau gizi adalah salah satu komponen penting yang menunjang kelangsungan proses
tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat gizi seperti
protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut kurang
terpenuhi, maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat (Hidayat, 2006).

Nutrisi berfungsi menghasilkan energi bagi fungsi organ, gerak dan fungsi fisik, sebagai bahan
dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan sel-sel tubuh dan sebagai pelindung dan
pengatur suhu tubuh (Tarwoto & Wartonah, 2006).

Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh. Kebutuhan energi
didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan mineral
(A. P. Potter & Perry, 2010).

2.1.2 Pengertian bayi

Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan, namun tidak ada batasan yang
pasti. Menurut psikologi, bayi adalah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran
hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa.
(Marmi dan Rahardjo, 2015).

2.2.3 Pengertian balita


Anak di bawah lima tahun atau sering disingkat sebagai balita merupakan salah
satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia dimulai dari dua sampai
dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan. periode
usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah.

2.2. Prinsip kebutuhan gizi bayi dan balita

2.2.1 Gizi seimbang bagi bayi dan balita


Makanan terbaik bagi bayi adalah ASI. Namun, dengan bertambahnya umur bayi dan tumbuh
kembang, bayi memerlukan energi dan zat-zat gizi yang melebihi jumlah ASI. Bayi harus
mendapat makanan tambahan / pendamping ASI. Banyaknya ASI yang dihasilkan ibu tergantung
dari status gizi ibu, makanan tambahan sewaktu hamil / menyusui, stress mental dan sebagainya.
Dianjurkan untuk memberi 100-110 Kkal energi tiap kgBB/ hari. Oleh karena itu, susu bayi
mengandung kurang lebih 67 Kkal tiap 100 cc. Maka bayi diberikan 150-160 cc susu tiap kgBB.
Tetapi tidak semua bayi memerlukan jumlah energi tersebut.

Setelah anak berumur satu tahun menunya harus bervariasi untuk mencegah kebosanan dan
diberi susu, serealia (seperti bubur beras, roti), daging, sup, sayuran dan buah-buahan. Makanan
padat yang diberikan tidak perlu di blender lagi melainkan yang kasar supaya anak yang sudah
mempunyai gigi dapat belajar mengunyah. 

Kecukupan gizi: 

Golongan umum:  

▪ 1-3 tahun → BB 12 kg, TB 89 cm, Energi 1220 Kkal, Protein 23 gram

▪ 4-5 tahun → BB 18 kg, TB 108 cm, Energi 1720 Kkal, Protein 32 gram 
Anak dibawah lima tahun (balita) merupakan kelompok yang menunjukan pertumbuhan badan
yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak
balita justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi.
Bila mengalami gizi buruk balita maka perkembangan otaknya pun kurang dan itu akan
berpengaruh kepada kehidupannya di usia sekolah dan pra sekolah. 
Melaksanakan pemberian makanan yang sebaik-baiknya kepada bayi dan balita yang bertujuan
sebagai berikut: 
▪ Memberikan nutrien yang cukup untuk kebutuhan, memelihara kesehatan dan memulihkannya
jika sakit, melaksanakan berbagai jenis aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan jasmani
serta psikomotorik. 
▪ Mendidik kebiasaan yang baik tentang memakan, menyukai dan menentukan makanan yang
diperlukan.

2.2.2 Prinsip kebutuhana gizi bayi dan balita Adalah: 

1. Air 
Bayi yang menyusu pada ibunya masukkan air rata-rata: 
Trimester  Kebutuhan (ml/kg BB/hari)

I  175-200

II  150-175

III  130-140
IV  120-140

2. Energi 
Menurut FAO/WHO 1971 
Umur  Kebutuhan Energi (Kal/kg BB/hari)

3 bulan  120

3-5 bulan  115

6-8 bulan  110

9-11 bulan  105

Diatas 1 tahun  112

1-3 tahun  101

4.6 tahun  91

3. Protein
Umur  Kebutuhan Protein (g/kg BB/hari)

6-11 bulan  3,5-2,0

1-3 tahun  2,5-2,0

4-6 Tahun  3,0

4. Lemak 
Pada masa bayi dan balita lemak masih dianggap tidak perlu dalam jumlah banyak kecuali
asam lemak essensial (asam lenoleat dan arakidonat). Lemak yang mengandung asam lemak
essensial bila kurang dari 0,1 % akan mengakibatkan gangguan seperti kulit bersisik, rambut
mudah rontok dan hambatan pertumbuhan. Maka dianjurkan sekurang-kurangnya 1% kalori
yang berasal dari asam lenoleat. 

5. Karbohidrat 
Rekuiremen karbohidrat belum diketahui dengan pasti. Bayi yang menyusu pada ibunya
mendapat 40 % kalori dari laktosa. Pada usia yang tua kalori dan hidrat arang bertambah jika
bayi telah diberikan makanan lain terutama yang mengandung banyak tepung misalnya
bubur susu dan nasi tim. 

6. Vitamin dan mineral 


Umur  Ca  Fe  Vit A  Vit Vit B12  Vit  Vit C  Vit D
B1  B6

6-11 bln  0,6 gr  8 gr  1200 mg  0,4 mg  0,5 mg  6 mg  25 mg  400 unit

1-3 th  0,5 gr  8 gr  1500 mg  0,5 mg  0,7 mg  8 mg  30 mg

4-6 th  0,5 gr  10  1800 mg  0,6 mg  0,9 mg  9 mg  40 mg
gr

2.3 ASI Eksklusif

2.3.1 Kandungan Gizi ASI

ASI merupakan makanan yang sangat penting bagi bayi karena memiliki berbagai kandungan
zat gizi yang dapat menunjang tumbuh kembang bayi. ASI mengandung faktor-faktor antiinfeksi
seperti IgA sekretori. Selain itu ASI juga mengandung protein dalam jumlah yang tepat dan
mudah dicerna.
ASI mengandung lebih banyak protein WHEY yang lebih mudah dicerna, dibandingkan dgn
protein KASEIN yang banyak dijumpai dalam susu formula (susu sapi). ASI mengandung asam
lemak esensial dalam jumlah yang cukup termasuk AA dan DHA, dan enzim lipase untuk
mencerna lemak, zat besi yang jumlahnya lebih sedikit daripada susu formula, tetapi lebih
mudah dicerna, vitamin A, B, C dalam jumlah yang cukup, dan mengandung cukup air.
 

Komposisi zat gizi dalam ASI dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan bayi. Kandungan zat
gizi ASI untuk bayi berusia 1 bulan berbeda dengan ASI untuk anak usia 3 bulan. Cita rasa ASI
pun dapat berubah-ubah sesuai makanan yang dikonsumsi ibunya, hal ini dapat mencegah
kesulitan makan pada anak karena sejak dini anak sudah diperkenalkan berbagai jenis makanan
dari rasa ASI yang berubah-ubah tersebut. Berbeda dengan susu formula yang rasanya
monoton sehingga anak mudah mengalami kesulitan makan.
 
Berikut merupakan variasi dalam komposisi ASI:
a. Kolostrum, yaitu ASI keluar pada beberapa hari pertama setelah bayi lahir (1-3 hari),
agak kental dan berwarna kekuningan. Kandungan kolostrum sebagai berikut:

 Kaya akan antibodi dan sel darah putih sehingga melindungi bayi dari infeksi
 Mengandung pencahar untuk membersihkan mekonium, bayi sering BAB sehingga
membantu mencegah ikterik oleh karena bilirubin diekskresi lewat feses
 Faktor-faktor pertumbuhan untuk membantu usus berkembang lebih matang,
mencegah alergi dan intoleransi
 Vitamin A

b. ASI matur/matang, yaitu ASI yang diproduksi setelah beberapa hari bayi lahir
c. Susu awal (foremilk) yaitu ASI yang keluar awal bayi menyusu, berwarna lebih
bening, dihasilkan dalam jumlah banyak, mengandung banyak air, protein, laktosa, dan
zat gizi lainnya. Segera mengatasi rasa haus bayi karena mengandung banyak air.
d. Susu akhir (hindmilk) yaitu ASI yang dihasilkan payudara beberapa menit setelah bayi
menyusu. Berwarna putih kental karena mengandung banyak lemak, menyebabkan
berat badan bayi yang minum ASI bertambah lebih cepat. Karena itu, saat menyusu satu
payudara, biarkan bayi menyusu sampai jumlah ASI di payudara tersebut sedikit
(payudara akan terasa kosong), baru pindah menyusu ke payudara sebelahnya.
Kemudian 1,5 – 2 jam bayi akan menyusu, mulailah dengan payudara yang terakhir
disusui, dan seterusnya.

2.3.2 Faktor yang mempengaruhi produksi ASI

Faktor yang mempengaruhi produksi ASI diantaranya adalah :

a. Gizi
Kebutuhan energi pada masa menyusui sebanding dengan jumlah ASI yang diproduksi.
Jumlah energi rata-rata pada ASI sekitar 70 kkal/100 ml. Sebanyak 80% energi ibu diubah
menjadi energi susu, sehingga diperkirakan 85 kkal untuk setiap 100 ml ASI. Perhitungan
produksi ASI per hari sebesar 750 ml pada enam bulan pertama dan sebesar 600 ml/hari
pada enam bulan kedua, maka kebutuhan energi rata-rata untuk membentuk ASI pada
enam bulan pertama dan kedua masing-masing 640 kkal/hari dan 510 kkal/hari (Pramusito,
2010).

b. Ketenangan Jiwa dan Pikiran


Kondisi kejiwaan dan pikiran yang tenang sangat mempengaruhi produksi ASI, jika ibu
mengalami stres, pikiran tertekan, tidak tenang, sedih dan tegang, produksi ASI akan
terpengaruh secara signifikan (Ria, 2012). Sekitar 50-80% ibu mengalami perubahan emosi
yang terjadi 2-3 hari setelah melahirkan (Soetjiningsih, 2010). Stress psikologis yang bekerja
melalui hipotalamus, dapat menghambat penyemprotan ASI (milk let down), oleh karena itu
sikap positif terhadap menyusui serta lingkungan yang santai penting agar proses menyusui
berhasil (Sherwood, 2010).

c. Penggunaan Alat Kontrasepsi


Banyak studi yang menunjukkan bahwa alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) tidak memiliki
efek terhadap durasi menyusui dan kualitas serta kuantitas ASI. Metode kontrasepsi dengan
AKDR lebih efektif dibandingkan metode lain dalam hal pengaruh terhadap laktasi atau
efektivitas dalam mencegah kehamilan (HTA Indonesia, 2009)

d. Perawatan Payudara
Perawatan payudara ini sebaiknya dilakukan sejak masa kehamilan. Perawatan payudara ini
merupakan suatu tindakan perawatan payudara yang dilaksanakan baik oleh ibu pada masa
setelah melahirkan, maupun dibantu oleh orang lain yang dilaksanakan mulai hari pertama
atau kedua setelah melahirkan.

e. Anatomi Payudara
Payudara yang mampu menghasilkan susu terdiri dari jaringan duktus yang secara progresif
mengecil yang bercabang dari puting payudara dan berakhir di lobulus-lobulus. Setiap
lobulus terdiri dari sekelompok alveolus berlapis epitel dan mirip kantung yang membentuk
kelenjar penghasil susu. Susu disintesis oleh epitel, lalu disekresikan ke dalam lumen
alveolus, kemudian mengalir melalui duktus pengumpul ASI ke permukaan puting payudara
(Sherwood, 2010).
f. Faktor Fisiologis
Prolaktin bekerja pada epitel alveolus untuk meningkatkan sekresi susu dan oksitosin yang
menyebabkan penyemprotan susu. Pengeluaran kedua hormon tersebut dirangsang oleh
refleks neuroendokrin (Sherwood, 2010).

g. Pola Istirahat
Kondisi ibu yang terlalu letih dan kurang istirahat akan menyebabkan ASI berkurang, hal
yang bisa diantisipasi dengan mengikuti pola tidur bayi, setidaknya ibu bisa terbantu dengan
mendapatkan waktu istirahat yang lebih cukup (Ria, 2012).

h. Faktor Hisapan Anak atau Frekuensi Penyusuan


Ibu yang menyusui anak secara jarang dan berlangsung sebentar maka hisapan anak
berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Ibu disarankan untuk menyusui setidaknya delapan kali sehari pada bulan-bulan pertama
setelah melahirkan untuk menjamin produksi dan pengeluaran ASI (Ria, 2012).

i. Berat Lahir Bayi


Bayi yang lahir dengan berat badan rendah (>2,5 kg) cenderung mempunyai kemampuan
menghisap ASI langsung dari payudara ibu yang lebih rendah daripada bayi yang terlahir
dengan berat badan normal (<2,5 kg).
j. Umur Kehamilan Saat Melahirkan
Kemampuan bayi menyusui bergantung pada kematangan fungsi refleks hisap dan menelan
(Primadi, 2010). Umur kehamilan ibu juga turut mempengaruhi produksi ASI, hal ini
disebabkan bayi yang lahir prematur sangat lemah dan tidak mampu menghisap langsung
(Ria, 2012).

k. Konsumsi Rokok
Merokok dapat mengganggu produksi ASI dengan menggangu hormon oksitosin dan
prolaktin. Merokok akan menstimulasi pelepasan hormon adrenalin yang menghambat
pelepasan hormon oksitosin (Ria, 2012). Ibu tidak diperbolehkan merokok. Karena nikotin
dapat memasuki air susu ibu sehingga kualitas ASI tidak begitu baik (Murkoff dkk, 2006).
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/613/3/BAB%20II.pdf

http://eprints.umm.ac.id/42096/3/jiptummpp-gdl-itanoviyan-49053-3-babii.pdf

https://herminahospitals.com/id/articles/kandungan-gizi-asi.html

https://media.neliti.com/media/publications/188974-ID-pengetahuan-ibu-hamil-mengenai-
faktor-fa.pdf

Anda mungkin juga menyukai