Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH SISTEM INTEGUMEN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


TINEA KRURIS
Dosen pembimbing : Ns. Heny Ekawati,.S.Kep,.M.Kes

Kelompok4

Oleh Kelompok 04:


1. Cindy Mulyawati
2. Donny Kurniawan Pratama
3. Nur Syahidah dinilah
4. Wewen Puniasih

STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN


PRODI SI KEPERAWATAN
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahNya pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sistem Integumen I yang berjudul
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Tinea Kruris.
Makalah ini berisi tentang asuhan keperawatan, dalam penyusunan makalah ini kami
menyadari masih banyak kesalahan, karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun,
atas bantuannya selama penyusunan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep., M.M.Kes. selaku Ketua STIKES Muhammadiyah
Lamongan
2. Arifal Aris,S.Kep,Ns,.M,Kes,. Selaku ketua prodi SI Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Lamongan
3. Ns. Heny Ekawati,.S.Kep,M.Kes, Selaku Dosen Pembimbing
4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan, yang telah membantu dan memberikan
dukungan dalam pemyususnan makalah ini.
Kami berharap

semoga makalah yang telah kami susun ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Lamongan, april 2014

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan..............................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8.

Definisi.............................................................................................3
Etiologi.............................................................................................3
Manifestasi klinis.............................................................................3
Pathofisiologi...................................................................................7
Pathway............................................................................................7
Diagnosa banding ............................................................................8
Pemeriksaan Penunjang...................................................................9
Penatalaksanaan...............................................................................10

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian........................................................................................12
3.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................15
3.3 Rencana Keperawatan......................................................................15
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan.......................................................................................18
4.2. Saran.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Penyakit
yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis, yaitu mikosis superficial dan mikosis
sistemik. Mikosis superfisial merupakan mikosis yang menyerang kulit, kuku, dan rambut
terutama disebabkan oleh 3 genera jamur, yaitu Trichophyton, Microsporum, dan
Epidermophyton. Sedangkan mikosis sistemik merupakan mikosis yang menyerang alat-alat
dalam, seperti jaringan sub-cutan, paru-paru, ginjal, jantung, mukosa mulut, usus, dan
vagina.
Jamur dapat berkembang biak dengan cepat pada lingkungan yang lembab dan pada
daerah yang kebersihannya kurang terjaga, seperti kasus pada tinea pedis dan tinea kruris.
Tinea kruris terjadi akibat jamur berkembang biak pada daerah lipatan paha, pantat dan
genetalia yang dikarenakan terlalu lembabnya darah tersebut sehingga jamur mudah dan
lebih cepat berkembang biak. Sedangkan inia pedis ini terjadi pada daerah sela- sela jari kaki
terutama jari ke 4-5 ini terjadi biasanya diakibatkan kurangnya hygiene dan terlalu
lembabnya daerah tersebut.
Tiniea kruris ini banyak terjadi di daerah tropis seperti Indonasia, banyak masyarakat
Indonesia seperti petani, orang kantoran dan bahkan anggota TNI aau polisi juga banyak
yang mengalami penyakit ini, maka dari itu pada makalah ini penulis akan membahas
penyakit tinea kruris lebih dalam.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep dasar teori penyakit tinea kruris ?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita dengan penyakit tinea kruris ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum :
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pembuatan makalah mata kuliah Sistem Integumen dengan judul Asuhan
1.2.2

Keperawatan pada penyakit Tinea kruris.


Tujuan Khusus
1. untuk mengetahui konsep dasar teori penyakit Tinea Kruris
2. untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan dengan penyakit Tinea Kruris

1.4 Metode Penulisan

1.4.1

Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai referensi dan

1.4.2

internet.
Makalah ini juga disusun berdasarkan hasil diskusi dari kelompok kami

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dari makalah ini adalah BAB I Pendahuluan terdiri dari: latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II Pembahasan. BAB III Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori Tinea Kruris


2.1.1 Definisi
Tinea kruris adalah jamur dermatofita pada daerah kruris dan sekitarnya.
(Siregar, R.S. 2004)

Gambar 2.1 Tinea Kruris


Tinea cruris (jock itch) merupakan infeksi jamur pada lipatan paha yang dapat meluas
ke paha bagian dalam dan daerah pantat. Infeksi ini umunya disertai dengan tinea pedis. Tinea
kruris umumnya terjadi pada pelari yang berusia mudah, orang- rang gemuk dan memakai
pakaian ketat. (Brunner & suddart, 2001 )
2.1.2 Etiologi
Penyebab utama tinea kruris menurut Siregar, R.S. 2004 antara lain:
1. Epidermophyton floccosum
2. Trichopyton rubrum
3. T.mentagrophytes.
Jamur jamur tersebut sering terjadi pada orang yangkurang memperhatikan kebersihan diri
atau lingkungan sekitar yang kotor dan lembab
2.1.3 Manifestasi Klinis
Menifestasi klinis tinea kruris menurut Siregar, R.S. 2004:
Penyakit ini menimbulkan keluhan gatal yang menahun, bertambah hebat apabila disertai
dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat yang akut atau menahun.

Kelainan yang akut memberikan gambaran berupa macula yang eritematosa dengan erosi dan
kadang-kadang teerjadi ekskoriasi. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif serta polisiklis.
Apabila kelainan menjadi menahun, maka efloresensi yang Nampak hanya macula yang
hiperpigmentasi disertai likenifikasi. Yang khas ialah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha
sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas ke gluteus, perut
bagaian bawah, dan bahkan sampai ke aksila.
2.1.4 Patofisiologi
Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan langsung
dapatsecara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau
tanah.Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian
debu.Agen penyebabjuga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau
spreipenderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur
inimenghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi
kestratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam
jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke
jaringanepidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial
distratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan
meninggi(ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi
suatureaksiperadangan.Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit
adalah:
a. Faktor suhu dan kelembapan
Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi
ataulokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari paling sering
terserangpenyakit jamur.
b. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan Faktor ini memegang peranan penting pada
infeksi jamur dimana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang
lebih rendah sering ditemukan daripadagolongan ekonomi yang baik.

Pathway
Tidak langsung: tanaman, kayu yang
dihinggapi jamur, pakaian yang dihinggapi

Langsung : Fomitis, epitel rambut yang


mengandung jamur, binatang, tanah

debu, sprai, dan handuk

Infeksi genus trychopyton sp


Menghasilkan enzim kreatinase
yang mencerna keratin
Invasi jamur ke stratum korneum
Kolonisasi hifa- hifa
Melepas enzim kratolitik
Difusi ke epidermis
Membentuk papilla
Tinea kruris
Reaksi radang
Tumbuh radial distraktum korneum
ringworm

Kerusakan pada epidermis

Keringat berlebih

Gatal

Gangguan integritas
jaringan kulit

2.1.5

Gangguan rasa nyaman

Prognosis

Prognosis tinea kruris baik, asalkan kelembapan dan kebersihan kulit selalu dijaga. (Siregar, R.S.
2004)
2.1.6 Diagnosa Banding
Diagnose banding tinea kruris menurut Siregar, R.S. 2004antara lain:
1. Eritrasma : batas lesi tegas, jarang disertai infeksi, fluoresensi, merah bata yang khas dengan
sinar wood.
2. Kandidiasis : lesi relative lebih basah, berbatas jelas disertai lesi-lesi satelit.
3. Psoriasis intertriginosa : skuama lebih tebal dan berlapis-lapis
2.1.7

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan dignostik menurut(Siregar, R.S. 2004) yaitu: kerokan kulit daerah lesi

dengan KOH 10% : tampak elemen jamur seperti hifa, spora, dan miselium.(Siregar, R.S. 2004)
Pemeriksaan Dengan Sediaan Basah, kulit dibersihkan dengan alkohol 70% kerok
skuama dari bagian tepi lesi dengan memakai scalpel atau pinggir gelas taruh di obyek glass
tetesi KOH 10-15 % 1-2 tetes tunggu 10-15 menit untuk melarutkan jaringan lihat di
mikroskop dengan pembesaran 10-45 kali, akan didapatkan hifa, sebagai dua garis sejajar,
terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit yang
lama atau sudah diobati, dan miselium.
2.1.8

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan tinea kruris menurut Siregar, R.S. 2004, antara lain:


1. Seperti pengibatan jamur lainnya
2. Topical : salep atau krim antimikotik. Lokasi ini sangat peka nyeri, jadi konsentrasi obat
harus lebih rendah dibandingkan lokasi lain, misalnya asam salisilat, asam benzoate, sulfur,
dsb.

3. Sistemik : diberikan jika lesi meluas dan kronik ; griseofulfin 500-1000mg selama 2-3
minggu atau ketokonase 100mg per hari selama 1 bulan.
4. Infeksi yang ringan dapat dibati dengan prearat topical seperti klotrimazol, mikonazol atau
haloprogin selama setidaknya 3-4 minggu untuk memastikan eradikasi total infekasi tersebut.
Preparat griseofulvin oral diperlukan untuk infeksi yang lebih parah. (Brunner & suddart,
2001)
Penatalaksanaan keperawatan menurut Brunner & suddart, 2001, antara lain:
Beri pendidikan pada pasien panas, gesekan dan maserasi (akibat keringat) merupakan
presdiposisi timbulnya penyakit jamur.Pada pasien di anjurkan untuk menghindari panas serta
kelembaban dan tidak memakai pakaian dalam dari nilon, pakaian yang ketat serta baju mandi
yang basah. Daerah lipatan paha harus dibersihkan, dikeringkan dengan seksama dan dibedaki
dengan preparat topical antijamur seperti tonaftat ( tinactin). Sebagai tindakan pencegahan
kerena infeksi ini cenderung timbul kembali.

BAB 111
ASUHAN KEPERWATAN PADA TINEA KRURIS
3.1 Pengkajian
A. identitas : nama, umur ( kebanyakan pada dewasa ), jenis kelamin ( pria lebih sering dari pada
wanita ), bangsa/ ras ( terdapat diseluruh dunia ), daerah ( paling banyak didaerah tropis ), musim
( musim panas, banyak keringat ).

B. riwayat kesehatan :
a) keluhan utama : gatal hebat pada daerah lipatan paha.
b ) riwayat penyakit sekarang : terjadi rasa gatal hebat pada daerha lipatan paha , lipat
perineum, bokong dan dapat kegenetalia. Terasa ruam berbatas tegas, eritomatosa dan bersisik,
semakin hebat jika banyak berkeringat.
c ) riwayat kesehatan dahulu : tanyakan apa pernah mengalami tinea kruris sebelumnya
d ) riwayat kesehatan keluarga : tanyakan apa ada anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit seperti klien
C) Aktifitas Sehari-hari (ADL):

Nutrisi: nutrisi klien tidak terganggu.


Eliminasi: tidak mengalami kelainan proses eliminasi alvi
Aktifitas / istirahat : klien Nampak gelisah, pola istirahat tidur terganggu, klien

biasanya susah tidur karena adanya rasa gatal pada daerah lipatan paha.
Intergritas ego : klien Nampak murung
Kenyamanan : klien Nampak sering menutup daerah lukanya
Personal Hygiene:biasanya klien dengan tinea kruris memiliki riwayat personal

hygiene yang buruk. (Siregar, R.S. 2004)

Keadaan umum: biasanya kesadaran composmentis, wajah tampak gelisah


Tanda-tanda vital:
TD: normal110-120/ 70-80 mmHg
Suhu: meningkat > 37,5oC
Nadi: 60-100x/mnt
RR : normal 16-20x/mnt
D) Pemeriksaan head to toe
a. Kepala
- Rambut tipis, menkilat, tipis,wajah tampak simetris
- Mata : konjungtiva merah mudah, tidak ada gannguan pada pengelihatan,
-

mata tidak cowong.


Telinga : normal tidak ada gangguan
Hidung : normal tidak ada gangguan, pernafasan sepontan, tidak ada

pernafasan cuping hidung.


Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis

b. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
junggularis.
c. Dada :
Inspeksi : bentuk dada simetris kanan kiri
- Paru-paru :
Inspeksi :Terdapat tarikan intercostae, simetris, takhipnea.
Palpasi : Vokal fremitus dada kanan dan kiri sama
Perkusi : Suara paru sonor pada semua lapang paru
Auskultasi: Suara nafas vesikuler
- Jantung:
Inspeksi: tidak tampak ictus cordis
Palpasi : tidak teraba ictus kordis, takikardi
Perkusi : bunyi jantung pekak
Auskultasi : BJ 1 dan BJ 2 tunggal
d. Abdomen
Inspeksi : perut datar
Auskultasi: bising usus 5-12 x/ menit
Palpasi : tidak terjadi pembesaran hepar, dan tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara perut timpani
e. Vulva :
Lokaliasi : region inguinalis bilateral, simetris. Meluas ke perineum sekitar
anus, intergluetal sampai ke gluteus, makula eritematosa berbatas tegas
dengan tepi lebih aktif terdiri dari paupula atau pustula.
f.Ekstrimitas : tidak ada gangguan
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman ( gatal ) berhubungan dengan adanya luka pada daerah genetalia.
2. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan adanya lesi
3.3 Rencana Keperawatan
Diagnosa

Rencana keperawatan

Keperawatan/Masal

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

ah Kolaborasi
Gangguan

rasa

nyaman ( gatal )
berhubungan

NOC:

NIC :

Tingkat kenyamanan

1. Kaji

lanjut

intensitas

Prilaku

ketidak nyamanan
2. Jelaskan penyebab

ketidak

mengendalikan

lebih

ketidaknyamanan
dengan

adanya

luka pada daerah


genetalia

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 2x24
jam

menunjukkkan

peningkatan

DS:

kenyamanan

Pasien

secara verbal adanya

mengetahui

faktor penyebab ketidak

ketidak nyamanan
-

nyamanan
Kemampuan

untuk

mengendalikan

DO:
-Prilaku ekspresif
( kegelisahan,
merintih)
-Berfokus pada diri
sendiri

kenyamanan

gatal,

tekhnik

imajinasi,

HE

mengenai

terutama pada daerahb genetalia


5. Kolaborasikan dengan dokter
untuk pemberian terapi:
- Analgesik

untuk

pereda/penawar rasa sakit


Larutan
kalamin
untuk
mengurangi rasa gatal.

tekhnik

yang

untuk

tekhnik

kebersihan atau hegyne pasien

akan

menunjukkan

penggunaan

relaksasi dan tingkatan aktivitas

Pasien
relaksasi

terhadap

distraksi.
4. Berikan

dengan kriteria hasil:

- Mengungkapkan

nyamanan.
3. Bantu dan ajarkan penanganan

efektif

mencapai

kenyamanan

Diagnosa
Keperawatan/

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Masalah Kolaborasi
NOC :
Gangguan integritas

adanya lesi

Integritas

jaringan kulit yang


berhubungan dengan

NIC :
1.Inspeksi adanya kemerahan dan
pembengkakan, serta bau khas.

jaringan
Penyembuha

2.Pertahankan agar daerah yang


terinfeksi tetap bersih dan kering

n luka

Setelah dilakukan tindakan 3.Lakukan perawatan luka atau


DS:

keperawatan

Klien mangatakan

minggu

selama

3x1 kulit secara rutin

gangguan 4.Memberikan HE pada pasien


untuk melakukan personal hygiene

gatal pada daerah

intergritas

lukanya

dengan, kriteria hasil:


-

kulit

teratasi dengan baik

Tidak adanya lesi pada obat topical.


jaringan sekitar lipatan

DO:
- Gangguan

pada

permukaan kulit
(epidermis)
- Kerusakan
pada
lapisan

kulit

(dermis)
- Tampak
adanya
pustule, eritema,
dan lesi

5.Lakukan kolaborasi pemberian

paha
Keutuhan jaringan kulit
Tidak terdapat bau dari
luka pada genetalia
Bila masi terdapat luka,
ukuran luka mengecil.

BAB 1V
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1.1.1 Tinea kruris adalah jamur dermatofita pada daerah kruris dan sekitarnya. (Siregar,
R.S. 2004). Tinea kriris disebabkan oleh Epidermophyton floccosum, Trichopyton
rubrum dan T.mentagrophytes.Penyakit ini menimbulkan keluhan gatal yang
menahun, bertambah hebat apabila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang
timbul dapat bersifat yang akut atau menahun. Diagnose banding pada tinea kruris
meliputin erythema, kandidiasis, psoriasis intertriginosa. Pemeriksaan diagnostic
tinea kruris yakni kerokan kulit daerah lesi dengan KOH 10% : tampak elemen jamur
1.1.2

seperti hifa, spora, dan miselium.


Asuhan keperawatan pada penyakit tinea kruris sama dengan penyakit lainnya. Di
awali dari pengkajian, yang utama yaitu keluhan utama, yang mana keluhan utama
merupakan alasan pasien di bawah ke rumah sakit atau ke palayanan kesehatan. Serta
pemeriksaan fisik pada pasien tinea kruris ini lebih difokuskan pada daerah
integumennya. Diagnose keperawatan dapat di ambil dari hasil pengkajian dari
keluhan pasien tinea kruris. Intervensi keperawatan merupakan rencana keperawatan
yang akan di berikan pada pasien tinea kruris setelah diketahui masalahnya.
Implementasi dan evaluasi di lakukan setelah mengetahui intervensi yang di tentukan.

1.2 Saran
1.2.1 Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan
1.2.2

makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar


Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam

1.2.3

pembuatan makalah selanjutnya.


Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa
keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien tinea
kruris.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddart keperawatan medical-bedah edisi 8, Jakarta : EGC 2001


Siregar, R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta. EGC
Siregar, R.S. 2004. Penyakit Jamur Kulit. Ed 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai