Kelompok4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayahNya pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sistem Integumen I yang berjudul
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Tinea Kruris.
Makalah ini berisi tentang asuhan keperawatan, dalam penyusunan makalah ini kami
menyadari masih banyak kesalahan, karena itu kami mohon kritik dan saran yang membangun,
atas bantuannya selama penyusunan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep., M.M.Kes. selaku Ketua STIKES Muhammadiyah
Lamongan
2. Arifal Aris,S.Kep,Ns,.M,Kes,. Selaku ketua prodi SI Keperawatan STIKES Muhammadiyah
Lamongan
3. Ns. Heny Ekawati,.S.Kep,M.Kes, Selaku Dosen Pembimbing
4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan, yang telah membantu dan memberikan
dukungan dalam pemyususnan makalah ini.
Kami berharap
semoga makalah yang telah kami susun ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan..............................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
2.8.
Definisi.............................................................................................3
Etiologi.............................................................................................3
Manifestasi klinis.............................................................................3
Pathofisiologi...................................................................................7
Pathway............................................................................................7
Diagnosa banding ............................................................................8
Pemeriksaan Penunjang...................................................................9
Penatalaksanaan...............................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.4.1
Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai referensi dan
1.4.2
internet.
Makalah ini juga disusun berdasarkan hasil diskusi dari kelompok kami
BAB II
PEMBAHASAN
Kelainan yang akut memberikan gambaran berupa macula yang eritematosa dengan erosi dan
kadang-kadang teerjadi ekskoriasi. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif serta polisiklis.
Apabila kelainan menjadi menahun, maka efloresensi yang Nampak hanya macula yang
hiperpigmentasi disertai likenifikasi. Yang khas ialah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha
sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas ke gluteus, perut
bagaian bawah, dan bahkan sampai ke aksila.
2.1.4 Patofisiologi
Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan langsung
dapatsecara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang, atau
tanah.Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, pakaian
debu.Agen penyebabjuga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau
spreipenderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan tinea manum. Jamur
inimenghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi
kestratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam
jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke
jaringanepidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial
distratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan
meninggi(ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang menjadi
suatureaksiperadangan.Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit
adalah:
a. Faktor suhu dan kelembapan
Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi
ataulokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari paling sering
terserangpenyakit jamur.
b. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan Faktor ini memegang peranan penting pada
infeksi jamur dimana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang
lebih rendah sering ditemukan daripadagolongan ekonomi yang baik.
Pathway
Tidak langsung: tanaman, kayu yang
dihinggapi jamur, pakaian yang dihinggapi
Keringat berlebih
Gatal
Gangguan integritas
jaringan kulit
2.1.5
Prognosis
Prognosis tinea kruris baik, asalkan kelembapan dan kebersihan kulit selalu dijaga. (Siregar, R.S.
2004)
2.1.6 Diagnosa Banding
Diagnose banding tinea kruris menurut Siregar, R.S. 2004antara lain:
1. Eritrasma : batas lesi tegas, jarang disertai infeksi, fluoresensi, merah bata yang khas dengan
sinar wood.
2. Kandidiasis : lesi relative lebih basah, berbatas jelas disertai lesi-lesi satelit.
3. Psoriasis intertriginosa : skuama lebih tebal dan berlapis-lapis
2.1.7
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan dignostik menurut(Siregar, R.S. 2004) yaitu: kerokan kulit daerah lesi
dengan KOH 10% : tampak elemen jamur seperti hifa, spora, dan miselium.(Siregar, R.S. 2004)
Pemeriksaan Dengan Sediaan Basah, kulit dibersihkan dengan alkohol 70% kerok
skuama dari bagian tepi lesi dengan memakai scalpel atau pinggir gelas taruh di obyek glass
tetesi KOH 10-15 % 1-2 tetes tunggu 10-15 menit untuk melarutkan jaringan lihat di
mikroskop dengan pembesaran 10-45 kali, akan didapatkan hifa, sebagai dua garis sejajar,
terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit yang
lama atau sudah diobati, dan miselium.
2.1.8
Penatalaksanaan
3. Sistemik : diberikan jika lesi meluas dan kronik ; griseofulfin 500-1000mg selama 2-3
minggu atau ketokonase 100mg per hari selama 1 bulan.
4. Infeksi yang ringan dapat dibati dengan prearat topical seperti klotrimazol, mikonazol atau
haloprogin selama setidaknya 3-4 minggu untuk memastikan eradikasi total infekasi tersebut.
Preparat griseofulvin oral diperlukan untuk infeksi yang lebih parah. (Brunner & suddart,
2001)
Penatalaksanaan keperawatan menurut Brunner & suddart, 2001, antara lain:
Beri pendidikan pada pasien panas, gesekan dan maserasi (akibat keringat) merupakan
presdiposisi timbulnya penyakit jamur.Pada pasien di anjurkan untuk menghindari panas serta
kelembaban dan tidak memakai pakaian dalam dari nilon, pakaian yang ketat serta baju mandi
yang basah. Daerah lipatan paha harus dibersihkan, dikeringkan dengan seksama dan dibedaki
dengan preparat topical antijamur seperti tonaftat ( tinactin). Sebagai tindakan pencegahan
kerena infeksi ini cenderung timbul kembali.
BAB 111
ASUHAN KEPERWATAN PADA TINEA KRURIS
3.1 Pengkajian
A. identitas : nama, umur ( kebanyakan pada dewasa ), jenis kelamin ( pria lebih sering dari pada
wanita ), bangsa/ ras ( terdapat diseluruh dunia ), daerah ( paling banyak didaerah tropis ), musim
( musim panas, banyak keringat ).
B. riwayat kesehatan :
a) keluhan utama : gatal hebat pada daerah lipatan paha.
b ) riwayat penyakit sekarang : terjadi rasa gatal hebat pada daerha lipatan paha , lipat
perineum, bokong dan dapat kegenetalia. Terasa ruam berbatas tegas, eritomatosa dan bersisik,
semakin hebat jika banyak berkeringat.
c ) riwayat kesehatan dahulu : tanyakan apa pernah mengalami tinea kruris sebelumnya
d ) riwayat kesehatan keluarga : tanyakan apa ada anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit seperti klien
C) Aktifitas Sehari-hari (ADL):
biasanya susah tidur karena adanya rasa gatal pada daerah lipatan paha.
Intergritas ego : klien Nampak murung
Kenyamanan : klien Nampak sering menutup daerah lukanya
Personal Hygiene:biasanya klien dengan tinea kruris memiliki riwayat personal
b. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
junggularis.
c. Dada :
Inspeksi : bentuk dada simetris kanan kiri
- Paru-paru :
Inspeksi :Terdapat tarikan intercostae, simetris, takhipnea.
Palpasi : Vokal fremitus dada kanan dan kiri sama
Perkusi : Suara paru sonor pada semua lapang paru
Auskultasi: Suara nafas vesikuler
- Jantung:
Inspeksi: tidak tampak ictus cordis
Palpasi : tidak teraba ictus kordis, takikardi
Perkusi : bunyi jantung pekak
Auskultasi : BJ 1 dan BJ 2 tunggal
d. Abdomen
Inspeksi : perut datar
Auskultasi: bising usus 5-12 x/ menit
Palpasi : tidak terjadi pembesaran hepar, dan tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara perut timpani
e. Vulva :
Lokaliasi : region inguinalis bilateral, simetris. Meluas ke perineum sekitar
anus, intergluetal sampai ke gluteus, makula eritematosa berbatas tegas
dengan tepi lebih aktif terdiri dari paupula atau pustula.
f.Ekstrimitas : tidak ada gangguan
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman ( gatal ) berhubungan dengan adanya luka pada daerah genetalia.
2. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan adanya lesi
3.3 Rencana Keperawatan
Diagnosa
Rencana keperawatan
Keperawatan/Masal
Intervensi
ah Kolaborasi
Gangguan
rasa
nyaman ( gatal )
berhubungan
NOC:
NIC :
Tingkat kenyamanan
1. Kaji
lanjut
intensitas
Prilaku
ketidak nyamanan
2. Jelaskan penyebab
ketidak
mengendalikan
lebih
ketidaknyamanan
dengan
adanya
menunjukkkan
peningkatan
DS:
kenyamanan
Pasien
mengetahui
ketidak nyamanan
-
nyamanan
Kemampuan
untuk
mengendalikan
DO:
-Prilaku ekspresif
( kegelisahan,
merintih)
-Berfokus pada diri
sendiri
kenyamanan
gatal,
tekhnik
imajinasi,
HE
mengenai
untuk
tekhnik
yang
untuk
tekhnik
akan
menunjukkan
penggunaan
Pasien
relaksasi
terhadap
distraksi.
4. Berikan
- Mengungkapkan
nyamanan.
3. Bantu dan ajarkan penanganan
efektif
mencapai
kenyamanan
Diagnosa
Keperawatan/
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Masalah Kolaborasi
NOC :
Gangguan integritas
adanya lesi
Integritas
NIC :
1.Inspeksi adanya kemerahan dan
pembengkakan, serta bau khas.
jaringan
Penyembuha
n luka
keperawatan
Klien mangatakan
minggu
selama
intergritas
lukanya
kulit
DO:
- Gangguan
pada
permukaan kulit
(epidermis)
- Kerusakan
pada
lapisan
kulit
(dermis)
- Tampak
adanya
pustule, eritema,
dan lesi
paha
Keutuhan jaringan kulit
Tidak terdapat bau dari
luka pada genetalia
Bila masi terdapat luka,
ukuran luka mengecil.
BAB 1V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1.1.1 Tinea kruris adalah jamur dermatofita pada daerah kruris dan sekitarnya. (Siregar,
R.S. 2004). Tinea kriris disebabkan oleh Epidermophyton floccosum, Trichopyton
rubrum dan T.mentagrophytes.Penyakit ini menimbulkan keluhan gatal yang
menahun, bertambah hebat apabila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang
timbul dapat bersifat yang akut atau menahun. Diagnose banding pada tinea kruris
meliputin erythema, kandidiasis, psoriasis intertriginosa. Pemeriksaan diagnostic
tinea kruris yakni kerokan kulit daerah lesi dengan KOH 10% : tampak elemen jamur
1.1.2
1.2 Saran
1.2.1 Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan
1.2.2
1.2.3
DAFTAR PUSTAKA