Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK)

DISUSUN OLEH :

DEVI ISMAWATI

010117A016

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah salah satu respon marah yang diekspresikan dengan melakukan
ancaman, mencederai orang lain dan merusak lingkungan. Respons tersebut biasanya muncul
akibat adanya stressor. Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik bagi diri sendiri, orang
lain, maupun lingkungan (Keliat, dkk. 2011:180).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai
dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Kusumawati, dkk. 2010:81).

B. Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis)


Data Objektif
muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering pula
tampak klien memaksakan kehendak : merampas makanan, memukul jika tidak senang

C. Penyebab
1. Faktor predisposisi
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi, artinya
mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh
individu :
a. Psikologis
Psikologis : kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
ditolak,dihina,dianiaya, dan sangsi penganiayaan
b. Biologis
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus elektris ringan
pada hipotalamus ternyata menimbulkan perilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan
fungsi limbik, lobus frontal dan lobus temporal akan menimbulkan mata terbuka lebar,
pupil berdilatasi dan hendak menyerang objek yang ada disekitarnya (Kusumawati,
dkk. 2010:82).

c. Faktor sosial budaya


Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak
pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan
yang diterima (Prabowo,2014:142).

2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau interaksi dengan orang
lain. Kondisi pasien seperti ini kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri
yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi
dengan lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan
orang yang dicinta atau pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain.
Interaksi yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan (Prabowo,
2014:143).
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa cedera
secara fisik, psikis atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
a) Klien : Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
dengan agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b) Interaksi : Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun esternal dari
lingkungan.
c) Lingkungan : panas, padat dan bising (Kusumawati, dkk.2010:82).

D. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/PK

Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk
dan gaduh gelisah yang tak terkontrol.
Gambar 1. Rentang Respons Marah (Kusumawati, dkk. 2010:81).
1. Respon adaptif
a. Pernyataan ( Assertion)
Respon marah dimana individu mampu menyatakan atau mengungkapkan rasa marah,
rasa tidak setuju, tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasanya akan
memberikan kelegaan.
b. Frustasi
Respons yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai tujuan, kepuasan atau rasa
aman yang tidak biasanya dalam keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif
lain.
2. Respon maladaftif
a. Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak dapat mampu untuk mengungkapkan perasaan
yang sedang dialami untuk menghindari suatu tuntutan nyata.
b. Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan individu untuk menuntut
suatu yang dianggapnya benar.
c. Amuk dan kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilang kontrol, dimana individu
dapat merusak diri sendiri, serta lain maupun lingkungan (Prabowo, 2014:141-142)

E. Psikopatologi
Resiko perilaku Gangguan pemelharaan
Akibat mencederai diri kesehatan

Ketidakefektifan Perilaku Defisit perawatan diri,


penatalaksanaan kekerasan mandi & berhias
Masalah utama
program teraupetik

Gangguan konsep
Ketidakefektifan diri : harga diri
koping keluarga: rendah kronis Penyebab
ketidakmampuan
keluarga merawat klien
dirumah

F. Diagnosis Keperawatan Utama


1. Risiko Perilaku kekerasan
G. Intervensi Keperawatan
1. Tindakan Keperawatan untuk pasien
a. Tujuan :
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
b. Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah :
 Mengucapkan salam terapeutik
 Berjabat tangan
 Menjelaskan tujuan interaksi
 Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah secara:
 Verbal
 Terhadap orang lain
 Terhadap diri sendiri
 Terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
 Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
 Obat
 Sosial/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
 Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
 Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
 Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
 Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
 Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
 Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
 Buat jadwal latihan sholat, berdoa
10) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
 Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan
benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
 Susun jadwal minum obat secara teratur
11) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
mengontrol Perilaku Kekerasan

H. Strategi Pelaksanaan
Pertemuan Ke : 1
1. Kondisi Pasien
DS :
-
DO :
muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering
pula tampak klien memaksakan kehendak : merampas makanan, memukul jika tidak
senang

2. Diagnosa Keperawatan
Risiko Perilaku kekerasan
3. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual,
sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

4. Intervensi
1. Tindakan Keperawatan untuk pasien
1.Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara
lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah :
 Mengucapkan salam terapeutik
 Berjabat tangan
 Menjelaskan tujuan interaksi
 Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
3. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
 Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah
secara:
 Verbal
 Terhadap orang lain
 Terhadap diri sendiri
 Terhadap lingkungan
5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
 Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
 Obat
 Sosial/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
 Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
 Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
 Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
8. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
 Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta
dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
 Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
 Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
 Buat jadwal latihan sholat, berdoa
10. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
 Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan
benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
 Susun jadwal minum obat secara teratur
Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi mengontrol
Perilaku Kekerasan
5. Strategi pelaksanaaan
SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) : Membina hubungan saling percaya,
identifikasi perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang
dilakukan, akibatnya serta mengontrol secara fisik

a. Fase Orientasi

“ Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya Devi ismawati, bisa panggil saya
Devi, Saya perawat yang dinas diruangan ini. Hari ini saya dinas pagi dari pukul
07.00 – 14.00. saya akan merawat bapak dirumah sakit ini. Nama bapak siapa ?
senangnya dipanggil apa? .”

“ Bagaimana perasaan bapak saat ini ? masih ada perasaan kesal atau marah ?.”
“ Baiklah kita akan berbincang – bincang sekarang tentang perasaan marah bapak.”

“ Berapa lama bapak mau kita berbincang – bincang? bagaimana kalau 10 menit? ”

“ Dimana enaknya kita untuk berbincang – bincang pak? didalam atau diluar ruangan
?.”

b. Fase kerja
“ Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya bapak pernah marah?
terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? O.... iya, jadi itu penyebab
bapak marah.”

“ Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak memberikan uang kepada isteri
dan isteri bapak tidak menggunakannya dengan baik, sehingga isteri bapak meminta
uang terus menerus kepada bapak, apa yang bapak rasakan?.”( tunggu respon pasien )

“ Apakah merasakan kesal, kemudian mata melotot dan tangan mengepal?.”

“ Setelah itu apa yang bapak lakukan?. O.. iya, jadi bapak memukul dengan barang
keisteri, melemparkan barang ke isteri dan membentak istri dan memukul isteri. Dan
apakah dengan cara ini masalah keuangan akan terpenuhi? Iya tentu tidak. Apa
kerugiannya setelah bapak melakukan itu? Betul, isteri bapak jadi takut dan barang-
barang jadi rusak. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak
belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?.”

“ Ada beberapa cara untuk mengontrol marah, tarik nafas dalam dan pukul bantal,
kasur maupun boneka. Melalui cara ini bapak bisa mengontrol marah. Apakah bapak
bersedia belajar dengan cara ini ?.”

“ Begini pak, kalau tanda marah-marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak segera
duduk atau tiduran, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup
perlahan-lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik
nafas dari hidung, bagus..., tahan dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus
sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“ Jika bapak merasa marah lalu ingin memukul jangan memukul istri bapak maupun
jangan merusak barang-barang, coba alihkan dengan memukul bantal, kasur ataupu
boneka ya pak.”

“ Saya contoh kan ya bapak bagaimana caranya untuk melakukan ya pak.”

“ Sekarang bapak coba praktekkan sendiri ya seperti yang saya lakukan tadi.”
“ Nah bagus sekali ya pak.”

“ Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul, bapak sudah terbiasa melakukannya.”

c. Fase terminasi

“ Bagaimana perasaan bapak, setelah berbincang-bincang tentang kemarahan


bapak?.”

“ Iya jadi penyebab kemarahan bapak, karena bapak memberikan uang kepada isteri
namun isteri bapak tidak mengguakannya dengan baik sehingga isteri bapak meminta
uang terus menerus kepada bapak dan yang bapak rasakan kesal dan yang bapak
lakukan memukul istri,membentak,dan melempar barang dan memukul isteri serta
akibatnya istri bapak menjadi takut dan barang-barang menjadi rusak.”

“ Coba selama saya tidak ada ingat-ingat lagi penyebab bapak marah yang lalu,apa
yang bapak lakukan kalau bapak marah yang belum kita bahas dan jangan lupa
latihan nafas dalam dan memukul bantal, kasur atupun bonekaya pak.”

“ Sekarang kita buat jadwal latihanya ya pak.bapak mau mulai hari ini apa
besok?,berapa kali sehari bapak mau latihan nafas dalam dan pukul bantal, kasur
,maupun boneka? Jam berapa saja pak? Baik kalo begitu ya pak.”

“ Kalau tarik nafas dalamnya dan pukul bantal dilakukan sendiri tulis M ya pak
,lartinya mandiri, kalau diingatkan perawat baru dilakukan tulis B, artinya dibantu
atau diingatkan.nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan,
bagimana pak, sudah jelas untuk menulis jadwal latihannya?”.
“ Baik kalau bapak sudah mengerti.”

“ Baik ,bagaimana kalau besok saya datang dan kita latihan dengan cara yang lain ya
pak untuk mencegah dan mengontrol marah bapak.Tempatnya disini saja ya pak .”

“ Wassalamalaiakum pak semangat untuk sembuh ya pak


Daftar Pustaka

Akemat. 2010. Keperawatan Professional Jiwa .Jakarta: EGC.

Azizah, L.M. 2010. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: GRAHA ILMU.

Hartono,Y. 2010. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat. 2010. Keperawatan Jiwa Komunitas. Jakarta: ECG.

Kusumawati. 2010. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Prabowo,E. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Medikal Book.

Anda mungkin juga menyukai